Anda di halaman 1dari 11

KASUS YANG TERJADI DI LKBB DAN BANK YANG TELAH

DITANGANI OJK

Nadya Dwi Meylani 23 / X D

KASUS YANG TERJADI DI BANK


OJK Ungkap Penyelewengan Dana Nasabah Bank Multi Artha
Selasa, 21 Agu 2018 15:58 WIB

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau masyarakat untuk


mewaspadai bank berskala usaha kecil karena rentan
penyalahgunaan dana nasabah. (CNN Indonesia/Adhi
Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mengungkap penyelewengan dana nasabah senilai Rp6,28
miliar oleh Komisaris PT BPR Multi Artha Mas Sejahtera.
Petinggi bank perkreditan rakyat berinisial H (44 tahun)
tersebut disinyalir menggunakan dana nasabah untuk
kepentingan pribadi.
"Uangnya untuk kepentingan pribadi berupa usaha lain di
sektor leasing alat berat untuk disewakan dan dia masukkan
dalam kontraktor properti, sehingga uang tidak bisa kembali,"
ujar Kepala Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan OJK
Rokhmad Sunanto, Selasa (21/8).

OJK, sambung dia, telah menyerahkan kasus terkait ke


Bareskrim Polri untuk menyelidiki lebih lanjut aset yang
mengalir dari penyalahgunaan dana nasabah. H diduga
melanggar pasal 40 ayat 1 huruf a dan b Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 yang menggantikan UU Nomor 2/1992.
Menurut beleid tersebut, H diancam dengan hukuman minimal
lima tahun penjara dan denda Rp10 miliar. Saat ini, H telah
diserahkan ke pihak berwajib. H diciduk di Sorong, Papua, pada
16 Agustus 2018.
Rokhmad menuturkan bahwa penyalahgunaan dana nasabah
memang lebih rentan terjadi di bank berskala usaha kecil,
seperti BPR. Hal tersebut tercermin dari jumlah limpahan
berkas perkara yang masuk ke departemennya.
Menurut catatannya, setidaknya ada 33 berkas perkara
penyalahgunaan dana nasabah yang masuk sepanjang tahun
lalu. Sebagian besar berasal dari BPR. Di antaranya 6 kasus
penyelewengan dana nasabah di BPR telah diselesaikan, dan
satu kasus lainnya dari sektor perasuransian.
"Bank ini lebih rentan, mungkin karena lebih dekat dengan
masyarakat, sehingga lebih simple (sederhana) untuk pencurian
uangnya," terang dia.
Deputi Komisioner OJK Anto Prabowo menambahkan bahwa
kondisi industri perbankan masih terjaga baik. Hal ini tidak
terlepas dari fungsi pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
OJK terhadap BPR dan bank umum.
Ia menyebut selain aspek kehati-hatian untuk kesehatan
individual bank, OJK juga merespons laporan masyarakat
maupun tindak lanjut temuan pengawasan terhadap beberapa
kasus yang terindikasi fraud (kejahatan).
"Dengan demikian, masyarakat tetap dapat menerima layanan
jasa keuangan perbankan dengan aman. Dalam kaitan dengan
pemberitaan mengenai hal ini, saya meminta kerja sama media
massa agar pemberitaan tidak multi interpretasi bagi
pembacanya," tandasnya.

Simpulan

Kasus yang terjadi disini adalah penyelewengan dana nasabah


bank multi Artha yang terjadi pada 16 Agustus 2018. Dimana
dapat dikatakan bahwa kasus ini rentan terjadi karena bank
lebih dekan dengan masyarakat, sehingga lebih simple atau
sederhana untuk pencurian uangnya, menurut OJK. OJK
menyelesaikan masalah dengan memberikan Inisial H tersebut
yang merupakan pelaku penyelewengan dana dihukum 5 tahun
penjara dan dikenai denda 10 miliar. Setelah itu H diserahkan
ke pihak berwajib.
KASUS YANG TERJADI DI LKBB

28 JUNI 2019
OTORITAS JASA KEUANGAN BERIKAN SANKSI KASUS
PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK
Jakarta, 28 Juni 2019. Otoritas Jasa Keuangan telah melakukan
pemeriksaan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan
Tahunan (LKT) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 dan setelah berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia qq. Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya
OJK memutuskan hal-hal sebagai berikut:

Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia


(Persero) Tbk untuk memperbaiki dan menyajikan kembali LKT
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31 Desember 2018 serta
melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan dan
penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling
lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi, atas
pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UU PM) jis. Peraturan Bapepam dan LK
Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp100
juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas
pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda masing-masing
sebesar Rp100 juta kepada seluruh anggota Direksi PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan Bapepam
Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp100
juta secara tanggung renteng kepada seluruh anggota Direksi
dan Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang
menandatangani Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk periode tahun 2018 atas pelanggaran Peraturan
OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten
atau Perusahaan Publik.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat
Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun kepada Sdr. Kasner
Sirumapea (Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited))
dengan STTD Nomor: 335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni
2003 yang telah diperbaharui dengan surat STTD Nomor:
STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18 Januari 2019, selaku
Auditor yang melakukan audit LKT PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk per 31 Desember 2018 atas pelanggaran Pasal 66
UU PM jis. Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017, Standar
Audit (SA) 315 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
tentang Pengidentifikasian & Penilaian Risiko Kesalahan
Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya, SA 500 SPAP tentang Bukti Audit, SA 560 SPAP
tentang Peristiwa Kemudian, dan SA 700 SPAP tentang
Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan.
Memberikan Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto,
Fahmi, Bambang & Rekan (Member of BDO International
Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat
perintah dari OJK.
Pengenaan sanksi dan/atau Perintah Tertulis terhadap PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Direksi dan/atau Dewan
Komisaris, AP, dan KAP oleh OJK diberikan sebagai langkah
tegas OJK untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
industri Pasar Modal Indonesia.

Simpulan
Kasus lkbb yang terjadi ini adalah kasus PT Garuda Indonesia
terkait kasus penyajian laporan keuangan tahunan. Yang terjadi
pada 31 Desember 2018. OJK menangani kasus ini dengan
Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk untuk memperbaiki dan menyajikan kembali LKT
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31 Desember 2018 serta
melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan dan
penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling
lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi, atas
pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UU PM) jis. Peraturan Bapepam dan LK
Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp100
juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas
pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda masing-masing
sebesar Rp100 juta kepada seluruh anggota Direksi PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan Bapepam
Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda sebesar Rp100
juta secara tanggung renteng kepada seluruh anggota Direksi
dan Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang
menandatangani Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk periode tahun 2018 atas pelanggaran Peraturan
OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten
atau Perusahaan Publik.
Mengenakan Sanksi Administratif Berupa Pembekuan Surat
Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun kepada Sdr. Kasner
Sirumapea (Rekan pada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited))
dengan STTD Nomor: 335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni
2003 yang telah diperbaharui dengan surat STTD Nomor:
STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18 Januari 2019, selaku
Auditor yang melakukan audit LKT PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk per 31 Desember 2018 atas pelanggaran Pasal 66
UU PM jis. Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017, Standar
Audit (SA) 315 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
tentang Pengidentifikasian & Penilaian Risiko Kesalahan
Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya, SA 500 SPAP tentang Bukti Audit, SA 560 SPAP
tentang Peristiwa Kemudian, dan SA 700 SPAP tentang
Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan.
Memberikan Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto,
Fahmi, Bambang & Rekan (Member of BDO International
Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat
perintah dari OJK.
Pengenaan sanksi dan/atau Perintah Tertulis terhadap PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Direksi dan/atau Dewan
Komisaris, AP, dan KAP oleh OJK diberikan sebagai langkah
tegas OJK untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
industri Pasar Modal Indonesia.
Adapun penyebab kasus ini Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) menyebutkan masalah keuangan yang saat ini
dihadapi oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)
disebabkan karena kesalahan manajemen masa lalu yang
berujung pada aksi dugaan korupsi,

Anda mungkin juga menyukai