Diampun oleh:
Dr.rer.pol. Heti Mulyati S.T.P., M.T.
ILMU MANAJEMEN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
Soal Nomor 1
Do the SMEs need ICT and MIS in their business, especially for creating decision/s?
Jawaban Nomor 1
A. UKM (Usaha Kecil dan Menengah)
UKM adalah jenis bisnis yang dijalankan dengan skala kecil dan menengah dan bukan
anak perusahaan atau cabang perusahaan mana pun. Menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah, kriteria UKM adalah:
● Usaha kecil memiliki kekayaan bersih Rp50-500 juta (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha), dan memiliki hasil penjualan tahunan (omzet) Rp500juta.
● Usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500juta sampai Rp1 milyar
(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), dan memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp2,5 milyar.
Pemerintah juga memberikan kriteria untuk Usaha Kecil dan Menengah atau UKM ini
bagi para pemilik bisnis yang sudah tertulis dalam UU nomor 9 Tahun 1995, yaitu:
● Memiliki kekayaan bersih paling banyak adalah sekitar 200 juta rupiah, dan nilai tersebut
tidak termasuk dengan tanah dan bangunan atas tempat usaha.
● Memiliki hasil penjualan tahunan dengan maksimal nilainya adalah 1 milyar rupiah.
● Milik warga Negara Indonesia sendiri.
● Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
tidak termiliki, terkuasai, atau berafiliasi, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
● Berbentuk sebuah usaha atas perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk dengan koperasi.
Pada dasarnya, ICT memiliki fungsi untuk memudahkan pekerjaan manusia melalui
implementasi teknologi dan sistem informasi. Adapun beberapa tujuan penggunaan ICT, di
antaranya:
● Peningkatan kualitas produk dan layanan.
● Dalam dunia pembelajaran, ICT dapat mempercepat dan mengefektifkan proses belajar
mengajar.
● Meningkatkan efisiensi.
● Meningkatkan kualitas dan produktifitas SDM.
Hal yang dapat menjawab kebutuhan UMKM di era globalisasi dengan penggunaan ICT
(Information and Communication of Technology). Melalui pemanfaatan internet dalam
pengembangan Usaha kecil dan menengah (UMKM) diharapkan dapat meningkatkan daya
saingnya. Meskipun ICT memiliki berbagai manfaat dengan berbagai cara, namun
perkembangan UMKM selalu menemukan kendala. Beberapa kendala yang menghambat
kondisi tersebut adalah infrastruktur telekomunikasi yang buruk, ketidakmampuan untuk
mengintegrasikan ICT ke dalam proses bisnis, tingginya biaya peralatan ICT, peraturan
pemerintah yang tidak lengkap untuk e-commerce dan pemahaman yang buruk tentang
dinamika ekonomi pengetahuan (Kotelnikov, 2007).
Berkembangnya ICT secara nyata ditunjukkan dengan lebih dari 40% populasi global
memiliki akses internet dan berinisiatif untuk menghubungkan mereka yang berada di
pedesaan wilayah negara berkembang (Deichmann et al., 2016). Kondisi tersebut merupakan
peluang yang harus dijawab oleh UMKM sebagai upaya memperkuat pemasaran UMKM
dengan menggunakan ICT. Hal ini yang mendasari perlunya untuk melakukan identifikasi
terhadap pemanfaatan ICT dalam metode pemasaran UMKM.
UKM sering dihadapkan pada masalah perencanaan dan pengendalian persediaan dan
keuangan, terutama karena kurangnya informasi yang mendukung pengambilan keputusan. Salah
satu penyebabnya adalah tidak memadainya sistem pencatatan transaksi yang berhubungan
dengan pembelian, penjualan, persediaan dan kas yang dapat digunakan sebagai sumber
informasi. Di lingkungan bisnis bukan hanya rumit tetapi juga dinamis. Oleh sebab itu, manajer
harus membuat keputusan dengan cepat terutama dengan munculnya masalah manajemen
dengan munculnya pemecahan yang memadai.
Dengan demikian, jika kita ingin menghasilkan suatu sistem informasi manajemen tepat
guna bagi usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor perdagangan eceran, yang
mengintegrasikan aktivitas pembelian, penjualan, dan pengendalian persediaan. Ini berkaitan
dengan diidentifikasinya masalah yang sering dihadapi oleh pengelola usaha perdagangan kecil
berkaitan dengan ketiadaan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan, yang
berpotensi menyebabkan kerugian bahkan kebangkrutan.
Maka hal ini akan sulit jika suatu kegiatan usaha kecil dan menengah tidak menggunakan
suatu sistem informasi manajemen karena dengan kata lain, MIS adalah sistem informasi yang
digunakan untuk menyajikan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi yang menggunakan suatu sistem berbasis komputer untuk
beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama
Soal Nomor 2
What are the problems or challenges?
Jawaban Nomor 2
Meskipun pemanfaatan ICT dan MIS untuk UKM memiliki banyak dampak positif,
terdapat masalah dan tantangan sehingga menjadi hambatan dalam penggunaannya. Beberapa
masalah dan hambatan yang mungkin terjadi, yaitu:
Jawaban Nomor 3
1. Menetapkan sasaran
Organisasi perlu menetapkan tujuan dan sasaran dalam setiap bidang, seperti dalam
bidang produksi, pemasaran dan keuangan. Tujuan dan sasaran ini diperlukan untuk
mengukur keefektifan organisasi. Jika tujuan dan sasaran ini ditetapkan dengan jelas,
pimpinan dapat mengukur apakah hasil yang dicapainya sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan sebelumnya.
2. Menentukan persoalan
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan adalah menentukan persoalan. Tujuan dan
sasaran yang ditetapkan langkah pertama merupakan dasar yang penting untuk
menentukan persoalan. Jika prestasi kerja menyimpang dari sasaran, timbullah persoalan.
Gawatnya persoalan ditentukan oleh besarnya perbedaan antara sasaran yang ditetapkan
dan hasil yang benar-benar dicapai. Persoalan mungkin terletak dalam hasil yang dicapai
terlalu rendah jika dibandingkan dengan sasaran, atau sasaran terlalu tinggi, sehingga
tidak dapat dicapai. Jika ternyata sasaran sudah cukup realistis, tetapi hasilnya belum
mencapai sasaran tersebut, fase berikutnya adalah mengembangkan beberapa alternatif
untuk mengatasi kesulitan. Jika ternyata sasaran terlalu tinggi, sasaran harus direvisi
sehingga dapat dicapai namun tetap menantang.
3. Mengembangkan alternatif
Setelah organisasi menetapkan tujuan dan sasaran, serta menentukan persoalan, sekarang
organisasi siap untuk melakukan langkah ketiga, yakni mengembangkan alternatif
pemecahan. Artinya menyusun beberapa pemecahan yang mungkin, kemudian dipilih
pemecahan yang paling baik, pemecahan yang mungkin ini organisasi namakan
hipengembangan organisasitesis.
4. Mengevaluasi alternatif
Setelah pimpinan mengembangkan beberapa alternatif, langkah berikutnya adalah
mengevaluasi semua alternatif. Dalam setiap pengambilan keputusan, pimpinan
mempunyai tujuan memilih alternatif yang memberikan hasil yang paling besar
keuntungannya atau hasil yang paling kecil kerugiannya. Pimpinan perlu mempunyai
pedoman untuk mengadakan perbandingan. Hasil yang akan diperoleh dari tiap-tiap
alternatif harus dibandingkan dengan sasaran yang ditetapkan pada langkah pertama.
Namun seringkali pimpinan tidak selalu mengetahui dengan pasti hasil dari alternatif
tersebut. Ketidaktahuan ini disebabkan oleh adanya tiga macam kemungkinan yang akan
dihadapi oleh para pengambil keputusan, yaitu:
a. Kepastian
Pengambilan keputusan memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai
kemungkinan hasil dari tiap-tiap alternatif.
b. Risiko
Pengambilan keputusan dapat memperkirakan kemungkinan berhasilnya tiap-tiap
alternatif.
c. Ketidakpastian
Pengambil keputusan sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang
kemungkinan berhasil atau tidaknya tiap-tiap alternatif.
5. Memilih satu alternatif
Langkah kelima dalam pengambilan keputusan adalah memilih satu alternatif, yakni
alternatif yang paling mungkin dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan bahwa
keputusan bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya satu cara untuk mencapai tujuan. Dalam
langkah ini pimpinan memilih satu alternatif yang paling mungkin untuk memecahkan
persoalan. Dalam proses pengambilan keputusan, ada dua pedoman yang dapat
digunakan seorang pengambil keputusan dalam menentukan pilihan, ialah:
a. Alternatif yang dipilih harus dapat memecahkan persoalan dengan cara yang
paling menguntungkan. Artinya keuntungan yang diperoleh dari alternatif ini
harus memadai dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Berapakah
keuntungan diperoleh dengan pengeluaran uang sebesar ini?
b. Pedoman yang kedua adalah alternatif yang dipilih harus dapat dilaksanakan
secara efektif. Dengan perkataan lain, apakah alternatif yang 8 dipilih itu realistis
atau idealistis? Kadang-kadang alternatif itu nampaknya layak diatas kertas, tetapi
tidak dapat dilaksanakan (feasible but not workable).
6. Melaksanakan keputusan
Langkah keenam dan terakhir dalam pengambilan keputusan adalah melaksanakan
keputusan. Pada tahapan ini seorang pengambil keputusan (decision maker) harus
melaksanakan alternatif yang sudah dipilih secara efektif agar sasaran dapat tercapai.
Sangat mungkin sekali sebuah keputusan yang ”baik” dihancurkan oleh pelaksanaan yang
jelek. Jadi, pelaksanaan mungkin jauh lebih penting daripada memilih alternatif.
Keputusan yang diambil akan selalu melibatkan orang, oleh sebab itu baik buruknya
keputusan tergantung kepada orang yang melaksanakannya. Pada umumnya pelaksana
keputusan tidak dapat disalahkan sepenuhnya atas kesalahan atau kegagalan proses
pengambilan keputusan, karena mereka hanya staf yang ditugasi untuk menjalankan
sebuah instruksi. Pimpinan sebagai pengambil keputusan tidak bisa lepas tangan begitu
saja dengan kegagalan stafnya dalam menjalankan keputusan.
Tidak menutup kemungkinan dari segi teknis keputusan itu sudah baik, tetapi keputusan
dapat dikacaukan oleh staf yang merasa tidak puas atau staf yang tidak profesional dalam
menjalankan keputusan tersebut. Artinya menjadi hal penting bagi seorang pengambil
keputusan untuk mempertimbangkan lagi proses pengambilan keputusan yang sudah
dilakukannya, terutama menyangkut kemampuan staf yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan keputusan tersebut.