Anda di halaman 1dari 4

Asas saisene

asas "/le mort saisit /le vif' disingkat dengan hak saisine. asas "le mort saisit le vif'
mengandung arti bahwa jika seseorang meninggal dunia, maka seketika itu pula segala hak
dan kewajibannya beralih kepada para ahli warisnya. tidak diperlukan penyerahan atau
perbuatan hukum apapun

PERMEN ATR/BPN NO 16 THN 2021 TELAH MENGHAPUS PENGGOLONGANNYA PADA PASAL


111
APHB

para ahli waris harus membuat Akta Pembagian Hak Bersama (APHB) di hadapan

pejabat pembuat akta tanah (PPAT) sebagai bentuk terjadinya kesepakatan Bersama

mengenai pembagian hak Bersama atas tanah waris tersebut, dalam pembuatan

APHB ada tiga hal yang harus dipilih para ahli waris ,perbuatan hukum yang mana

terjadi Dalam pembuatan APHB tersebut :

1. Dalam pembagian hak Bersama ini tidak terdapat kelebihan nilai yang

diperoleh oleh satu pihak ( seolah-olah terjadi tukar menukar tanpa

kelebihana nilai satu dengan yang lain )

2. Para pihak melepaskan haknya atas kelebihan nilai yang diperoleh (seperti

hibah)

3. Salah satu pihak membayar dengan nilai yang disepakati para pihak lainya

(seperti jual beli)

Akta ini akan membuktikan kesepakatan antara para pemegang hak

bersama mengenai pembagian hak bersama tersebut . APHB harus dibuat ketika

pada sertifikat Hak atas Tanah masih tertulis nama Pewaris dan Pewaris telah

meninggal dunia, tetapi para Ahli Waris sepakat untuk membagi atau menjual hak

atas tanah tersebut, Dengan demikian APHB juga merupakan akta yang dibuat

oleh PPAT untuk membuktikan telah terjadinya kesepakatan diantara para


pemegang hak bersama mengenai pembagian hak bersama atas tanah atau Hak

Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dapat dijadikan dasar pendaftaran tanah.

Salah satu tujuan dari Pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kepastian

hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,

satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat

membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

3 FASE AFWEZIGHEID.

Dalam KUHPerdata keadaan tidak hadir (afwezigheid) dibedakan dalam tiga fase, yaitu fase
persiapan atau tindakan sementara (voorlopige voozieningen) diatur dalam Pasal 463 sampai dengan
Pasal 466 KUHPerdata, fase pernyataan bahwa seseorang yang tidak ada ditempat barangkali sudah
atau telah meninggal dunia (vermoedelijk overleden) seperti yang diatur dalam Pasal 467 sampai
dengan 483 KUHPerdata, dan fase pewarisan secara definitif (definitieve erfopvolging) yang diatur
dalam Pasal 484 KUHPerdata.

a) Fase tindakan sementara

Seseorang yang telah meninggalkan tempat tinggalnya tersebut tidak memberi kuasa

kepada seseorang lain sebagai wakilnya, guna mewakili dirinya dan mengurus harta

kekayaannya, maka pengadilan akan menunjuk Balai Harta Peninggalan sebagai

wakilnya.

b) Pernyataan barangkali meninggal dunia

Jika terjadi seseorang telah meninggalkan tempat tinggalnya cukup lama

tidak pulang tanpa memberitahukan keadaannya, ketidakpulangannya dapat

dijadikan alasan adanya dugaan hukum bahwa orang tersebut telah meninggal

dunia. Untuk menetapkan pernyataan seseorang telah meninggal dunia cukup

dengan seberapa lamanya si tak hadir tersebut tidak pulang, yakni:

1) Lima tahun, jika seseorang yang meninggalkan tempat kediamannya tidak

mengangkat seorang kuasa untuk mewakili dirinya dan mengurus harta


kekayaannya atau tidak mengatur urusan-urusan dan kepentingan- kepentingannya

itu (Pasal 467 KUHPerdata)

2) Sepuluh tahun, jika seseorang yang telah meninggalkan tempat kediamannya

telah mengangkat seorang kuasa guna mewakili mengurus harta kekayaannya atau

telah mengatur pengurusan harta kekayaannya itu atau masa jabatan penerima kuasa

telah habis, atau aturan yang dibuatnya lebih dahulu telah berakhir (Pasal 470

KUHperdata)

Sebelum mengambil putusan, Pengadilan memberi izin kepada pihak yang

berkepentingan untuk melakukan pemanggilan secara umum dengan cara

mengiklankan dalam surat kabar sebanyak tiga kali.

c. Pewarisan secara definitif

Pewarisan definitif terjadi setelah lewat lama tiga puluh tahun setelah hari

pernyataan dugaan meninggal dunia tercantum di dalam Putusan Pengadilan atau

apabila sebelum itu, waktu selama seratus tahun telah lewat sejak hari lahir

seseorang yang telah meninggalkan tempat tinggalnya. Pewarisan secara definitif

terjadi bisa juga setelah diterima kabar tentang kebenaran meninggal dunianya

seseorang yang telah meninggalkan tempat kediamannya. Setelah itu, para ahli

waris dapat mengadakan pembagian terhadap harta warisannya secara tetap.1

1
Rachmadi Usman, Op. Cit. hal 92-94.
Fungsi Balai Harta Peninggalan
Kewajiban Balai Harta Peninggalan sebagai wakil orang yang dinyatakan tidak

hadir adalah:

1) Mengadakan penyegelan bilamana diperlukan.

2) Mengadakan pencatatan dari barang-barang yang dipercayakan untuk

disimpan/diurus.

3) Membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak kejaksaan.2

Berdasarkan uraian di atas yang dapat meminta adanya penunjukan wakil

menurut KUHPerdata adalah setiap orang yang mempunyai kepentingan terhadap

pengurusan setiap harta ataupun segala kepentingan orang yang dalam keadaan

tidak hadir (afwezigheid) yang mana semua kepentingan orang yang dalam keadaan

tidak hadir (afwezigheid) itu memerlukan pengurusan, dan yang dapat ditunjuk

sebagai wakil dari orang yang dalam keadaan tidak hadir (afwezigheid) adalah

keluarga (semenda) yang terdekat, suami/isteri atau anak jika ada, dan apabila

sudah tidak ada lagi keluarga terdekat maka ditunjuklah Balai Harta Peninggalan

untuk mewakili orang yang dalam keadaan tidak hadir (afwezigheid) tersebut,

berdasarkan Penetapan Pengadilan.

Metode penelitian :
yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama
dengan cara meneelah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2
Komariah, Loc.Cit.

Anda mungkin juga menyukai