Peneliti:
LIVIA ANGGRAENI
NIM: 00121047
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
11 April 2023
Oleh
LIVIA ANGGRAENI
00121047
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Awal Bros
ii
Bd. Aminah Aatina Adhyatma, SST.,M.Keb
NIDN : 1019019003
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Dengan Anak Kejang Demam di
RSBT Karimun Tahun 2023” adalah hasil karya saya sendiri bukan merupakan jiplakan hasil
karya orang lain kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika kemudian hari
pernyataan yang saya buat ini ternyata tidak betul, maka status kelulusan dan gelar yang saya
peroleh menjadi batal dengan sendirinya.
Livia Anggraeni
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal. Proposal ini
diajukan untuk memenuhi syarat penyelesaian pendidikan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Awal Bros. Selama penyusunan proposal ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Terutama Ibu Fitriany
selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran yang telah
penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa bangga kepada:
2. Ibu Ns. Rachmawati M. Nor, M. Kep selaku Wakil Rektor I Universitas Awal
Bros.
3. Ibu Dr. Yulianti Wulandari, S.KM, MARS selaku Wakil Rektor II Universitas
Awal Bros.
4. Ibu Bd. Aminah Aatina Adhyatma, M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
7. Ibu Sri Muharni, S.Kep, Ners, M.Kep selaku Kaprodi Studi Ilmu Kepala Program
v
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners
9. Direktur Rumah Sakit Bakti Timah Karimun berserta staf yang telah memberikan
10. Teristimewa keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan motivasi dan
11. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah memberikan dukungan semangat dan
Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya,
penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah membalas segala kebaikan yang
Batam,
April
2023
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS..............................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................................viii
DAFTAR BAGAN............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................xi
ABSTRAK......................................................................................................................xii
ABSTRACT.....................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................6
D. Manfaat Penelitian............................................................................................6
E. Ruang Lingkup..................................................................................................7
F. Penelitian Terkait..............................................................................................7
A. Telaah Pustaka..................................................................................................8
B. Kerangka Teori................................................................................................36
vii
C. Kerangka Konsep............................................................................................37
D. Hipotesis.........................................................................................................37
E. Definisi Operasional........................................................................................38
F. Pengolahan Data..............................................................................................46
G. Analisa Data....................................................................................................48
H. Etika Penelitian...............................................................................................49
A. Hasil Penelitian...............................................................................................50
BAB V PEMBAHASAN
B. Implikasi Penelitian........................................................................................62
C. Keterbatasan Penelitian...................................................................................62
A. Kesimpulan.....................................................................................................63
viii
B. Saran...............................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5 Hubungan Usia Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua Dengan Anak
Kejang Demam................................................................................................................52
4.6 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua Dengan
4.7 Hubungan Pendidikan Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua Dengan Anak
Kejang Demam................................................................................................................53
ix
4.8 Hubungan Pengetahuan Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua Dengan Anak
Kejang Demam................................................................................................................54
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 9 Kuesioner
Lampiran 11 Dokumentasi
xii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AWAL BROS BATAM
ABSTRAK
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara
langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan
tersebut dapat terjadi pada orang tua karena kecemasan orang tua bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya oleh factor kehidupan anaknya. Kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38°C. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua
dengan anak demam kejang di Rumah Sakit Bakti Timah Karimun. Desain studi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu
Total sampling sebanyak 30 responden. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji ChiSquare. Hasil penelitian yang diperoleh adalah P Value
sebesar 0,006 (usia) p value < 0,05, P Value sebesar 0,015 (jenis kelamin),p value < 0,05, P
Value sebesar 0,001 (pendidikan) p value < 0,05, P Value sebesar 0,002 (pengetahuan) p
value < 0,05, P Value sebesar 0,026 (status ekonomi(jaminan kesehatan)) p value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, pendidikan,pengetahuan dan status
ekonomi (jaminan kesehatan) terhadap tingkat kecemasan orangtua dengan anak demam
kejang.
xiii
NURSING SCIENCE PROGRAM
AWAL BROS HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE
ABSTRACT
Anxiety is a subjective experience of the individual and cannot be observed directly and is an
emotional state without a specific object. This anxiety can occur in parents because parental
anxiety can be influenced by several factors, one of which is the child's life factor. Febrile
seizures are seizures that occur when the body temperature rises above 38°C. The purpose of
this study was to find out what factors were related to the level of anxiety of parents with
children with febrile seizures at Bakti Timah Karimun Hospital. The study design that will be
used in this research is cross sectional. The sampling technique is the total sampling of 30
respondents. The analysis used was univariate and bivariate analysis using the ChiSquare
test. The research results obtained were a P value of 0.006 (age) p value <0.05, a P value of
0.015 (gender), a p value <0.05, a P value of 0.001 (education) a p value <0.05, P Value of
0.002 (knowledge) p value <0.05, P value of 0.026 (economic status (health insurance)) p
value <0.05 so it can be concluded that Ha is accepted and Ho is rejected. It can be
concluded that there is a significant relationship between age, gender, education, knowledge
and economic status (health insurance) on the anxiety level of parents with children with
febrile seizures.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
besar dikelompokkan menjadi dua yaitu masalah kesehatan anak yang terdapat di negara
maju seperti Amerika, Jepang dan Belanda dan negara berkembang seperti India,
Malaysia dan Indonesia. Jika dilihat tinjauan dari indikator kesehatan maka masalah
kesehatan di Indonesia masih tinggi morbiditas dan mortalitas pada golongan bayi dan
balita. Yang paling banyak disebabkan oleh lingkungan yang kurang menunjang mutu
pelayanan kesehatan yang rendah dan keadaan sosial, ekonomi, budaya, dan masyarakat
yang kurang memadai. Penyakit yang sering menjangkit anak adalah diare,
hiperbilirubinemia, afiksia, campak, berat bayi lahir rendah, pneumonia, dan salah
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu
tubuh diatas 38ºC) karena terjadi kelainan ekstrakranial. Kejang demam atau febrile
convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016). Kejang demam adalah perubahan
aktivitas motorik yang bersifat paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya
aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,
2018). Jadi dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
peningkatan suhu tubuh pada anak yang mengakibatkan kejang yang disebabkan oleh
proses ekstrakranial.
bulan sampai 5 tahun di Amerika Serikat dan Barat. Eropa dengan kejadian usia 12-18
1
bulan, sedangkan kejang demam di Asia lebih sering dan lebih banyak terjadi seperti
India 5-10%. Di Jepang, kejadian kejang demam pada anak 6-9%. Kejadian yang
tertinggi di Guamese yaitu 14%. Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki
maturasi serebral lebih cepat dibanding pada laki-laki (Leung, Hon & Leung, 2018 dalam
Rosa, 2020).
tahun pada tahun 2012-2013. 5 (6,5%) diantaranya 83 pasien kejang demam menjadi
epilepsy, sekitar 16% anak akan mengalami kejang berulang dalam 24 jam pertama, bila
anak mengalami demam yang pertama dilakukan yaitu menurunkan suhu badannya
(Depkes RI, 2017 dalam Rosa, 2020). Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada
tahun 2016 mencapai 2-5% dengan 85% yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan.
Tahun 2017, sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan mengalami peningkatan
pada tahun 2018 dengan kejadian kejang sebesar 22,2% (Angelia et al., 2019). Sedangkan
untuk daerah Tg. balai karimun Kepulauan Riau sendiri, angka kejadian kejang demam
pada tahun 2017 terdapat 83 anak dan pada tahun 2019 masih mengalami peningkatan
jumlah penderita kejang demam pada anak yaitu 98 anak (Dinkes Karimun, 2018).
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada
anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak
yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan
sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Windawati & Alfiyanti,
2020). Bangkitan kejang berhubungan dengan usia, tingkatan suhu serta kecepatan
tingkatan suhu, termasuk faktor hereditas juga memiliki peran terhadap bangkitan kejang
demam dimana pada anggota keluarga penderita memiliki peluang untuk mengalami
2
Orang tua merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas seorang anak,
dari sejak lahir hingga anak tumbuh menjadi pribadi yang dewasa. Orang tua mempunyai
tua mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan dasar anak yang meliputi kebutuhan
stimulasi mental untuk proses belajar pada anak (asah) (Anggono,2019). Orang tua adalah
bagian dari rumah tangga yang dibutuhkan untuk merawat anak secara terampil agar tetap
sehat. Orang tua berpengaruh dalam melakukan tindakan, semakin baik pengetahuan
orang tua tentang penyakit atau masalah kesehatan maka semakin baik juga dalam
Kebanyakan orang tua tidak menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari kejang
penanganan pertama, diikuti kondisi kegawatdaruratan lain yang terjadi pada anak adalah
sesak nafas, kenaikan suhu yang terus menerus dan cedera fisik. Setiap kejang yang lama
(lebih dari 5 menit) berdampak membahayakan karena dapat menyebabkan kerusakan sel-
sel otak akibat kekurangan oksigen, semakin lama dan semakin sering kejang maka sel-
sel otak yang rusak akan semakin banyak (Resti et al., 2020).
Kondisi kecemasan dapat sering dialami orang tua karena demam dilaporkan
merupakan keluhan yang tersering disampaikan orang tua saat membawa anaknya
95% orang tua merasa khawatir, kekhawatiran tersebut disebabkan karena takut terjadi
kejang berulang dan menjadi penyakit yang berat (Purwoko,Ismail, 2018). Kekhawatiran
dan kecemasan orang tua akan berpengaruh pada aspek fisik orang tua. Respon fisik yang
dialami orang tua pada kejadian kejang pada anaknya yaitu gemetar, dyspepsia, anoreksia
3
serta gangguan tidur (Jones Jacobs,2017). Gangguan fisik tersebut dapat terjadi sebagai
akibat adanya masalah pada aspek psikis dari seseorang. Selain pada aspek fisik,
kecemasan orang tua dapat berprilaku negatif dalam memberikan perawatan pada
anaknya terutama pada tingkat kecemasan berat. Orang tua sering membuat keputusan
tidak rasional saat cemas sehingga tidak efektif dalam memberikan perawatan yang tepat
Penanganan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua
khususnya ibu. Pengetahuan ibu tentang kejang demam merupakan peran penting yang
tentang kejang demam dapat melakukan penanganan yang baik untuk anaknya (Langging
et al., 2019). Penanganan kejang demam harus didasari dengan pengetahuan yang benar
tentang kejang demam dan memerlukan pembelajaran yang tepat melalui pendidikan baik
Hasil penelitian Rofiqoh (2019) yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa sebagian besar (84,9%) ibu pada anak kejang demam mengalami
cemas berat. Hanya sebagian kecil (15,1%) ibu yang mengalami cemas sedang serta tidak
satupun ibu yang mengalami cemas ringan. Menurut penelitian Wals et al. (2018) bahwa
cemas berat yang dialami ibu pada anak yang mengalami kejang demam disebabkan
karena ibu khawatir terjadi kerusakan otak pada anak, anak terluka, tidak bisa bernafas,
menjadi tidak sadar dan bahkan meninggal. Dan hasil penelitian Wulan (2020) bahwa
tingkat kecemasan pada saat anak mengalami kejang demam maka diperlukan adanya
peningkatan pengetahuan dengan cara pemberian pendidikan kesehatan pada orang tua
4
Rumah Sakit Bakti Timah merupakan salah satu rumah sakit yang terletak di
Kecamatan Tebing, Tg. Balai Karimun dimana terdapat 31 orang tua yang membawa
anaknya ke Instalasi Gawat Darurat yang memiliki anak dan terdiri dari latar belakang
yang berbeda-beda. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 24 orang tua yang
memiliki anak yang memiliki kecemasan yang berlebihan tentang penanganan kejang
demam pada anak. Melihat masih adanya kejadian kejang demam yang terjadi pada anak
dan respon yang diberikan orang tua terhadap kejadian tersebut. Beberapa faktor yang
timbul dalam pengkajian ini, salah satunya usia orang tua yang muda (27 tahun) dengan
anak pertama cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Begitu banyak hal yang
mempengaruhi melihat orang tua dengan usia muda dengan anak pertama yang
sebelumnya tidak memiliki riwayat kejang demam. Hal ini peneliti melihat orang tua
dengan usia relatif muda yang memiliki anak pertama dan belum pernah memiliki riwayat
kejang demam sebelumnya tampak menangis dan sulit untuk ditenangkan. Ada juga
beberapa orang tua yang cemas karena tidak memiliki jaminan kesehatan. Peneliti juga
melihat bahwa beberapa orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah
memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua dengan tingkat
pendidikan yang tinggi. Begitu juga dengan tingkat kecemasan ayah berbeda dengan
tingkat kecemasan seorang ibu. Peneliti tertarik akan melakukan penelitian tentang
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua dengan anak
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, dan belum adanya penelitian
sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor apa saja yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua dengan anak kejang demam di RSBT
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan orang
2. Tujuan Khusus
dan Status Ekonomi (Jaminan Kesehatan) orang tua dengan anak kejang demam.
Pengetahuan, dan Status Ekonomi (Jaminan Kesehatan) orang tua dengan tingkat
kecemasan dalam penanganan kejang demam pada anak di RSBT Karimun tahun
2023.
D. Manfaat Penelitian
Menambah wawasan ilmu dan teknologi dalam mencegah atau mengatasi kejang
Dapat dijadikan sumber informasi, bahan acuan, dan sebagai data tambahan oleh
peneliti selanjutnya dalam faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kecemasan
6
d) Bagi pendidikan
Mahasiswa bisa memberikan informasi kepada orang tua dengan anak kejang demam,
sehingga orang tua mengetahui kejadian tersebut dan mencegah terjadinya kejang
demam berulang. Salah satu yang bisa dilakukan yaitu dengan cara membuat booklet
e) Bagi masyarakat
Dapat dijadikan sumber informasi, bahan acuan, dan sebagai data tambahan oleh
peneliti selanjutnya dalam faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kecemasan
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan orang tua dengan anak kejang demam di RSBT Karimun
Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2023. Desain studi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional. Sumber yang berasal dari data
primer, yaitu orang tua dengan anak kejang demam yang dilakukan dengan cara
F. Penelitian Terkait
7
2 Wulan Hubungan Cross Tingkat
Pujhiyanti Pengetahuan Sectional pengetahuan
Dengan orangtua
Tingkat mengenai
Kecemasan kejang
Orangtua demam lebih
Terhadap dari
Kejang setengahnya
Demam Pada berpengetahua
Anak Usia 5 n kurang
Bulan Sampai sebanyak 26
5 Tahun orang
Di Ruang (53,1%),
Alamanda tingkat
Anak Rsud kecemasan
Majalaya orangtua
Kabupaten terhadap
Bandung kejang
demam
kurang dari
setengahnya
dengan cemas
ringan
sebanyak 19
orang (38,8%)
dan terdapat
hubungan
pengetahuan
dengan
tingkat
kecemasan
orangtua
terhadap
kejang
demam (p-
value =
0,008).
3 Siti Faktor-faktor Cross 82 (86,3%)
Rofiqoh yang Sectional responden
berhubungan mengalami
dengan cemas
kecemasan ibu berat. Faktor
pada anak yang
yang berhubungan
mengalami dengan
kejang demam kecemasan
ibu pada anak
yang
mengalami
kejang
8
demam adalah
frekuensi
kejang
demam pada
anak,
sedangkan
yang tidak
berhubungan
adalah jumlah
anak hidup,
pendidikan,
pekerjaan,
pendapatan,
pengetahuan,
paparan
informasi
serta
dukungan
keluarga.
Faktor paling
dominan
berhubungan
dengan
kecemasan
ibu pada anak
yang
mengalami
kejang
demam adalah
pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Pengertian Kecemasan
9
Cemas merupakan suatu perasaan yang muncul ketika seseorang
dihadapkan pada keadaan yang mengancam jiwa. Cemas yang berlebihan akan
individu merasa tidak nyaman dan merasa takut dengan lingkungan sekitarnya.
Pada situasi tertentu kecemasan dapat diartikan sebagai sinyal yang membantu
(Sutejo, 2017).
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
(state anxiety), yaitu menghadapi sesuatu yang tidak pasti dan tidak menentu
berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu dan
Kecemasan dapat terjadi pada tiap individu pada sesuai dengan situasi dan
10
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, yakni dari individu sendiri atau pun
b. Tingkat Kecemasan
Menurut (Annisa & Ifdil, 2016) menyatakan bahwa tingkat kecemasan terdiri
dari:
1) Kecemasan Ringan
dan tumbuh kreatif. Namun akan membawa dampak pada diri individu
2) Kecemasan Sedang
selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
3) Kecemasan Berat
pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.
11
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain (Annisa & Ifdil,
2016).
4) Panik
dan tidak lagi dapat diatur atau disuruh (Kusnadi, 2015). Hal yang rinci
takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau
12
3) Afektif, diantaranya mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,
d. Jenis-Jenis Kecemasan
1) Trait Anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi
2) State Anxiety
diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan
secara sadar serta bersifat subjektif (Spilberger dalam (Annisa & Ifdil,
2016)).
mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gangguan pola tidur, dan
13
gangguan konsentrasi (Kusnadi, 2018). Seseorang yang cemas mungkin juga
faktor fisik. Selain itu penyebaran informasi yang tidak benar juga dapat
berbagai media juga ikut meningkatkan stres dan depresi masyarakat selama
masa pandemi. Tidak sedikit informasi yang salah tentang kejang demam pada
a) Faktor Biologis
14
Faktor biologis lebih sering dikaitkan dengan faktor genetik,
b) Faktor Psikologis
1. Pandangan Psikoanalisis
15
Dalam pandangan psikoanalisis, cemas merupakan pertarungan
2. Pandangan Interpersonal
diterima oleh orang lain, maka dia akan merasa tenang dan
antar manusia.
3. Pandangan Perilaku
16
dorongan untuk belajar sesuai keinginan dari dalam untuk
4. Kajian Keluarga
5. Teori Kognitif
a) Faktor Eksternal
17
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap
akan dilakukan).
peran.
b) Faktor Internal
2. Tingkat Pendidikan
semakin
3. Jenis Kelamin
daripada pria.
4. Pengetahuan
18
Pengetahuan dan pengalaman seorang individu dapat
kecemasan.
5. Status Ekonomi
19
miskin kesulitan pembiayaan obat, meskipun tersedia asuransi
6. Keadaan Fisik
7. Tipe Kepribadian
lebih santai, tidak tegang dan tidak gampang merasa cemas bila
emosi, mudah curiga, tegang maka tipe B ini akan lebih mudah
merasa cemas.
8. Lingkungan
sudah dikenalnya.
9. Dukungan Sosial
10.Potensial Stresor
20
Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan
beradaptasi.
Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-kanak,
pernah gagal dalam mengikuti tes (Blacburn & Davidson dalam (Annisa &
Ifdil, 2016)).
21
b) Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk
2016)).
22
tersebut tertekan dan mengalami kecemasan selama masa
pencarian pekerjaan.
g. Pengukuran Kecemasan
Rating Scale (HARS) dan Zung Self Rating Scale (Utomo, 2018). Visual
Analisis Scale for Anxiety (VAS-A) sebagai salah satu skala pengukuran yang
sebagai cemas sedang, diantara nilai 7 – 9 cemas berat, dan 10 dianggap panik
atau kecemasan luar biasa. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) digunakan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut Zung Self-Rating Scale. Skala
symptom pada individu yang mengalami kecemasan pada waktu terkini dan
23
pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Mcdowell, 2015). Menurut skala
kecemasan diantaranya:
m) Sesak nafas
s) Sulit tidur
24
Dengan penilaian apabila jawaban tidak pernah diberi nilai 1, kadang-
kadang diberi nilai 2, sering diberi nilai 3 dan selalu diberi nilai 4. Cara
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
HARS terdapat 14 symptom yang nampak, setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor antara 0 (Nol Persent) sampai dengan 4 (severe) (Hidayat, 2017).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan
oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. HARS telah dibuktikan memiliki
pada trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran
kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid
dan reliable. Skala HARS menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang
a) Perasaan cemas (ansietas) yang ditandai dengan cemas, firasat buruk, takut
b) Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat
25
c) Ketakutan ditandai dengan ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal
banyak.
d) Gangguan tidur ditandai dengan sukar masuk tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi
g) Gejala somatik ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi
h) Gejala sensorik ditandai oleh tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan
panjang.
panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, buang air besar
26
l) Gejala urogenital ditandai oleh sering buang air kecil, tidak dapat
menahan kencing, tidak datang bulan (tidak haid), darah haid berlebihan,
darah haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek,
haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini,
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan nilai skor dan item 1-
14 dengan hasil :
2. Orang Tua
27
Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap
sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang
dilahirkannya. Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup
setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah
tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu (Sulastri
& Ahmad Tarmizi, 2019). Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrat,
pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberi anugerah
oleh tugas berupa naluri orang tua. Orang tua adalah guru yang paling utama dan
informal maupun non formal orang tua tetap berperan dalam menentukan masa
kehidupannya sendiri, dalam hal ini terutama bagi remaja putri yang kelak juga
akan menjadi ibu yang akan membimbing anaknya kelak, begitu pentingnya peran
orang tua yang menjadi sentral pendidikan baik moral maupun emosi anaknya,
menjadikan karakter dan kepribadian orang tua juga berpengaruh dalam mendidik
maka akan selalu meminta bantuan kepada orang tuanya, ketika sedang berbicara
masing.
28
Peran orang tua adalah sebagai guru yang mempunyai tanggung jawab
jawab orang tua, maka dari itu orang tua harus berusaha untuk memberikan yang
terbaik untuk anak-anak mereka. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anak, karena keluargalah terutama orang tua adalah lingkungan
serta orang yang pertama kali dikenal oleh anak, sehingga pendidikan dasar
Peran orang tua merupakan yang sangat penting untuk anak menuju masa
dewasanya. Anak dididik agar dapat menemukan jati dirinya dan mampu menjadi
dirinya sendiri. Jadi anak diberikan kesempatan untuk memutuskan sendiri pilihan
profesi yang ditekuni sesuai dengan keahlian anak. Dalam hal ini tugas orang tua
adalah memberikan masukan, arahan dan pertimbangan atas pilihan yang telah
dibuat anak untuk menjadi orang sukses. Orang tua juga memfasilitasikan
dan mengikut sertakan bimbinngan belajar ketika hal itu dirasakan perlu bagi anak
(Sri Lestari,2019).
langkah kecil dan terus melangkah, selalu libatkan Tuhan, jujur, berani
mengambil tanggung jawab dan bertanggung jawab pada diri sendiri, dahulukan
yang utama, pentingnya kemampuan komunikasi, boleh beda tetapi tetap hemat,
29
dengan penanaman nilai yang telak diberikan tersebut dalam lingkungan
sekitarnya.
Setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mendidik anak.
Ada orang tua yang mendidik anak dengan cara kasar, ada yang mendidik
anaknya untuk mandiri. Itu semua dilakukan untuk kebaikan si anak supaya anak
a. Korektor, yaitu bagi perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak
nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Sehingga fasilitator dapat
menilai dan mengoreksi semua tingkah laku, sikap dan perbuatan anak
didik.
yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Disini peran fasilitator
kemajuan teknologi.
30
d. Organisator, yaitu memiliki kemampuan mengolah kegiatan
pembelajaran.
menghadapi masalah.
Orang tua sangat berperan dalam perkembangan anak. Peranan orang tua
hingga menjadi sukses. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri anak
31
(intrinsik) dan motivasi dari luar (ekstrinsik). Diantara peran orang tua dalam
mereka.
dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan
sekolah.
sekolah.
Peran orang tua mengungkapkan bahwa peran orang tua mencakup covey
(Yusuf, 2017): Terdapat 2 prinsip peran keluarga atau orang tua, antara lain:
a. Sebagai modeling
berperilaku yang bisa diikuti oleh orang lain. Role model bisa diartikan juga
modeling bukan sekedar meniru atau mengulangi apa yang dilakukan orang
32
diamati disebut model, dan proses belajar observasional ini juga dikenal
b. Sebagai mentoring
Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan,
terbuka dan mau menerima pengajaran. Selain itu orang tua menjadi sumber
pertama dalam perkembangan perasaan anak yaitu rasa aman atau tidak aman,
orang tua. Tanggung jawab orang tua merupakan tanggung jawab atas kehidupan
anak-anak mereka untuk masa kini dan masa yang datang. Bahkan para orang tua
Beban tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya dimulai dari lahir
sampai usia dewasa. Adanya tanggung jawab ini dapat membuat anak belajar
bertanggung jawab seperti yang dilakukan oleh orang tuanya. Tanggung jawab
rangka :
a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana
dari sebuah tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami
33
menyebabkan anak memerlukan pemeliharaan, merawat, pengawasan, dan
mencapai tujuan.
cita, pandangan hidup anak dapat tercapai dengan semestinya. Orang tua pada
3. Demam Kejang
a. Pengertian
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang
terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam
tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi
pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Regina Putri, 2017).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38°C
biasanya terjadi pada usia 3 bulan–5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan
pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017).
Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat
seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat
34
yang dapat timbul bila seorang anak mengalami demam tinggi (Sudarmoko,
2018).
Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan-5
tahun.
c) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan–6 tahun
abnormalitas
perkembangan
diatas)
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan
terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku,
35
tersentak-sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih
mata yang terlihat. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan
terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa
selanjutnya. Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi
atau kejang berulang. Penyebab kejang demam hingga saat ini belum diketahui
dengan pasti. Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi
dikarenakan pada suhu yang tidak terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kejang.
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam diantaranya adalah infeksi yang
mengenai jaringan ekstrakranial seperti otitis media akut, bronkitis dan tonsilitis
(Riyadi, 2015).
penyebab kejang demam menurut data profil kesehatan Indonesia (2017) yaitu
didapatkan 10 penyakit yang sering rawat inap di Rumah Sakit diantaranya adalah
diare dan penyakit gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu, demam berdarah
merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab
36
kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama kejang adalah
metabolik atau penyakit lain seperti penyakit infeksi. Negara berkembang, kejang
pada neonatus dan anak sering disebabkan oleh tetanus neonatus, sepsis,
meningitis, ensefalitis, perdarahan otak dan cacat bawaan. Penyebab kejang pada
neontaus, baik primer maupun sekunder umumnya berkaitan erat dengan kondisi
bayi didalam kandungan dan saat proses persalinan serta masamasa bayi baru
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai
65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion maupun ion natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan
muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi
atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya.
Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang
kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40ºC atau lebih anak tersebut
mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan
37
bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang
f. Manifestasi Klinis
umum yang sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip,
kedua tangan dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak
tidak sadar tidak memberi respon apabila dipanggil atau diperintah. Setelah kejang
anak sadar kembali. Umumnya kejang demam akan berhenti sendiri dalam waktu
kurang dari 5 menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam 24 jam (Soebadi,
2015).
B. Kerangka Teori
pengetahuan dan peran orangtua (Saifuddin, 2016). Untuk lebih jelasnya dapat
Bagan 2.1
Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Bagan 2.2
Kerangka Konsep
D. Hipotesis
demam.
39
dengan anak kejang demam.
E. Definisi Operasional
Tabel 2.2
40
2 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Ordinal 1. Tinggi jika nilai ≥
yang diketahui Pengetahuan mean (14,40)
oleh orang tua 2. Rendah jika nilai
yang anaknya ≤ mean (14,40)
mengalami
kejang demam.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross secsional
tingkat kecemasan orang tua dengan anak kejang demam di RSBT Karimun Tahun
2023. Penelitian mengukur variabel secara bersamaan pada waktu tertentu dalam
Penelitian ini dilaksanakan pada orang tua dengan pasien anak yang
mengalami kejang demam di RSBT Karimun. Hal ini dikarenakan RSBT Karimun
salah satu Rumah Sakit yang menyediakan Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi
Rawat Inap di Kabupaten Karimun. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret
2023.
(Notoadmojo,2018). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua dengan
anak yang mengalami kejang demam di RSBT Karimun. Terdapat 30 orang tua yang
42
membawa anaknya ke Instalasi Gawat Darurat yang memiliki anak yang mengalami
kejang demam.
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
akan digunakan adalah Total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi
dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum
subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti,
2) Orang tua dengan anak kejang demam, rentang usia 18-60 bulan
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi
1) Orang tua dengan anak yang menderita epilepsi (terdapat riwayat kejang
tanpa demam)
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder
43
a. Data Primer
anak dan penilaian terkait kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale) yang
b. Data Sekunder
kuesioner pada responden yang terdiri dari petanyaan yang diteliti, meliputi
tentang tingkat pengetahuan orang tua pasien kejang demam. Kuesioner untuk
buah pertanyaan, dengan nilai 1 jika benar dan nilai 0 jika salah. Setelah
dilakukan uji normalitas didapati shapiro Wilk 0,081 yang artinya uji
Tingkat pengetahuan tinggi jika nilai ≥ mean (14,40) dan rendah jika nilai ≤
mean (14,40)
44
menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang mencakup gejala-gejala kecemasan
atau tidak. Responden diharuskan memilih jawaban dari rentang <44 cemas
ringan, 45-59 cemas sedang, 60 - 74 cemas berat, dan 75-80 cemas berat.
dari penelitian yang dilakukan oleh Alexander tahun 2016 dan telah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas kepada 20 responden. Hasil uji validitas kuesioner
tingkat pengetahuan orang tua menunjukan bahwa nilai r-hitung > r-tabel
(0,443) dan hasil uji reliabilitasnya adalah 0,754 dan ada 3 pertanyaan yang
tidak valid yaitu pertanyaan no 2, 19, dan 20 karena r hitung pada ketiga
pertanyaan ini < r tabel jadi dikatakan tidak valid dan pertanyaan tersebut
sudah dihapus.
diadopsi oleh penelitian yang dilakukan oleh Alexander tahun 2016 dan telah
orang tua menunjukan bahwa ada 3 dari 23 pertanyaan pada kuesioner tersebut
Atau dapat dikatakan apakah pengukuran yang telah dilakukan sesuai dengan
dengan nilai r hitung dengan taraf signifikan atau p value = 0,05. Dalam
45
correlation ≥ r table (r – 0,0456). Kuesioner valid bila r hitung > r table dan
jika nilai hitung < r table kuesioner dinyatakan tidak valid (Gahayu,2018).
dengan uji reliabilitas. Reliabilitas yaitu sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap responden
yang memiliki kriteria yang sama dengan alat ukur yang sama dan hasilnya
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
(b) Meminta surat studi pendahuluan kepada prodi untuk meminta data ke
Rumah Sakit Bakti Timah berupa jumlah pasien kejang demam pada tanggal
9 Januari 2023.
(c) Setelah surat balasan dari Rumah Sakit Bakti Timah didapatkan peneliti
meminta izin melakukan studi pendahuluan kepada prodi untuk Rumah Sakit
Bakti Timah pada tanggal 15 Januari 2023, dan disetujui oleh pihak Rumah
(a) Setelah mendapatkan hasil data jumlah pasien anak dengan kejang demam.
46
(b) Setelah peneliti mendapatkan izin oleh pihak Rumah Sakit Bakti Timah,
(d) Melakukan wawancara kepada orang tua pasien anak kejang demam pada
Pada tahap penelitian ini, peneliti harus memenuhi beberapa prosedur protokol
wawancara terkait data pendukung apa saja yang bisa digunakan dalam
penelitian dan memberikan kuesioner agar diisi oleh orangtua pasien anak
kejang demam.
F. Pengolahan Data
47
Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh data atau ringkasan dari data
mentah sebelum dilakukan proses analisis data. Proses pengolahan data yang
a. Editing
Editing adalah cara peneliti memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
b. Coding
karakter data. Pemberian kode diperlukan untuk mengelolah data secara manual,
a) Usia
b) Jenis Kelamin
1. Laki-Laki
2. Perempuan
c) Pendidikan
2. Sedang (SMP-SMA)
d) Pengetahuan
48
2. Rendah (Jika nilai<mean (14,40))
f) Tingkat Kecemasan
c. Entry
d. Cleaning
e. Processing
G. Analisa Data
1. Analisa Univariat
49
dari tiap variabel. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan
2. Analisa Bivariat
status ekonomi (jaminan kesehatan)) dan variabel dependen (kejang demam). Uji
data normalitas pada peneliti ini adalah menggunakan uji shapiro wilk karena
sudah memenuhi syarat yaitu sampel yang digunakan kurang dari 50. Dari hasil
Dalam menganalisis data secara bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan
ketentuan jika nilai p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha di terima, jika nilai p
H. Etika Penelitian
untuk diteliti. Peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati keputusan
(Hidayat,2018).
2. Confidentiallity (Kerahasiaan)
50
3. Anominity (Tanpa Nama)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan inklusi dengan jumlah responden 30 responden
orang tua anak yang mengalami kejang demam di Rumah Sakit Bakti Timah Karimun
pada bulan Maret 2023. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara
memberikan lembar kuesioner yang isinya inform concent, biodata diri dan lembar
kuesioner yang diisi oleh responden. Data yang diperoleh adalah data primer kemudian
data dianalisa univariat dan bivariat dengan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) 22.0 for windows dan dianalisa dengan teknik perhitungan statistik uji
chi square.
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
Karakteristik Frekuensi Persentase
No
Responden (n) (%)
Usia
a. Dewasa Awal 27 90,0
1 ( 20-40 Tahun) 3 10,0
b. Dewasa Madya
(41-60 Tahun)
2 Jenis Kelamin
51
a. Laki- Laki 12 40,0
b. Perempuan 18 60,0
Pendidikan
a. Rendah (Tidak 5 16,7
Sekolah - SD) 13 43,3
b. Sedang (SMP- 12 40,0
3
SMA)
c. Tinggi
(Perguruan
Tinggi)
Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa mayoritas usia responden dewasa awal (20-40
tahun) yaitu sebanyak 27 responden (90 %), Sedangkan responden dewasa madya (41-60
tahun) yaitu sebanyak 3 responden (10%).Untuk karakteristik Jenis kelamin terlihat
bahwa mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 18 responden (60
%), Sedangkan responden laki-laki yaitu sebanyak 12 responden (12%). Dan Untuk
Karakteristik pendidikan terlihat bahwa mayoritas pendidikan responden yaitu sedang
(SMP-SMA) sebanyak 13 responden (43,3%), responden dengan tingkat pendidikan
tinggi (Perguruan tinggi) sebanyak 12 responden (43,3%), Sedangkan responden dengan
tingkat pendidikan rendah (SD-SMP) sebanyak 5 responden (16,7%).
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Orang Tua
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
Karakteristik Frekuensi Persentase
No
Responden (n) (%)
Pengetahuan
1 a. Tinggi 18 60,0
b. Rendah 12 40,0
Total 30 100
Tabel 4.3
52
Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi (Jaminan Kesehatan) Orang Tua
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
Karakteristik Frekuensi Persentase
No
Responden (n) (%)
Status Ekonomi
(Jaminan 13 43,3
Kesehatan) 17 56,4
a. Menerima
Jaminan
1
Kesehatan
b. Tidak
Menerima
Jaminan
Kesehatan
Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa mayoritas responden tidak memiliki jaminan
kesehatan yaitu sebanyak 17 responden (56,4%), Sedangkan responden memiliki jaminan
kesehatan yaitu sebanyak 13 responden (43,3%).
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Orang Tua
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
Karakteristik Frekuensi Persentase
No
Responden (n) (%)
Tingkat
Kecemasan 17 56,7
a. Cemas 5 16,7
Ringan (20- 6 20
44) 2 6,6
b. Cemas
1 Sedang (45-
59)
c. Cemas Berat
(60-74)
d. Cemas Berat
Sekali (75-
80)
Total 30 100
53
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa mayoritas responden merasakan cemas ringan
yaitu sebanyak 17 responden (56,4%), Sedangkan responden merasakan cemas sedang
yaitu sebanyak 5 responden (16,7%), responden dengan cemas berat sebanyak 6
responden (20%) dan responden dengan cemas berat sekali sebanyak 2 responden
(6,6%).
Tabel 4.5
Hubungan Usia Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
Tingkat Kecemasan
Cemas P
No Faktor Cemas Cemas Cemas Total
Berat Value
Ringan Sedang Berat
Sekali
Usia f % f % f % f % f %
Dewasa
1 Awal 14 46,7 5 16,7 6 20 2 6,66 27 90
(21-40)
0,006
Dewasa
2 Madya 3 10 0 0 0 0 0 0 3 10
(41-60)
Total 17 56,7 5 16,7 6 20 2 6,6 30 100
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa uji chi square diperoleh P Value sebesar 0,006, p-
value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia terhadap tingkat kecemasan
orangtua dengan anak demam kejang.
Tabel 4.6
Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
No Tingkat Kecemasan
Cemas P
Faktor Cemas Cemas Cemas Total
Berat Value
Ringan Sedang Berat
Sekali
Jenis f % f % f % f % f %
54
Kelamin
1 Laki-laki 11 36,7 1 3,3 0 0 0 0 12 40
0,015
2 Perempuan 6 20 4 13,4 6 20 2 6,6 18 60
Total 17 56,7 5 16,7 6 20 2 6,6 30 100
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa uji chi square diperoleh P Value sebesar 0,015, p-
value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin terhadap tingkat
kecemasan orangtua dengan anak demam kejang.
Tabel 4.7
Hubungan Pendidikan Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
No Tingkat Kecemasan
Cemas P
Faktor Cemas Cemas Cemas Total
Berat Value
Ringan Sedang Berat
Sekali
Pendidikan f % f % f % f % f %
1 Rendah 0 0 0 0 3 10 2 6,6 5 16,7
2 Sedang 7 23,3 3 10 3 10 0 0 13 43,3 0,001
3 Tinggi 10 33,4 2 6,7 0 0 0 0 12 40
Total 17 56,7 5 16,7 6 20 2 6,6 30 100
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa uji chi square diperoleh P Value sebesar 0,001, p-
value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terhadap tingkat
kecemasan orangtua dengan anak demam kejang.
Tabel 4.8
Hubungan Pengetahuan Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua
Dengan Anak Kejang Demam di RSBT Karimun (n=30)
No Tingkat Kecemasan
Cemas P
Faktor Cemas Cemas Cemas Total
Berat Value
Ringan Sedang Berat
Sekali
55
Pengetahuan f % f % f % f % f %
1 Tinggi 14 46,7 2 6,7 0 0 0 0 16 53,4
0,002
2 Rendah 3 10 3 10 6 20 2 6,6 14 46,6
Total 17 56,7 5 16,7 6 20 2 6,6 30 100
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa uji chi square diperoleh P Value sebesar 0,002, p-
value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap tingkat
kecemasan orangtua dengan anak demam kejang.
Tabel 4.9
Hubungan Status Ekonomi (Jaminan Kesehatan) Terhadap
Tingkat Kecemasan Orang Tua Dengan Anak Kejang
Demam di RSBT Karimun (n=30)
No Tingkat Kecemasan
Cemas P
Faktor Cemas Cemas Cemas Total
Berat Value
Ringan Sedang Berat
Sekali
Jaminan f % f % f % f % f %
Kesehatan
Menerima
1 Jaminan 11 36,7 2 6,7 0 0 0 0 13 43,4
Kesehatan
Tidak 0,026
Menerima
2 6 20 3 10 6 20 2 6,6 17 56,6
Jaminan
Kesehatan
Total 17 56,7 5 16,7 6 20 2 6,6 30 100
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa uji chi square diperoleh P Value sebesar 0,026, p-
value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi (jaminan kesehatan)
terhadap tingkat kecemasan orangtua dengan anak demam kejang.
BAB V
PEMBAHASAN
56
Interpretasi penelitian dijelaskan sesuai tujuan penelitian dan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua dengan anak kejang demam di RSBT
Karimun.
a. Orang Tua Dengan Anak Kejang Demam Berdasarkan Karakteristik (Usia, Jenis
Kelamin dan Pendidikan)
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak demam
kejang berdasarkan usia dewasa awal (90%) lebih banyak dibandingkan jumlah usia
dewasa madya (10%). Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dipercaya dari orang yang belum
cukup tinngi kedewasaannya. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan
bahwa 33,76% pemuda mencatatkan usia kawin pertamanya di rentang 19-21 tahun
pada 2022. Kemudian, sebanyak 27,07% pemuda memiliki usia menikah pertama
pada 22-24 tahun. Ada juga 19,24% pemuda yang pertama kali menikah saat berusia
16-18 tahun (Data Statistik Kepulauan Riau,2018). Usia dan tahap perkembangan,
faktor ini memegang peran yang penting pada setiap individu karena berbeda usia
maka berbeda pula tahap perkembangannya, hal tersebut dapat mempengaruhi
dinamika kecemasan pada seseorang.
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak demam
kejang berdasarkan jenis kelamin bahwa jenis kelamin perempuan (60%) lebih
banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki (40%). Hal ini terjadi dikarenakan
untuk tugas mengasuh anak selalu lebih sering dilakukan oleh seorang perempuan
(ibu) dibandingkan seorang laki-laki (ayah).
Secara umum dalam semua situasi dan kondisi, ibu selalu menghabiskan
lebih banyak waktu dengan anak-anak dibandingkan ayah. Hal ini dibuktikan secara
statistik dalam laporan terbaru yang diterbitkan dalam The Economist bahwa di
hampir semua negara yang termasuk dalam penelitian ini, ibu menghabiskan lebih
banyak waktu dengan anak-anak daripada ayah. Sebuah risalah tentang sifat
pengasuhan dari manusia oleh Sarah Hardy tahun 2009 pun menunjukkan bahwa
sifat mengasuh anak atau kegiatan parenting lebih alami dimiliki ibu atau
perempuan.
57
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak kejang
demam berdasarkan tingkat pendidikan bahwa tingkat pendidikan sedang (43,3%)
lebih banyak dibandingkan jumlah tingkat pendidikan tinggi (40%) dan tingkat
pendidikan rendah (16,7%).
Menurut teori Notoatmodjo pada tahun 2017 sikap adalah pikiran serta
perasaan seseorang dalam menanggapi suatu objek yang tidak dapat dilihat
langsung, tetapi dapat diwujudkan melalui tindakan nyata yang didukung oleh
fasilitas dalam melaksanakannya. Sikap terbagi menjadi 3 komponen yaitu pikiran,
keyakinan dan emosi (Miftah,2013). Tingkat pendidikan seseorang juga
mempengaruhi wawasan yang dimiliki dimana orang dengan pendidikan yang tinggi
memiliki pemahaman atau wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan orang
dengan pendidikan rendah, meskipun hal ini tidak sepenuhnya mutlak (Hutagalung,
2021).
Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dimana
pengetahuan yang baik lebih banyak dimiliki oleh responden dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dan sebaliknya. Namun demikian, pengetahuan tidak
hanya diperoleh dari pendidikan formal, tapi juga dari sumber informasi lain
ataupun pengalaman khususnya dalam menangani anak dengan kejang demam.
b. Karakteristik Orang Tua Dengan Anak Kejang Demam Berdasarkan Pengetahuan
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak kejang
demam berdasarkan tingkat pengetahuan bahwa tingkat pengetahuan tinggi (60%)
lebih banyak dibandingkan jumlah tingkat pendidikan rendah (40%). Kurangnya
pengetahuan yang dimilik responden akan berdampak pada pola koping pada orang
tua, bahkan pada responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang akan
cenderung lebih mudah mengalami kecemasan terkait hospitalisasi anaknya.
Hal ini ditegaskan oleh Hidayat (2019), bahwa pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dari berbagai faktor dari dalam seperti
motivasi dan berbagai laktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta
keadaan sosial budaya. Biasanya teriadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu obyek tertentu. Tingkat pengetahuan seseorang yang rendah akan
cenderung lebih mudah mengalami kecemasan dibanding seseorang yang
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi
c. Karakteristik Orang Tua Dengan Anak Kejang Demam Berdasarkan Status Ekonomi
(Jaminan Sosial)
58
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak kejang
demam berdasarkan Status Ekonomi (Jaminan Kesehatan) bahwa lebih banyak
responden yang tidak memiliki jaminan kesehatan (56,4%) dibandingkan yang
memiliki jaminan kesehatan (43,3%) .
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat ekonomi berpengaruh
terhadap kecemasan orang tua terkait hospitalisasi anaknya, dan hal ini dikuatkan
dalam penelitian Maryaningtyas (2017), bahwa faktor ekonomi adalah salah satu
faktor yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan orang tua. Hal ini
dikarenakan jaminan kesehatan sesuatu hal yang penting dalam kondisi darurat saat
seseorang harus memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
d. Hubungan Karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan) Terhadap Tingkat
Kecemasan Orang Tua Dengan Kejang Demam
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak kejang
demam berdasarkan usia dewasa awal (90%) lebih banyak dibandingkan jumlah
usia dewasa madya (10%), saat dilakukan uji chi square diperoleh p value sebesar
0,006, p value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho
ditolak. Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia terhadap
tingkat kecemasan orangtua dengan anak kejang demam.
Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan Yandi (2019) tentang
tingkat kecemasan orang tua pasien diare di RS Prof dr.Margono Purwokerto
menunjukan bahwa dari 40 orang responden terdapat 16 orang (40%) yang
mengalami kecemasan adalah responden dengan usia 21-30 tahun. Kusmarjathi
(2019), mengemukakan hal yang serupa bahwa kematangan usia berpengaruh
terhadap seseorang dalam menyikapi situasi atau kondisi dalam mengatasi
kecemasan yang dialami. Hal ini sesuai dengan yang dikemukanan oleh Lutfa
(2018) bahwa gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia namun lebih
sering pada usia dewasa karena banyak masalah yang dihadapi.
Kaplan & Saddock (2017) juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa usia
merupakan salah satu faktor internal yang berkontribusi terhadap timbulnya
kecemasan pada orang tua. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Haryanto
(2017) bahwa umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan
seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi
dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau
kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Berdasarkan uraian hasil
59
penelitian di atas penulis berasumsi bahwa kematangan usia responden berpengaruh
terhadap seseorang dalam menyikapi situasi atau suatu penyakit dan dalam
mengatasi kecemasan yang dialaminya, hal itu dibuktikan dari hasil penelitian di
atas bahwa responden dengan usia 21-30 tahun adalah yang paling banyak
mengalami kecemasan, Berdasarkan penelitian di atas juga menunjukan bahwa
responden dengan usia 21-30 tahun adalah responden yang paling banyak
mengalami kecemasan sedang, mungkin hal itu terjadi karena usia responden
tersebut belum mengalami kematangan.
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak demam
kejang berdasarkan jenis kelamin bahwa jenis kelamin perempuan (60%) lebih
banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki (40%). Terlihat bahwa uji chi square
diperoleh p value sebesar 0,015, p value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin terhadap tingkat kecemasan orang tua dengan anak kejang
demam. Menurut penelitian yang dilakukan, kondisi tersebut disebabkan oleh
perbedaan otak dan hormon pada wanita yang terkait dengan proses reproduksi pada
wanita, seperti menstruasi, kehamilan, serta menopause. Karena hal tersebut, wanita
rentan mengalami kecemasan ketimbang pria. Saat hamil akan terjadi peningkatan
hormon estrogen dan progesteron, sehingga meningkatkan risiko gangguan otak. Di
samping faktor biologis yang dialami wanita, antara wanita dan laki-laki memiliki
perbedaan dalam menanggapi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Wanita lebih rentan mengalami stres, sehingga memicu munculnya rasa cemas
berlebihan. Saat menghadapi stres, wanita juga lebih sulit untuk mencari jalan
keluarnya.
Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasin (2017)
tentang tingkat kecemasan orang tua terhadap hospitalisasi anak di Ruang
Flamboyan III RSUD Kabupaten Serang menunjukan bahwa dari 30 orang
responden terdapat 18 orang (60%) adalah responden dengan jenis kelamin
perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sawitri (2018) tentang gambaran tingkat kecemasan orang tua terhadap penyakit
bronchopneumonia di ruang anak RSU Islam Kustati Surakarta didapatkan
responden yang banyak mengalami kecemasan adalah perempuan yaitu sebanyak
67.2%.
60
Hal ini sangat sesuai dengan teori yang dikemukakan Videbeck (2018)
bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan tingkat kecemasan, dimana
perempuan lebih mudah tersinggung, sangat peka dan menonjolkan perasaanyan.
Sedangkan laki-laki memiliki karakteristik maskulin yang cenderung dominan,
aktif, lebih rasional dan tidak menunjukan perasaan. Hal serupa dengan teori yang
diungkapkan Myers (2018) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan
ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, karena laki-laki lebih aktif,
eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa
laki-laki lebih rileks di banding perempuan. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil
penelitian yang dilakukan Makmuri (2017) tentang tingkat kecemasan orang tua
pasien demam typoid di RS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwekerto menunjukan
bahwa dari 30 orang responden yang berjenis kelamin perempuan terdapat 15 orang
(50%) mengalami tingkat kecemasan dalam kategori sedang. Hal ini mungkin
semakin menegaskan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi kecemasan hal ini
terlihat dari beberapa teori dan penelitian lain yang menyatakan bahwa perempuan
lebih mudah cemas dibandingkan laki-laki ini disebabkan karena laki-laki lebih
rileks dalam menghadapi masalah sedangkan perempuan lebih sensitif dalam
menghadapi masalahnya. Berdasarkan penelitian di atas juga menunjukan bahwa
responden dengan jenis kelamin perempuan adalah responden yang paling banyak
mengalami kecemasan sedang.
Menurut penelitian Wals et al. (2018) bahwa cemas berat yang dialami ibu
pada anak yang mengalami kejang demam disebabkan karena ibu khawatir terjadi
kerusakan otak pada anak, anak terluka, tidak bisa bernafas, menjadi tidak sadar dan
bahkan meninggal. Faktor lain sebagai penyebab cemas berat pada ibu adalah
ketidakjelasan penyebab demam dan ketidaktahuan orang tua untuk menolong
anaknya saat kejang (Parmar et al., 2001; Kolahi & Tahmoorezadeh, 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan orang tua khususnya ibu dalam
menghadapi anak yang mengalami kejang demam mempunyai masalah yang serius
yaitu cemas berat. Cemas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu
yang subjektif karena perasaan tidak pasti yang disertai dengan keadaan khawatir,
gelisah, takut, tidak tentram dan berbagai keluhan fisik . Cemas berat terjadi ketika
individu merasa terancam, dimana lapang pandang akan sangat sempit dan tidak
dapat berfikir tentang hal lain diluar topik permasalahan. Individu akan berespon
takut dan stres. Kondisi cemas berat akan memunculkan gejala nafas pendek, nadi
61
dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur serta adanya
ketegangan. Pada respon perilaku dan emosi dapat muncul adanya perasaan
ancaman yang meningkat, verbalisasi cepat dan blocking (Vedeback, 2018; Dalami,
et al., 2019). Seseorang yang mengalami cemas berat dengan segala tanda dan
gejalanya menyebabkan kurang bisa mengambil keputusan yang rasional terhadap
tindakannya. Penelitian Perlagerlov et al. (2016) menunjukkan hasil bahwa orang
tua sering membuat keputusan tidak rasional saat cemas sehingga tidak efektif
dalam memberikan perawatan yang tepat untuk anak. Padahal menurut Supartini
(2017) peran orang tua sangat penting dalam perawatan untuk kesembuhan anak
yang sakit. Oleh karena itu intervensi keperawatan yang tepat untuk mengurangi
masalah cemas sangat dibutuhkan orang tua pada anak kejang demam, sehingga
orang tua dapat mengambil keputusan yang rasional dan akhirnya dapat merawat
anaknya lebih efektif.
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak demam
kejang berdasarkantingkat pendidikan sedang (43,3%) lebih banyak dibandingkan
tingkat pendidikan tinggi (16,7%) dan tingkat pendidikan rendah (16,7%). Terlihat
bahwa uji chi square diperoleh p value sebesar 0,001, p value < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Menurut asumsi penulis Hal ini
dikarenakan pendidikan tertinggi pemuda didominasi oleh pemuda yang tamat
sekolah menengah/sederajat dibanding perguruan tinggi. Sehingga Dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terhadap tingkat
kecemasan orangtua dengan anak demam kejang. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Yandi (2019) tentang tingkat kecemasan orang tua pasien diare di RS
Prof dr.Margono Purwokerto menunjukan bahwa dari 40 orang responden terdapat
15 orang (37.50%) yang mengalami kecemasan adalah responden dengan
pendidikan terakhirnya SMP.
Hal ini juga serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan Sawitri (2018)
tentang tingkat kecemasan orang tua terhadap penyakit bronchopneumonia di Ruang
Anak RSU Islam Kustari Surakarta didapatkan responden yang paling banyak
mengalami kecemasan adalah responden dengan pendidikan terakhirnya SMP.
Penelitian yang serupa tentang gambaran tingkat kecemasan orang tua terhadap
penyakit demam typoid oleh Agus (2018) di Ruang Anak RSUD kabupaten serang
di dapatkan hasil bahwa responden dengan pendidikan terakhir SMP adalah
responden yang paling banyak mengalami kecemasan sedang.
62
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas penulis beranggapan bahwa
pendidikan seseorang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan seseorang, hal ini menunjukan bahwa tidak semua responden yang
memiliki pendidikan tinggi tidak mengalami kecemasan begitu juga responden yang
memiliki pengetahuan kurang tentang hospitalisasi akan mengalami kecemasan
berat. Berdasarkan penelitian di atas juga menunjukan bahwa responden dengan
pendidikan terakhir SMP-SMA adalah responden yang paling banyak mengalami
kecemasan.
e. Hubungan Pengetahuan Terhadap Tingkat Kecemasan Orang Tua Dengan Kejang
Demam
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak demam
kejang berdasarkan tingkat pengetahuan didapatkan tingkat pengetahuan yang tinggi
(53,4%) namun masih banyak juga responden yang memiliki pengetahuan yang
rendah (46,6%). Terlihat bahwa uji chi square diperoleh p value sebesar 0,002, p
value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap tingkat
kecemasan orangtua dengan anak demam kejang.
Hal ini memperlihatkan bahwa masih banyak orangtua yang belum mengerti
terhadap kejang demam. Padahal pengetahuan yang baik dan tepat tentang kejang
demam berpengaruh terhadap prognosisnya, sehingga dapat menurunkan tingkat
kecemasan dan ketakutan orangtua terhadap kejadian. Hal ini ditegaskan oleh
Hidayat (2019), bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh
seseorang dari berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan berbagai laktor dari
luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya. Biasanya
teriadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Tingkat
pengetahuan seseorang yang rendah akan cenderung lebih mudah mengalami
kecemasan dibanding seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi.
f. Hubungan Status Ekonomi (Jaminan Kesehatan) Terhadap Tingkat Kecemasan
Orang Tua Dengan Kejang Demam
Dari analisa data didapatkan bahwa jumlah orang tua dengan anak demam
kejang berdasarkan jaminan kesehatan didapati tidak menerima jaminan kesehatan
(56,6%) lebih banyak dibandingkan menerima jaminan kesehatan (43,4%). Kepala
rumah tangga dengan mendapatkan jaminan kesehatan, tidak mempengaruhi
individu untuk berstatus kesehatan baik atau buruk. Jaminan kesehatan keluarga
63
dimaksudkan akan membantu anggota rumah tangga dalam pembiayaan kesehatan
di Rumah sakit atau PUSKESMAS. Disisi lain pada fungsi jaminan kesehatan
ditingkatkan akan berdampak positif atau dapat membantu masyarakat dalam status
kesehatan baik. Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa status ekonomi
berpengaruh terhadap kecemasan orang tua terkait hospitalisasi anaknya, dan hal ini
dikuatkan dalam penelitian Maryaningtyas (2018), bahwa faktor ekonomi adalah
salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan orang tua.
B. Implikasi Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Kejang Demam pada anak mendapatkan perhatian khususnya bagi tenaga
kesehatan. Tingkat kecemasan orang tua juga mempengaruhi tahap pengobatan
seorang anak. Hendaknya seorang perawat mampu memberikan ketenangan agar
tingkat kecemasan orang tua yang anaknya mengalami kejang demam tidak terlalu
memburuk.
2. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan referensi atau tambahan wawasan dan
pengetahuan terkait demam kejang pada anak sehingga dapat menurunkan tingkat
kecemasan. Selain itu kesiapan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang
tepat guna perlu dipersiapkan sejak bangku pendidikan, dengan demikian hasil ini
dapat dijadikan dasar untuk menangani pasien kejang demam pada anak.
C. Keterbatasan Penelitian
Selama proses penelitian berlangsung ada keterbatasan yang dialami peneliti
sehingga peneliti memasukkan sebagai keterbatasan penelitian, yaitu kurangnya waktu
pelaksanaan penelitian dan kurangnya responden (kurang dari 50 responden). Sehingga
diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar menambah lebih banyak responden dan waktu
sehingga hasil lebih maksimal.
BAB VI
64
A. Kesimpulan
65
10. Hasil uji chi square diperoleh P Value sebesar 0,026, p value < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara status ekonomi (jaminan kesehatan) terhadap
tingkat kecemasan orangtua dengan anak demam kejang.
B. Saran
Diharapkan bagi orang tua dengan anak kejang demam mengetahui terkait kejang
demam sehingga mampu mengontrol tingkat kecemasan.
2. Bagi Perawat
DAFTAR PUSTAKA
66
Angelia, A., Pelealu, A., Et, O., Palendeng, L., Kallo, V., Studi, P., ... Kecemasan,T. (2019).
Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam Pada Anak
Balita Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu. JurnalKeperawatan, 7(2), 1–5.
Annisa, D., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia). Jurnal
Konselor Universitas Padang, 5(2), 93-99. Diunduh dari
ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/download/6480/5 41
Gahayu. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penanganan Kejang Demam pada
Balita terhadap Self Efficacy Ibu di Desa Tempur Sari Tambak Boyo. Journal
Nursing
Alexander. (2016). Gambaran Perilaku dan Pengetahuan Ibu Tentang Tatalaksana Awal
Demam pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Pembuang 1. Journal Nursing
Ghufron dan Risnawita. (2018). Teori- Teori Psikologi. Yogyakarta : Ar-rizz Media.
Hawari, D. (2019). Psikiatrik Manajenen Stres, Cemas & Depresi. Jakarta :FKUI.
Jacob. E. E., Jaccob Masson. R. L.. (2017). Group Counseling Strategies and Skill 7th
Edition. USA. Brooks / Cole
Langging, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu
Dengan Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Balita Di Posyandu Anggrek RW 05
Tlogomas Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. 3
Lestari. (2016). Tatalaksana kejang demam pada anak. Sari Pediatri, 4 (2), 59-62.
67
Leung A, Hon K, and Leung T. Febrile Seizures: an overview. 16 july 2018. doi:
10.7573/dic.212536.
Loeb. (2016). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi (Edisi Keempat). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Rofiqoh, S. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu pada anak yang
mengalami kejang demam. FIK UI. Universitas Indonesia.
Rosa. (2020) Faktor risiko Kejang Demam Berulang pada Anak. Media Med
Indones. ;46(2):75-80.
Sri Lestari. (2019). Peranan orang tua dalam membentuk kemandirian anak. Skripsi, Sarjsana,
UNESA
Utomo, Y. (2018). Perbedaan Skor Kecemasan Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)
Maternal pada Kehamilan dengan Preeklamsia dan Hamil Normal. Obgin Emas,
2(16), pp. 1-7.
68
Widagno. ( 2018). Faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak. Sari Pediatri, 12 (3),
142-149.
Windawanti and Alfiyanti D.(2020). Penurunan Hipertermia pada Pasien Kejang Demam
Menggunakan Kompres Hangat. Vol.1, No.1, april 2020. doi:
10.26714/nm.v1i1.5499
Yusuf. M,. (2017). Pendidikan Anak dalam Islam. Terjemahan oleh Muhammad Yusuf
Harun. 2012. Jakarta: Darul Haq
69
LAMPIRAN
70
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Awal Bros yang akan mengadakan penelitian tentang
“Faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua dengan anak kejang
demam di RSBT Karimun Tahun 2023”.
NIM : 00121047
Livia Anggraeni
71
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa mahasiswa Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Awal Bros. Adapun penelitian ini
dilakukan oleh Livia Anggraeni dengan judul “Faktor- faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan orang tua dengan anak kejang demam di RSBT Karimun Tahun 2023”.
Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
No responden
Petunjuk Responden
72
1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi dan menjawab pertanyaan
dibawah ini.
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, beberapa pertanyaan tampak memiliki arti
3. Bapak/Ibu/Saudara/I cukup menjawab langsung sesuai apa yang muncul pertama kali
A. Karakteristik Pasien
Jaminan : …………………………………
73
Status : ……………………………….
Agama : ………………………………..
Pekerjaan : ...................................................
>Rp.5000.000
B. Kuesioner Pengetahuan
1 Demam
merupakan
74
keadaan
peningkatan
suhu tubuh
2 Demam
merupakan
suatu gejala
dari penyakit
tertentu
3 Anak
dikatakan
demam apabila
suhu diatas
o
37,5 C
4 Demam dapat
menyebabkan
anak
kekurangan
cairan
5 Tanda anak
demam bisa
dilihat bila raut
wajah merah
dan disertai
penguapan air
6 Menggigil,
kulit
kemerahan
merupakan
gejala dari
demam pada
anak
7 Mual, muntah,
lemah, anak
rewel, pucat
merupakan
gejala dari
demam pada
anak
8 Demam pada
anak yang
berlangsung
lebih dari 3
hari (>72 jam)
harus segera
dibawa ke
dokter
75
9 Memakaikan
baju tipis
ketika anak
demam dapat
mengurangi
demam pada
anak
10 Memberikan
cairan lebih
banyak ketika
anak demam
dapat
mencegah
terjadinya
dehidrasi
11 Bila anak
demam
dilakukan
kompres
12 Kompres yang
diberikan
untuk
menurunkan
demam adalah
kompres
dengan air
hangat
13 Penempatan
kompres hanya
dapat
dilakukan di
dahi
14 Menyelimuti
anak dengan
selimut yang
tipis juga dapat
mencegah
terjadinya
demam
15 Ibu membeli
penurun panas
di apotik tanpa
resep dokter
16 Obat yang
sering ibu
berikan ketika
anak demam
76
adalah
paracetamol
17 Ibu
memberikan
paracetamol
tiap 4 jam
maksimal 5
kali sehari
18 Batas
pemberian obat
dapat
dilakukan
selama 3 hari
19 Termometer
merupakan alat
pendeteksi
demam yang
paling akurat
20 Cara
Penggunaan
termometer
dapat
diletakkan di
ketiak
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan
yang Anda rasakan
No Pernyataan Sering Kadang Jarang Tidak
- Pernah
Kadang
1 Saya lebih sering
merasa gelisah atau
gugup dan cemas
dari biasanya
2 Saya merasa takut
tanpa alasan yang
jelas
3 Saya merasa badan
hancur berkeping-
keping
4 Saya merasa mudah
marah/tersinggung
atau panic
5 Saya merasa semua
baik-baik saja dan
77
tidak ada hal buruk
yang akan terjadi
6 Kedua tangan dan
kaki saya terasa
gemetar
7 Saya merasa
terganggu dengan
sakit kepala/nyeri
leher, nyeri otot
8 Badan saya terasa
lemah dan cepat
lelah
9 Saya merasa tenang
dan dapat duduk
diam dengan mudah
10 Saya merasa jantung
saya berdebar sangat
cepat
11 Saya merasa
terganggu oleh rasa
pusing/sakit kepala
12 Saya merasa akan
pingsan atau
perasaan seperti itu
13 Saya dapat menarik
dan mengeluarkan
nafas dengan mudah
14 Saya merasa mati
rasa dan kesemutan
pada jari-jari tangan
dan kaki
15 Saya terganggu oleh
sakit perut atau
gangguan
pencernaan
16 Saya buang air kecil
lebih dari biasanya
17 Tangan saya selalu
kering dan hangat
18 Wajah saya menjadi
panas dan memerah
19 Saya tertidur dengan
mudah dan
mendapatkan
istirahat malam yang
baik
20 Saya mendapatkan
mimpi buruk
78