Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota Kelompok :

1. Arshad Akmal Rajbi 2205113539


2. Din Islamiah 2205112980
3. Risna Nuraidah 2205135746

Judul Artikel :

Gagal Bayar Perusahaan Asuransi Dan Upaya Pelindungan Nasabah Asuransi

https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XV-3-I-P3DI-Februari-2023-
241.pdf

Kasus : Gagal Bayar Asuransi Jiwa

Metode Penelitian : Deskriptif, Karena Artikel ini Mendeskripsikan tentang solusi kasus Gagal
bayar Perushaaan Asuransi dan upaya perlindungan Nasabah Asuransi

Hasil Penelitiaan :

Pelindungan nasabah asuransi dilakukan salah satunya melalui penyelenggaraan program


penjaminan polis yang bertujuan untuk melindungi pemegang polis, tertanggung, atau peserta
dari perusahaan asuransi. Upaya lainnya yaitu pengawasan ketat terhadap perusahaan asuransi
oleh OJK untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap industry asuransi dan
penguatan pengaturan pelindungan konsumen di sector keuangan

Solusi Dari Masalah kasus Gagal Bayar Asuransi Jiwa Wanartha Life :

1. Akumulasi masalah yang dihadapi Wanaartha Life diyakini tidak mampu menyelesaikan
masalah dalam waktu dekat dan jangka menengah. pemailitan menjadi alternatif terbaik
yang bisa diambil untuk kasus Wanaartha Life dalam kondisi sekarang untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat dibutuhkan lembaga penjamin polis (LPP)
untuk melindungi para nasabah dari risiko perusahaan asuransi. LPP masih memiliki
tantangan LPP ke depan, yaitu diharapkan tidak menjadi lembaga bail out dan jangan
sampai meningkatkan moral hazard baik pelaku industri asuransi, maupun nasabah
karena sudah ada jaminan untuk pemegang polis.
2. Peningkatan kinerja pengawasan OJK supaya tidak ada kasus serupa
3. Melakukan likuidasi yang diawasi oleh tim likuidasi yang dibentuk OJK, Tim likuidasi
ini akan bertugas untuk menjual asset wanartha life dan menggunakan hasil penjualannya
untuk membayar kewajiban kepada para pemegang polis.
4. Manajemen baru Wanartha Life menawarkan solusi kepada para nasabah karena adanya
penggelapan dana nasabah yaitu menawarkan program-program penyelesaiaan kewajiban
kepada para pemegang polis dengan beberapa konsep, ada 2 konsep :
a. Program konversi produk konvensional WAL menjadi produk berbasis syariah yang
telah dimiliki sebelumnya oleh Unit Usaha Syariah (UUS) WAL dengan
mendapatkan manfaat berupa imbal/bagi hasil bulanan.
b. Program perpanjangan jangka waktu/masa polis yang telah/akan jatuh tempo dengan
mendapatkan insentif berupa, life insurance coverage atau manfaat nilai tunai.
Adapun nasabah yang akan mendapatkan manfaat nilai tunai, perhitungan nilai
tunainya dibukukan oleh aktuaris independen yang kompeten dengan tetap
memperhatikan nilai nominal polis semula dan jangka waktunya.
c. Selain itu, manajemen baru WAL juga berencana menawarkan produk baru baik
syariah maupun konvensional, yang berbasis non endowment (non investasi) dan non
unit link.

Kronologi Kasus Wanartha Life :

Kronologi Awal Kasus Wanaartha Life hingga Izin Usahanya Dicabut OJK

Kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha atau lebih dikenal dengan
Wanaartha Life berlanjut dengan keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabut izin usaha
perusahaan tersebut. OJK menjelaskan keputusan pencabutan usaha diambil karena perusahaan
yang dikendalikan oleh PT Fadent Consolidated Company tersebut tidak bisa memenuhi risk
based capital (RBC) yang ditetapkan OJK. RBC merupakan perbandingan antara modal suatu
perusahaan asuransi dengan risiko yang akan terjadi. Berdasarkan peraturan OJK, perusahaan
asuransi wajib memiliki nilai RBC minimal pada level 120 persen.

Adapun awal mula masalah Wanaartha Life muncul ke permukaan seiring


dengan penyidikan kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero).Dalam perkembangan penyidikan
Jiwasraya, Kejaksaan Agung memerintahkan pemblokiran ratusan rekening efek, yang salah
satunya adalah milik Wanaartha Life. Berdasarkan surat manajemen WanaArtha Life yang
dikirimkan kepada para nasabahnya pada Rabu (12/2/2020), terungkap informasi mengenai
pemblokiran tersebut. Atas kejadian tersebut, WanaArtha Life pun secara terbuka menyatakan
belum dapat memenuhi kewajiban dan hak pemegang polis. Perusahaan berkomitmen
menindaklanjuti permasalahan tersebut dan akan segera membayar kewajiban kepada pemegang
polis secara bertahap.

Kami menjamin bahwa seluruh manfaat polis yang merupakan hak pemegang polis yang
ada di perusahaan dalam keadaaan aman. Kami dengan segala daya upaya akan menindaklanjuti
permasalahan ini kepada pihak Kejaksaan Agung, OJK, dan pihak lain yang terkait agar
pemblokiran rekening efek milik perusahaan segera diakhiri," tulis manajemen. Kemudian Salah
satu upaya yang ditempuh WanaArtha Life usai pemblokiran dan penyitaan rekening efek, yakni
mengajukan praperadilan atas pemblokiran rekening efek ke PN Jakarta Selatan pada Mei 2020.
Permohonan praperadilan itu terdaftar dengan nomor 46/Pid.Pra/2020PN JKT.SEL.

Akan tetapi praperadilan itu ditolak dengan alasan menghindari keputusan pengadilan
yang tumpang tindih dengan kasus korupsi Jiwasraya yang telah dimulai sejak 3 Juni 2020.
Sementara itu, berdasarkan catatan OJK, salah satu awal mula permasalahan di dalam internal
Wanaartha Life karena produk sejenis saving plan.

Pada 2018 otoritas telah memerintahkan penghentian pemasaran produk tersebut.


Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJ Ogi Prastomiyono dalam keterangan resmi menjelaskan
bahwa produk sejenis saving plan memiliki imbal hasil pasti yang tidak diimbangi kemampuan
perusahaan mendapatkan hasil dari pengelolaan investasinya. Kondisi ini kemudian direkayasa
oleh perusahaan, sehingga laporan keuangan yang disampaikan kepada OJK maupun laporan
keuangan publikasi tidak sesuai kondisi sebenarnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan pencabutan izin usaha PT Asuransi Jiwa
Adisarana Wanaartha (Wanaartha Life/PT WAL). Pencabutan ini dilakukan karena PT WAL
tidak dapat memenuhi rasio solvabilitas (risk based capital) yang ditetapkan oleh OJK sesuai
ketentuan yang berlaku.
Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJ, Ogi Prastomiyono mengatakan pencabutan izin
disebabkan PT WAL tidak mampu menutup selisih kewajiban dengan aset, baik melalui setoran
modal oleh pemegang saham pengendali atau mengundang investor.

"Tingginya selisih antara kewajiban dengan aset merupakan akumulasi kerugian akibat penjualan
produk sejenis saving plan," jelas Ogi dalam keterangan resmi, Senin (5/12/2022).

Ogi menyebutkan PT WAL menjual produk dengan imbal hasil pasti yang tidak diimbangi
kemampuan perusahaan mendapatkan hasil dari pengelolaan investasinya. Kondisi ini direkayasa
oleh PT WAL sehingga laporan keuangan yang disampaikan kepada OJK maupun laporan
keuangan publikasi tidak sesuai kondisi sebenarnya.

Terhadap kondisi tersebut di atas, OJK telah melakukan tindakan pengawasan (supervisory
actions) berupa:

a. Memerintahkan penghentian pemasaran produk sejenis saving plan PT WAL pada bulan
Oktober 2018

b. Memberikan sanksi peringatan pertama sampai ketiga karena PT WAL tidak memenuhi
batas minimum risk-based capital (RBC), Rasio Kecukupan Investasi (RKI) dan ekuitas
minimum (sejak 4 Agustus 2020 sampai 26 Juni 2021);

c. Mengenakan sanksi pembatasan kegiatan usaha (PKU) pertama (untuk sebagian kegiatan
usaha) pada 27 Oktober 2021 dan meningkat pada pengenaan sanksi PKU kedua untuk
semua kegiatan usaha pada 30 Agustus 2022;

d. Melakukan pencabutan izin usaha (CIU) PT WAL per tanggal 5 Desember 2022, karena
sampai batas waktu PKU kedua yang jatuh pada 30 November 2022
(paling lama tiga bulan), PT WAL tidak juga memenuhi kewajibannya; dan

e. Melakukan pemeriksaan atas indikasi tindak pidana yang dilakukan oleh pengurus,
pemegang saham pengendali, dan pegawai PT WAL.

Adapun saat ini, penyidik OJK telah melaksanakan penyelidikan terhadap dugaan tindak
pidana yang dilakukan oleh pengurus, pemegang saham pengendali, dan pegawai PT WAL, serta
berkoordinasi dengan penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri
yang selanjutnya telah menetapkan tujuh orang tersangka. Tindakan pengawasan yang dilakukan
oleh OJK tersebut di atas, termasuk pencabutan izin usaha PT WAL dilakukan dalam rangka
melindungi kepentingan pemegang polis dan Masyarakat

Selanjutnya OJK akan melakukan tindakan:

a. Memerintahkan pemegang saham menyelenggarakan rapat umum pemegang saham


dengan agenda pembubaran badan hukum dan pembentukan tim likuidasi, paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan izin usaha PT WAL;

b. Melakukan tindakan lain berupa penilaian kembali pihak utama PT WAL, tindakan
administratif terhadap akuntan publik, kantor akuntan publik, dan aktuaris, serta
penanganan tindak pidana pencucian uang; dan

c. Melakukan upaya penelusuran atas aset pemegang saham pengendali PT WAL beserta
harta pribadinya, termasuk melakukan gugatan perdata untuk kepentingan konsumen. Hal
tersebut dilakukan, sebagai upaya maksimal untuk melindungi kepentingan pemegang
polis dengan tetap menjunjung proses hukum dan ketentuan yang berlaku.

Sejak dicabutnya izin usaha, PT WAL wajib menghentikan kegiatan usahanya. Namun
demikian, Pemegang Polis dapat menghubungi PT WAL dalam rangka pelayanan Konsumen
sampai dengan dibentuknya Tim Likuidasi. Tim likuidasi selanjutnya akan melakukan verifikasi
polis yang menjadi dasar perhitungan penyelesaian hak pemegang polis.

Sumber Artikel :

“OJK Cabut Izin Usaha di Bidang Asuransi Jiwa Atas PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha”,
5 Desember 2022, https://www.ojk. go.id/id/ berita-dan-kegiatan/ pengumuman/Pages/OJK-
CabutIzin-Usaha-di-Bidang-AsuransiJiwa-Atas-PT-Asuransi-JiwaAdisarana-Wanaartha.aspx,
diakses 9 Februari 2023.

https://infobanknews.com/pemailitan-jadi-solusi-terbaik-dalam-kasus-wanaartha-life/

https://www.cnbcindonesia.com/market/20220812080211-17-363175/tak-kunjung-kelar-ini-
solusi-dari-direksi-baru-wanaartha

Anda mungkin juga menyukai