Anda di halaman 1dari 6

JUDUL KASUS Kronologi Kasus Kresna

Life hingga Dicabut Izin OJK


KORNOLOGI KASUS

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa


Keuangan mengumumkan pencabutan izin usaha PT Asuransi Jiwa Kresna
atau Kresna Life, hari ini Jumat (23/6/2023).

Otoritas pun meminta perusahaan asuransi jiwa yang didirikan Michael


Steven ini segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dengan agenda pembubaran badan hukum dan pembentukan Tim
Likuidasi paling lambat 30 hari sejak pencabutan izin usaha.

"Tim Likuidasi selanjutnya bertugas melakukan pemberesan harta dan


penyelesaian kewajiban, termasuk kewajiban terhadap pemegang polis,"
kata Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjamin dan Pensiun
OJK Ogi Prastomiyono dalam konferensi pers secara virtual, Jumat
(23/6/2023).

Ogi mengatakan kesehatan Kresna Life telah anjlok sejak lama. Dalam hal itu
OJK telah meminta rencana penyehatan keuangan (RPK).

"RPK yang disampaikan oleh AJK [Kresna Life] sudah sebanyak 10 kali dan
dari 10 kali tidak pernah ada yang terpenuhi," katanya.

Adapun dalam RPK terakhir disampaikan skema penyehatan dilakukan


dengan konversi polis ke pinjaman subordinasi (SOL) dan penambahan
modal pemegang saham pengendali (PSP). Akan tetapi sampai dengan
perpanjangan waktu, konversi itu juga belum dilakukan secara benar dan
jumlah yang setuju juga belum sesuai dengan yang diharapkan.

"Selain itu PSP tidak pernah memasukkan modal ke dalam perusahaan


atau escrow account yang kami minta," kata Ogi.

Setelah lama bergulir hingga akhirnya OJK mencabut izin usaha, lantas
bagaimana awal cerita kasus Kresna Life yang penyelesaiannya begitu alot
ini?

Semua dimulai pada 20 Februari 2020. Kala itu, Kresna Life mengirimkan
surat kepada seluruh nasabah untuk menunda pembayaran polis

Lewat surat tersebut, perusahaan menyatakan Produk Asuransi Yang


Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) Kresna Life tidak terkait dengan surat
berharga yang tengah diselidiki oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait
kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Selain itu, perseroan menegaskan rekening mereka tidak terkait dengan


kasus Jiwasraya.

Belakangan terungkap, goyahnya Kresna Life akibat aksi yang dilakukannya


sendiri. Portofolio produk asuransi Kresna Life banyak berbasis saham
perusahaan terafiliasi.

Hal itu sejalan dengan rencana penjualan saham yang dimiliki oleh Kresna
Life di beberapa perusahaan afiliasi.

Sebagai gambaran, Kresna Life memiliki saham di atas 5% di beberapa


emiten antara lain PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN), PT Asuransi
Maximus Graha Persada Tbk (ASMI), PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk
(DIVA), dan PT Danasupra Era Pacific Tbk (DEFI).

Dari total kepemilikan saham di beberapa emiten tersebut dengan posisi


harga per 3 Februari 2023, total nilai yang dikumpulkan sekitar Rp 943 miliar.

Sementara jika dihitung berdasarkan harga tertinggi sepanjang 3 tahun


terakhir yang berarti sebelum pandemi Covid-19, total nilai dari saham-saham
tersebut bisa mencapai Rp 6,56 triliun.

Di sisi lain, Kresna Life juga diketahui masih memiliki saham di PT City
Development Tbk (NIRO) dan PT NFC Indonesia Tbk (NFCX). Hanya saja,
kepemilikan saham di perusahaan tersebut di bawah 5%.

Belum juga genap 3 bulan setelah penerbitan surat pertama di Februari itu,
Kresna Life kembali mengirim surat kepada nasabah pada 14 Mei 2020.

Kali ini isinya mereka mengaku mengalami masalah likuiditas pada portofolio
investasi sehingga perseroan memutuskan untuk menunda pembayaran polis
jatuh tempo sejak 11 Februari 2020 hingga 10 Februari 2021, atau kurang
lebih satu tahun.

Tak hanya itu, Kresna Life juga menghentikan pembayaran manfaat terhitung
sejak 14 Mei 2020 hingga 10 Februari 2021.

Lalu, pada 18 Mei 2020, atau selang empat hari perseroan kembali mengirim
surat kepada nasabah. Intinya, mereka menyatakan tengah menyusun skema
penyelesaian kewajiban perusahaan dan akan disampaikan kepada
pemegang polis selambat-lambatnya 30 hari sejak surat terbit.
Akan tetapi, skema yang dijanjikan tak disampaikan hingga pada 18 Juni 2020
atau ketika perusahaan lagi-lagi menerbitkan surat ke nasabah.

Perseroan menuturkan tahap pertama pembayaran hanya diberikan kepada


pemegang polis K-LITA dan PIK senilai Rp 50 juta. Sementara itu
mekanismenya akan disampaikan dalam jangka waktu tujuh hari kerja sejak
surat terbit.

Hampir sebulan kemudian atau pada 17 Juli 2020, Kresna Life justru
memberitahukan jika penyelesaian tahap berikutnya, yakni untuk polis dengan
nilai di atas Rp 50 juta diundur menjadi 3 Agustus 2020.

PERMASALAHAN PERMASALAHAN

Izin Kresna Life Dicabut, Begini Nasib


Nasabah Konversi SOL
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OK) resmi mencabut
izin PT Asuransi Jiwa Kresna atauKresna Life. Sementara itu sebagian
besar nasabah telah menandatangani persetujuan konversi klaim
menjadi pinjaman subordinasi (subordinated loan/SOL).
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun
Ogi Prastomiyono mengatakan bahwa telah menerima dokumen konversi
tersebut dari Kresna Life, tetapi belum dinotarialkan atau tercatat secara
hukum.

"Terkait itu, nanti tim likuidasi akan menentukan pemegang polis yang
terdaftar secara resmi dan legal di perusahaan termasuk aset yang dimiliki
perusahaan untuk bisa bayar ke pemegang polis. Mengenai pemegang polis
yang sudah tanda tangan, akan dikaji oleh tim likuidasi. Apakah sudah efektif
jadi pinjaman SOL. Kami akan monitor tersebut," katanya dalam konferensi
pers secara virtual, Jumat (23/6/2023).

Ogi melanjutkan bahwa OJK, sebagai upaya perlindungan konsumen, telah


mengeluarkan perintah tertulis kepada PT Duta Makmur Sejahtera, pemegang
saham pengendali, direksi, dan komisaris untuk bersama-sama mengganti
kerugian Kresna Life.

"Dan kami beri waktu selama 3 bulan. Apabila selama 3 bulan itu para pihak
sengaja mengabaikan, maka OJK akan melakukan tindakan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku," katanya.

Adapun OJK mencabut izin Kresna Life karena sampai dengan batas akhir
status pengawasan khusus, perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi
ketentuan minimum yang disyarakatkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Kresna Life dinilai tidak mampu menutup defisit keuangan, yakni selisih
kewajiban dengan aset melalui setoran modal oleh pemegang saham
pengendali atau mengundang investor.

Dengan dicabutnya izin usaha, Kresna Life wajib menghentikan kegiatan


usahanya serta segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dengan agenda pembubaran badan hukum dan pembentukan tim
likuidasi paling lambat 30 hari sejak pencabutan izin usaha.

"Tim Likuidasi selanjutnya bertugas melakukan pemberesan harta dan


penyelesaian kewajiban, termasuk kewajiban terhadap pemegang polis," kata
Ogi.

Direktur Utama Kresna Life Ditetapkan Jadi Tersangka Penggelapan Polis Nasabah

Hal tersebut disampaikan Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Badan Reserse
Kriminal (Bareskrim) dalam konferensi pers, Selasa (20/9/2022). Seperti diberitakan Kompas.com,
tersangka yang ditetapkan yakni Direktur Utama (Dirut) PT Kresna Life dengan inisial KS. “Penyidik telah
menemukan adanya dugaan tindak pidana pengelapan pengasuransian dan TPPU atas gagal bayar polis
para nasabah yang dilakukan tersangka dengan inisial KS selaku Dirut PT Kresna Life,” kata Nurul dalam
konferensi pers, diberitakan Kompas.com Selasa (20/9/2022). Baca juga: Nasabah Kresna Life Gugat OJK
ke Pengadilan, Apa Saja Tuntutannya? Nurul menambahkan, Bareskrim telah menerima delapan laporan
polisi sejak April hingga November 2020 terkait kasus penggelapan dan TPPU asuransi PT Kresna Life.
Adapun, laporan itu teregister dan digabungkan dalam laporan nomor LP/B/0657/XI/2020/Bareskrim
tanggal 18 November 2020. "Hingga saat ini ada 36 orang saksi yang sudah dimintai keterangan oleh
penyidik. Kemudian sudah dilakukan pengiriman tahap satu berkas perkara atas nama tersangka KS ke
jaksa penuntut umum pada tanggal 19 September 2022," ucap dia.

PELANGARAN KRESNA LIFE


Dilansir dari Kontan, Kresna Life mengalami gagal bayar pada polis K-LITA dan PIK
karena terjadinya masalah likuiditas portofolio investasi dengan alasan ada pandemi
Covid-19 di tahun 2020.

Oleh karenanya, Kresna Life akhirnya menunda setiap transaksi penebusan polis yang
akan dan jatuh tempo sejak tanggal 11 Februari 2020 sampai 10 Februari 2021.

Hanya saja, permasalahan pun berlanjut karena perusahaan juga tak kunjung
membayarkan klaimnya.

Terakhir, mereka mendapatkan sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) sepenuhnya


dari OJK atas gagal bayar tersebut.

Sanksi tersebut pun menjadi alasan bagi perusahaan dengan berdalih tidak mampu
membayar hasil homologasi kepada nasabah yang per Februari 2022 senilai Rp 1,37
triliun.

Seperti telah diberitakan Kompas.com, Kresna Life pertama kali mendapatkan sanksi
pembatasan kegiatan usaha (PKU) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 3
Agustus 2020.
Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo saat itu mengatakan, Asuransi
Jiwa Kresna (Kresna Life) dinilai telah melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan
rekomendasi atas hasil pemeriksaan sebelumnya. Sanksi ditetapkan melalui surat OJK
Nomor S-342/NB.2/2020 tanggal 3 Agustus 2020.

"Setelah dikenakannya sanksi ini, maka PT Asuransi Jiwa Kresna dilarang melakukan
kegiatan penutupan pertanggungan baru untuk seluruh lini usaha bagi perusahaan
asuransi sejak 3 Agustus 2020 sampai dengan dipenuhinya rekomendasi hasil
pemeriksaan OJK," kata Anto dalam siaran pers, Jumat (14/8/2020).

Sebelumnya, OJK telah melakukan pemeriksaan untuk periode tahun 2019 yang
dilakukan pada Februari 2020.

Pada pemeriksaan itu, OJK menemukan sejumlah pelanggaran yang dilakukan PT


Asuransi Jiwa Kresna khususnya pada produk K-LITA.

Dari pelanggaran tersebut, OJK melakukan tindakan pengawasan, di antaranya


mewajibkan PT Asuransi Jiwa Kresna (Kresna Life) untuk membayar klaim yang telah
diajukan oleh pemegang polis, serta memerintahkan PT Asuransi Jiwa Kresna untuk
menyusun rencana penyehatan keuangan.

Langkah penyehatan keuangan memuat langkah-langkah penyehatan keuangan


perusahaan, komitmen pemegang saham pengendali atau pengendali mengatasi
masalah, serta rencana pembayaran klaim secara detil.

Di bulan Februari tahun 2020 pula, OJK memerintahkan Asuransi Jiwa Kresna Life
untuk menghentikan produk K-LITA untuk mencegah risiko kesulitan pembayaran
klaim atas polis jatuh tempo yang lebih besar, dan melindungi kepentingan pemegang
polis.

Kemudian, Anto menyebut, pihaknya meminta PT Asuransi Jiwa Kresna segera


menyampaikan rencana penyelesaian kewajiban Asuransi Jiwa Kresna dengan
didukung sumber-sumber dana yang realistis, termasuk dari penambahan modal atau
sumber lain yang sah.

Selanjutnya, PT Asuransi Jiwa Kresna (Kresna Life Insurance) mulai mencicil


pembayaran klaim jatuh tempo kepada 1.722 pemegang polis. Mereka adalah pemilik
polis asuransi bernilai Rp 50 juta.

Waktu itu, Ketua Tim Penyelesaian Polis Asuransi Jiwa Kresna Link Investa (K-LITA)
dan Asuransi Jiwa Protecto Investa Kresna (PIK) Supriyadi mengatakan, pembayaran
polis tersebut sedang berjalan sesuai tabel yang diberikan kepada pemegang polis.

"Untuk saat ini (pembayaran klaim) dari usaha perusahaan sendiri. Namun tidak
menutup kemungkinan dari sumber lain. Yang pasti perusahaan berkomitmen
menyelesaikan pembayaran ke seluruh polis," kata Supriyadi, Minggu (30/8/2020).

Sementara pembayaran polis di atas Rp 50 juta tengah dipersiapkan perusahaan.


Untuk polis di atas Rp 1 miliar, pihaknya menargetkan akan rampung selama lima
tahun.

Supriyadi mengungkapkan, alasan pembayaran klaim memakan waktu lima tahun


karena mempertimbangkan dari sisi kehati-hatian, kondisi perusahaan serta dibarengi
komunikasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait upaya penyehatan Kresna
Life.

Secara total, terdapat 12.000 klaim polis bernilai Rp 6,4 triliun yang harus dibayarkan
Kresna Life. Mereka adalah pemegang polis produk K-LITA dan PIK.

Terakhir diketahui, rencana penyehatan keuangan (RPK) perusahaan belum


mendapatkan restu dari OJK. Adapun, tenggat dari RPK yang seharusnya diserahkan
Kresna Life kepada OJK adalah Mei 2022.

Anda mungkin juga menyukai