Anda di halaman 1dari 46

Makalah

TUJUAN INSTRUKSIONAL

Dosen Pengampu : Dina Rahmawati, M.Pd

DI SUSUN

OLEH :

KELOMPOK 4

Nama : Liyana Gelamona

Wajasni La Juli

Wildayati Mursid

Susi Kahar

Semester : III (Tiga)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TERNATE

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada
akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat disusun dengan
baik.

Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu biologi
serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
DAFTAR ISI

Cover (Liyana Gelamona)

Kata Pengantar (Liyana Gelamona)

Daftar Isi (Liyana Gelamona)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (Liyana Gelamona)


B. Rumusan Masalah (Liyana Gelamona)
C. Tujuan (Liyana Gelamona)
BAB II PEMBAHASAN
A. Cara Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (Liyana Gelamona)
B. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal) (Liyana Gelamona)
 Studi Kasus (Liyana Gelamona)
C. Klasifikasi Tujuan Intruksional Menurut Isi (Susi Kahar)
D. Implikasi Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran (Susi Kahar)
 Studi Kasus (Susi Kahar)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan (Susi Kahar)
B. Saran (Susi Kahar)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perumusan tujuan pendidikan dan pengajaran merupakan suatu alat yang
sangat bermanfaat dan memberi konstribusi yang besar dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

 Arti Pentingnya Tujuan Instruksional dalam Proses Pembelajaran

Tujuan instruksional merupakan suatu keharusan dibuat oleh seorang guru, dosen
sebagai pedoman atau kerangka kerja dari bidang-bidang studi pelajaran yang
diajarkan oleh guru dan dosen kepada individu atau siswa, mahasiswa (peserta didik)
merasa cocok. Tujuan instruksional merupakan pengejewantahan kerangka kerja
secara operasional yang dibuat dalam bentuk silabus sebagai rencana pembelajaran
sebagai pokok-pokok bahasan yang akan diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas.
Adapun tujuan institusional biasanya dibagi pada dua bagian yaitu: tujuan
instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).

a) Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Ada beberapa pengertian tujuan instruksional umum (TIU) yang dirumuskan para ahli
terdahulu, dan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan dosen dalam
pengembangan tujuan instruksional, yaitu:
1) Menurut SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No.8/U/1975, TIU diartikan
sebagai tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada program pengajaran
suatu bidang pelajaran.
2) Tujuan instruksional umum (TIU) menggariskan hasil-hasil dibidang studi yang
seharusnya dicapai siswa. Tujuan instruksional sekaligusmenjadi hasil yang harus
diperoleh siswa yang akan tampak setelah proses belajar-mengajar selesai
(Djiwandono, 2005:1999)

b) Tujuan Instruksional Khusus


Tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan penjabaran dan pengimplementasian
secara praktik atau pengoprasionalisasi secar konkrit dan spesifik dari tujuan
instruksional ingkut satu pokok bahasan atau topik materi pelajaran tertentu.

 Kegunaan Tujuan Instruksional dalam Proses Pembelajaran

Kegunaan tujuan instruksional dapat membantu para guru dan dosen (pendidik)
sebagai acuan, pedoman untuk merancang materi pembelajaran, memilih alat, metode
mengajar yang tepat, juga dapat membantu guru dalam merancang evaluasi yang
sesuia dengan tujuan akan diajar secara tepat untuk keberhasilan belajar siswa.
Tujuan instruksional dalam proses belajar mengajar sangat erat hubungannya dengan
dengan pre-assessment, desain program, strategi mengajar, spesifikasi dari pemilihan
media proses mengajar dan penilaian.
Secara khusus tujuan intruksional pembelajaran berguna dan penting bagi pegangan
guru dan dosen (pendidik) dan siswa dan mahasiswa (peserta didik) dalam rangka:
1) Mengevaluasi pembelajaran
2) Membimbing dan mengontrol siswa (peserta didik) belajar.
3) Sebagai critera merancang materi pelajaran.
Menyediakan bahan atau media untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan guru
lainnya.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus ?
2. Bagaimana Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (Internal) ?
3. Bagaimana Tujuan Instruksional Menurut Isi ?
4. Bagaimana Implikasi Terhadap Perencanaan Dan Pengelolaan Pengajaran ?

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Cara Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku
(Internal)
3. Untuk Mengetahui Tujuan Instruksional Menurut Isi
4. Untuk Mengetahui Implikasi Terhadap Perencanaan Dan Pengelolaan Pengajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus


Langkah-langkah yang dilakukan dalam merumuskan tujuan instruksional
khusus :
a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata
pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun
1984, TIU ini sudah tercantum dalam uku Garis-Garis Besar Program Pengajaran.
Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak
dapat diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia
(intern).
b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi TIK yang rumusannya jelas,khusus,
dapat diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh rumusan untuk TIU:
- Memahami teori evolusi
- Mengetahui peredaan antara skor dan nilai.
- Mengerti cara mencari validita.
- Menghayati perlunya penilaian yang tepat.
- Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.
- Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.

B. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)


1. Taksonomi tujuan instruksional menurut B.S. Bloom

Adapun taksonomi atau klasifikasi tujuan intruksional menurut Bloom adalah


sebagai berikut:
 Ranah kognitif (cognitive domain)
a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan;
b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap makna
dan arti dari bahan yang dipelajari;
c. Penerapan (application), mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau
metode yang baru;
d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian;
e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan;
f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat.
 Ranah afektif (affective domain)
a. Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan;
b. Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif;
c. Penilaian/penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu;
d. Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai;
e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex),
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan.
 Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)
a. Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik;
b. Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
memulai gerakan;
c. Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk
melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik;
d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk
melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar;
e. Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat;
f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir;
g. Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola
gerak gerik yang baru.

2. Tinjauan terhadap sistematika Bloom di ranah kognitif

Ranah kognitif pada taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan
Krathwohl (2001), dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengingat (remembering)/ C1
Mengingat adalah proses kognitif paling rendah pada taksonomi bloom. Menurut
Dimyanti dan Mudjiono (2009:27) pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan
proses mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali (recognition).Men
gingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan
yang telah lampau maupun yang baru saja didapatkan. Contohnya, yaitu: pemberian
tes pilihan ganda pada siswa, menghitung fakta-fakta atau statistic,serta mengutip.
2. Memahami (understanding) / C2
Pada jenjang ini siswa dituntut agar dapat menunjukkan bahwa mereka telah
mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun
materi. Kemampuan untuk memahami instruksi dan menegaskan pengertian/makna
ide atau konsep yang telah diajarkan. Seperti contoh penerapan dalam jenjang ini
adalah menjelaskan atau menafsirkan makna dari suatu pernyataan tertentu.
3.Menerapkan (applying) / C3
Menerapkan adalah kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep
dalm situasi tertentu. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan procedural
(procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur
(executing) dan mengimplementasikan (implementing). Pada jenjang ini siswa di
tuntut mengubah teori atau kaidah menjadi efek praktis,mendemonstrasikan,serta
memecahkan masalah.
4.Menganalisis (analyzing)/ C4
Menganalisis adalah kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa unsur
-unsur serta mengorganisasikan prinsip
-prinsip. Pada jenjang ini siswa di tuntut mengidentifikasibagian
-bagian penyusun dan fungsi dari proses atau konsep.
5.Mengevaluasi (evaluating) / C5
Evaluasi berkaitan dngan kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,
kriteria atau patokan tertentu. Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar standar yang sudah ada. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Jenjang ini
menuntut siswa untuk meriviu, atau perencanaan strategis dalam kaitan dengan
keberlangsungan program,serta menghitung akibat dari suatu perencanaan atau
strategi (Muchlas Samami,2014:169)
6.Menciptakan (creating)/ C6
Menciptakan adalah kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk
baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil. Menciptakan sangat
berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya.
Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara
total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan pada
jenjang ini yaitu mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan
karya yang dapat dibuat oleh semua siswa

3. Perbandingan antara sistematika Bloom, De Block, van Parreren dan Gagne


Ranah belajar menurut Bloom terbagi menjadi tiga macam yaitu :
a. Ranah kognitif (cognitive domain)
b. Ranah afektif (affective domain)
c. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)
Ranah belajar menurut A. De. Block terbagi menjadi tiga macam yaitu :

a. Bentuk belajar menurut fungsi psikis

1) belajar dinamik
2) belajar afektif
3) belajar kognitif : mengingat, berpikir
4) belajar sensi – motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan

b. Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari

1) belajar teoritis

2) belajar teknis
3) belajar sosial / bermasyarakat
4) belajar estetis

c. Bentuk belajar yang tidak disadari

1) belajar insidental
2) belajar dengan mencoba – coba
3) belajar tersembunyi

Ranah belajar menurut Van De Parererren terbagi menjadi sepuluh ranah,


yaitu :
1). Membentuk otomatisme
2). Belajar incidental
3). Menghafal
4). Belajar pengetahuan
5). Belajar arti kata – kata
6). Belajar konsep ( pengertian )
7). Belajar memecahkan problem melalui pengamatan
8). Belajar berpikir
9). Belajar untuk belajar
10) Belajar dinamik
Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen
penting yaitu :
1. Fase – fase pembelajaran
2. Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
3. Kondisi atau tipe pembelajaran
4. Kejadian-kejadian instruksional
 Studi Kasus
siswa akan membuktikan penghargaannya terhadap seni tari nasional dengan
ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas.

Contoh : Wujud Kewirausahaan dan Seni, SMAN 4 Gelar Kreasi Rombong

Lenggak-lenggok langkah kaki siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4


Bojonegoro saat berada di area catwalk lapangan sekolah setempat menyita
perhatian. Puluhan siswi tersebut turut serta memeriahkan "Kreasi Rombong"
yang salah satu tampilannya adalah memamerkan hasil busana daur ulang.

Kegiatan tersebut merupakan agenda rutin pertengahan semester sebagai aplikasi


siswa dalam memahami pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru
sekaligus melatih siswa dalam membentuk karakter mental kewirausahaan serta
jiwa seni siswa.

C. Klasifikasi Tujuan Intruksional Menurut Isi


a. Jenis-Jenis Tujuan Pembelajaran
Setiap Negara tentu mempunyai cita-cita tentang warga negarannya akan di
arahkan. Cita-cita tersebut dimanifestasikan dalam bentuk tujuan pendidikannya.
Sebagai contoh, Negara spartabingin mengarahkan warga negarannya menjadi
manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, maka tujuan pendidikan telah
disejajarkan dengan cita-cita tersebut.

b. Tujuan Intruksional
Materi sesuatu bidang study tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari
terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Ada dua
macam tujuan instruksional yaitu : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK).
c. Merumuskan Tujuan Instruksional
Telah disebutkan bahwa tujuan tujuan instruksional adalah tujuan yang
menyatakan adannya sesuatu yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh siswa
setelah pengajaran. Jadi sebelum adannya pengajaran, siswa tidak mempunyai
kemampuan untuk mengerjakan atau melakukannya.

d. Data-Data Operasional
a) Cognitive Domain
Levels and corresponding Action Verb
1. Pengetahuan (knowledge)
Mendevinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan,
menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (states), mereproduser.
2. Pemahaman (comprehension)
Mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasi, memberikan contoh, menuliskan
kembali, memperkirakan.
3. Aplikasi
Mengubah, menghitung, mendemostrasikan, meneruskan, memanipulasi,
memodifikasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
4. Analisis
Memperinci, mengasuh diagram, membedakan, mengidentifikasi,
mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih,
memisahkan, membagi (subdivides)

5. Sintesis
Mengkategorikan, mengkombinasi, mengarang, menciptakan, membuat disain,
menjelaskan, memodifikasikan, mengordinasikan, menyusun, membuat rencana,
mengaturkembali, merekonstruksikan, menghubungkan, mereorganisasikan,
merevisi, menuliskan kembali, menceritakan.
6. Evaluasi
Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik,
mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan,
menghubungkan membantu (supert).

b) Afektif Domain

Learning levels and corresponding action verbs.

1. Resiving.
Menannyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan,
mengidentifikasikan, menyebutkan, menunnjukkan, memilih, menjawab.
2. Responding.
Menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormati, berbuat, melakukan,
membaca, melakukan, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih,
melaporkan, menulis.
3. Valuing
Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti,
membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan,
memilih, bekerja, mengambil bagian, mempelajari.
4. Organization
Mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi,
mempertahankan, menerangkan, generalisasi, mengidentifikasikan,
mengitregasikan, memodifikasikan, mengorganisasikan, menghubungkan,
mensistensiskan.
5. Characterization by value or value complex
Membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi,
mendengarkan, memodifikasi, mempertunjukkan, menannyakan, merevisi,
melayani, memecahkan, menggunakan.

c) Psikomotor Domain
Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi
kata-kata yang dapat diamati meliputi :
1. Muscular or motor skiils
Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), melompat,
menggerakkan, menampilkan.
2. Manipulation of materials or objects
Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

3. Neuromuscular coordination
Mengamati, mengetrapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan,
memasang, memotong,menarik, menggunakan.

Kata –kata yang telah disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai
dalam merumuskan tujuan instruksional khusus bagi siswa-siswi yang belajar,
sehingga rumusan seutuhnnya menjadi pernyataan-pernyataan antara lain sebagai
berikut:
 Siswa dapat menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari puluhan dan
satuan.
 Siswa dapat menunjukkan letak gunung-gunung yang ada di jawa tengah.
 Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.

e. Kondisi Demosntrasi

Adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang
dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir,
misalnya :

1. Dengan menulis yang betul.


2. Urut dari yang paling tinggi.
3. Dengan bahasannya sendiri.

D. Implikasi Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran


1. Perencanaan Pembelajaran
a. Pengertian dan Sudut Pandang
Salah satu fungi manajemen adalah perencanaan. Program kegiatan apapun perlu
direncanakan dengan baik, sehingga semua kegiatan terarah bagi tercapainya
tujuan. Perencanaan harus dibuat dengan sebaik-baiknya. Perencanaan
merupakan pedoman kerja bagi para pelaksana terkait, baik manajer dalam hal ini
adalah kepala sekolah maupun staf dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
masing-masing.

Selain itu menurut Bafadhal (2003: 42), rencana juga merupakan acuan dalam
upaya untuk mengendalikan kegiatan lembaga, sehingga tidak menyimpang dari
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena begitu pentingnya perencanaan tersebut
maka seorang manajer harus memiliki kemampuan merencanakan program.

Sedangkan pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan


siswa. pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik agar
memiliki pengalaman belajar. (Jones et. al dalam Mulyani Sumantri, 1988: 95).
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
menyusun materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sehingga Perencanaan pengajaran merupakan satu tahapan dalam
proses pembelajaran yang sangat bergantung kepada kompetensi keguruan
seorang guru. Guru yang baik berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya
berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu ialah bahwa
sebelum masuk ke dalam kelas, guru senantiasa membuat perencanaan
pengajaran sebelumnya.Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah
satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang dipakai untukmencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh
karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap
apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni
mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya
tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan
tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai
tujuan adalah bagaimana cara menata interaksi antara sumber-sumber belajar
yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari


berbagai sudut pandang, yaitu :
a) Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang
mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku
kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem
pembelajaran.
b) Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari
sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya
diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.
c) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari
pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori
tentang strategi pengajaran dan implementasi terhadap strategi tersebut.
d) Perencanaan pembelajaran sebagai sains (sciences) adalah mengkreasi secara
detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan
akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun
yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
e) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan
pembelajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-
teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas.
f) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan dari waktu ke waktu dalam suatu
proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua
kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
(Madjid, 2005: 17-18).

b. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran


Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas,
dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan
pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut :
1) Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan peren-canaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
2) Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;
3) Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;
4) Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara
perseorangan;
5) Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan
pengiring dari pembelajaran;
6) Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa
untuk belajar;
7) Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8) Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran
yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Manfaat Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar
siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal
sebelum proses pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat
perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;
2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terlibat dalam kegiatan;
3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;
4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja;
5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;
6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

d. Prinsip Perencanaan Pengajaran


1. Prinsip – Prinsip Pengajaran Dalam Perencanaan Pengajarana.
a) Prinsip Perkembangan
Pada prinsipnya siswa yang sedang belajar dikelas berada dalam proses
perkembangan, dan akan terus berkembang yang berarti perubahan. Kemampuan
anak pada jenjang usia dan tingkat kelas yang berbeda-beda sesuai
perkembangannya. Oleh karena itu guru hendaknya mengerti dan bersabar dalam
melaksanakan tugas pelayanan belajar bagi para muridnya.

b) Prinsip Perbedaan Individu


Tiap orang siswa memiliki ciri–ciri dan pembawaan yang berbeda, menerima
pengaruh dan perlakuan dari keluarga masing–masing juga berbeda. Untuk
memberikan bantuan belajar bagi siswa, maka guru harus dapat memahami
dengan benar ciri–ciri para siswanya tersebut. Baik dalam menyiapkan dan
menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan pembimbingan
belajar siswa. Guru hendaknnya dapat menyesuaikan dengan ciri-ciri siswanya
masing-masing dalam model pengajaran berprogram atau modul, penyesuaian
belajar dengan perbedaan individu ini sepenuhnya dapat dilakukan oleh guru,
karena cara belajarnya individual.

c) Minat dan Kebutuhan Anak


Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Dalam hal
pembelajaran, bahan ajaran dan penyampaian sedapat mungkin disesuaikan
dengan minat dan kebutuhan anak tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin
menyesuaikan pengajaran dengan minat dan kebutuhan setiap siswa, meskipun
demikian sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi.

d) Asapek Motivasi dalam Perencanaan Pembelajaran


Setiap perbuatan termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa
motif. Motif atau biasa juga disebut dengan dorongan atau kebutuhan, merupakan
suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk
berbuat untuk mencapai suatu tujuan. Tenaga pendorong atau motif pada
seseorang mungkin cukup besar, sehingga tanpa motivasi dari luar dia sudah
biasa berbuat.
2. Konsep Pendekatan Sistem dalam Pengajaran
Pengajaran sebagai suatu sistem merupakan suatu pendekatan mengajar yang
menekankan hubungan sistematik antara berbagai kompenen dalam pengajaran.
Hubungan sistematik ini mempunyau arti bahwa komponen dalam pengajaran
sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu
kesatuan.
a) Perencanaan Tujuan–Tujuan Instruksional
Tujuan pengajaran merupakan titik awal yang sangat penting dalam pembelajaran
karena merupakan sasaran dari proses pembelajaran. Karena itu tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional sering juga dinamakan sasaran belajar.
Tujuan pembelajaran yang berpusat pada siswa disarankan dapat memberi
petunjuk yang terarah bagi perkembangan alat evaluasi belajar, memilih materi
dan kegiatan pembelajaran, penetapan media dan alat pengajaran. Dilihat dari
kawasan (domain) atau bidang yang dicakup, tujuan-tujuan pendidikan dapat
dibagi atas :
 Tujuan Kognitif
Tujuan-tujuan kognitif adalah tujuan-tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan
perilaku dalam aspek berpikir/ inteltual.

 Tujuan Afektif
Tujuan-tujuan afektif adalah tujuan-tujuan yang banyak berkaitan dengan aspek
perasaan, nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik atau siswa.
 Tujuan Psikomotor
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Tujuan-tujuan psikomotor adalah tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan
aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik.

b) Perencanaan Materi dan Bahan-bahan Pengajaran


Untuk hasil yang memuaskan dalam penyajian bahan pembelajaran, telah
diadakan penelitian yang menyatakan bahwa pengalaman praktis para guru
selama beberapa generasi dapat dibuktikan bahwa, prosedur pemanfaatan alat dan
bahan pengajaran sebaiknya sebagai berikut: pemeriksaan awal, persiapan
lingkungan, persiapan siswa, dan penyajian bahan pengajaran.

c) Perencanaan Alat dan Media Pengajaran


Dalam membahas kedudukan media pengajaran dalam perencanaan pengajaran,
diperlukan pengetahuan tentang merumuskan dan menganalisis tujuan
pengajaran, menetapkan prosedur, jenis dan alat penilaian. Jerome Bruner (1960)
membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya, yaitu:
 Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarius”;
 Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu
gejala;
 Alat dramatisasi;
 Alat automatisasi seperti “teaching mechine” atau pelajaran berprogram.

d) Perencanaan Evaluasi Pengajaran


Maksud dan tujuan dari evaluasi adalah menentukan hasil yang dicapai oleh
siswa. Bagaimanapun, penetapan proses pembelajaran secara keseluruhan,
termasuk tujuan yang akan dicapai oleh siswa, media pembelajaran, teknik
pendekatan dalam pembelajaran, bahkan sifat afektif seorang guru memerlukan
evaluasi. Dimana evaluasi adalah suatu proses yang berlangsung secara
berkesinambungan.

e) Penyusunan Satuan Pelajaran (Model-model Lesson Plan)


Satuan pelajaran adalah program belajar mengajar dalam satuan terkecil memuat
tujuan instriksional, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat
bantu mengajar, serta evaluasi kemajuan hasil belajar. Adapun unsur-unsur yang
biasanya terkandung dalam program pembelajaran pada satu semester tertentu
meliputi: tujuan pembelajaran, pokok bahasan, metode mengajar, media dan
sumber, evaluasi pengajaran, dan alokasi waktu.
Dalam hal ini penulis mengambil pendapat bahwa perencanaan merupakan
sebuah proses. Menurut Bafadhal (2003: 43) sebagai sebuah proses, ada beberapa
langkah yang harus ditempuh dalam membuat perencanaan, yaitu :
1) Memperkirakan masa depan
2) Menganalisis kondisi lembaga
3) Merumuskan tujuan secara operasional
4) Mengumpulkan data atau informasi
5) Merumuskan dan menetapkan alternatif program
6) Menetapkan perkiraan pelaksanaan program
7) Menyusun jadwal pelaksanaan program.

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa: (1) keberhasilan pelaksanaan
suatu kegiatan sangat ditentukan baik buruknya perencanaan; (2) perencanaan
harus mampu memprediksi kegiatan di masa yang akan datang secara objektif;
(3) perencanaan harus diarahkan pada pencapain tujuan, sehingga apabila terjadi
kegagalan dalam pelaksanaan kemungkinan besar adalah kurang sempurnanya
suatu perencanaan; dan (4) perencanaan harus mempertimbangkan aspek
kebijakan, anggaran, prosedur, aturan, metode, kriteria-kriteria untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengelolaan Pembelajaran
Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu menetapkan arah
lembaga pendidikan melalui perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah yang
berorientasi ke masa depan. Selanjutnya kepala sekolah bersama wakil kepala
sekolah bidang kurikulum sebagai manajer program pembelajaran, melakukan
penyusunan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
masyakarat di masa depan yaitu masyarakat belajar (learning society) dan
masyarakat ilmiah (scientific society) (Soedrajat, 2005: 43).
Kepala sekolah yang interpreneur mengupayakan efektivitas dan efisiensi
manajemen pendidikan dan pembelajaran di sekolah agar semua tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Secara operasional, manajemen pembelajaran adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pada komponen pembelajaran, yaitu:
siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/alat dan evaluasi. Ruang lingkup
manajemen pembelajaran dapat digambarkan dengan matriks pada bagan sebagai
berikut:

Secara matematis, matriks dalam bagan di atas menggambarkan adanya 40


kegiatan manajemen pembelajaran, yaitu mulai dari kegiatan A.1, hingga
kegiatan E.8. Matriks dalam bagan tersebut dapat digunakan untuk membantu
mengidentifikasi kegiatan yang diperlukan dalam manajemen pembelajaran.
Tidak berarti dalam menajemen pembelajaran harus terdiri dari 40 kegiatan.
Menurut Bafadhal (2003: 59-60), bahwa kegiatan manajemen pembelajaran
meliputi :

1) Perencanaan
 Analisis materi pembelajaran (AMP).
 Penyusunan kalender pendidikan.
 Penyusunan program tahunan (Prota) dengan memperhatikan kalender
pendidikan dan hasil analisis materi pelajaran.
 Penyusunan program semester (Promes) berdasarkan program tahunan yang
disusun.
 Penyusunan program satuan pembelajaran/skenario pembelajaran.
 Penyusunan recana pembelajaran (RP).
 Penyusunan rencana bimbingan dan penyuluhan.

2) Pengorganisasian
 Pembagian tugas pembelajaran dan tugas lain.
 Penyusunan jadwal pembelajaran.
 Penyusunan jadwal kegiatan perbaikan.
 Penyusunan jadwal kegiatan pengayaan.
 Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
 Penyusunan jadwal kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

3) Pengerahan
 Pengaturan pelaksanaan kegiatan pembukaan tahun ajaran baru.
 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
 Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
 Supervisi pelaksanaan pembelajaran.
 Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.

4) Pengawasan
 Supervisi pelaksanaan pembelajaran.
 Supervisi pelaksanaan dan penyuluhan.
 Evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran.
 Evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta


didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan
pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan
pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Dunkin dan Biddle (1974: 38), proses pembelajaran berada dalam empat
variabel interaksi, yaitu: 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik;
2) variabel konteks (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses
(process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa
pekembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel
pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Berikut uraian pengelolaan
variabel pembelajaran.
 Studi Kasus
Perilaku Instruksional Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Berbasis
Karakter di SMK (Studi Kasus pada SMK Eka Dharma dan SMK Tri Murti
Bali) I Made Rai Arsa Abstrak, . 2014. Program Studi Pendidikan Kejuruan,
Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Dwi Agus
Sudjimat, S.T., M.Pd, (II) Dr. H. Tri Atmadji Sutikno, M.Pd. Kata kunci:
perilaku instruksional guru, pembelajaran berbasis karakter. Perilaku
instruksional guru memiliki peran penting dalam melaksanakan pembelajaran
berbasis karakter di SMK. Perilaku instruksional guru merupakan segala
aktivitas atau tindakan interaksi guru baik verbal maupun nonverbal, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan guru selama
proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu perubahan baik yang
bersifat pengetahuan, sikap ataupun perilaku siswa. Sedangkan pembelajaran
berbasis karakter adalah proses pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-
nilai karakter kepada siswa baik dari hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa
dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan
seimbang. Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti perilaku instruksional
guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis karakter di kelas pada
Program Keahlian Teknik Bangunan (PKTB). Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengetahui nilai-nilai karakter yang dikembangkan guru SMK PKTB dalam
pembelajaran berbasis karakter di kelas; (2) untuk menggambarkan perilaku
instruksional guru SMK PKTB dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis
karakter di kelas; dan (3) mengetahui kendala yang dihadapi guru SMK PKTB
dalam melaksanakan pembelajaran berbasis karakter di kelas. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan rancangan studi multi
situs. Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen primer selama
pengumpulan data. Sumber data (informan kunci) dalam penelitian ini adalah
guru mata pelajaran produktif pada PKTB yang didukung oleh keterangan dari
kepala sekolah dan kurikulum. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara mendalam, studi dokumen, dan observasi partisipan yang
menghasilkan rekaman wawancara, silabus dan RPP, foto dan video. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis data situs individu dan analisis data lintas
situs. Pengecekan keabsahan temuan dengan kriterium derajat kepercayaan
(kredibilitas) yang dilakukan dengan teknik: (1) perpanjangan keikutsertaan;
(2) ketekunan pengamatan; (3) triangulasi baik sumber, metode, dan teori; dan
(4) auditing. Hasil penelitian menemukan: Pertama, nilai-nilai karakter yang
dikembangkan guru SMK PKTB dalam pembelajaran berbasis karakter di
kelas merujuk pada karakter bangsa, wirausaha, konsep Tri Hita Karana dan
Asta Kosala Kosali. Kedua, perilaku instruksional guru sesuai dengan nilai-
nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran. Ketiga, kendala yang
dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis karakter adalah: (1)
guru sulit menyesuaikan karakter yang dikembangkan dengan indikator
pencapaian; (2) banyaknya nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan guru;
(3) banyaknya jumlah siswa sehingga sulit untuk memantau perilaku siswa;
(4) siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, pola pikir yang berbeda,
membawa sikap masing- masing; dan (5) waktu yang tersedia kurang banyak
untuk menyesuaikan karakter pada siswa. Berdasarkan hasil temuan
penelitian, peneliti menyarankan: (1) sekolah terus mengembangkan karakter
lokal sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan nilai-
nilai karakter dalam pembelajaran dan mengembangkan guru melalui
pelatihan-pelatihan sehingga pembelajaran berbasis karakter dapat tercapai
dengan maksimal; (2) guru terus mengembangkan diri melalui pelatihan-
pelatihan sehingga dapat mengembangkan semua nilai-nilai karakter pada
siswa dalam pembelajaran; dan (3) bagi peneliti berikutnya: (a) melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran di SMK, (b) perlu dilakukan penelitian terkait evaluasi
pembelajaran berbasis karakter dengan melihat tingkat keberhasilan lulusan
SMK di dunia usaha maupun industri, dan (c) melakukan penelitian mengenai
latar belakang guru sehingga dapat mengembangkan nilai-nilai karakter
dengan maksimal
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Langkah-langkah yang dilakukan dalam merumuskan tujuan instruksional
khusus :
a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata
pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan. Di dalam kurikulum tahun 1975
maupun 1984, TIU ini sudah tercantum dalam uku Garis-Garis Besar Program
Pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya
masih umum dan tidak dapat diukur karena perubahan tingkah laku masih
terjadi di dalam diri manusia (intern).
b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi TIK yang rumusannya
jelas,khusus, dapat diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku.
 Ranah belajar menurut Bloom terbagi menjadi tiga macam yaitu :
a. Ranah kognitif (cognitive domain)
b. Ranah afektif (affective domain)
c. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)
 Klasifikasi Tujuan Intruksional Menurut Isi
a. Jenis-Jenis Tujuan Pembelajaran
Setiap Negara tentu mempunyai cita-cita tentang warga negarannya akan
di arahkan. Cita-cita tersebut dimanifestasikan dalam bentuk tujuan
pendidikannya. Sebagai contoh, Negara spartabingin mengarahkan warga
negarannya menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, maka
tujuan pendidikan telah disejajarkan dengan cita-cita tersebut.

b. Tujuan Intruksional
Materi sesuatu bidang study tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa
dipelajari terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh
guru. Ada dua macam tujuan instruksional yaitu : tujuan instruksional
umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK).

c. Merumuskan Tujuan Instruksional


Telah disebutkan bahwa tujuan tujuan instruksional adalah tujuan yang
menyatakan adannya sesuatu yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh
siswa setelah pengajaran. Jadi sebelum adannya pengajaran, siswa tidak
mempunyai kemampuan untuk mengerjakan atau melakukannya.

d. Data-Data Operasional

Salah satu fungi manajemen adalah perencanaan. Program kegiatan apapun perlu
direncanakan dengan baik, sehingga semua kegiatan terarah bagi tercapainya
tujuan. Perencanaan harus dibuat dengan sebaik-baiknya. Perencanaan
merupakan pedoman kerja bagi para pelaksana terkait, baik manajer dalam hal ini
adalah kepala sekolah maupun staf dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
masing-masing.

B. Saran
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa Laporan Praktikum Biologi ini juga masih memiliki
banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari
para pembaca sekalian demi penyusunan Laporan Praktikum Biologi dengan
tema serupa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://duniapendidikan33.blogspot.com/2014/12/tujuan-intruksional.html (Diakses
tanggal 22 September 2019)
http://riezdhika.blogspot.com/2011/04/ranah-belajar-de-block-van-de-parerren.html
(Diakses tanggal 22 September 2019)
http://ayupgsduntan.blogspot.com/2014/06/tujuan-instruksional-pembelajaran.html
(Diakses tanggal 22 September 2019)
http://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/19/tujuan-instruksional-umum-
dan-tujuan-instruksional-khusus-pendidikan/ (Diakses tanggal 22 September
2019)
http://somasalims.blogspot.com/2011/03/perencanaan-pengajaran-dalam.html
(Diakses tanggal 22 September 2019)
http://kajianmilikkita.blogspot.co.id/2015/07/pengelolaan-pembelajaran-
tentang_30.html (Diakses tanggal 22 September 2019)
MAKALAH PSIKOLOGI

“Pengajaran remedial dalam proses belajar”

Dosen Pembimbing :

Dina Rahmawati

Oleh :

Kelompok 4

1. Wa jasni La juli
2. Wildayati Mursid
3. Liyana Gelamona
4. Susi Kahar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

TERNATE

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
Yang Maha Esa. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Baginda
Nabi besar Muhammad SAW serta kepada para keluarga dan sahabat beliau.

Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengajaran Remedial Dalam Proses Belajar”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.........................................................................................................
B. Rumusan masalah...................................................................................................
C. Tujuan penulisan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pengajaran remedial (Wildayati Mursid).............................................


B. Tujuan pengajaran remedial(Wildayati Mursid) ...................................................
C. Fungsi pengajara remedial (Wildayati Mursid)
D. Prinsip pembelajaran remedial (Wa jasni La juli)..................................................
E. Metode pengajaran remedial (Wa jasni La juli).....................................................
F. Pentingnya pengajaran remedial dalam proses belajar mengajar (Wa jasni Lajuli)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................

B. Saran.........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam keseluruhan proses pengajaran pada hakikatnya guru memilki tanggung jawab
maupun peran yang luas sebagai tenaga pengajar, fasilitator, evaluator dan konselor.
Lewat tugas sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, maka guru bertanggung jawab
membantu dan membimbing siswa untuk mancapai tujuan pengajaran dan tingkat
perkembangan secara optimal. Oleh sebab itu guru diharapkan mampu menciptakana
situasi kegiatan proses pengajaran secara efektif, efesien dan relevan. Dengan demikian
dapat diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka setiap kesulitan yang timbul dalam belajar harus segera di dentifikasi dan
harus segera dilakukan perbaikan.Hal ini berarti bahwa setiap guru dituntut kemampuanya
untuk memahami dan menguasai kemampuan dalam melaksanakan pengajaran remedial.

Dalam hal ini berkaitan sekali dengan bagaimana manajemen pembelajaran


dijalankan.Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang
mengatur dan mengelola komponen pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efesien.Salah satu aktivitas yang dikelolah dalam konteks ini adalah
remedial/kegiatan perbaikan da program pengayaan. Kedua kegiatan tersebut diharapkan
para siswa tidak lagi menemukan kesulitan dalam belajar dan dapat terus memperkaya
ilmunya, dan sangat diharapkan nantinya kegiatan perbaikan khususnya remedial tidak
lagi terjadi karena para siswa dapat mengerti sepenuhnya apa yang diajarkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Pengertian Pengajaran Remedial?

2. Apa saja Tujuan Pengajaran Remedial ?

3. Apa fungsi pengajaran remedial

4. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Remedial ?

5. Bagaimana Metode Pengajaran Remedial ?

6. Apa pentingnya pengajaran remedial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengajara remedial

2. Untuk mengetahui tujuan Pengajaran Remedial

3. Untuk mengetahui fungsi pengajaran remedial

4. Untuk mengetahui prinsip Pembelajaran Remedial

5. Untuk mengetahui metode Pengajaran Remedial


6. Pentingnya pengajaran remedial
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengajaran Remedial


Kata remedial berasal dari bahasa inggris yang artinya menyembuhkan, membetulkan ini
berarti bahwa pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang bersifat menyembuhkan
sehingga menjadi baik atau sebuh dari masalah pembelajaran yang dirasa sulit. Menurut
Mulyadi (2010) pengajaran remedial adalah pengajaran khusus yang memperbaiki
kemampuan peserta didik dari kesulitan-kesulitan yang di hadapi
Ditinjau dari arti kata, “remedial” berarti “sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan”.
Dengan demikian pengajaran remedial, adalah suatu bentuk pengajaranyang bersifat
penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus
pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau menyembuhkan.
Sebagaimana pengertian pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar murid dapat
mencapai hasil belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai tidak
memuaskan berarti murid masih dianggap belum mencapai hasil belajar yang diharapkan
sehingga diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu murid agar tercapai hasil
belajar seperti yang diharapkan.
Proses pengajaran remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan
karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses bantuan lebih ditekankan pada
usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan
menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial yang
diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi
metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagn turut
mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid yang mengalami
kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan sesuai dengan kemampuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial sebagai bentuk khusus
pengajaran yang bertujuan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang
dihadapi oleh murid. Perbaikan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai
dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar.

B. Tujuan Pengajaran Remedial


Tujuan pengajaran remedial sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan pangajaran pada
umumya, yaitu agar murid dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Pengajaran remedial bertujuan agar murid yang mengalami kesulitan belajar
dapat mencapai prestasi belajar yang di harapkan melalui proses perbaikan,baik segi proses
belajar mengajar maupun kepribadian murid.
Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar murid yangmengalami kesulitan
belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses penyembuhan atau
perbaikan, baik segi proses belajar mengajar maupun kepribadian murid. Tujuan pengajaran
remedial secara terinci adalah agar murid dapat:
 Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi segi
kekuatan, kelemahan, jenis dan sifatnya.
 Memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi.
 Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan
belajarnya.
 Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya
hasil belajar yang lebih baik.
 Mengatasi habatan-hambatan belajar yang lebih baik.
 Melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan

C. Fungsi Pengajaran Remedial


Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang amat penting dalam keseluruhan proses
belajar mengajar. Adapan beberapa fungsi pengajaran remedial tersebut adala:
1. Fungsi korektif
Pengajaran remedial mempunyai fungsi korektif,artinya melalui pengajaran remedial
dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dianggap masih
belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Hal-
hal yang diperbaiki atau dibetulkan melalui pengajaran remedial antara lain:

 Perumusan tujuan
 Penggunaan metode mengajar
 Cara-cara belajar
 Segi-segi pribadi murid

2. Fungsi Penyesuaian
Yang dimaksud fungsi penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar.murid dapat belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang besar untuk
memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.tuntutan belajar yang diberikan murid telah
disesuaikan dengan sifat jenis dan latar belakang kesulitannya sehingga murid diharapkan
lebih terdorong untuk belajar.

3. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru,murid dan
pihak-pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi murid.
Demikian pula murid diharapkan dapat lebih memahami dirina dan segala
aspeknya.begitu pula guru dan pihak-pihak lainya dapat lebih memahami akan keadaan
pribadi murid.

4. Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya proes
belajar mengajar.bahan pelajar yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler,dapat
diperoleh melalui pengajaran remedial pengayaan lain adalah dalam segi metode dan alat
yang di pergunakan dalam pengajaran remedial.dengan demikian diharapkan hasil yang
diperoleh murid dapat lebih banyak,lebih luas dan lebih dalam sehingg hasil belajarnya
lebih kaya.
5. Fungsi Terapuetik
Dengan pengaraan remedial secara langsung dapat menyembuhkan atau memperbaiki
kondisi-kondisi kepribadian murid yang diperkiran menunjukkan adanya
penyimpangan.penyembuhan kondisi kepribadaan dapat menunjukan pencapaian prestasi
belajar,demikian pada sebaliknya.

6. Fungsi Akselarasi
Fungsi akselarasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar
baik dalam arti aktu maupun materi. Misalnya : murid yang tergolong lambat dalam
belajar dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya melalui pengajaran remedial.

Kelompok siswa masuk dalam pembelajaran remedial,yaitu :


 Kemampuan mengingat relatif kurang
 Perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain
disekitarnya pada saat belajar
 Secara relatif lemah kemampuan memahami secara menyeluruh
 kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar
 Kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya
 Lemah dalam kemampuan pemecahan masalah
 Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi
 Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konseb yang abstrak
 Gagal menghubungkan suatu konsep lainnya yang relevan
 Memerlukan waktu relatif lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaikan
tugas-tugas.

STUDI KASUS (Wildayati Mursid)

pemberian remedial pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di MAN 1 Pontianak. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi langsung dengan alat pengumpul
data berupa pedoman wawancara, dan studi dokumenter berupa lembar catatan. Hasil
penelitian menunjukkan guru sudah melakukan prosedur dalam pelaksanaan pengajaran
remedial berupa analisis hasil diagnosis, menemukan penyebab kesulitan, menyususn rencana
kegiatan remedial, melaksanakan kegiatan remedial, menilai kegiatan remedial namun dalam
pelaksanaannya masih kurang tepat. Hal ini terlihat jelas pada penetapan metode yang
digunakan dalam pengajaran remedial tidak berdasarkan pada kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa. Selain itu materi yang disampaikan tidak berdasarakan kesulitan masingmasing
siswa, jadi guru itu memberikan kembali materi yang dianggap sulit oleh siswa secara umum
karena mengingat waktu pelaksanaan remedial yang begitu singkat.

D. Prinsip Pembelajaran Remedial


Prinsip dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut Larsen dan Freeman
(1986 dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the
method. Prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran.
Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode
dilihat dari segi yaitu bahan yang akan dibelajarkan, prosedur pembelajaran (bagaimana
siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan), gurunya, dan siswanya.
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik
yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya.Hambatan yang terjadi dapat berupa
kurangnya pengetahuan atau lambat dalam mecapai kompetensi.Beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran remedial antara lain:
1. Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program
pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai
dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif
berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu
mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika
dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.
3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan peserta didik yang berbeda-beda,maka
dalam pembelajaran remedial perlu digunakan sebagai metode mengajar dan metode
penelitian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4. pemberian umpan baik sesegera mungkin
Umpan baik berupa informasi yang di berikan kepada peserta didik mengenai
kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin.umpan balik dapat bersifat
korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat
dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang di alami peserta didik.
5. kesimbungan dan ketersediaan dan pemberian pelayanan
Program pembelajaran leguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus
berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat
mengaksesnya sesuai dengankesempatan masing-masing.

E. Metode Pengajaran Remedial


Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan
kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus
sampaidengan langkah tindak lanjut. Beberapa metode yang dapat dilaksanakan dalam
pengajaran remedial yaitu:

1. Metode Pemberian Tugas

Merupakan metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas tertentu


kepada murid baik secara kelompok maupun secara individual, kemudian diminta
pertanggung jawaban atas tugas-tugas tersebut. Adapun penetapan jenis dan sifat tugas
yang diberikan disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang
dihadapi.

 Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam memberikan tugas kepada murid,
yaitu:

1. jika tugas yang diberikan bermaksud untuk mengenal kasus dan mendiagnosis
kesulitan belajar, hendaknya ditetapkan secara jelas cara-cara mengerjakan tugas dan
patokan penilaian tugas, sehingga dapat dengan mudah mengenal kasus dan
menetapkan jenis serta sifat kesulitan belajar.
2. jika metode pemberian tugas digunakan sebagai bentuk bantuan, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah:

 menetapkan jenis tugas yang akan diberikan sesuai dengan kesulitan yang
dihadapi.
 menetapkan sifat tugas yang akan diberikan untuk individual atau kelompok.
 membuat petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaan tugas.
 selama tugas dikerjakan perlu diadakan pengamatan secara cermat.
 membuat patokan-patokan penilaian.
 mengadakan penilaian secara cermat setelah tugas diselesaikan.

 Keuntungan metode pemberian tugas:


1. Murid lebih memahami dirinya, baik kemampuan maupun kemampuan dirinya.
2. Murid dapat memperluas dan memperdalam materi yang dipelajari.
3. Murid dapat memperbaiki cara-cara belajar yang telah dilakukan.
4. Terdapat kemajuan belajar pada murid baik secara individual maupun kelompok

2. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu proses pendekatan dari murid dalam memecahkan
berbagai masalah secara analitis ditinjau dari berbagai titik pandangan. Tujuannya adalah
memecahkan masalah, suatu pertemuan pendapat atau suatu kompromi yang disepakati
bersama sebagai gambaran dari gagasan terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama.

Dalam pengajaran remedial, metode diskusi dapat digunakan sebagai salah satu
metode dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk
memperbaiki kesulitan belajar. Peranan guru dalam diskusi adalah merangsang dan
mengarahkan jalannya diskusi.

 Langkah-langkah pelaksaan metode diskusi

1. tetapkan dengan pasti bahwa metode diskusi dapat digunakan sebagai salah satu
metode pengajaran remedial
2. menetapkan materi yang didiskusikan serta langkah-langkah yang akan ditempuh
3. menetapkan tujuan yang akan dicapai melalui diskusi tersebut
4. tetapkan siapa yang akan dibantu dengan diskusi tersebut, apakah seorang murid
atau sekelompok murid dengan kesulitan belajar tertentu
5. membentuk kelompok diskusi dan menjelaskan kepada peserta diskusi tentang
langkah-langkah dan hasil yang akan dicapai dalam diskusi
6. tetapkan alat-alat atau sarana yang diperlukan
7. berikan arahan dan dorongan selama diskusi berlangsung
8. membuat pedoman observasi untuk menilai jalannya diskusi
9. melakukan penilaian pada akhir diskusi untuk memperoleh gambaran
keberhasilan diskusi
10. menetapkan kegiatan sebagai tindak lanjut

 Keuntungan metode diskusi

1. masing-masing murid dapat mengenal dirinya dan kesulitan yang dihadapi serta
berusaha menemukan pemecahannya
2. mempererat hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat
pengertian dari para anggota kelas
3. meningkatkan interaksi dalam kelompok dan dapat menumbuhkan sikap saling
mempercayai
4. menumbuhkan rasa tanggung jawab
5. dengan diskusi murid dapat mengenal dan percaya pada diri sendiri secara lebih
mendalam dan mengarahkannya secara lebih baik.

3. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab merupakan bentuk interaksi langsung secara lesan antara guru
dengan murid. Dalam pengajaran remedial metode tanya jawab dapat dilakukan dalam
bentuk dialog antara guru dengan murid yang mengalami kesulitan belajar. Dalam
hubungan ini guru dapat mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar dan
mengenal jenis atau sifat kesulitan belajar yang dihadapi melalui tanya jawab
.Berdasarkan jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi murid, maka tujuan pengajaran
remedial adalah:

1. untuk membantu murid mengenal dirinya secara lebih mendalam


2. membantu murid mengenali kelebihan dan kekurangannya
3. membantu murid memperbaiki cara belajarnya

 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan metode tanya


jawab

1. menetapkan metode tanya jawab sebagai metode yang tepat


2. menguasai teknik-teknik bertanya sebagai cara bertanya yang bersifat
penyembuhan
3. menciptakan suasana terbuka, menyenangkan dan hubungan yang penuh
pengertian dan pemahaman
4. menetapkan tujuan sebagai patokan keberhasilan
5. melakukan penilaian selama dan akhir tanya jawab
6. membuat penilaian selama tindak lanjut tanya jawab

 Keuntungan meetode tanya jawab dalam pengajaran remedial

1. dapat meningkatkan pengertian antara guru dan murid


2. memungkinkan hubungan yang lebih dekat antara guru dengan murid
3. dapat meningkatkan motivasi belajar murid
4. dapat menumbuhkan rasa harga diri kepada murid
5. dapat meningkatkan pemahaman diri pada murid

4. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah penyajian dengan cara pemberian tugas-tugas untuk
mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam
rangka mencapai tujuan. Dalam kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antar
anggota kelompok dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada diri murid
yang mengalami kesulitan dalam belajar.

 Langkah-langkah dalam kegiatan kelompok

1. Tetapkan sekelompok murid yang mengalami kesulitan belajar, dalam hal apa
kesulitan itu terjadi dan apa latar belakangnya.
2. Tetapkan karakteristik hubungan sosial murid yang mengalami kesulitan belajar.
Misal: dengan siapa ia sering bergaul, dll
3. Tetapkan jenis kegiatan kelompok yang akan dilakukan.
4. Membentuk kelompok dengan memperhatikan besarnya kelompok, ciri-ciri
anggota kelompok dan pemimpin kelompok.
5. Penjelasan tentang tata kerja kegiatan kelompok.
6. Pelaksanaan kegiatan kelompok.
7. Evaluasi kegiatan kelompok.
8. Tindak lanjut kegiatan.

 Keuntungan metode kerja kelompok

1. Dapat dicapai adanya pemahaman diri dan saling pengertian diantara


anggota kelompok
2. Adanya pengaruh anggota kelompok yang dianggap cakap dan
berpengalaman
3. Kehidupan kelompok dapat meningkatkan minta belajar
4. Kehidupan dan kerja kelompok dapat memupuk rasa tanggung jawab.

5. Metode Tutor Sebaya

Tutor sebaya adalah seorang murid atau beberapa murid yang ditunjuk dan
ditugaskan untuk membantu murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar.

Murid yang dipilih sebagai tutor adalah murid yang tergolong dalam prestasi
belajarnya baik dan mempunyai hubungan sosial baik dengan teman-temannya, terutama
dengan murid yang mengalami kesulitan belajar.
 Keuntungan metode tutor sebaya

1. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri


2. Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab antara murid yang dibantu dengan
tutor yang dibantu.
3. Bagi tutor, kegiatan remedial merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam
belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.

6 Metode Pengajaran Individual

Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan
secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang murid secara
individual. Dengan pengajaran individual ini guru mempunyai banyak waktu untuk
memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid agar belajar giat dan membantu
secara langsung murid menghadapi kesulitan-kesulitannya.

Untuk melaksanakan pengajaran individual dalam pengajaran remedial, maka guru


dituntut memiliki kemampuan sebagai pembimbing (misal: ulet, sabar, bertanggung
jawab, menerima,memahami, disenangi, dsb), mampu menciptakan suasana sedemikian
rupa sehingga dalam proses pengajaran terjadi interaksi yang bersifat membantu.

F. Pentingnya pengajaran remedial dalam proses belajar mengajar

Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan proses belajar


mengajar, khususnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial
merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan. Beberapa alasan
pentingnya pengajaran remedial, dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

1. Warga belajar (murud)


2. Pendidik dan pengajar (guru)
3. Proses belajar
4. Pelayanan bimbingan.

Segi-segi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Warga Belajar

Warga belajar (murid) ternayat masih banyak yang mendapatkan nilai prestasi
belajar kurang. Misalnya: rata-rata yang dicapai masih jauh di bawah ukuran yang
diharapkan. Kenyataan menunjukkan pula bahwa setiap murid mempunyai perbedaan
individual dalam proses belajarnya. Ada yang berkemampuan tinggi, sedang ada pula yang
rendah, sedang-sedang saja, lambat dan cepat. Di samping itu setiap murid mempunyai
pengalaman dan latar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Di dalam proses belajar mengajar pada umumnya, guru menggunakan pendekatan


yang sama, kadang-kadang melupakan perbedaan individual sehingga keunikan setiap
pribadi murid kurang mendapatkan pelayanan. Hal ini dapat mengakibatkan murid
mengalami kesulitan belajar. Apabila murid dapt kesempatan belajar sesuai dengan
pribadinya diharapkan ia dapat mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan
kemampuannya. Atas dasar hal tersebut pengajaran remedial sangat diperlukan untuk
membantu setiap pribadi murid agar mendapat kesempatan memperoleh prestasi belajar
yang memadai sesuai dengan kemampuannya.

2. Pendidik dan Pengajar

Pada dasarnya guru bertanggug jawab atas keseluruhan proses pendidikan di


sekolah. Hal ini berarti bahwa guru harus bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan
pendidikan melalui pencapaian tujuan institusional, tujuan kutikuler dan tujuan
instruksional. Kenyataan menunjukkan bahwa murid sebagai individu mempunyai
perbedaan-perbedaan.

Perbedaan itu berakibat pula pada keberhasilan murid dalam belajar. Terhadap
murid yang belum berhasil, seorang guru bertanggung jawab untuk membantu. Supaya
bantuan yang diberikan kepada murid dapat berhasil guna, maka harus melalui suatu
proses diagnosis dan diakhiri dengan pengajaran remedial. Berhasil tidaknya seorang guru,
dapat dilihat dalam kemampuannya melaksanakan proses belajar mengajar yang sebaik-
baiknya, sehingga semua murid dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan tugas, peranan seorang guru bukan hanya sekedar penyampai
pengetahuan kepada murid tetapi juga mempunyai peranan sebagai pembimbing yang
harus dapat membantu murid memahami dirinya dan mampu mengatasi hambatan-
hambatan di dalam dirinya. Dalam kaitan inilah pengajaran remedial merupakan salah satu
upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan peluang besar bagi
setiap murid untuk dapat mencapai prestasi belajar secara optimal dan maksimal.
3. Proses Belajar

Ditinjau dari segi pengertian proses belajar mengajar, pengajaran remedial


diperlukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang sebenarnya. Pada dasarnya
belajar yang sesungguhnya dapat diartikan sebagai sesuatu proses perubahan tingkah laku
secara keseluruhan.

Adanya gejala kesulitan belajar merupakan indikasi belum adanya perubahan


tingkah laku secara keseluruhan, oleh karena itu masih diperlukan proses belajar mengajar
khusus yang dapat membantu pencapaian keseluruhan perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengajaran remedial mempunyai
peranan yang penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar secara keseluruhan.

4. Pelayanan Bimbingan

Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan


kelengkapan dari keseluruhan proses pendidikan. Melalui pelayanan ini diharapkan setiap
murid dapat memahami dirinya, memahami kelebihan dan kelemahannya serta harus
mampu mengarahkan dirinya untuk mencapai perkembangan yang optimal.

Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang sebaik-baiknya,


pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan konseling
melalui interaksi belajar mengajar. Dengan demikian pengajaran remedial menunjang
pelaksanaan bimbingan dan konseling dan sebaliknya pelaksanaan bimbingan dan
konseling dapat menunjang pelaksanaan pengajaran remedial.

STUDI KASUS (Wa jasni La juli)

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL SISWA KELAS PADA MATA


PELAJARAN MEKANIKA DI (SMK N 1 SEYEGAN) Penelitian ini bertujuan untuk (1)
Mendeskripsikan pengajaran remedial dalam pengajaran remedial hambatan tersebut
.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Objek penelitian
adalah pengajara siswa kelas X TFL di SMK N 1 Seyegan.Subjek penelitian ini adalah guru
mata pelajaran Mekanika 2 orang dan siswa kelas X TFL 4 orang.Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.Pemeriksana kehabsahan data
menggunakan triangulasi sumber.Teknik analisis data dilakukan secara induktif dengan
mencakup reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian ini
adalah: (1) dapat dilaksanakan dengan belajar. Belum ada prosedur dilakukan belum dapat
dari guru yaitu tidak ada jadwal untuk yang mengalami kesulitan belajar, keterbatasan guru
dalam melaksanakan pengajaran remedial dan belum ada remedial.Hambatan yan pengajaran
remedial dan keberatan jika remedial dilaksanakan sepulang sekolah. (3) Solusi dari guru
pelajaran reguler. Meminta siswa agar memberikan Solusi dari siswa yaitu memastikan
dahulu materi yang akan ditanyakan kepada guru. Siswa bersedia jika pelaksanaan
pengajaran remedial dilakukan sepulang sekolah agar hasil belajaranya dapat mencapai
KKM. Kata kunci : Remedial, vii SMK N 1 SEYEGAN Oleh Ivan Hermawan Mekanika, (2)
Mengidentifikasi hambatan yang dihadapi remedial, (3) Mendeskripsikan solusi untuk
mengatasi pengajaran remedial mata pelajaran Mekanika Pelaksanaan pengajaran remedial
belum benar karena belum ada prosedur diagnosis pelaksanaan pengajaran remedial.
mengukur perbaikan kesulitan belajar siswa pengajaran remedial, banyaknya siswa ajaran
petunjuk teknis pelaksanaan pengajaran ambatan yang dialami siswa yaitu siswa enggan
bertanya saat yaitu dengan melaksanakan pengajaran remidial pada jam eminta waktu belajar
Pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pngajaran remedial sebagai bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk
memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang di hadapi oleh murid.perbaikan
di arahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-
masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar.

Tujuan pengajaran remedial sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan pengajaran pada
umumnya,yait agar murid dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah
di tetapkan.secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar murid yang mengalami
kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses
penyembuhan atau perbaikan,baik segi proses belajar mengajar maupun kepribadin murid.

Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam


keseluruhan kegiatan bimbingan kesuitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi
kasus sampai dengan langkah tindak lanjut.

Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan proses beljar


mengajar, khususnnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal.beberapa alasan
pentingnya pengajaran remedial, dapatdilihat dari berbagai segi, yaitu: Warga belajar,
pendidikan dan pengajaran (guru),proses belajar,pelayanan bimbingan.

B. Saran
Peserta didik memiiki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda,sesuaidengan
kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi
berbeda-beda pula, dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik perlu tanggap terhadap
kesulitan yang dihadapi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai