2016 Ta TM 07111091 Bab-Iv
2016 Ta TM 07111091 Bab-Iv
menjadi dasar bahwa sumur ini harus dilakukan pemboran secara horizontal.
mana yang paling cocok diterapkan untuk sumur ini dan yang paling mendekati
dengan plan yang ada maka dipilih metode Minimum Of Curvature dan Radius Of
akan dilakukan berpedoman pada program tersebut. Rencana pemboran sumur ini
55
56
Tabel 4.1
yang mengarah ke arah Timur Laut Propinsi Riau. Sumur ini merupakan sumur
pemboran horisontal yang lokasinya dapat dicapai dengan kondisi jalan yang
untuk mencapai zona formasi yang direncanakan. Sumur D-24 ini merupakan
57
HULU. Bekasap merupakan formasi reservoir yang litologi nya terusun dari batu
pasir halus sampai kasar bersifat massif dan berselang-seling dengan serpih tipis.
Pemboran pada sumur ini menggunakan metode build and hold atau yang
biasa dikenal dengan jenis Simple Curve. Metode ini digunakan karena metode ini
adalah metode yang paling cocok digunakan pada sumur horisontal ini. Untuk
membuat suatu lintasan pemboran horizontal harus diperhatikan letak, jarak, dan
profile dari setiap sumur di sekelilingnya. Tabel 4.2 adalah lithology formasi
Tabel 4.2
dan jarak dari sumur sekitar, yaitu Anti Collision Risk. Agar sumur tidak saling
bertabrakan dalam satu waktu.. Anti Collision Risk sumur D-24 ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.3
Reference Distance
Offset Well
MD (ft) (ft)
X – 04 1.263,00 51,80
X – 01 2.705,30 1.798,70
X – 09 2.520,50 962,70
X – 11 2.515,10 1.071,60
X- 24 4.092,70 636,20
59
seperti di atas, dimana lintasan pemboran ini merupakan pilot hole plan atau
Tabel 4.4
(ft) (ft)
casing
Trajectory merupakan arah lintasan pemboran dari titik mulai bor sampai
diperlukan data hasil survei dari Geologist dan Reservoir Engineer, terkait dengan
target yang akan dicapai. Pada trajectory yang dibuat untuk lintasan pemboran
Tabel 4.5
Target Target
Target Layer Target Dimension
Geometry Thickness
Bekasap - 5 ft Up & 5 ft
Circle Type 50 ft Radius
4.330'sd Down
Hasil survei ini menunjukan bahwa target lapisan akan dicapai adalah
lapisan sandstone dengan kedalaman yang akan dicapai adalah 4.330 ft TVD.
61
Dari data di atas, dilakukan perhitungan guna menentukan titik KOP, EOB, dan
Vertical Depth (TVD), N/E (north/east), vertical section (VS) dan dog leg
severity (DLS).
terlebih dahulu untuk menentukan posisi dari horizontal target yang akan dicapai,
berikut ini adalah data paramaeter dari perencanaan pilot hole plan tersebut.
Tabel 4.6
Parameter Plan
KOP 1 (ft) 600
EOB 1 (ft) 1.457,60
BUR max. (deg/100ft) 1,00
Inc max. (deg) 8,58
Azimuth (deg) 305,59
Target Depth (ft MD) 4.363,80
Target Depth (ft TVD) 4.330,00
20" CP (ft MD) 110,00
13-3/8" CP (ft MD) 2.000-4.500
TD (ft MD) 4.500
hole sebagai permulaan penentuan atau survei ada atau tidaknya minyak/gas di
lapisan yang akan dilakukan pemboran horisontal tersebut, atau biasa disebut
62
dengan penentuan Anti Collision Risk sumur D-24 tersebut parameter lainnya
Hole yang sudah diberikan dan dijelaskan di atas dilakukan plot terhadap TVD
KOP 1
1111
EOB 1
1111
KOP 1 = 600 ft MD
EOB 1 = 1.457,60 ft MD
.
TD = 4.500 ft MD
Gambar 4.1
mendapatkan gambaran plan view pada sumur D-24 ini (gambar 4.2)
Gambar 4.2
setelah dibuat rencana atau perencanaan pembuatan pilot hole beserta target
lapisan yang telah direncanakan sebelumnya, maka setelah itu dapat ditentukan
titik atau posisi pemboran selanjutnya yakni Trajectory Hole Plan sumur tersebut.
64
dimana dalam perencanaan ini telah ditentukan posisi. Tabel 4.7 di bawah adalah
Tabel 4.7
(ft) ( (ft)
Point
Dari data di atas menunjukan bahwa target lapisan yang akan dicapai
pada horizontal section adalah lapisan sandstone dengan kedalaman yang akan
dicapai adalah 4.330 ft TVD, dan direncanakan akan di pasang perfotated liner
pada kedalaman 4.901,70 ft – 5.600 ft MD, dengan TVD 4.330 ft, dengan lateral
section sebesar 700 MD. Dari data di atas, dilakukan perhitungan guna
menentukan titik KOP, EOB, dan sudut inklinasi yang akan dibentuk pada build
section.
65
(TVD), N/E (North/East), Vertical Section (VS) dan Dog Leg Severity (DLS).
Tabel 4.8
Parameter Plan
KOP 2 = 3.531 ft MD
EOB 2 = 4.901,70 ft MD
.
TD = 5.600 ft MD
KOP 2
EOB 2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Tabel 4.9
Kemudian dari data tersebut diteruskan untuk hole selanjutnya yang akan
di bor yakni pada hole ½” pada build section. Untuk data BHA hole ½” dapat
Tabel 4.10
½” Hole HA Su ur D-24
O.D. Length
QTTY DESCRIPTION ID (Inch)
(Inch) (Ft)
1 BIT - 8-1/2 1,00
1 DRILLING MTR 5-1/2 8-3/8 20,90
1 FLOAT SUB 2-7/8 6-3/4 2,50
1 8 1/8" STABILIZER 2-7/8 8 4,80
1 UBHO SUB 2-7/8 6-3/4 2,55
1 SLIM PULSE 3-7/8 6-7/8 30,00
1 SNMDC 2-7/8 6-3/4 30,25
5 HWDP 3 6-1/2 150,00
1 HYD. JAR 2-3/4 6-1/2 31,75
15 HWDP 3 6-1/2 450,00
sebelumnya pada perencanaan pilot hole dan juga trajectory hole pada sumur D-
24 ini, maka langkah selanjutnya yakni menentukan design mana yang akan
dipakai terhadap perencanaan sumur ini, untuk data plan yang sudah dibahas di
dan Radius Of Curvature. Dari kedua metode perhitungan ini akan dilihat
bagaimana pola lintasan yang didapatkan. Diharapkan dari hasil perbandingan ini
70
akan dapat diketahui metode mana yang memberikan pola perencanaan lintasan
Berikut ini adalah perbedaan antara plan pada design perencanaan pilot
hole sumur D-24 dengan kedua metode yang dipakai dapat dilihat pada gambar
KOP 1
EOB 1
11
Gambar 4.5
untuk mendapatkan gambaran aktual arah dari sumur pilot hole pada sumur D-24
Gambar 4.6
langkah selanjutnya yakni pada inti dari pemboran horisontal ini sendiri yakni
pada perencanaan horizontal trajectory yang mengarah pada target depth yang
metode tersebut dirasa paling cocok dengan plan yang telah dibuat dan memiliki
(Kick Of Point) dan EOB (End Of Build) yang sama dengan metode Radius Of
Curvature tidak terlalu besar, sehingga mengurangi resiko stuck pipe yang akan
metode ini cukup panjang dan tidak melebihi zona yang direncanakan, meskipun
mempunyai kedalaman target TVD (True Vertical Depth) yang tidak terlalu jauh
hasil perhitungan yang telah di dapatkan anatara actual plan dan kedua metode
KOP 2
EOB 2
Gambar 4.7
untuk mendapatkan gambaran aktual arah azimut dari sumur pilot hole pada
Gambar 4.8
Setelah semua perhitungan dan hasil didapatkan dari hasil analisa terhadap
plan pemboran sumur horisontal ini maka, dapat diketahui perbedaan yang
75
terdapat pada plan dengan data aktual pada kedua metode yang dipakai ini. Tabel
Tabel 4.11
lintasan sumur tidak meleset jauh dari perencanaan dan dapat mengoptimalkan
posisi sumur lateral pada zona produktif. Adapun, langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Pre model.
3. Landing Model
pemboran horizontal pada sumur ini, namun tidak menjadi dasar dalam
study terlebih dahulu guna mendapatkan data yang selanjutnya diolah untuk
tersebut diolah dengan menggunakan rangkaian BHA yang telah ditentukan maka
mengetahui update lapisan yang menjadi target. Setelah selesai, data tersebut
permukaan di lapangan dan sumur itu sendiri terhadap trajectory yang telah
posisi layer formasi target, yaitu top bottom formation dan batas fluida yang pada
formasi tersebut, sehingga dengan data yang diperoleh dari pilot hole ini, dapat
formasi. Kemudian lubang sumur pilot di-plug back, sidetrack dan di bor untuk
Pilot hole model merupakan gambaran simulasi dari pilot hole yang ada
bawah permukaannya.
78
hingga landing point yang telah ditentukan. Sedangkan landing point merupakan
menhindari daerah yang diindikasi kurang produktif dan ada nya OWC (Oil Water
Contact).
reservoir yang diinginkan atau projection ahead dari survei akhir yang dilakukan
landing), sehingga ketika lateral, sumur berada pada zona yang aman pada lapisan
produktif (clean zone). Landing model ini juga berfungsi untuk meng-update pre
yang telah ditentukan. Lateral section ini, pada umumnya memiliki sudut hampir
Hal ini disebabkan untuk menjaga sumur agar tetap berada pada jarak yang telah
ditentukan (clean sand) yakni 20 ft dari top productive net sand sebesar 80 ft pada
kedalaman 4.330 ft, karena lapisan top sand yang up dip, maka secara otomatis
Untuk menjaga sumur tetap berada pada jarak yang aman (clean sand),
pengontrol lapisan, dimana alat ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan alat
MWD/LWD lainnya, namun keunggulan dari alat ini adalah dapat mengukur
7 meter. Sehingga dapat diketahui apakah sumur berada dalam zona produktif
atau tidak.
4.5 Trajectory Actual Pilot Hole dan Trajectory Hole Sumur D-24
pemboran yang ada. Bila dibandingkan dengan parameter design lintasan pilot
hole sumur D-24 dengan parameter aktual lintasan pilot hole dan trajectory hole
sumur D-24 ada beberapa sedikit pergeseran. Perhitungan aktual lintasan pilot
Pada bahasan kali ini mebahas tentang data parameter aktual pilot hole
dari sumur D-24, berikut data yang didapat berdasarkan hasil survey report
lapangan.
Tabel 4.12
Dari nilai parameter yang didapat pada data aktual pilot hole sumur D-24
tersebut, nilai KOP, EOB berbeda dengan design plan. Namun meskipun
parameter tersebut berbeda antara pilot hole plan dengan data actual pilot hole
tidak menyebabkan arah lintasan menjadi jauh dengan kedalaman target. Artinya
dengan KOP, EOB, BUR yang dihasilkan dan TD actual tersebut pengeboran
pilot hole yang sudah dijelaskan di atas dilakukan plot terhadap TVD vs VS
Gambar 4.9 di bawah ini merupakan perbandingan antara data aktual yang
Terdapat pergeseran sebesar 0,50 ft pada titik EOB dari pilot hole yang
sudah direncanakan namun tidak masalah selama masih menyentuh daerah pay
Gambar 4.9
untuk mendapatkan gambaran aktual arah dari sumur pilot hole pada D-24 ini,
yang merupakan hasil perbandingan antara data survey report lapangan yang telah
direncakan sebelumnya.
Gambar 4.10
Pada pembahasan kali ini tentang data aktual dari pemboran sumur D-24
titik KOP yang sudah ditentukan atau direncanakan pada kedalaman 3.531 ft MD
83
menjadi 4.972,10 dengan total depth 5.600 ft MD menjadi 5.326 ft MD. Berikut
ini adalah paramater yang didapatkan dari data survey report di lapangan
Tabel 4.13
Berdasarkan parameter yang sudah diberikan di atas beserta data plan yang
dilakukan, maka untuk data survey actual yang di dapat untuk sumur D-24,
gambaran trajectory secara vertical (gambar 4.11) yang dihasilkan pada sumur D-
khusus nya pada measure depth yang di dapat dari total depth pemboran yakni
dari data plan seharusnya TD horizontal sumur berada pada 5.600 ft MD dan pada
84
actual yang di dapat justru lebih pendek sekitar 5.326 ft MD, dengan alasan untuk
didapat yakni 274 ft MD, keuntungan lain yang didapat yaitu menghemat biaya
dari total pemboran yakni US$ 3.096.151 karena actual horizontal hole yang
Gambar 4.11
untuk mendapatkan gambaran actual horizontal trajectory dari arah azimut sumur
ini (gambar 4.12), untuk menentukan posisi sumur yang telah direncanakan
Gambar 4.12
Perbandingan Well Plan Sumur D-24 Terhadap Kondisi Actual dan Plan