asas "/le mort saisit /le vif' disingkat dengan hak saisine. asas "le mort saisit le vif'
mengandung arti bahwa jika seseorang meninggal dunia, maka seketika itu pula segala hak
dan kewajibannya beralih kepada para ahli warisnya. tidak diperlukan penyerahan atau
perbuatan hukum apapun
para ahli waris harus membuat Akta Pembagian Hak Bersama (APHB) di hadapan
pejabat pembuat akta tanah (PPAT) sebagai bentuk terjadinya kesepakatan Bersama
mengenai pembagian hak Bersama atas tanah waris tersebut, dalam pembuatan
APHB ada tiga hal yang harus dipilih para ahli waris ,perbuatan hukum yang mana
1. Dalam pembagian hak Bersama ini tidak terdapat kelebihan nilai yang
2. Para pihak melepaskan haknya atas kelebihan nilai yang diperoleh (seperti
hibah)
3. Salah satu pihak membayar dengan nilai yang disepakati para pihak lainya
bersama mengenai pembagian hak bersama tersebut . APHB harus dibuat ketika
pada sertifikat Hak atas Tanah masih tertulis nama Pewaris dan Pewaris telah
meninggal dunia, tetapi para Ahli Waris sepakat untuk membagi atau menjual hak
atas tanah tersebut, Dengan demikian APHB juga merupakan akta yang dibuat
Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dapat dijadikan dasar pendaftaran tanah.
Salah satu tujuan dari Pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kepastian
hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,
satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
3 FASE AFWEZIGHEID.
Dalam KUHPerdata keadaan tidak hadir (afwezigheid) dibedakan dalam tiga fase, yaitu fase
persiapan atau tindakan sementara (voorlopige voozieningen) diatur dalam Pasal 463 sampai dengan
Pasal 466 KUHPerdata, fase pernyataan bahwa seseorang yang tidak ada ditempat barangkali sudah
atau telah meninggal dunia (vermoedelijk overleden) seperti yang diatur dalam Pasal 467 sampai
dengan 483 KUHPerdata, dan fase pewarisan secara definitif (definitieve erfopvolging) yang diatur
dalam Pasal 484 KUHPerdata.
Seseorang yang telah meninggalkan tempat tinggalnya tersebut tidak memberi kuasa
kepada seseorang lain sebagai wakilnya, guna mewakili dirinya dan mengurus harta
wakilnya.
dijadikan alasan adanya dugaan hukum bahwa orang tersebut telah meninggal
telah mengangkat seorang kuasa guna mewakili mengurus harta kekayaannya atau
telah mengatur pengurusan harta kekayaannya itu atau masa jabatan penerima kuasa
telah habis, atau aturan yang dibuatnya lebih dahulu telah berakhir (Pasal 470
KUHperdata)
Pewarisan definitif terjadi setelah lewat lama tiga puluh tahun setelah hari
apabila sebelum itu, waktu selama seratus tahun telah lewat sejak hari lahir
terjadi bisa juga setelah diterima kabar tentang kebenaran meninggal dunianya
seseorang yang telah meninggalkan tempat kediamannya. Setelah itu, para ahli
1
Rachmadi Usman, Op. Cit. hal 92-94.
Fungsi Balai Harta Peninggalan
Kewajiban Balai Harta Peninggalan sebagai wakil orang yang dinyatakan tidak
hadir adalah:
disimpan/diurus.
pengurusan setiap harta ataupun segala kepentingan orang yang dalam keadaan
tidak hadir (afwezigheid) yang mana semua kepentingan orang yang dalam keadaan
tidak hadir (afwezigheid) itu memerlukan pengurusan, dan yang dapat ditunjuk
sebagai wakil dari orang yang dalam keadaan tidak hadir (afwezigheid) adalah
keluarga (semenda) yang terdekat, suami/isteri atau anak jika ada, dan apabila
sudah tidak ada lagi keluarga terdekat maka ditunjuklah Balai Harta Peninggalan
untuk mewakili orang yang dalam keadaan tidak hadir (afwezigheid) tersebut,
Metode penelitian :
yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama
dengan cara meneelah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.
2
Komariah, Loc.Cit.