Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

ANALISIS TRAJECTORY PEMBORAN HORIZONTAL PADA

SUMUR ‘D-24’ LAPANGAN X

Pada pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana perencanaan lintasan

pemboran yang dilakukan dengan metoda horizontal drilling. Dalam

perencanaannya perlu diketahui terlebih dahulu alasan-alasan apa saja yang

menjadi dasar bahwa sumur ini harus dilakukan pemboran secara horizontal.

Perhitungan hasil perencanaan pemboran horisontal ini dihitung

menggunakan metode Minimum of Curvature yang merupakan hasil dari compass

software dan akan dibandingkan dengan 2 metode untuk mendapatkan metode

mana yang paling cocok diterapkan untuk sumur ini dan yang paling mendekati

dengan plan yang ada maka dipilih metode Minimum Of Curvature dan Radius Of

Curvature dengan alasan metode yang perhitungannya paling akurat

dibandingkan dengan metode perhitungan hasil survey lainnya dan merupakan

metode yang paling sering digunakan di lapangan.

Sebelum melakukan pemboran horisontal terlebih dahulu harus dibuat

perencanaannya (drilling planning), karena semua kegiatan-kegiatan yang nanti

akan dilakukan berpedoman pada program tersebut. Rencana pemboran sumur ini

menggunakan metode Minimum of Curvature. Berikut ini adalah profile

perencanaan lintasan pemboran, antara lain:

55
56

Tabel 4.1

Profile Perencanaan Lintasan Sumur D-24

Location Name D-24


Classification Development
Well Type Horizontal Type
Total Depth 5.600 ft MD
Location Lot / N 0 57' 40.379"
Long E 102 14' 59.648"
Surface N 106.404,703 m
Coordinate E 861.724,360 m
Subsurface N 106.493,00 m
Coordinate E 861.601,15 m
Main Target 4.330' (Bekasap Fm.)

Parameter perencanan lintasan pemboran horizontal tersebut

diperhitungkan dengan metode minimum of curvature dan radius of curvature

yang dapat dilihat pada bab III sebelumnya.

4.1 Alasan Dilakukannya Pemboran Horizontal

Lokasi rencana sumur D-24 terletak di sebelah Utara Kota Pekanbaru

yang mengarah ke arah Timur Laut Propinsi Riau. Sumur ini merupakan sumur

pemboran horisontal yang lokasinya dapat dicapai dengan kondisi jalan yang

cukup baik. Secara geografis lapangan X berada pada Coordinate Surface X :

861.724,360 m , Y : 106.404,703 m dengan Coordinat Subsurface X’ : 861.601,15

m , Y’ : 106.493,00 m dan mempunyai target kedalaman hingga 4.330 ft MD

untuk mencapai zona formasi yang direncanakan. Sumur D-24 ini merupakan
57

sumur horizontal yang bertujuan untuk menambah titik serap hidrokarbon di

lapangan X pada lapisan reservoir batu pasir serta dalam rangka

meningkatkan/menambah perolehan minyak di BOB PT. BSP – PERTAMINA

HULU. Bekasap merupakan formasi reservoir yang litologi nya terusun dari batu

pasir halus sampai kasar bersifat massif dan berselang-seling dengan serpih tipis.

Untuk perencanaan pemboran sumur horisontal D-24 diperlukan data-

data sebagai berikut :

Koordinat lokasi pemboran (posisi rig)

Koordinat & kedalaman target bawah tanah

Build up rate digunakan

Bentuk lintasan sumur

4.2 Perencanaan Lintasan Pemboran Horisontal

Pemboran pada sumur ini menggunakan metode build and hold atau yang

biasa dikenal dengan jenis Simple Curve. Metode ini digunakan karena metode ini

adalah metode yang paling cocok digunakan pada sumur horisontal ini. Untuk

membuat suatu lintasan pemboran horizontal harus diperhatikan letak, jarak, dan

lintasan serta arah sumur–sumur di sekelilingnya. maka perlu diperhatikan juga

profile dari setiap sumur di sekelilingnya. Tabel 4.2 adalah lithology formasi

target pada sumur D-24.


58

Tabel 4.2

Top Formation Depth Prognosis Sumur D-24

Top Formation Depth Prognosis


Depth (ft)
Formation
MD TVD TVDSS
Telisa Fm 2.326 2.312 2.278,20
Bekasap - 3940' Sd 3.940 3.945 3.911,20
Bekasap - 4050' Sd 4.073 4.037 4.003,20
Bekasap - 4160' Sd 4.174 4.137 4.103,20
Bekasap - 4250' Sd 4.295 4.256 4.222,20
Bekasap – 4330’ Sd (TD) 4.369 4.330 4.296,20

Untuk membuat perencanaan lintasan pemboran harus diperhatikan letak

dan jarak dari sumur sekitar, yaitu Anti Collision Risk. Agar sumur tidak saling

bertabrakan dalam satu waktu.. Anti Collision Risk sumur D-24 ini adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.3

Anti Collision Risk Sumur D-24 4)

Reference Distance
Offset Well
MD (ft) (ft)
X – 04 1.263,00 51,80
X – 01 2.705,30 1.798,70
X – 09 2.520,50 962,70
X – 11 2.515,10 1.071,60
X- 24 4.092,70 636,20
59

4.2.1 Perencanaan Pilot Hole Sumur D-24

Berdasarkan data yang telah dijelaskan di atas, maka didapat parameter

design lintasan untuk sumur D-24 dengan perhitungan metode Minimum of

Curvature yang menggunakan Compass Software berdasarkan data plan sumur.

Kemudian, berdasarkan parameter tersebut dibuat perencanaan lintasan pemboran

seperti di atas, dimana lintasan pemboran ini merupakan pilot hole plan atau

acuan horizontal driller dalam melakukan pelaksanaan pemboran. Tabel 4.4

menunjukan perencanaan pilot hole plan.

Tabel 4.4

Pilot Hole Plan Untuk Sumur D-24

MD Incl. Azi. TVD Build Rate Remark

(ft) (ft)

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surface

600 0,00 0,00 600 0,00 KOP

1.457,60 8,58 305,59 1.454,90 1,00 EOB

2.000 8,58 305,59 1.990,70 0,00 Surface

casing

4.363,80 8,58 305,59 4.330 0,00 Target pilot

4500.0 8,58 307,43 4.462,70 0,00 TD


60

Trajectory merupakan arah lintasan pemboran dari titik mulai bor sampai

mencapai target yang diinginkan. Pemboran sumur D-24 dilakukan dengan

metode Minimum of Curvature. Hal ini disebabkan dengan mempertimbangkan

alasan-alasan yang sudah dijelaskan di atas.

Trajectory plan merupakan lintasan yang dibuat sesuai perencanaan oleh

drilling engineer dengan memperhitungkan data inklinasi, measured depth,

azimuth dengan metoda Minimum of Curvature sehingga diperoleh parameter

untuk membuat well pilot plan-nya.

Untuk merancang perencanaan hasil pemboran pada sumur ini,

diperlukan data hasil survei dari Geologist dan Reservoir Engineer, terkait dengan

target yang akan dicapai. Pada trajectory yang dibuat untuk lintasan pemboran

sumur D-24 di lapangan X mengacu pada main target 4.330’sd.

Tabel 4.5

Target Detail Sumur D-24

Target Target
Target Layer Target Dimension
Geometry Thickness
Bekasap - 5 ft Up & 5 ft
Circle Type 50 ft Radius
4.330'sd Down

Hasil survei ini menunjukan bahwa target lapisan akan dicapai adalah

lapisan sandstone dengan kedalaman yang akan dicapai adalah 4.330 ft TVD.
61

Dari data di atas, dilakukan perhitungan guna menentukan titik KOP, EOB, dan

sudut inklinasi yang akan dibentuk pada build section.

Kemudian dilakukan analisa perhitungan untuk menentukan True

Vertical Depth (TVD), N/E (north/east), vertical section (VS) dan dog leg

severity (DLS).

Pada perencanaan lintasan pemboran ini dilakukan pembuatan Pilot Hole

terlebih dahulu untuk menentukan posisi dari horizontal target yang akan dicapai,

berikut ini adalah data paramaeter dari perencanaan pilot hole plan tersebut.

Tabel 4.6

Parameter Pilot Hole Plan Sumur D-24

Parameter Plan
KOP 1 (ft) 600
EOB 1 (ft) 1.457,60
BUR max. (deg/100ft) 1,00
Inc max. (deg) 8,58
Azimuth (deg) 305,59
Target Depth (ft MD) 4.363,80
Target Depth (ft TVD) 4.330,00
20" CP (ft MD) 110,00
13-3/8" CP (ft MD) 2.000-4.500
TD (ft MD) 4.500

Pada data perencanaan pemboran horisontal yakni pada pembentukan pilot

hole sebagai permulaan penentuan atau survei ada atau tidaknya minyak/gas di

lapisan yang akan dilakukan pemboran horisontal tersebut, atau biasa disebut
62

dengan penentuan Anti Collision Risk sumur D-24 tersebut parameter lainnya

yakni untuk menentukan titik horizontal target.

Berdasarkan parameter-parameter trajectory untuk pembentukan Pilot

Hole yang sudah diberikan dan dijelaskan di atas dilakukan plot terhadap TVD

(True Vertical Depth) vs VS (Vertical Section) untuk mendapatkan gambaran

pilot hole secara vertical (gambar 4.1)

KOP 1
1111

EOB 1
1111

KOP 1 = 600 ft MD
EOB 1 = 1.457,60 ft MD

.
TD = 4.500 ft MD

Gambar 4.1

Vertical View Pilot Hole Plan Sumur D-24


63

Kemudian dilakukan plot N/S (North/South) vs E/S (East/West) untuk

mendapatkan gambaran plan view pada sumur D-24 ini (gambar 4.2)

Gambar 4.2

Horizontal View Pilot Hole Plan Sumur D-24

4.2.2 Perencanaan Trajectory Hole Sumur D-24

Dalam penentuan perencanaan trajectory sumur D-24 lapangan X ini,

setelah dibuat rencana atau perencanaan pembuatan pilot hole beserta target

lapisan yang telah direncanakan sebelumnya, maka setelah itu dapat ditentukan

titik atau posisi pemboran selanjutnya yakni Trajectory Hole Plan sumur tersebut.
64

dimana dalam perencanaan ini telah ditentukan posisi. Tabel 4.7 di bawah adalah

trajectory hole plan dari sumur D-24 ini :

Tabel 4.7

Trajectory Hole Plan untuk sumur D-24

MD Incl. Azi. TVD Build Rate Remark

(ft) ( (ft)

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Surface

3.531,00 8,58 305,59 3.504,60 0,00 KOP 2

4.901,70 88,00 305,59 4.330 6,00 Casing Point

4.901,70 88,00 307,43 4.330 1,00 Landing

Point

5.600 90,50 305,59 4.316,30 0,00 TD

Dari data di atas menunjukan bahwa target lapisan yang akan dicapai

pada horizontal section adalah lapisan sandstone dengan kedalaman yang akan

dicapai adalah 4.330 ft TVD, dan direncanakan akan di pasang perfotated liner

pada kedalaman 4.901,70 ft – 5.600 ft MD, dengan TVD 4.330 ft, dengan lateral

section sebesar 700 MD. Dari data di atas, dilakukan perhitungan guna

menentukan titik KOP, EOB, dan sudut inklinasi yang akan dibentuk pada build

section.
65

Kemudian dilakukan pula perhitungan dengan metoda Minimum of

Curvature dan Radius of Curvature untuk menentukan True Vertical Depth

(TVD), N/E (North/East), Vertical Section (VS) dan Dog Leg Severity (DLS).

Berikut ini adalah data dari perencanaan parameter pembentukan horizontal

trajectory pada sumur D-24.

Tabel 4.8

Parameter Trajectory Hole Plan Sumur D-24

Parameter Plan

KOP 2 (ft) 3.531

EOB 2 (ft) 4.901,70

BUR max (deg/100ft) 6,00

Inc max. (deg) 90

Azimuth (deg) 305,59

Target Depth (ft MD) 4.901,70

Target Depth (ft TVD) 4.330

9-5/8" CP (ft MD) 4.853

6-5/8" CP (ft MD) 5.022,80

TD (ft MD) 5.600


66

Berdasarkan parameter-parameter di atas pembentukan horizontal hole

trajectory dilakukan plot terhadap TVD vs VS (vertical section) untuk

mendapatkan gambaran horizontal hole trajectory secara vertical (gambar 4.3)

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

KOP 2 = 3.531 ft MD
EOB 2 = 4.901,70 ft MD

.
TD = 5.600 ft MD

KOP 2

EOB 2

Gambar 4.3

Vertical View Trajectory Hole Plan Sumur D-24


67

Kemudian dilakukan plot anatara N/S (North/South) vs E/S (East/West)

untuk mendapatkan gambaran plan view (gambar 4.4)

Gambar 4.4

Horizontal View Trajectory Hole Plan Sumur D-24


68

Berdasarkan parameter – parameter tersebut maka dapat disusun

rangkaian BHA ( Bottom Hole Assembly ) yang akan digunakan dalam

pengeboran sumur D-24, susunan BHA tersebut adalah sebagai berikut,

Tabel 4.9

17 1/2” Hole HA Su ur D-24

DRILLING STRING / BHA #2


ID OD Length
QTTY DESCRIPTION
(in) (in) (ft)
1 BIT 17-1/2 8 1,10
1 MUD MOTOR 12-1/8 8-1/4 23,50
1 FLOAT SUB 8 8 1,80
1 S. STABILIZER 12-1/4 8 5,40
1 UBHO SUB 8 8 2,50
1 MWD 8-7/16 8-1/4 28,50
1 FLOW SUB 8 8 1,25
1 CROSS OVER 8 8 2,50
5 HWDP 6-1/2 5 150,00
1 JAR 6-1/2 6-1/2 31,75
15 HWDP 6-1/2 5 450,00

Kemudian dari data tersebut diteruskan untuk hole selanjutnya yang akan

di bor yakni pada hole ½” pada build section. Untuk data BHA hole ½” dapat

dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini.


69

Tabel 4.10

½” Hole HA Su ur D-24

DRILLING STRING / BHA #2

O.D. Length
QTTY DESCRIPTION ID (Inch)
(Inch) (Ft)
1 BIT - 8-1/2 1,00
1 DRILLING MTR 5-1/2 8-3/8 20,90
1 FLOAT SUB 2-7/8 6-3/4 2,50
1 8 1/8" STABILIZER 2-7/8 8 4,80
1 UBHO SUB 2-7/8 6-3/4 2,55
1 SLIM PULSE 3-7/8 6-7/8 30,00
1 SNMDC 2-7/8 6-3/4 30,25
5 HWDP 3 6-1/2 150,00
1 HYD. JAR 2-3/4 6-1/2 31,75
15 HWDP 3 6-1/2 450,00

4.3 Analisa Perbandingan Trajectory Hole dengan 2 Metode Perhitungan

Pada Sumur D-24

Berdasarkan parameter berserta hasil perhitungan yang sudah dilakukan

sebelumnya pada perencanaan pilot hole dan juga trajectory hole pada sumur D-

24 ini, maka langkah selanjutnya yakni menentukan design mana yang akan

dipakai terhadap perencanaan sumur ini, untuk data plan yang sudah dibahas di

atas menggunakan Minimum Of Curvature berdasarkan hasil compass software

yang kemudian akan dianalisa terhadap 2 metode yakni Minimum Of Curvature

dan Radius Of Curvature. Dari kedua metode perhitungan ini akan dilihat

bagaimana pola lintasan yang didapatkan. Diharapkan dari hasil perbandingan ini
70

akan dapat diketahui metode mana yang memberikan pola perencanaan lintasan

yang paling baik.

4.3.1 Perbandingan Plan dengan 2 Metode Pada Pilot Hole

Berikut ini adalah perbedaan antara plan pada design perencanaan pilot

hole sumur D-24 dengan kedua metode yang dipakai dapat dilihat pada gambar

dibawah ini (Gambar 4.5)

KOP 1 Plan = 600ft MD


KOP 1 Actual = 546 ft MD
EOB 1 Plan = 1.457,60 ft MD
EOB 1 Actual = 1.458,10 ft MD

KOP 1

EOB 1
11

Gambar 4.5

Perbandingan Plan dengan Kedua Metode Terhadap

Vertical View Pada Pilot Hole Sumur D-24


71

Kemudian dilakukan plot antara N/S (North/South) vs E/S (East/West)

untuk mendapatkan gambaran aktual arah dari sumur pilot hole pada sumur D-24

ini (Gambar 4.6).

Gambar 4.6

Perbandingan Plan dengan Kedua Metode Terhadap

Horizontal View Pada Pilot Hole Sumur D-24


72

4.3.2 Perbandingan Plan dengan 2 Metode Pada Trajectory Hole

Setelah mendapatkan perencanaan lintasan pada pilot hole target kemudian

langkah selanjutnya yakni pada inti dari pemboran horisontal ini sendiri yakni

pada perencanaan horizontal trajectory yang mengarah pada target depth yang

berada pada posisi horisontal.

Pada akhirnya yang dipilih adalah metode Minimum Of Curvature, karena

metode tersebut dirasa paling cocok dengan plan yang telah dibuat dan memiliki

beberapa pertimbangan diantaranya sudut yang dibangun pada keadaan KOP

(Kick Of Point) dan EOB (End Of Build) yang sama dengan metode Radius Of

Curvature tidak terlalu besar, sehingga mengurangi resiko stuck pipe yang akan

mengurangi nilai BUR (Build Up Rate) yang didapatkan.

Keuntungan yang lainnya yakni Lateral Section yang didapatkan pada

metode ini cukup panjang dan tidak melebihi zona yang direncanakan, meskipun

mempunyai kedalaman target TVD (True Vertical Depth) yang tidak terlalu jauh

(masih menyentuh pay zone)


73

Pada gambar 4.7 menunjukan perbandingan horizontal view berdasarkan

hasil perhitungan yang telah di dapatkan anatara actual plan dan kedua metode

yang dipakai pada trajectory hole.

KOP 2 Plan = 3.53 ft MD


KOP 2 Actual = 3.847 ft MD
EOB 2 Plan = 4.901,70 ft MD
EOB 2 Actual = 4.972,10 ft MD

KOP 2

EOB 2

Gambar 4.7

Perbandingan Plan dengan Kedua Metode Terhadap

Vertical View Pada Trajectory Hole Sumur D-24


74

Kemudian dilakukan plot antara N/S (North/South) vs E/S (East/West)

untuk mendapatkan gambaran aktual arah azimut dari sumur pilot hole pada

sumur D-24 ini (Gambar 4.8)

Gambar 4.8

Perbandingan Plan dengan Kedua Metode Terhadap

Horizontal View Pada Trajectory Hole Sumur D-24

Setelah semua perhitungan dan hasil didapatkan dari hasil analisa terhadap

plan pemboran sumur horisontal ini maka, dapat diketahui perbedaan yang
75

terdapat pada plan dengan data aktual pada kedua metode yang dipakai ini. Tabel

4.11 menunjukan perbedaannya.

Tabel 4.11

Perbandingan Hasil Actual dengan Plan Menggunakan Kedua Metode

Pada Sumur D-24

Actual (MOC) Plan (MOC) Minimum Radius

(ft) (ft) (ft) (ft)

KOP 1 (ft) 546 600 600 600

EOB 1 (ft) 1.458,10 1.457,60 1.457,60 1.480,40

KOP 2 (ft) 3.847 3.531 3.531 3.486,40

EOB 2 (ft) 4.972,10 4.901,70 4.901,70 4.950

TD (ft TVD) 4.330,60 4.330 4.330 4.306,70

E/W (ft) -1.418,20 -1.437,60 -1.437,60 -1.440,70

N/S (ft) 997,80 1028,80 1028,80 1.037,40

MD (ft) 5.326 5600 5.600 5.600

A u 304,68 305,59 305,59 305,63


76

4.4 Simulasi dan Actual Model

Setelah perencanaan disusun, lakukan simulasi model untuk memudahkan

dalam melakukan analisa trajectory plan terhadap kondisi realtime-nya agar

lintasan sumur tidak meleset jauh dari perencanaan dan dapat mengoptimalkan

posisi sumur lateral pada zona produktif. Adapun, langkahnya adalah sebagai

berikut:

1. Pre model.

2. Pilot Hole Model

3. Landing Model

4. Lateral Section Model

Langkah-langkah di atas merupakan perencanaan awal dalam proses

pemboran horizontal pada sumur ini, namun tidak menjadi dasar dalam

pelaksanaannya karena perlu dievaluasi terhadap kondisi struktur lapisan bawah

permukaan yang dinamis.

4.4.1 Pre Model

Sebelum melakukan perencanaan pemboran horisontal, perlu dilakukan

study terlebih dahulu guna mendapatkan data yang selanjutnya diolah untuk

mendapatkan gambaran kondisi lapisan sumur target. Dan selanjutnya data

tersebut diolah dengan menggunakan rangkaian BHA yang telah ditentukan maka

perencanaan pun dapat dikerjakan.


77

Disamping itu, diperlukan juga data survey sumur sekitar untuk

mengetahui update lapisan yang menjadi target. Setelah selesai, data tersebut

dikumpulkan, lalu di-input ke dalam sebuah software guna membuat model

simulasinya. Langkah ini dilakukan untuk memberikan gambaran bawah

permukaan di lapangan dan sumur itu sendiri terhadap trajectory yang telah

direncanakan dengan mengkorelasikan data-data yang ada.

4.4.2 Pilot Hole Model

Pilot hole merupakan lubang sumur yang berfungsi untuk mengetahui

posisi layer formasi target, yaitu top bottom formation dan batas fluida yang pada

formasi tersebut, sehingga dengan data yang diperoleh dari pilot hole ini, dapat

diketahui posisi layer sebenarnya dan dijadikan acuan untuk meng-update

trajectory plan berdasarkan pre-modelnya. Hal yang harus diperhatikan dalam

me-running model ini adalah data realtime dan data survey-nya.

Sumur vertikal atau sumur pilot mendefinisikan TVD target secara

realtime dan juga memberikan informasi mengenai perubahan litologi dalam

formasi. Kemudian lubang sumur pilot di-plug back, sidetrack dan di bor untuk

sumur horisontal dalam posisi yang lebih optimal dan efisien.

Pilot hole model merupakan gambaran simulasi dari pilot hole yang ada

pada subsurface. Dengan harapan, model ini dapat mempresentasikan keadaan di

bawah permukaannya.
78

4.4.3 Landing Model

Landing model adalah model lintasan pemboran dari surface location

hingga landing point yang telah ditentukan. Sedangkan landing point merupakan

titik dimana akan dimulai atau dilakukannya pembor l er l e de sudu

u u e e well pada zona yang produktif. Hal ini dilakukan untuk

menhindari daerah yang diindikasi kurang produktif dan ada nya OWC (Oil Water

Contact).

Yang harus diperhatikan dalam penentuan landing point adalah posisi

reservoir yang diinginkan atau projection ahead dari survei akhir yang dilakukan

sedetail mungkin. Pekerjaan ini dilakukan oleh Geologist untuk meng-update

lapisan yang selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan trajectory.

Pada kondisi actual landing ini diusahakan sehalus mungkin (smooth

landing), sehingga ketika lateral, sumur berada pada zona yang aman pada lapisan

produktif (clean zone). Landing model ini juga berfungsi untuk meng-update pre

model dari pilot model berdasarkan data realtime-nya.

4.4.4 Lateral Section Model

Lateral section atau biasa disebut juga horizontal section, merupakan

lintasan pemboran setelah dilakukannya operasi landing terhadap landing point

yang telah ditentukan. Lateral section ini, pada umumnya memiliki sudut hampir

u d su ur D-24 ini sudut yang d e u ele u .


79

Hal ini disebabkan untuk menjaga sumur agar tetap berada pada jarak yang telah

ditentukan (clean sand) yakni 20 ft dari top productive net sand sebesar 80 ft pada

kedalaman 4.330 ft, karena lapisan top sand yang up dip, maka secara otomatis

lintasan sumur menjadi naik mengikuti top bedding-nya.

Untuk menjaga sumur tetap berada pada jarak yang aman (clean sand),

maka digunakan alat geosteering, yaitu Periscope yang berfungsi sebagai

pengontrol lapisan, dimana alat ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan alat

MWD/LWD lainnya, namun keunggulan dari alat ini adalah dapat mengukur

o du s u d d se el l ) dengan jarak kurang lebih 5-

7 meter. Sehingga dapat diketahui apakah sumur berada dalam zona produktif

atau tidak.

4.5 Trajectory Actual Pilot Hole dan Trajectory Hole Sumur D-24

Setelah ditentukan metode yang dipakai yakni Minimum of Curvature

maka langkah selanjutnya adalah membandingkan metode tersebut dengan aktual

pemboran yang ada. Bila dibandingkan dengan parameter design lintasan pilot

hole sumur D-24 dengan parameter aktual lintasan pilot hole dan trajectory hole

sumur D-24 ada beberapa sedikit pergeseran. Perhitungan aktual lintasan pilot

hole dan trajectory hole sumur D-24 dilampirkan pada Lampiran B.


80

4.5.1 Actual Pilot Hole Sumur D-24

Pada bahasan kali ini mebahas tentang data parameter aktual pilot hole

dari sumur D-24, berikut data yang didapat berdasarkan hasil survey report

lapangan.

Tabel 4.12

Parameter Plan dan Actual Pilot Hole Sumur D-24

Parameter Plan Actual (MOC)


KOP (ft) 600 546
EOB (ft) 1.457,60 1.458,10
BUR max. (deg/100ft) 1,00 2,35
Inc max. (deg) 8,58 9,33
Azimuth (deg) 305,59 303,51
Target Depth (ft MD) 4.363,80 4.365,70
Target Depth (ft TVD) 4.330 4.328,10
20" CP (ft MD) 110 110
13-3/8" CP (ft MD) 2.000 2.000
TD (ft MD) 4.500 4.500

Dari nilai parameter yang didapat pada data aktual pilot hole sumur D-24

tersebut, nilai KOP, EOB berbeda dengan design plan. Namun meskipun

parameter tersebut berbeda antara pilot hole plan dengan data actual pilot hole

tidak menyebabkan arah lintasan menjadi jauh dengan kedalaman target. Artinya

dengan KOP, EOB, BUR yang dihasilkan dan TD actual tersebut pengeboran

masih hit the main target ( pay zone ).


81

Berdasarkan parameter-parameter di atas untuk pembentukan hasil survey

pilot hole yang sudah dijelaskan di atas dilakukan plot terhadap TVD vs VS

(vertical view) untuk mendapatkan gambaran pilot hole secara vertikal.

Gambar 4.9 di bawah ini merupakan perbandingan antara data aktual yang

didapat dengan data perencanaan yang telah dibuat.

Terdapat pergeseran sebesar 0,50 ft pada titik EOB dari pilot hole yang

sudah direncanakan namun tidak masalah selama masih menyentuh daerah pay

zone / main target yang diinginkan.

Gambar 4.9

Perbandingan Well Plan Sumur D-24 Terhadap Kondisi

Actual dan Plan Vertical View Pada Pilot Hole


82

Kemudian dilakukan plot antara N/S (North/South) vs E/S (East/West)

untuk mendapatkan gambaran aktual arah dari sumur pilot hole pada D-24 ini,

yang merupakan hasil perbandingan antara data survey report lapangan yang telah

direncakan sebelumnya.

Gambar 4.10

Perbandingan Well Plan Sumur D-24 Terhadap Kondisi

Actual dan Plan Horizontal View Pada Pilot Hole

4.5.2 Actual Trajectory Hole Sumur D-24

Pada pembahasan kali ini tentang data aktual dari pemboran sumur D-24

yakni pemboran lubang sumur yang mengarah ke horizontal target berdasarkan

titik KOP yang sudah ditentukan atau direncanakan pada kedalaman 3.531 ft MD
83

menjadi 3.847 ft MD dan akan mengarah pada EOB di kedalaman 4.901,70 ft MD

menjadi 4.972,10 dengan total depth 5.600 ft MD menjadi 5.326 ft MD. Berikut

ini adalah paramater yang didapatkan dari data survey report di lapangan

mengenai horizontal trajectory.

Tabel 4.13

Parameter Plan dan Actual Trajectory Hole Sumur D-24

Parameter Plan Actual (MOC)


KOP (ft) 3.531 3.847
EOB (ft) 4.901,70 4.972,10
BUR max. (deg/100ft) 6 7,71
Inc max. (deg) 90 90,39
Azimuth (deg) 305,59 306,68
Target Depth (ft MD) 4.901,70 4.900
Target Depth (ft TVD) 4.330 4.330, 60
9-5/8" CP (ft MD) 4.853 4.876
6-5/8" CP (ft MD) 5.022,80 5.050
TD (ft MD) 5.600 5.326

Berdasarkan parameter yang sudah diberikan di atas beserta data plan yang

dilakukan, maka untuk data survey actual yang di dapat untuk sumur D-24,

kemudian dilakukan plot antara TVD vs VS (vertical section) untuk mendapatkan

gambaran trajectory secara vertical (gambar 4.11) yang dihasilkan pada sumur D-

24 yang menggunakan sistem pemboran horisontal, terdapat pergeseran lintasan

khusus nya pada measure depth yang di dapat dari total depth pemboran yakni

dari data plan seharusnya TD horizontal sumur berada pada 5.600 ft MD dan pada
84

actual yang di dapat justru lebih pendek sekitar 5.326 ft MD, dengan alasan untuk

mendapatkan rate yang diinginkan serta untuk menghindari terjadinya water

cresting, menghambat terjadinya break through dengan selisih trajectory yang

didapat yakni 274 ft MD, keuntungan lain yang didapat yaitu menghemat biaya

dari total pemboran yakni US$ 3.096.151 karena actual horizontal hole yang

didapat lebih pendek dari yang di rencanakan.

Gambar 4.11

Perbandingan Well Plan Sumur D-24 Terhadap Kondisi

Actual dan Plan Vertical View Pada Trajectory Hole


85

Kemudian dilakukan plot antara N/S (North/South) vs E/W (East/West)

untuk mendapatkan gambaran actual horizontal trajectory dari arah azimut sumur

ini (gambar 4.12), untuk menentukan posisi sumur yang telah direncanakan

dengan hasil survey lapangan yang ada.

Gambar 4.12

Perbandingan Well Plan Sumur D-24 Terhadap Kondisi Actual dan Plan

Horizontal View Pada Trajectory Hole

Anda mungkin juga menyukai