Anda di halaman 1dari 16

Amaliyah aswaja

Di
S
U
S
U
N
OLEH
AGUS SALIM OHOIWER {22201053017}
Fiqih Puasa dan menerapkan hikmahnya dalam kehidupan sehari hari

A. Penetapan awal dan akhir bulan ramadhan ala aswaja an-nadiyah

Dalam syariat Islam, ada tiga alternatif metode untuk menetapkan awal
suatu bulan qamariyah. Yaitu hisab, ru’yah, dan istikmal. Hisab adalah
menghitung berdasarkan teori dan rumus-rumus tertentu yang sudah
dibakukan sedemikian rupa. Sehingga diyakini bahwa awal bulan atas
dasar perhitungan teoritik itu sama dengan kenyataan alam.

Ru’yah maksudnya adalah melihat hilal (bulan tanggal pertama).


Artinya penetapan awal bulan didasarkan pada ada atau tidaknya hilal
yang bisa dilihat mata (baik langsung maupun dengan alat bantu).
Sedangkan istikmal adalah mengenapkan jumlah hari suatu bulan
sampai tiga puluh hari sebelum memulai bulan baru.
Perbedaan tentang awal Ramadhan dan Syawal berpangkal pada
ketidaksamaan hasil yang diperoleh melalui metode-metode tersebut,
khususnya ru'yah dan hisab.

Menurut kiai yang pernah menjabat Rais Aam Pengurus Besar


Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut, jumhur ulama salaf berpendapat
bahwa penetapan (itsbat) awal Ramadhan dan syawal hanya boleh
dengan cara ru’yah. Seperti dijelaskan dalam hadist muttafaq alaihi
(diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim) yang berbunyi:
‫ َقاَل الَّنِبُّي‬:‫حَّد َثَنا آَد ُم َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن ِز َياٍد َقاَل َسِم ْع ُت َأَبا ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َيُقوُل‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْو َقاَل َقاَل َأُبو اْلَقاِس ِم َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُصوُم وا ِلُر ْؤ َيِتِه َو َأْفِط ُروا ِلُر ْؤ َيِتِه‬
‫َفِإْن ُغ ِّبَي َع َلْيُك ْم َفَأْك ِم ُلوا ِع َّدَة َشْع َباَن َثاَل ِثيَن‬

Artinya: Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan),


dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal)
Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan
Sya'ban menjadi 30 hari. (HR. Bukhari: 1776 dan Imam Muslim 5/354)

Jika ru’yah tidak bisa dilaksanakan karena terhalang mendung misalnya.


Maka digunakanlah istikmal. Jadi, dalam konteks ini istikmal bukanlah
metode tersendiri, tetapi metode lanjutan ketika ru’yah tidak efektif.

B. Masail fiqhiyah dalam puasa :


Qadla puasa, kafarat dan fidyah bagi ibu hamil, orang sakit, musafir,
dan lansia

A.Orang orang yang tidak puasa adalah


Kewajibannya adalah qadha’ (mengganti dengan puasa setelah
Ramadhan sejumlah hari-hari yang dia tinggalkan)
1. Orang sakit sementara yang ada kemungkinan sembuh
2. Pingsan
3. Musafir
4. Haidh
5. Nifas
6. Orang yang sengaja membatalkan puasa karena uzdur syar’i
7. Wanita menyusui yang tidak puasa karena khawatir terhadap kondisi
dirinya atau kondisi dirinya bersama bayinya (ket: ketetapan tidak
mampu dapat lewat pengalaman atau pengamatan langsung kondisi
ibu atau keterangan dokter terpercaya)
8. Wanita hamil yang meninggalkan puasa karena khawatir terhadap
kondisi dirinya atau kondisi dirinya bersama janinnya (ket: sda.)

B. Kewajibannya adalah ith’aam (mengganti dengan memberi makan


satu orang miskin sejumlah hari-hari yang dia tinggalkan)
1. Orang lanjut usia
2. Orang sakit permanen yang kecil kemungkinan untuk sembuh

C. Kewajibannya adalah qadha’ dan ith’aam sekaligus


1. Wanita menyusui yang tidak puasa karena khawatir terhadap kondisi
bayinya (ket: sda.)
2. Wanita hamil yang tidak puasa karena khawatir terhadap kondisi
janinnya (ket: sda.)
D. Kewajibannya adalah tobat dan kaffarah (memerdekakan budak atau
puasa dua bulan berturut-turut atau ith’aam 60 orang miskin): jima’
E. Tidak berdosa: puasa anak kecil yang mumayyiz tapi belum baligh
(dewasa)
1. Yang afdhal bagi musafir yang tidak menemui kesulitan apapun
dalam melaksanakan puasa adalah yang lebih mudah bagi dirinya,
antara puasa dan meninggalkannya dengan qadha’

2. Sopir atau pelaut:


(a) Bagi bujangan atau orang yang membawa serta keluarganya, dia
wajib puasa. Karena perjalanannya tidak terputus
(b) Bagi orang yang memiliki keluarga tapi tidak dibawanya serta, dia
boleh puasa dan boleh juga tidak dengan qadha’ (Fatwa Syekh Abdul
‘Aziz b. Baz)

3. Obat penunda haidh boleh digunakan, tapi tidak dianjurkan. Hal ini
mengingat tidak sepinya obat-obatan kimiawi umumnya dari efek
negatif bagi kesehatan

4. Orang yang bangun subuh dalam keadaan junub, tidak mengapa


menunda mandi hingga masuk waktu shalat subuh. Dengan tetap
melaksanakan shalat subuh berjamaah di mesjid.

5. Orang mimpi basah di siang hari tidak batal puasanya


6. Orang yang udzurnya hilang di tengah hari puasa, melanjutkan
puasanya. Contoh: suci dari haidh, masuk Islam, mukim setelah safar,
dll.

7. Qadha’ yang tertunda hingga melewati Ramadhan berikutnya:


(a) Bila dengan udzur, cukup diganti dengan qadha’ saja
(b) Tanpa udzur syar’I, disamping qadha’ juga ith’aam

8. Satu-satunya puasa yang ahli waris dianjurkan untuk mempuasakan


orang yang telah meninggal adalah puasa nadzar

9. Satu kali niat untuk satu bulan cukup untuk puasa Ramadhan

C. Shalat tarawih

Shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan yang


dilakukan pada bulan yang sangat mulia dan penuh keberkahan, yaitu
bulan suci Ramadhan.
Al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani mendefinisikan shalat Tarawih dengan
shalat sunnah yang khusus dilakukan pada malam-malam Ramadhan.
Dinamakan Tarawih karena orang yang melakukannya beristirahat
sejenak di antara dua kali salam atau istirahat setiap empat rakaat.
Hukum dan Waktunya Shalat tarawih tidak hanya sebatas amaliah
sunnah yang hanya dikhususkan untuk Rasulullah saw, namun juga
untuk umatnya. Rasulullah saw juga menginginkan pahala luar biasa
dari shalat Tarawih bagi umatnya. Rasulullah saw bersabda:
)‫َم ْن َقاَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه (متفق عليه‬
Artinya, “Barang siapa melakukan shalat (Tarawih) pada Ramadhan
dengan iman dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘Alaih).

Imam an-Nawawi dalam Syarhu Muslim menyatakan, yang dimaksud


hadits di atas adalah shalat Tarawih. Dengan hadits ini mayoritas ulama
sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah. Shalat Tarawih memiliki
waktu secara khusus, yaitu dilakukan secara berjamaah pada malam
hari Ramadhan setelah melaksanakan shalat Isya’ dan sebelum
melakukan shalat Witir. Menurut pendapat yang lebih sahih
sebagaimana dikutip Syekh Wahbah Zuhaili, hukum berjamaah shalat
Tarawih adalah sunnah kifâyah.

Niat dan Teknisnya Shalat Tarawih sebenarnya tidak punya perbedaan


mencolok dengan shalat pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak
pada lafal niat yang akan diucapkan.

Berikut niat shalat tarawih bagi Imam:

‫ُأَص ِّلي ُس َّنَة الَّتَر اِو ْيَح َر ْك َع َتْيِن ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة ِاَم اًم ا ِهلِل َتَع اَلى‬
Ushallî sunnatat tarâwîhi rak’ataini
mustaqbilal qiblati imâman lillâhi ta’âlâ. Artinya, “Saya niat shalat
Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, menjadi imam karena Allah
ta’âlâ.”

Berikut niat shalat Tarawih bagi makmum:

‫ُأَص ِّلي ُس َّنَة الَّتَر اِو ْيِح َر ْك َع َتْيِن ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة َم ْأُم ْو ًم ا ِهلِل َتَع اَلى‬
Ushallî sunnatat tarâwîhi rak’ataini
mustaqbilal qiblati ma’mûman lillâhi ta’âlâ.

Artinya, “Saya niat shalat Tarawih dua


rakaat menghadap kiblat, menjadi makmum karena Allah ta’âlâ.”

Jumalah rakaat shalat Tarawih sebagaimana pendapat mayoritas


mazhab Syafi’i adalah sebanyak 20 rakaat dengan sepuluh salam.
Rasulullah saw memerintahkan umat Islam untuk selalu berpedoman
pada sunnahnya dan sunnah al-Khulâfâ’ur Râsyidîn setelahnya (Abu
Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra). Rasulullah saw bersabda:
‫ َع َلْيُك ْم ِبُس َّنِتْي َو ُس َّنِة اْلُخَلَفاِء الَّراِشِد ْيَن ِم ْن َبْع ِد ْي‬Artinya, “Berpegang teguhlah kalian
semua
dengan sunnahku dan sunnah al-Khulâfâ’ur Râsyidîn sesudahku.”
Bacaan-bacaannya

Bacaan-bacaan shalat Tarawih juga tidak jauh berbeda dengan bacaan


shalat pada umumnya. Dalam shalat Tarawih disunnahkan membaca
doa iftitâh, surat pendek, tasyahhud dan lainnya. Begitupun dalam
shalat lain. Hanya saja Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkâr
mengatakan, yang dianjurkan bagi orang yang shalat Tarawih adalah
mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an selama Ramadhan.
Ada tiga poin penting yang dapat diambil dari penjelasan Imam an-
Nawawi di atas. Pertama, disunnahkan membaca satu juz dari 30 juz Al-
Qur’an setelah surat Al-Fatihah bagi orang-orang yang melakukan
shalat tarawih. Kedua, meskipun shalat Tarawih dilakukan dengan 20
rakaat dan dikemas dengan 10 salam, tetap dianjurkan bagi orang yang
melakukannya untuk memperindah bacaan-bacaannya. Artinya,
membaca satu juz Al-Qur’an bukan berarti mengharuskan pembacanya
segera menyelesaikan bacaannya. Ia tetap dianjurkan untuk membaca
dengan tartil dan memperindah bacaannya. Ketiga, menghindari
bacaan surat yang melebihi satu juz. Poin terakhir ini memberikan
warning bahwa bacaan yang banyak (melebihi satu juz) dalam shalat
Tarawih sangatlah tidak dianjurkan. Betapa pun membaca Al-Qur’an
sangat baik, namun jika dibaca terlalu panjang saat shalat Tarawih
maka sangat tidak dianjurkan. Keutamaan Keutamaan shalat Tarawih
tidak bisa diragukan. Banyak hadits yang sangat menganjurkan umat
Islam untuk melakukannya. Di antara keutamaannya adalah: Pertama,
diampuni semua dosa yang telah lalu. Keutamaan pertama ini sesuai
dengan teks hadits yang telah disebutkan di atas, yang artinya, “Barang
siapa melakukan shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan dengan iman
dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (Muttafaqun ‘Alaih). Kedua, mendapatkan pahala beribadah satu
malam penuh. Keutamaan kedua ini berdasarkan hadits Rasulullah saw
riwayat at-Tirmdzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i: ، ‫َم ْن َقاَم َم َع اِإلَم اِم َح َّتى َيْنَص ِر َف‬
‫ ُك ِتَب َلُه ِقَياُم َلْيَلٍة‬Artinya, “Barang siapa shalat Tarawih bersama imam
sampai selesai, maka untuknya dicatat seperti beribadah semalam.”
Dua hadits di atas merupakan dalil yang sangat memotivasi umat Islam
agar berusaha selalu tekun dan istiqamah melakukan shalat Tarawih. Di
dalamnya terdapat banyak manfaat dan keistimewaan luar biasa. Sudah
cukup menjadi bukti keistimewaannya adalah dibiasakan oleh
Rasulullah saw, diampuninya semua dosa yang telah lalu dan terhitung
beribadah selama satu malam penuh. Semua itu bisa didapatkan
dengan melakukan ibadah shalat Tarawih. Wallâhu a’lam.

C. Amaliyah ramadhan ala aswaja an-nadiyah

A. Fadhilah dan Keutamaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang dikhususkan untuk umat


Muhammad, yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.
Barangsiapa yang menghidupkannya, maka sepanjang tahun dia akan
hidup dalam cahaya Allah. Di dalamnya ada waktu di mana ibadah
sekali sama dengan ibadah 1000 bulan. Di bulan ini al-Qur’an
diturunkan.
Ramadhan adalah bulan ampunan, dosa kecil maupun dosa besar.
Orang yang menghidupkan bulan Ramadhan, akan lahir kembali bersih
dari dosa seperti memasuki hidup baru tanpa beban. Bulan ini awalnya
rahmah, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari
neraka. Allah akan sangat memperhatikan orang-orang yang berlomba-
lomba dalam kebaikan di bulan ini. Allah membanggakannya di
hadapan para malaikat-Nya. Bulan ini juga disebut bulan kesabaran,
dan kesabaran ini akan di ganti dengan surga. Amalan wajib di bulan ini
dilipatgandakan pahalanya. Yang sunnah mendapat ganjaran wajib. Dan
setiap kebaikan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali hingga tak
terbatas.

Tidak ada bulan yang lebih mulia di sisi Allah selain bulan Ramadhan. Di
bulan ini semua kesalahan dihapus, semua dosa diampuni, rahmat
diturunkan, doa dikabulkan, dan Allah melihat hamba-Nya dengan
pandangan yang menyenangkan. Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit
bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Datang kepada kamu bulan
Ramadhan, bulan berkah. Allah menghamparkan rahmat-Nya kepada
kamu, menghapuskan kesalahan, mengabulkan doa, melihat bagaimana
kamu saling berlomba dalam kebaikan, membanggakan kamu di depan
para malaikat. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang di
bulan ini tidak mendapatkan rahmat” (HR. Ath-Thabarani).

Ramadhan adalah bulan ampunan, dosa kecil maupun dosa besar.


Orang yang menghidupkan bulan Ramadhan, akan lahir kembali bersih
dari dosa seperti memasuki hidup baru tanpa beban. Bulan ini awalnya
rahmah, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari
neraka. Allah akan sangat memperhatikan orang-orang yang berlomba-
lomba dalam kebaikan di bulan ini. Allah membanggakannya di
hadapan para malaikat-Nya. Bulan ini juga disebut bulan kesabaran,
dan kesabaran ini akan di ganti dengan surga. Amalan wajib di bulan ini
dilipatgandakan pahalanya. Yang sunnah mendapat ganjaran wajib. Dan
setiap kebaikan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali hingga tak
terbatas.
Tidak ada bulan yang lebih mulia di sisi Allah selain bulan Ramadhan. Di
bulan ini semua kesalahan dihapus, semua dosa diampuni, rahmat
diturunkan, doa dikabulkan, dan Allah melihat hamba-Nya dengan
pandangan yang menyenangkan. Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit
bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Datang kepada kamu bulan
Ramadhan, bulan berkah. Allah menghamparkan rahmat-Nya kepada
kamu, menghapuskan kesalahan, mengabulkan doa, melihat bagaimana
kamu saling berlomba dalam kebaikan, membanggakan kamu di depan
para malaikat. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang di
bulan ini tidak mendapatkan rahmat” (HR. Ath-Thabarani).

B. Sungguh – Sungguh Di Sepuluh Akhir Ramadhan

Ketika hari – hari di bulan Ramadhan sudah lewat 2 hari yang berada di
10 terakhir, Rasulullah Saw sangat serius dalam ibadah.
Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah Saw pada sepuluh hari akhir
bulan Ramadhan beriktikaf di masjid. Hal itu dilakukan bertahun-tahun
sampai Allah memanggil ke hadirat-Nya, kemudia istri-istrinya
meneruskan kebiasaan itu sesudahnya (HR. Bukhori dan Muslim).

Iktikaf adalah termasuk khalwat. Dan inilah cara yang disyariatkan oleh
Allah agar setiap muslim bisa menyiapkan waktu yang khusus untuk
memisahkan nafsunya semata-mata demi membangun kedekatan atau
taqarrub kepada Allah. Pada saat iktikaf, seseorang bisa menjaga diri
hanya melakukan ketaatan kepada Allah, berzikir dan memutuskan
sementara dengan kesibukan dunia yang tidak ada habisnya. Dia
melakukan munajat, sambil melakukan perenungan, tafakkur,
muhasabah, membaca al-Qur’an, berzikir dan berdoa. Dia bisa
mengiktikafkan hatinya dengan tuhannya. Dia bisa mengiktikafkan
ruhnya untuk bisa berhubungan langsung kepada Allah. Di situ tidak
ada yang diinginkan kecuali Allah dan ridha-Nya

C. Menghidupkan Lailatul Qadar

Lailatul qadar bagi orang-orang yang sangat cinta kepada Allah


merupakan malam indah untuk bisa intim dan dekat dengan-Nya. Dia
adalah malam ibadah, malam rukuk, malam sujud dan malam penuh
kemesraan. Suatu malam yang menjadi kesempatan masuk kepada
Yang Maha Raja. Itu adalah malam kebanggaan Allah, dimana malaikat
diperintahkan Allah untuk turun ke bumi, karena banyak hamba Allah
yang menghiasi dirinya dengan ketaatan, dengan mendirikan shalat,
berzikir dan berdoa, menghidupkan masjid dengan lampu zikir dan
munajat. Kepada para malaikat, Allah berfirman : “Pergilah kamu
kepada mereka di malam Lailatul Qadar supaya kamu bisa
melihathamba-hamba-Ku mendirikan shalat, yang rukuk, yang sujud.
Hendaklah kamu tahu, bahwa aku memilih mereka mengalahkan alam-
alam yang lain.”

Lailatul Qadar adalah hadiah besar dari Allah hanya untuk umat
Muhammad. Ketika Rasulullah mengetahui umur umat-umat terdahulu
yang panjang, jauh lebih panjang dari umur umatnya, maka Rasulullah
berharap umatnya bisa mendapatkan pahala amalan yang melebihi
pahala amalan umat terdahulu. Beliau tidak mempermasalahkan umur
yang pendek yang penting nilainya tidak kalahdengan umur yang
panjang. Maka Allah memberikan hadiah Lailatul Qadar yang nilainya
lebih baik dari 1000 bulan. Ini semata-mata merupakan kemuliaan Allah
kepada Nabi Muhammad.

D. Menghidupkan Malam Idul Fitri

Rasulullah Saw menganjurkan agar umat Islam menghidupkan malam


Idul Fitri, yang merupakan malam pertama di hari-hari kebebasan
makan dan minum di siang hari. Malam itu merupakan malam penutup
Ramadhan yang menyenangkan. Biasanya sebuah keberhasilan yang
dilihat adalah akhirnya. Maka hendaknya akhir Ramadhan yang di
sambung dengan Bulan Syawwal itu menjadi bukti keberhasilan yang
menyenangkan. Banyak orang yang menyebutnya “Hari kemenangan.”
Di malam itu puasa dan amal-amal shaleh yang kita lakukan selama
Ramadhan akan dinaikkan ke hadirat Allah. Alangkah indahnya kalu
pada malam kenaikan amal itu kita iringkan dengan banyak berzikir,
bertakbir, bertahlil dan bertasbih kepada Allah, sehingga
perjalanannyalancar dan langsung diterima Allah. Jika semua itu
sampai, maka shalat Idul Fitri, Allah akan memberikan hadiah yang luar
biasa. Pagi harinya, Allah kirimkan malaikat-malaikat untuk menyambut
keberangkatan orang-orang menuju tempat shalat Id, dan kepada
mereka malaikat itu mengucapkan selamat, dan memberikan piala
kemenangan

E. Surah Nabawiyah ll : penetapan tarawih 20 rakaat


Shalat tarawih merupakan salah satu praktik untuk menghidupkan
malam Ramadhan (qiyamu Ramadhan). Ibadah ini memiliki keutamaan-
keutamaan yang memang ditemukan landasannya dari hadits
Rasulullah. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن َقاَم َر َم َض اَن إيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬

“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan


ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari,
Muslim, dan lainnya).
Hukum Shalat Tarawih Shalat tarawih adalah shalat khusus pada malam
bulan Ramadhan yang dilaksanakan setelah shalat Isya’ dan sebelum
shalat witir. Hukum melaksanakan shalat tarawih adalah sunnah bagi
kaum laki-laki dan perempuan di antaranya di sebut dengan hadis di
atas

Sejarah Shalat Tarawih Shalat tarawih adalah shalat yang dilakukan


hanya pada bulan Ramadhan, dan shalat tarawih ini dikerjakan Nabi
pada tanggal 23 Ramadhan tahun kedua hijriah. Rasulullah pada masa
itu mengerjakannya tidak selalu di masjid, melainkan kadang di rumah.
Shalat Tarawih pada Masa Abu Bakar dan Umar Shalat tarawih adalah
bagian dari shalat sunnah mu’akkadadah (shalat sunnah yang sangat
dianjurkan). Jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat tanpa witir,
sebagaimana yang telah dikerjakan Sayyidina Umar bin Khattab dan
mayoritas sahabat lainnya yang sudah disepakati oleh umatnya.
Kesepakatan itu datang dari mayoritas ulama salaf dan khalaf, mulai
masa sahabat Umar sampai sekarang ini, bahkan ini sudah menjadi
ijma’ sahabat dan semua ulama mazhab: Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan
mayoritas mazhab Maliki.
Shalat Tarawih Menurut Pandangan Ulama
Imam al-Kasani berkata, ‘Umar telah mengumpulkan para sahabat
Rasulullah, lantas Ubay bin Ka’ab mengimami mereka shalat 20 rakaat,
dan tidak ada satu orang pun yang mengingkarinya, maka hal itu sudah
menjadi ijma’ (kesepakatan) mereka.’ Imam Ad-Dasukyi dan lainnya
berkata, ‘Itulah yang dilakukan para sahabat dan tabi’in.’ Imam Ibnu
‘Abidin berkata, ‘Itulah yang dilakukan orang-orang mulai dari bumi
timur sampai bumi barat.’ ‘Ali As-Sanhuri berkata, ‘Itulah yang
dilakukan orang-orang sejak dulu sampai masaku dan masa yang akan
datang selamanya.’ Para ulama mazhab Hanbali mengatakan, ‘Hal
sudah menjadi keyakinan yang masyhur di masa para sahabat, maka ini
merupakan ijma’ dan banyak dalil-dalil nash yang menjelaskannya.’
Praktik Shalat Tarawih dan Witir
Seara umum tak ada perbedaan antara shalat tarawih dan shalat
sunnah lainnya, kecuali ia harus dilakukan setelah shalat Isya’ dan pada
bulan Ramadhan. Shalat tarawih dianjurkan dilaksanakan secara
berjamaah, meskipun bagi yang uzur memenuhi keutamaan ini bisa
menunaikannya secara sendirian (munfarid). Tak ada berbedaan soal
rukun-rukun antara shalat tarawih, shalat witir, dan shalat fardhu.
Keharusan membaca surat-surat tertentu setelah al-Fatihah pun tidak
ada. Orang yang shalat tarawih atau witir dipersilakan memilih surat
dan ayat mana saja Mungkin yang khas dijumpai pada malam
Ramadhan adalah doa yang dipanjatkan masyarakat Muslim Tanah Air
selepas shalat tarawih. Doa tersebut biasa dikenal dengan nama “doa
kamilin”. Kata “kâmilîn” berarti orang-orang yang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai