Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOMPONEN-KOMPONEN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu:
Dr. Susanah, M.Pd.

Oleh Kelompok 10:


Aliya Alfina Wahyuni (22030174023)
Serliana Tambunan (22030174145)
Nayla Najwa ‘Azizah (22030174108)

Kelas:
PM 2022 C

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... i
Pengertian Komponen Perencanaan Pembelajaran ........................................................... 1
Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................ 1
Materi Pembelajaran ......................................................................................................... 4
Metode Pembelajaran........................................................................................................ 5
Media Pembelajaran........................................................................................................ 11
Sumber Belajar................................................................................................................ 13
Penilaian Belajar ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

i
A. Pengertian Komponen Perencanaan Pembelajaran
Komponen perencanaan pembelajaran adalah bagian-bagian atau elemen-
elemen yang harus dipertimbangkan dan dirancang dengan cermat oleh seorang pendidik
atau instruktur saat merencanakan proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
adalah langkah awal dan penting dalam proses pengajaran, karena itu memungkinkan
pengajar untuk merancang pengalaman belajar yang efektif dan terorganisir. Komponen-
komponen ini mencakup tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian belajar.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Pengertian Tujuan Pembelajaran
Ibrahim dan Syaodih (2010:69) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang diharapkan akan dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Menurut Hamalik (2003:73), tujuan pembelajaran merujuk pada hasil
pembelajaran yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baru yang
diharapkan siswa dapat capai setelah mereka mengikuti proses belajar. Selanjutnya,
Yusuf (2015:189) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran pada dasarnya mencakup
pernyataan atau deskripsi perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, sikap, perilaku,
performa, atau kondisi psikologis lainnya pada peserta didik. Perubahan ini bisa
terlihat atau tidak terlihat secara langsung, tetapi bisa diukur dan dievaluasi.
Daryanto (1999:58) menguraikan bahwa tujuan pembelajaran adalah deskripsi
dari pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipahami oleh
siswa sebagai hasil dari proses pengajaran. Deskripsi ini biasanya diwujudkan dalam
bentuk perilaku yang dapat diobservasi dan diukur.
Kesimpulan dari penjelasan yang diberikan oleh para ahli tersebut adalah bahwa
tujuan pembelajaran adalah hasil yang diinginkan dari proses pembelajaran yang
mencakup perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Tujuan
tersebut dapat diungkapkan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur.
Tujuan pembelajaran juga dapat mencakup perubahan dalam pemahaman, tingkah
laku, performa, atau kondisi psikologis siswa yang dapat dievaluasi. Dengan kata lain,
tujuan pembelajaran bertujuan untuk mencapai perubahan yang diinginkan dalam diri
siswa sebagai hasil dari proses belajar.

1
2. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran, jika diklasifikasikan berdasarkan taksonominya,
membantu guru untuk merinci tujuan tersebut dengan lebih spesifik. Seringkali guru
berharap agar siswa memahami materi yang diajarkan, tetapi seringkali siswa hanya
mengklaim bahwa mereka telah memahaminya tanpa pemahaman yang jelas. Namun,
dengan menggunakan taksonomi tertentu, maka tujuan pembelajaran dapat dijelaskan
secara lebih terperinci. Selain itu, taksonomi tujuan pembelajaran juga membantu
guru dalam menghubungkan kurikulum dengan metode evaluasi (Gulo, 2008:50).
Bloom (1956) dan Krathwohl (1964) telah mengembangkan taksonomi tujuan
pembelajaran yang terbagi menjadi tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif yang
menitikberatkan pada tujuan berbasis intelektual, (2) ranah afektif yang fokus pada
perasaan, emosi, sikap, dan nilai, serta (3) ranah psikomotorik yang menekankan pada
keterampilan gerak fisik (Zaini, 2002:68).
Ranah kognitif merujuk pada aspek mental atau kegiatan berpikir. Bloom
mengelompokkan ranah kognitif menjadi enam kategori yang berurutan dari yang
sederhana hingga yang paling kompleks, dan kategori-kategori ini diasumsikan
memiliki tingkatan hierarkis. Artinya, pencapaian tujuan pada tingkat yang lebih
tinggi bergantung pada penguasaan tujuan pada tingkat yang lebih rendah. Keenam
kategori dalam ranah kognitif ini meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan
evaluasi (evaluation).
Krathwohl, Bloom, dan Masria (1964) merumuskan taksonomi yang memiliki
fokus pada aspek emosi atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses di mana
seseorang mengidentifikasi dan menerima suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi
panduannya dalam perilaku mereka. Domain afektif ini terbagi menjadi lima kategori
atau tingkatan, yakni penerimaan (receiving), merespons (responding), menghargai
nilai (valuing), mengorganisir (organization), dan penginternalisasian
(characterization).
Ranah psikomotorik adalah salah satu aspek dari taksonomi tujuan pembelajaran
yang berfokus pada keterampilan fisik atau aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh.
Harrow (1972) mengatur tujuan dalam ranah psikomotorik dengan tingkatan hierarkis
yang terdiri dari lima level, yaitu meniru (imitation), manipulasi (manipulation),
ketepatan gerakan (precision), artikulasi (artikulation), dan naturalisasi
(naturalization).

2
3. Karakteristik Tujuan Pembelajaran
Beberapa karakteristik dari tujuan pembelajaran, diantaranya:
a. Spesifik (Specific).
Tujuan pembelajaran harus sangat jelas dan spesifik dalam menggambarkan apa
yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Mereka harus menghindari
ketidakpastian atau ambiguitas.
b. Mengukur (Measurable).
Tujuan pembelajaran harus dapat diukur secara objektif. Ini berarti bahwa
pencapaian tujuan harus dapat dinilai dengan cara yang konkret dan terukur, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
c. Relevan (Relevant).
Tujuan pembelajaran harus relevan dengan materi yang diajarkan dan kebutuhan
siswa. Mereka harus memiliki nilai dan relevansi dalam konteks pembelajaran.
Tujuan yang tidak relevan dapat menyebabkan kebingungan atau kehilangan
minat siswa dalam pembelajaran.
d. Dapat Dicapai (Attainable).
Tujuan harus realistis dan dapat dicapai oleh siswa dalam waktu yang ditentukan.
Mereka tidak boleh terlalu mudah sehingga siswa merasa kurang tertantang, atau
terlalu sulit sehingga siswa merasa putus asa. Tujuan yang dapat dicapai
memberikan motivasi positif untuk belajar.
e. Terukur dalam Waktu (Time-bound).
Setiap tujuan perlu memiliki batas waktu atau tenggat waktu yang jelas untuk
pencapaiannya. Ini membantu dalam perencanaan pembelajaran dan memastikan
bahwa siswa bergerak menuju tujuan tersebut dengan waktu yang ditentukan.
f. Menginspirasi Motivasi (Motivating).
Tujuan yang menarik dan bermakna bagi siswa dapat meningkatkan motivasi
mereka untuk belajar. Ketika siswa merasa bahwa pencapaian tujuan tersebut
akan membawa manfaat atau pemahaman yang berharga, mereka cenderung lebih
bersemangat dalam pembelajaran.
g. Adaptif (Adaptive).
Tujuan pembelajaran harus dapat disesuaikan jika diperlukan. Setiap siswa
memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan yang berbeda, dan tujuan harus
dapat mengakomodasi perbedaan ini. Ini berarti bahwa dalam beberapa kasus,
tujuan dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan individual siswa.

3
h. Dukungan Instruksional (Instructionally Supportive).
Tujuan harus mendukung metode pengajaran yang digunakan dan sumber daya
yang tersedia. Mereka harus sesuai dengan kurikulum dan pendekatan
pembelajaran yang diterapkan.
i. Terukur secara Kualitatif dan Kuantitatif (Qualitatively and Quantitatively
Measurable).
Tujuan dapat mencakup aspek kualitatif (misalnya, pemahaman konsep atau
kemampuan berpikir kritis) dan kuantitatif (misalnya, skor ujian atau hasil tes)
untuk evaluasi. Ini memberikan pandangan yang lebih holistik tentang pencapaian
siswa.
j. Dilakukan dengan Etika (Ethical).
Tujuan harus mempromosikan pembelajaran yang etis dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Mereka harus memberikan
lingkungan pembelajaran yang adil dan menghormati prinsip-prinsip keadilan.

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah segala informasi yang merupakan bagian dari
kurikulum dan harus dipahami oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar untuk
mencapai standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran di suatu lembaga
pendidikan tertentu (Sanjaya, 2013:141).

2. Jenis-Jenis Materi Pembelajaran


Menurut Merril, sebagaimana dijelaskan oleh Sanjaya (2013:142),
mengelompokkan materi pembelajaran menjadi empat kategori:
a) Materi Fakta: Fakta adalah informasi yang mencerminkan kenyataan dan
kebenaran, seperti nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama
orang, bagian-bagian suatu benda, dan sebagainya. Fakta juga melibatkan
hubungan antara informasi tersebut, seperti es yang terkait dengan rasa dingin atau
matahari yang terkait dengan keadaan siang hari atau panas.
b) Materi Konsep: Konsep mencakup pemahaman tentang konsep-konsep baru yang
muncul melalui pemikiran, termasuk definisi, karakteristik khusus, inti atau esensi,
dan sejenisnya.

4
c) Materi Prinsip: Prinsip adalah informasi penting yang mencakup hukum, rumus,
prinsip-prinsip dasar, paradigma, teorema, dan hubungan antara konsep-konsep
yang menggambarkan sebab dan akibat.
d) Materi Prosedur: Prosedur adalah serangkaian langkah-langkah yang harus diikuti
secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu, menyelesaikan masalah, atau
menghasilkan produk (Prawiradilaga, 2007:87).

3. Karakteristik Materi Pembelajaran


Beberapa karakteristik dari materi pembelajaran, antara lain:
a) Relevan, materi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan siswa
serta dapat terkait dengan kehidupan sehari-hari atau dunia nyata siswa.
b) Sesuai Tingkat Kepahaman, materi harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman
siswa, dapat berupa dasar atau tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat
kelas atau pemahaman siswa.
c) Menarik, materi harus dirancang agar menarik dan memotivasi siswa untuk
belajar, mungkin dengan menggunakan berbagai media, contoh, atau cerita.
d) Konsisten, materi harus selaras dengan kurikulum dan standar pendidikan yang
berlaku.
e) Jelas dan Terstruktur, materi harus disajikan dengan cara yang jelas dan
terstruktur, termasuk penggunaan judul, subjudul, dan urutan yang logis.
f) Mendorong Interaksi, materi sebaiknya dirancang untuk merangsang interaksi
siswa, baik melalui diskusi, tugas, atau kegiatan kelompok.
g) Diukur Kinerja, materi harus memungkinkan penilaian kinerja siswa untuk
mengukur pemahaman dan penguasaan mereka terhadap materi tersebut.

D. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dari segi etimologi, istilah "metode" berasal dari dua kata, yaitu "meta" yang
merujuk pada "melalui," dan "hodos" yang berarti "jalan" atau "cara." Oleh karena itu,
secara terminologi, metode mengacu pada suatu cara yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan (Poerwadarminta, 1992:103). Dengan pemahaman tersebut, metode
merujuk pada suatu tindakan yang diterapkan oleh individu dalam suatu aktivitas
dengan tujuan mencapai hasil yang diinginkan. Ketika istilah metode ini dihubungkan
dengan konteks pendidikan, metode mengacu pada cara yang digunakan oleh seorang

5
guru untuk menyajikan materi dalam proses belajar. Tujuan dari penggunaan metode
tersebut adalah untuk memfasilitasi pencapaian tujuan pendidikan dengan lebih
efektif.
Sanjaya (2014:147) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran adalah alat
yang digunakan untuk menerapkan rencana yang telah disusun dalam praktik
pendidikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Menurut
Smaldino dkk (2008:15), metode pembelajaran merupakan serangkaian langkah atau
prosedur yang digunakan oleh guru atau instruktur untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tertentu. Pemilihan metode yang sesuai dapat membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran atau menginternalisasi isi atau materi pembelajaran. Selanjunya,
Usman (2002:31) menjelaskan metode pembelajaran sebagai cara penyampaian
materi pelajaran yang bertujuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu, peran metode pengajaran adalah sangat penting karena berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran dan merupakan bagian integral
dalam sistem pengajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan alat atau
serangkaian langkah yang digunakan oleh guru atau instruktur dalam praktik
pendidikan untuk menerapkan rencana yang telah disusun guna mencapai tujuan
pembelajaran dengan optimal. Pemilihan metode yang sesuai dapat membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran dan memahami isi materi. Peran metode pengajaran
sangat penting karena berpengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran dan
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan.

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran


Terdapat beragam jenis metode pembelajaran beberapa diantaranya sebagai
berikut:
a) Metode Ceramah.
Metode ceramah adalah pendekatan pengajaran yang melibatkan penyampaian
materi secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode
ini cocok digunakan ketika pembelajaran baru dimulai, waktu terbatas, jumlah
guru terbatas, tetapi jumlah peserta didik cukup banyak, dan informasi yang perlu
disampaikan cukup banyak.

6
b) Metode Diskusi.
Metode diskusi adalah cara pembelajaran yang mengajak siswa berdiskusi
tentang suatu masalah dengan tujuan utama untuk memecahkannya, menjawab
pertanyaan, meningkatkan pemahaman, dan membantu mereka membuat
keputusan. Metode ini cocok digunakan oleh guru ketika siswa perlu
mengembangkan kemampuan identifikasi, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan. Selain itu, metode ini juga membantu dalam memperluas pengetahuan
siswa, memperkenalkan berbagai pendekatan dan perspektif, serta melibatkan
siswa dalam penyelesaian masalah secara berkelompok.
c) Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan menggambarkan
dan memperagakan proses, situasi, atau objek kepada siswa, baik dalam bentuk
nyata maupun tiruan. Meskipun siswa hanya mengamati selama proses
demonstrasi, metode ini dapat menyajikan materi pembelajaran yang lebih
konkret. Metode demonstrasi sesuai digunakan saat materi pembelajaran
berkaitan dengan keterampilan fisik atau prosedur yang dapat disajikan dengan
cara demonstrasi. Hal ini juga efektif ketika guru ingin menyederhanakan
penjelasan yang panjang melalui demonstrasi langsung.
d) Metode Simulasi.
Simulasi adalah metode pengajaran yang melibatkan pengalaman belajar melalui
situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Ini
digunakan ketika tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran langsung
pada objek yang sebenarnya. Misalnya, siswa dapat lebih baik memahami cara
mengoperasikan mesin yang memiliki karakteristik khusus melalui simulasi
sebelum menggunakan mesin sebenarnya. Simulasi juga berguna untuk
mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap peristiwa tertentu.
e) Metode Tanya Jawab.
Metode tanya jawab adalah cara penyajian materi pembelajaran melalui
serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Dengan metode ini,
berbagai keterampilan seperti pengamatan, interpretasi, klasifikasi, penarikan
kesimpulan, penerapan, dan komunikasi dapat dikembangkan. Tujuan
penggunaan metode tanya jawab adalah untuk memotivasi siswa agar aktif
bertanya selama proses pembelajaran, atau guru mengajukan pertanyaan dan
siswa memberikan jawaban.

7
f) Metode Eksperimen.
Metode eksperimen adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa secara aktif
melakukan percobaan untuk mengamati, menganalisis, membuktikan, dan
menarik kesimpulan tentang materi pelajaran. Dalam proses ini, siswa memiliki
kesempatan untuk mengalami dan menguji konsep atau objek yang dipelajari,
sehingga mereka dapat secara mandiri mencari kebenaran dan mengembangkan
pemahaman mereka.
g) Metode Resitasi.
Metode resitasi adalah cara guru menyampaikan materi pembelajaran dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk belajar di berbagai lokasi. Guru
menggunakan metode ini ketika ada banyak materi yang harus disampaikan
dalam waktu terbatas, dan dengan memberikan tugas, mereka dapat memastikan
bahwa materi selesai sesuai waktu yang ditentukan.
h) Metode Karyawisata.
Metode karyawisata adalah pendekatan pengajaran di mana guru membawa siswa
ke lokasi di luar sekolah, seperti perkebunan, pabrik, museum, kebun binatang,
dan lain-lain, untuk mempelajari atau menyelidiki objek tertentu.
i) Metode Induktif.
Metode induktif adalah pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyajikan kasus, fakta, contoh, atau sebab yang khusus, dan kemudian peserta
didik diarahkan untuk menyimpulkan prinsip atau konsep yang lebih umum dari
informasi tersebut. Metode ini memberi siswa kesempatan untuk menggali materi
pembelajaran sendiri sebelum menerima penjelasan lebih lanjut.
j) Metode Deduktif.
Metode deduktif adalah pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip umum dalam materi pelajaran,
dan kemudian diikuti dengan penerapan atau contoh-contoh dalam situasi khusus.
k) Metode Drill.
Metode drill atau latihan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan
ketangkasan dalam praktek, karena hanya melalui praktik langsung, pengetahuan
dapat ditingkatkan dan diperbaiki.

8
3. Karakteristik Metode Pembelajaran
a) Tujuan-Orientasi (Goal-Oriented).
Metode pembelajaran yang efektif harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan ini
membantu memberikan arah dan fokus pada pembelajaran. Dengan adanya tujuan
yang spesifik, baik pengajar maupun siswa memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang apa yang akan dicapai selama proses pembelajaran. Contohnya, jika
tujuan pembelajaran adalah untuk memahami teori relativitas khusus, metode
yang dipilih harus dapat mencapai tujuan tersebut melalui pengajaran konsep dan
aplikasinya dalam pemecahan masalah.
b) Interaktif (Interactive).
Metode pembelajaran yang menggabungkan interaksi antara siswa, antara siswa
dan pengajar, atau bahkan dengan materi pembelajaran cenderung lebih efektif.
Interaksi ini dapat berupa diskusi kelompok, perdebatan kelas, kolaborasi dalam
proyek, atau bahkan penggunaan alat-alat interaktif dalam pembelajaran daring.
Interaksi memungkinkan siswa untuk berbagi pemikiran, menciptakan
pemahaman bersama, dan menguji pemahaman mereka.
c) Relevan (Relevance).
Metode pembelajaran harus relevan dengan materi yang diajarkan dan kehidupan
nyata. Mereka harus mampu mengaitkan konsep-konsep pembelajaran dengan
situasi dunia nyata atau aplikasi praktis. Ketika siswa melihat relevansi dalam
pembelajaran mereka, mereka cenderung lebih termotivasi untuk belajar dan
memahami materi lebih baik.
d) Fleksibel (Flexible).
Fleksibilitas adalah karakteristik penting dalam metode pembelajaran. Metode
harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan situasi pembelajaran.
Misalnya, ketika ada perubahan dalam keadaan atau perkembangan siswa,
metode pembelajaran harus dapat beradaptasi untuk memaksimalkan
pembelajaran.
e) Menggunakan Sumber Daya yang Tersedia (Resourceful).
Metode pembelajaran harus efisien menggunakan sumber daya yang tersedia. Ini
bisa termasuk buku teks, perangkat lunak pembelajaran, alat-alat multimedia, atau
bahkan pengetahuan dan keterampilan pengajar. Memaksimalkan penggunaan
sumber daya yang ada membantu memperkaya pengalaman pembelajaran.

9
f) Variatif (Varied).
Variasi dalam metode pembelajaran membantu menjaga minat siswa dan
memenuhi berbagai gaya belajar. Penggunaan berbagai pendekatan seperti
ceramah, diskusi, simulasi, proyek, atau eksperimen dapat membuat pembelajaran
lebih menarik dan efektif.
g) Pemahaman Konsep (Conceptual Understanding).
Metode pembelajaran harus dirancang untuk mengembangkan pemahaman
konsep daripada sekadar menghafal fakta. Siswa harus diberikan kesempatan
untuk menjelajahi konsep secara mendalam, menghubungkannya dengan
pengalaman mereka, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
h) Evaluatif (Assessment-Oriented).
Metode pembelajaran perlu memungkinkan pengukuran kemajuan siswa. Ini
mencakup penggunaan penilaian formatif untuk memantau kemajuan selama
pembelajaran dan penilaian sumatif untuk mengukur pencapaian akhir. Penilaian
membantu siswa dan pengajar memahami sejauh mana tujuan pembelajaran telah
tercapai.
i) Menginspirasi Motivasi (Motivating).
Metode pembelajaran yang menarik dan bermakna dapat meningkatkan motivasi
siswa. Ini menciptakan lingkungan yang merangsang minat siswa untuk belajar.
Ketika siswa merasa bahwa pembelajaran memiliki nilai dan relevansi, mereka
lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif.
j) Mengakomodasi Kebutuhan Individual (Individualized).
Metode pembelajaran harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan individual
siswa. Ini berarti memberikan dukungan tambahan kepada siswa yang
memerlukan bantuan ekstra, serta menantang siswa yang lebih mahir. Dengan
mengakomodasi perbedaan dalam gaya belajar dan tingkat kemampuan, metode
pembelajaran dapat menjadi lebih efektif.
k) Kolaboratif (Collaborative).
Kolaborasi adalah elemen penting dalam metode pembelajaran. Metode yang
mendorong siswa untuk bekerja sama dan berkolaborasi dengan rekan-rekan
mereka dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial, pemecahan
masalah, dan kerja tim.

10
l) Menggunakan Teknologi (Technology-Enhanced).
Pemanfaatan teknologi dalam metode pembelajaran dapat memperkaya
pengalaman pembelajaran. Ini termasuk penggunaan perangkat lunak
pembelajaran, platform online, video pembelajaran, dan alat-alat interaktif yang
memungkinkan pembelajaran daring.
m) Dilakukan dengan Etika (Ethical).
Metode pembelajaran harus mematuhi prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai yang
berlaku. Ini mencakup penghormatan terhadap keberagaman siswa, menghormati
hak cipta, dan mempromosikan prinsip-prinsip keadilan dalam pembelajaran.

E. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Asnawir dan Usman (2002:11), media pembelajaran adalah alat yang
bertujuan untuk mengirim pesan kepada audiens (siswa) dan memiliki potensi untuk
memicu aktivitas berpikir, merangsang emosi, serta memengaruhi kemauan mereka.
Hal ini bertujuan untuk menggerakkan proses belajar dalam diri siswa.
Menurut Miarso (2004:458), media pembelajaran mencakup semua sarana
yang digunakan untuk mengirimkan pesan dan memiliki kapasitas untuk memicu
berfungsinya pikiran, emosi, perhatian, serta motivasi dari individu yang belajar.
Tujuan utamanya adalah untuk merangsang terjadinya proses belajar yang terencana,
tujuan, dan terkendali.
Media pembelajaran adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
memfasilitasi proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan
tujuan pembelajaran tercapai.

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran


Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis media pembelajaran yang umum
digunakan diantaranya:
- Media Visual: Jenis media yang menggunakan indera penglihatan agar objek bisa
dikenali oleh masing-masing individu. Contohnya adalah gambar, peta, diagram,
dan grafik.
- Media Audio: Media yang menyampaikan sistem pembelajaran melalui suara
atau bunyi-bunyian. Jenis media ini cocok bagi siswa yang lebih responsif
terhadap pendengaran. Contohnya adalah rekaman suara, podcast, dan musik.

11
- Media Audio Visual: Kombinasi antara media visual dan audio. Jenis media ini
dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan menyajikan informasi melalui
gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya adalah video pembelajaran,
presentasi, dan animasi.
- Multimedia: Media yang identik dengan penggunaan komputer dan internet. Jenis
media ini dapat meningkatkan kreativitas siswa, bersifat interaktif, dan dapat
menyesuaikan respon pengguna. Contohnya adalah animasi, virtual reality, dan
simulasi.
- Media Realita: Jenis media yang tidak memerlukan perangkat lain, karena media
ini sudah tersedia secara nyata. Media realita menjelaskan kondisi nyata hal-hal
yang ingin dipelajari. Contohnya adalah kunjungan lapangan, eksperimen, dan
observasi langsung.
- Media Non Elektronik: Media yang tidak menggunakan teknologi elektronik.
Contohnya adalah buku cetak, papan tulis, gambar, model, dan obyek-obyek
nyata.
- Media Elektronik: Media yang menggunakan teknologi elektronik. Contohnya
adalah e-learning, video pembelajaran, dan presentasi menggunakan proyektor.

3. Karakteristik Media Pembelajaran


Dalam kutipan dari Arsyad (2000:11), dijelaskan bahwa Gerlach dan Ely
menyatakan bahwa ada tiga karakteristik media yang menjelaskan mengapa media
digunakan dan fungsi dari media tersebut. Tiga karakteristik tersebut adalah yakni:
a) Ciri Fiksatif (fixative property).
Ciri fiksatif dalam media merujuk pada kapabilitasnya dalam merekam,
menyimpan, melestarikan, serta merekonstruksi peristiwa atau objek tertentu.
b) Ciri Manipulatif (manipulative property).
Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat
menghemat waktu sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
c) Ciri Distributif (distributiveproperty).
Ciri distributif dari media adalah kemampuannya untuk mengubah objek atau
kejadian ke dalam ruang dan secara bersamaan menampilkan kepada banyak
siswa dengan pengalaman yang relatif serupa mengenai kejadian tersebut.

12
F. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Menurut Association for Educational Communication and Technology (1986:9),
sumber belajar adalah semua sumber (seperti data, individu, dan materi) yang dapat
digunakan oleh peserta didik baik secara terpisah maupun dalam kombinasi, biasanya
dalam konteks pembelajaran, untuk memfasilitasi kegiatan belajar yang lebih efektif
dan efisien.

2. Jenis-Jenis Sumber Belajar


Rohani (1997:111) mengklasifikasikan sumber belajar sebagai berikut:
a) Sumber belajar cetak: Ini mencakup buku, majalah, ensiklopedia, brosur, koran,
poster, denah, dan lainnya.
b) Sumber belajar non cetak: Termasuk film, slide, video, model, boneka, audio,
kaset, dan lainnya.
c) Sumber belajar berupa fasilitas: Auditorium, perpustakaan, ruang belajar, meja
belajar individual, studio, lapangan olahraga, dan sebagainya.
d) Sumber belajar berupa kegiatan: Seperti wawancara, kerja kelompok, observasi,
simulasi, permainan, dan lainnya.
e) Sumber belajar berupa lingkungan dari masyarakat: Teman, terminal, dan
lainnya.

3. Karakteristik Sumber Belajar


Beberapa karakteristik dari sumber belajar, antara lain:
a) Memiliki daya atau kekuatan yang relevan untuk mendukung proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b) Dapat merubah perilaku menjadi lebih sesuai dengan tujuan pembelajaran; jika
tidak, tidak dapat disebut sebagai sumber belajar.
c) Bisa digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.
d) Dapat dibedakan antara sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang
dipakai. Sumber belajar yang dirancang adalah yang diciptakan khusus untuk
pembelajaran, sedangkan yang dipakai adalah sumber yang tidak semula

13
dimaksudkan untuk pembelajaran tetapi digunakan untuk tujuan tersebut (Siregar
dan Nara, 2010:129).

G. Penilaian Hasil Belajar


1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar
Arikunto (2005:4) memaparkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses
evaluasi untuk menentukan apakah siswa telah memahami materi yang diajarkan atau
yang diarahkan oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sementara itu, Siregar dan Nara (2010:144) menggambarkan penilaian hasil
belajar sebagai berbagai metode yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
prestasi atau kinerja siswa, sejauh mana mereka mencapai tujuan pembelajaran yang
telah diamanatkan.
Penilaian hasil belajar adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauh mana pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran.

2. Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar


Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis penilaian hasil belajar yang umum
digunakan diantaranya:
- Penilaian Formatif.
Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan
balik kepada siswa dan guru. Contoh: Tes harian, diskusi kelas, tugas singkat.
- Penilaian Sumatif.
Penilaian yang dilakukan pada akhir periode atau tahapan pembelajaran untuk
menilai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Contoh:
Ujian akhir semester, ujian tengah semester.
- Penilaian Diagnostik.
Penilaian yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan, kemampuan awal, atau
potensi belajar siswa sebelum proses pembelajaran dimulai. Contoh: Tes
diagnosa, penilaian awal keterampilan membaca.
- Penilaian Proyektif.
Penilaian yang mengukur kemampuan siswa untuk memahami, menerapkan, dan
menganalisis konsep atau pengetahuan dalam konteks situasi atau proyek tertentu.
Contoh: Proyek ilmiah, presentasi proyek kelompok.

14
- Penilaian Normatif.
Penilaian yang menilai siswa berdasarkan perbandingan dengan siswa lainnya.
Contoh: Peringkat dalam kelas, peringkat dalam ujian nasional.
- Penilaian Kriteria.
Penilaian yang membandingkan kinerja siswa dengan kriteria atau standar yang
telah ditetapkan sebelumnya. Contoh: Rubrik penilaian yang mengukur
keterampilan menulis.
- Penilaian Otentik.
Penilaian yang meminta siswa untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap mereka dalam konteks nyata dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh: Menyusun rencana tindakan untuk mengatasi masalah lingkungan.
- Penilaian Portofolio.
Penilaian yang melibatkan pengumpulan dan penilaian karya-karya siswa selama
suatu periode tertentu. Contoh: Portofolio seni siswa yang berisi karya gambar,
lukisan, dan foto kreatif.
- Penilaian Lisan.
Penilaian yang dilakukan melalui presentasi lisan atau wawancara dengan siswa
untuk mengukur pemahaman dan keterampilan berbicara. Contoh: Presentasi
lisan tentang topik penelitian.
- Penilaian Tertulis.
Penilaian yang dilakukan melalui tes tertulis, tugas, atau ujian untuk mengukur
pemahaman dan pengetahuan siswa. Contoh: Ujian pilihan ganda, tugas esai.

3. Karakteristik Penilaian Hasil Belajar


Berikut ini karakteristik penilaian hasil belajar diantaranya:
1. Ketepatan (Validity).
Evaluasi harus benar-benar mengukur hal-hal yang seharusnya diukur dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
2. Keandalan (Reliability).
Penilaian harus memberikan hasil yang konsisten dan dapat dipercaya.
3. Fokus pada Keterampilan (Competency-based).
Penilaian harus menilai kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan yang
telah ditetapkan.

15
4. Komprehensif.
Evaluasi harus mencakup semua aspek yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
5. Kesesuaian dengan Kurikulum dan Metode Pengajaran.
Penilaian harus selaras dengan kurikulum yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar.
6. Autentik.
Penilaian harus dilakukan dalam situasi yang nyata dan sesuai dengan kehidupan
sehari-hari siswa.
7. Berdasarkan Kriteria yang Jelas.
Evaluasi harus didasarkan pada standar pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan.
8. Bisa Dipertanggungjawabkan (Accountability).
Penilaian harus dapat dijustifikasi baik oleh siswa maupun guru.

16
DAFTAR PUSTAKA

Noor, H., & Rizal Rifa’i, M. (2021). Karakteristik penilaian pembelajaran pada kurikulum
2013 di MI. Aawaliyah: Jurnal PGMI, 4(1), 10–16.
https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/sepren/article/view/364
Ratumanan, Rosmiati 2019. Perencanaan Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada, Depok1
Jaya, Farida. 2019. Perencanaan Pembelajaran, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatra Utara.
Ananda Rusydi, 2019. Perencanaan Pembelajaran. LPPPI. Medan.

17

Anda mungkin juga menyukai