Anda di halaman 1dari 5

10.4.

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini PSBOR minggu kelima acara pertama ini membahas
mengenai Sistem Perlatan Pemboran Berarah (Directional Drilling). Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem peralatan pemboran
berarah bekerja dalam suatu sistem pemboran beserta komponen-komponennya.
Pemboran berarah adalah seni membelokkan lubang sumur untuk kemudian
diarahkan ke suatu sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak vertikal di
bawah mulut sumur.
Pemboran berarah dilakukan jika melihat kondisi permukaan, reservoir
berada di bawah kota yang mempunyai bangunan bersejarah, lalu lintas yang ramai
ataupun di bawah lingkungan perumahan yang padat, reservoir berada di bawah
danau, rawa, atau sungai yang mana terdapat berbagai hal yang dapat
menghalanginya contohnya seperti terdapat tanaman bakau atau hutan mangrove
dimana bila dilakukan straight hole drilling harus dibuatkan platform, dan reservoir
di bawah daerah bertebing terjal jika dilakukan pemboran tegak akan mengalami
kesulitan. Sedangkan berdasarkan alasan geologi, adanya patahan dimana jika
dilakukan pemboran yang melewati zona patahan tersebut akan terjadi mud loss dan
kerugian di kemudian hari apabila patahan ini aktif, dan adanya kubah garam
dimana jika dilakukan pemboran lurus yang melewati kubah garam ini maka akan
timbul problem lumpur dan lumpur akan melarutkan garam dan dapat menyebabkan
caving yang dapat mengakibatkan runtuhnya formasi, dan juga dapat menyebabkan
pada pipa karena dari sifat garam sendiri adalah asam yang membuat garam ini
dapat merusak pipa apabila sudah terlanjut melakukan pengeboran pada kawah
garam ini lebih baik untuk mengganti lubang yang baru. Selain itu, alasan dilakukan
pemboran berarah adalah mengatasi semburan liar (blow out) dengan relief well,
menghindari garis batas di permukaan, dan menyimpang dari garis lurus.
Sedangkan alasan dilakukannya pemboran horizontal yaitu apabila reservoir migas
berbentuk tipis tetapi luas, reservoir terletak di offshore karena biaya untuk sewa
platform sangat mahal maka dipakai sistem cluster di mana dari satu lokasi dibuat
beberapa buah sumur, menghambat terjadinya gas coning dan water coning di mana
water coning dapat terjadi pada reservoir yang memiliki akumulasi air di bawah
kolom minyak pada sistem reservoirnya, dan adanya lensa-lensa yaitu bila terdiri
dari beberapa lensa dan diinginkan untuk ditembus sekaligus maka lubang bor
dirancang dan diarahkan untuk menembus lensa-lensa tersebut.
Tujuan dilakukannya pemboran berarah yaitu untuk meningkatkan recovery
sumur, membuat reservoir yang sudah tidak ekonomis bila dikembangkan dengan
pemboran tegak, menjadi ekonomis kembali bila dikembangkan dengan pemboran
horizontal, dan memperkecil terjadinya water and gas coning.
Terminologi yang digunakan pada pemboran berarah di antaranya adalah
KOP, BUR, TVD, MD, EOB, DOR, build-up section, drop of rate, tangent section,
sudut azimuth, dan sudut inklinasi. Kick-off point (KOP) merupakan kedalaman
dimana sumur pertama menyimpang dari vertical dimana lubang mulai diarahkan
dimana pada titik ini mulai dipasang alat pembelok. Build-up rate (BUR)
merupakan bagian saat sudut dari KOP mulai terbentuk yang terhitung dalam satuan
(°/30 m). Build up section atau pembukaan sudut mulai pada saat kedalaman titik
belok atau kick off point hingga dimulainya kedalaman titik tangent section. True
vertical depth (TVD) merupakan kedalaman yang diukur secara vertical dari titik
lokasi sampai suatu titik di dalam lubang dan biasanya digunakan dalam
perhitungan tekanan hidrostatis lumpur. Measured depth (MD) merupakan istilah
untuk ukuran depth yang diukur berdasarkan vertica lubang atau vertica rangkaian
pemboran. End of build-up (EOB) merupskan akhir dari pembentukan sudut
pemboran. Drop of rate (DOR) merupakan bagian vertical pada pemboran berarah.
Tangen Section adalah bagian dari lubang bor yang mempunyai arah dan sudut
yang konstan setalah kenaikan sudut inkllinasinya dimana tangent section
merupakan akhir dari build up section. Sudut azimuth merupakan sudut (°)
penyimpangan lubang berdasarkan sumbu bumi. Sedangkan sudut inklinasi adalah
sudut yang diukur terhadap sumur vertical yaitu dari permukaan ke KOP dan sumur
horizontal yaitu dari EOB ke sumur target.
Macam-macam bentuk pemboran berarah berupa shallow deviation, s-
shaped, modified s shape, continuous build, horizontal drilling. Build and hold
(shallow deviation) menggunakan defleksi awal yang dangkal (shallow) dan
pendekatan sudut lurus ke target. Lubang sumur menembus target pada sudut yang
sama dengan sudut build up maksimum. Build, hold, and drop (s-shaped) terdiri
dari bagian vertical, kick of point, build-up section, tangent section, drop-off
section, dan hold section yang berupa bentuk S sehingga membutuhkan inklinasi
tinggi untuk mencapai target. Build, hold, and partial drop (modified s-shaped)
digambarkan dengan defleksi yang vertical dangkal (shallow). Pola ini menahan
sudut hingga sumur mencapai vertical besar horizontal displacement yang
diperlukan. Pada titik ini, sudut dikurangi hingga beberapa derajat untuk mencapai
target. Lubang sumur menembus target pada inklinasi kurang dari inklinasi
maksimum di bagian hold section. Continuous build (deep deviation) memiliki
defleksi awal yang vertical dalam (deep) sehingga membentuk huruf J. Sedangkan
horizontal drilling adalah salah satu tipe drilling yang kemiringannya mencapai 900
melalui reservoir section.
Alat-alat yang digunakan untuk membelokkan arah pemboran meliputi:
spud bit, badger bit, knuckle joint, whipstock, turbo drill, dyna drill. Pada alat turbo
drill dan dyna drill menggunakan prinsip rotating. Pemilihan jenis pembelok pada
pemboran berarah disesuaikan dengan kondisi batuan pada formasi yang akan
ditembus. Alat penunjang pada pembentukan sudut, antara lain adalah down hole
motor, bent sub, non magnetic drill collar, stabilizer dan peralatan pendukung
lainnya. Prinsip kerja badger bit yakni salah satu nozzle pada bit yang ukurannya
lebih besar dari yang lainnya, hal ini akan mengakibatkan semburan lumpur yang
lebih besar sehingga lubang akan membelok vertica di mana ukuran nozzle yang
lebih besar. Spud bit berupa bit tanpa roller, bentuknya seperti baji dan mempunyai
nozzle. Secara umum cara kerja alat ini sama dengan badger bit tapi pada spud bit
juga ditambahkan tumbukan. Knuckle joint merupakan suatu drill string yang
diperpanjang dengan sendiri peluru, sehingga memungkinkan putaran bersudut
antara drill string dengan bit-nya. Whipstock merupakan alat yang terbuat dari besi
tuang yang berbentuk baji dengan saluran yang melengkung tempat bergeraknya bit
besi tuang yang berbentuk baji pada whipstock tertahan di formasi keras atau
sebelumnya formasi bagian bawah whipstock di semen sehingga nantinya dapat
menahan tekanan bit dan membelokannya. Turbo drill berfungsi sebagai pembelok
pada pemboran berarah, memiliki mekanisme kerja dengan menyambungkan bit
dengan drill string dengan membentuk sudut tertentu sehingga didapat pembelokan
yang kontinyu. Dyna drill berfungsi sebagai down hole mud motor pada pemboran
berarah dimana drill string tidak berputar akan tetapi bit nya saja yang berputar dan
bila rotor diputar, pompa akan menghisap cairan dan akan mengalirkannya ke
saluran yang telah ditentukan. Tenaga hidrolis dari cairan pengeboran akan
mengubah motor yang berbentuk sudut-sudut menjadi tenaga mekanis. Aliran
fluida pemboran yang dipompakan melalui rangkaian pemboran dengan kapasitas
aliran tertentu akan memutar motor dyna drill. Putaran motor ini akan diteruskan
ke pahat sehingga terjadi proses pengeboran.
Pada pemboran berarah, pada kedalaman titik tertentu, lubang bor diarahkan
ke sasaran yang dikehendaki dengan sudut kemiringan tertentu menggunakan
deflection tools. Sewaktu membelokkan lubang bor dengan alat pembelok lubang
bor harus selalu vertica dimana sudut tersebut dapat mencapai sasaran. Pengarahan
ini dapat dilakukan pada titik belok atau setelahnya apabila ternyata lubang yang
dibuat telah menyimpang dari sasaran yang dikehendaki. Setelah mencapai sudut
tertentu maka digunakan Bottom Hole Assembly (BHA) baik untuk menambah
sudut atau memantapkan sudutnya.
Pada praktikum ini, diberikan beberapa data, Dari data studi kasus yang
diberikan, diperoleh nilai Rb sebesar 2678,2747 ft, nilai TVD in build section
sebesar 7000 ft, MD sebesar 2336,0505 ft.
Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui apa
saja alat dan mekanisme kerja dalam melakukan pemboran berarah, beserta dengan
alat dan metode yang digunakan dalam melakukan pemboran berarah sehingga
dapat tetap menembus lokasi hidrokarbon yang tidak tepat berada dibawah
permukaan titik bor secara vertical.
10.5. KESIMPULAN
1. Pemboran berarah mempunyai pengertian kegiatan membelokkan
lubang sumur untuk kemudian diarahkan ke suatu sasaran tertentu di
dalam formasi yang tidak terletak vertikal di bawah sumur.
2. Tujuan dilakukannya pemboran berarah yaitu untuk meningkatkan
recovery sumur, membuat reservoir yang sudah tidak ekonomis bila
dikembangkan dengan pemboran tegak, menjadi ekonomis kembali
bila dikembangkan dengan pemboran horizontal, dan memperkecil
terjadinya water and gas coning.
3. Pemboran berarah digunakan karena beberapa alasan berupa alasan
topografis, geologis, ekonomi, dan teknis.
4. Macam-macam bentuk pemboran berarah berupa shallow deviation, s-
shaped, modified s shape, continuous build, horizontal drilling.
5. Dari studi kasus yang disajikan diperoleh nilai Rb sebesar 2678,2747
ft, Measurement Depth sebesar 2336,0507 ft, dan TVD in build section
sebesar 7000 ft.
6. Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui
apa saja alat dan mekanisme kerja dalam melakukan pemboran berarah,
beserta dengan alat dan metode yang digunakan dalam melakukan
pemboran berarah sehingga dapat tetap menembus lokasi hidrokarbon
yang tidak tepat berada dibawah permukaan titik bor secara vertical.

Anda mungkin juga menyukai