Anda di halaman 1dari 16

Nama : Rini Suryani

Nim : Z1A023014

Kelas :A

Matakuliah : UTS Rehabilitasi Stroke

Soal

Seorang laki-laki usia 58 tahun, pasca dirawat dengan stroke. Hasil pemeriksaan saat pengkajian
didapakan GCS 15, pasien mengalami hemiparesis dextra, disatria dan disfaghia. Hasil rongten
saat dirawat terdapat gambaran infark serebri sinestra.

Pembahasan:

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn.X
Usia : 58 Tahun
2. Riwayat Medis
- Riwayat Stroke sebelumnya
- Hipertensi
3. Gejala dan Durasi Stroke
Menanyakan kepada pasien maupun keluarga tentang gejala awal stroke, kapan gejala
tersebut muncul dan apa yang dilakukan pertama kali.

4. Pemeriksaan Fisik
- Tekanan darah
- Denyut jantung
- Pernafasan pasien
- Suhu tubuh

5. Evaluasi Neurologis
Melakukan pemeriksaan neurologis lengkap untuk mengetahui menilai tingkat keparahan
kerusakan dari saraf, termasuk pemeriksaan reflex, kemampuan bergerak, sensasi, dan
koordinasi.

6. Pemeriksaan Penunjang
- CT Scan
- MRI
- Pemeriksaan darah untuk parameter gula darah, kolestrol, dan fungsi ginjal.

7. Evaluasi kemampuan bicara dan menelan

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Analisa Data

1. Identifikasi Pasien
- Pasien seorang laki-laki usia 58 tahun
- Pasien telah dirawat dengan diagnosis stroke

2. Skor GCS
Pasien memiliki skor GCS15, yang mengartikan bahwa tingkat kesadaran dari pasien
adalah normal.

3. Gejla dan Temuan Klinis


- Pasien mengalami hemiparesis dextra, yang mengindikasikan kelemahan pada sebagian
sisi kanan tubuhnya.

- Pasien mengalami disatria, yaitu gangguan bicara yang disebabkan oleh masalah
motorik.
- Passien mengalami disfaghia, yang merupakan kesulitasn menelan makanan atau cairan.

4. Hasil Rontgen
Hasil rontgen menunjukkan adanya infark serebri sinestra. Ini berarti terdapat area
kerusakan atau infark pada sisi otak kiri(sinestra).

Berdasarkan analisis data, pasien mengalami stroke iskemik yang mempengaruhi sisi
otak kiri hingga menyebabkan timbulnya gejala hemiparesis dextra, disatria, dan
disfaghia pada pasien.
Diagnosa Keperawatan

1.Resiko Aspirasi(00174)

Pasien mengalami disfaghia(kesulitan menelan), menyebabkan pasien beresiko mengalami


aspirasi, yaitu masuknya makanan atau cairan ke dalam saluran pernafasan. Pemberian
makanan dan Ciaran harus dimonitor dan dikelola dengan hati-hati.

2. Gangguan Mobilitas Fisik(00085)

Hemiparesis Dextra(lemah pada sisi kanan tubuh) sehingga membatasi kemampuan


pasien untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari. Diperlukan perncanaan
rehabilitasi fisik untuk memulihkan mobilitasnya.

3. Gangguan Bicara(00090)
Pasien mengalami disatria, yang mengakibatkan gangguan bicara. Diperlukan intervensi
untuk membanu paasien berkomunikasi dengan jelas.

4. Kurangnya Pengetahuan(00126)
Pasien dan keluarga mungkin membutuhkan edukasi lebih lanjut tentang stroke, gejala
peringatan, manajemen disfaghia, perawatan pasca stroke, dan factor rsiko yang perlu
dikendalikan.

5. Resiko Depresi(00158)
Stroke dapat memiliki dampak emosional yang signifikan. Pasien beresiko mengalami
depresi. Evaluasi psikososial dan dukungan emosional dapat diperlukan.

6. Pola Makan Tidak Efektif(00204)


Pasien mengalami kecemasan dengan kondisi dan proses pemulihan pasca-stroke.
Evaluasi dan dukungan psikososial dapat membantu mengurangi kecemasan.

C. Intervensi Keperawatan

SDKI SIKI
Resiko Aspirasi(00174) 1. Evaluasi Kemampuan Menelan (SIKI 1.2.1)
- Lakukan evaluasi menyeluruh terhadp kemampuan
menelan pasien oleh seorang terapis bicara atau spesialis
kesehatan yang kompeten
- Tentukan tingkat kesulitan menelan pasien dan jenis
makanan serta minuman yang sesuai.

2. Manajemen Diet dan Cairan (SIKI 1.2.2):


-Sesuaikan tekstur makanan dan jenis minuman pasien
sesuai dengan rekomendasi terapis bicara atau spesialis
kesehatan.
-Pastikan pasien menerima makanan dan cairan yang
aman untuk dikonsumsi berdasarkan tingkat kesulitan
menelan.

3. Pantau Pasien Secara Rutin (SIKI 1.2.3):


-Pantau pasien selama makan dan minum untuk
mendeteksi tanda-tanda aspirasi, seperti batuk, cegukan,
atau kesulitan bernapas.
-Evaluasi respons pasien terhadap perubahan dalam jenis
makanan dan minuman yang diberikan.

4. Edukasi Pasien dan Keluarga (SIKI 1.3.1):


-Edukasi pasien dan keluarganya tentang pentingnya
mengikuti rekomendasi diet yang sesuai.
-Sampaikan informasi tentang tanda-tanda aspirasi dan
tindakan yang perlu diambil jika aspirasi terjadi.

5. Perubahan Posisi Selama Makan dan Minum (SIKI


1.2.4):
-Pastikan pasien duduk dalam posisi yang tepat selama
makan dan minum untuk mengurangi risiko aspirasi.
Jika diperlukan, gunakan alat bantu posisi yang sesuai.

6. Revaluasi dan Pemantauan Berkala (SIKI 1.2.5):


-Lakukan revaluasi rutin terhadap kemampuan menelan
pasien oleh terapis bicara atau spesialis kesehatan dan
penyesuaian diet dan cairan sesuai kebutuhan pasien.

7.Kolaborasi dengan Tim Kesehatan (SIKI 1.2.6):


-Kolaborasi dengan terapis bicara, dokter, dan anggota
tim kesehatan lainnya untuk memastikan manajemen
yang efektif untuk mengurangi risiko aspirasi.

8. Dokumentasi (SIKI 1.2.7):


-Dokumentasikan secara lengkap hasil pengkajian,
intervensi yang dilakukan, dan respons pasien terhadap
perawatan.
Gangguan Mobilitas 1.Evaluasi Mobilitas (SIKI 3.2.1):
Fisik(00085) -Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap kemampuan
pasien untuk bergerak, mengendalikan gerakan pada sisi
kanan tubuh yang melemah, dan melakukan aktivitas
sehari-hari.

2. Perencanaan Program Rehabilitasi Fisik (SIKI 4.1.1):


-Berdasarkan hasil evaluasi, buat rencana rehabilitasi fisik
yang mencakup latihan fisioterapi yang ditargetkan untuk
memulihkan kekuatan dan mobilitas pada sisi kanan
tubuh yang lemah.
3. Fisioterapi (SIKI 4.1.2):
-Laksanakan latihan fisioterapi sesuai dengan rencana
yang telah dibuat oleh fisioterapis.
-Pastikan latihan mencakup berbagai gerakan untuk
memulihkan mobilitas dan mengurangi kelemahan pada
sisi kanan tubuh.

4. Bantuan dalam Perubahan Posisi (SIKI 4.1.3):


-Bantu pasien dalam perubahan posisi yang aman,
terutama saat berbaring di tempat tidur atau duduk di
kursi roda.
-Pastikan perubahan posisi dilakukan dengan hati-hati
untuk menghindari cedera atau tekanan.

5. Edukasi Pasien dan Keluarga (SIKI 4.1.4):


-Edukasi pasien dan keluarganya tentang pentingnya
melaksanakan latihan fisioterapi secara teratur, merawat
sisi tubuh yang melemah, dan menghindari posisi yang
dapat memperburuk kondisi.

6. Revaluasi dan Pemantauan Berkala (SIKI 4.1.5):


-Lakukan revaluasi berkala terhadap kemajuan pasien
dalam program rehabilitasi fisik.
-Sesuaikan rencana rehabilitasi jika diperlukan
berdasarkan perubahan kondisi pasien.

7. Kolaborasi dengan Tim Rehabilitasi (SIKI 4.1.6):


-Kolaborasi dengan fisioterapis, dokter, dan anggota tim
rehabilitasi lainnya untuk memastikan perencanaan dan
pelaksanaan program rehabilitasi yang efektif.
8. Dokumentasi (SIKI 4.1.7):
Dokumentasikan hasil pengkajian, rencana perawatan,
dan kemajuan pasien secara lengkap dan akurat.
Gangguan Bicara(00090) 1. Evaluasi Gangguan Bicara (SIKI 3.4.1):
-Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap gangguan bicara
pasien, termasuk jenis dan tingkat disatria yang dialami.
-Tentukan sejauh mana gangguan bicara mempengaruhi
kemampuan pasien untuk berkomunikasi.

2.Kolaborasi dengan Terapis Bicara (SIKI 3.4.2):


-Kolaborasi dengan terapis bicara atau logopedi untuk
mengevaluasi dan merencanakan terapi bicara yang
sesuai dengan kebutuhan pasien.

3.Latihan Terapi Bicara (SIKI 4.4.1):


-Fasilitasi latihan terapi bicara yang telah direncanakan
oleh terapis bicara.
-Pastikan pasien mendapatkan panduan yang jelas dalam
melaksanakan latihan ini.

4.Penggunaan Alat Bantu (SIKI 4.4.2):


-Jika diperlukan, berikan pasien alat bantu komunikasi
seperti kartu kata atau perangkat komunikasi augmentatif
dan alternatif (AAC).
-Edukasi pasien dan keluarga tentang penggunaan alat
bantu ini.

5.Konteks Komunikasi (SIKI 4.4.3):


-Pastikan pasien berada dalam lingkungan yang
mendukung komunikasi, dengan penggunaan bahasa yang
sederhana dan pemahaman dari pihak perawat atau
anggota tim kesehatan.

6. Bantuan Komunikasi (SIKI 4.4.4):


-Bantu pasien dalam berkomunikasi dengan orang lain,
baik melalui bahasa isyarat, komunikasi tulisan, atau alat
bantu lainnya.
-Pastikan pasien merasa didengar dan dimengerti.

7. Edukasi Pasien dan Keluarga (SIKI 3.4.3):


-Edukasi pasien dan keluarganya tentang kondisi disatria,
strategi komunikasi yang dapat digunakan, dan
pentingnya latihan terapi bicara yang teratur.

8. Revaluasi dan Pemantauan Berkala (SIKI 3.4.4):


-Lakukan revaluasi berkala terhadap kemajuan pasien
dalam terapi bicara.
Sesuaikan rencana intervensi jika diperlukan berdasarkan
perkembangan pasien.

9.Dokumentasi (SIKI 2.3.1):


-Dokumentasikan hasil pengkajian, rencana perawatan,
dan kemajuan pasien secara lengkap dan akurat
Kurangnya 1. Evaluasi Tingkat Pengetahuan (SIKI 3.5.1):
Pengetahuan(00126) -Lakukan evaluasi awal terhadap tingkat pengetahuan
pasien dan keluarga terkait dengan stroke, gejala
peringatan, manajemen disfaghia, perawatan pasca stroke,
dan faktor risiko yang perlu dikendalikan.

2. Perencanaan Edukasi (SIKI 4.5.1):


- Berdasarkan hasil evaluasi, buat rencana edukasi yang
mencakup topik-topik yang perlu dipahami oleh pasien
dan keluarganya.
- Tentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat
pemahaman pasien dan keluarga.

3. Pemberian Informasi (SIKI 4.5.2):


-Sampaikan informasi yang relevan tentang stroke, gejala
peringatan, manajemen disfaghia, perawatan pasca stroke,
dan faktor risiko yang perlu dikendalikan.
Pastikan informasi disampaikan dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan sesuai dengan tingkat literasi
pasien.

4.Edukasi Pasien dan Keluarga (SIKI 4.5.3):


-Melakukan sesi edukasi yang terstruktur dengan pasien
dan keluarga.
Sertakan penjelasan tentang pentingnya pengobatan,
rehabilitasi, perubahan gaya hidup, dan tindakan
pencegahan.

5. Pendampingan (SIKI 4.5.4):


- Bantu pasien dan keluarga dalam memahami informasi
yang diberikan.
- Sediakan waktu untuk menjawab pertanyaan dan
memberikan klarifikasi jika diperlukan.

6. Materi Edukasi (SIKI 4.5.5):


-Sediakan materi edukasi tertulis atau visual seperti
brosur, leaflet, atau video pendidikan yang dapat
membantu pasien dan keluarga untuk memahami topik-
topik yang diajarkan.

7. Revaluasi Pengetahuan (SIKI 3.5.2):


- Lakukan revaluasi pengetahuan pasien dan keluarga
setelah sesi edukasi.
- Pastikan bahwa mereka telah memahami informasi yang
diberikan.

8. Dokumentasi (SIKI 2.3.1):


-Dokumentasikan hasil evaluasi pengetahuan awal,
rencana edukasi, sesi edukasi, revaluasi, dan
perkembangan pengetahuan pasien dan keluarga.
Resiko Depresi(00158) 1. Evaluasi Psikososial (SIKI 3.6.1):
- Lakukan evaluasi psikososial pasien untuk menilai
risiko depresi setelah mengalami stroke.
- Perhatikan perubahan emosional, gejala depresi, isolasi
sosial, dan dukungan sosial yang tersedia.

2. Pemberian Dukungan Emosional (SIKI 4.6.1):


- Berikan dukungan emosional kepada pasien dengan
mendengarkan keluhannya, memberikan perhatian, dan
berbicara secara empati.
- Bantu pasien untuk mengatasi perasaan cemas dan
depresi.

3. Konseling (SIKI 4.6.2):


- Kolaborasi dengan tim psikolog atau konselor untuk
memberikan konseling kepada pasien yang berisiko
mengalami depresi.
- Terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi berbicara
dapat membantu pasien mengatasi depresi.

4. Edukasi Pasien dan Keluarga (SIKI 4.6.3):


- Edukasi pasien dan keluarganya tentang kemungkinan
dampak emosional setelah stroke, gejala depresi, dan
pentingnya pencarian bantuan jika diperlukan.

5. Pengawasan Berkala (SIKI 4.6.4):


- Lakukan pemantauan rutin terhadap perubahan
emosional pasien dan gejala depresi.
- Berikan intervensi yang sesuai jika ditemukan gejala
depresi yang signifikan.

6. Pencegahan Isolasi Sosial (SIKI 4.6.5):


- Bantu pasien untuk tetap terlibat dalam aktivitas sosial,
seperti program rehabilitasi, kelompok dukungan, atau
kegiatan yang diminati pasien.

7. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan (SIKI 4.6.6):


-Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya
untuk memastikan bahwa pasien menerima perawatan
holistik yang mencakup aspek emosional.

8..Dokumentasi (SIKI 2.3.1):


- Dokumentasikan hasil evaluasi psikososial, rencana
intervensi, sesi konseling, dan perkembangan emosional
pasien.
Pola Makan Tidak 1. Evaluasi Kecemasan dan Pola Makan (SIKI 3.10.1):
Efektif(00204)
- Lakukan evaluasi terhadap tingkat kecemasan pasien
terkait dengan kondisi pasca-stroke dan pengaruhnya
terhadap pola makan.
- Evaluasi pola makan pasien, termasuk masalah yang
mungkin terjadi seperti disfaghia atau kesulitan menelan.

2. Dukungan Psikososial (SIKI 4.10.1):


- Berikan dukungan psikososial kepada pasien dengan
mendengarkan keluhannya, memberikan perhatian, dan
berbicara secara empati.
- Bantu pasien untuk mengatasi kecemasan terkait dengan
kondisi dan pemulihan pasca-stroke.

3. Konseling (SIKI 4.10.2):


- Kolaborasi dengan tim psikolog atau konselor untuk
memberikan konseling kepada pasien yang mengalami
kecemasan.
- Terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi berbicara
dapat membantu pasien mengatasi kecemasan yang
memengaruhi pola makan.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga (SIKI 4.10.3):
- Edukasi pasien dan keluarganya tentang pentingnya
menjaga pola makan yang sehat dan teratur, terutama
dalam pemulihan pasca-stroke.
- Bantu pasien dan keluarga untuk memahami dampak
kecemasan terhadap pola makan dan cara mengatasi
masalah ini.

5. Pengawasan dan Pemantauan (SIKI 4.10.4):


- Pantau pola makan pasien secara rutin dan catat
perkembangannya.
- Identifikasi perubahan dalam pola makan yang dapat
mengindikasikan masalah lebih lanjut.

6. Pengaturan Diet (SIKI 4.10.5):


- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet
yang sesuai dengan kebutuhan pasien, terutama jika
pasien mengalami disfaghia atau kesulitan menelan.

7. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan (SIKI 4.10.6):


- Kolaborasi dengan dokter, fisioterapis, terapis bicara,
dan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan
yang holistik dan terkoordinasi kepada pasien.

8. Dokumentasi (SIKI 2.3.1):


- Dokumentasikan hasil evaluasi kecemasan, rencana
intervensi, sesi konseling, perkembangan pola makan
pasien, dan respons terhadap perawatan.

D. Program Rehabilitasi Fisik

Proogram rehabilitasi fisik untuk pasien dengan kasus diatas ialah dengan tahapan

 Evaluasi Awal:
Sebelum memulai program rehabilitasi fisik, lakukan evaluasi awal yang mendalam
untuk memahami tingkat keparahan hemiparesis, disatria, dan disfaghia pasien.
 Evaluasi juga akan mempertimbangkan kondisi kesehatan umum, riwayat medis, dan
kemampuan fungsional pasien sebelum stroke.
 Penetapan Tujuan:
Berdasarkan hasil evaluasi awal, tentukan tujuan rehabilitasi fisik yang spesifik dan
terukur. Tujuan ini harus mencakup pemulihan mobilitas, kekuatan otot, dan kemampuan
berbicara.
 Fisioterapi (Physical Therapy):
Pasien akan menjalani sesi fisioterapi yang bertujuan untuk memulihkan kekuatan dan
mobilitas di sisi tubuh yang melemah, yaitu sisi kanan (hemiparesis dextra).
Latihan fisioterapi akan mencakup latihan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi untuk
membantu pasien berjalan, berdiri, dan berpindah secara lebih mandiri.
 Terapi Bicara (Speech Therapy):
Terapi bicara akan difokuskan pada mengatasi disatria (gangguan bicara).
Terapis bicara akan membantu pasien memperbaiki pengucapan kata-kata, komunikasi
verbal, serta pemahaman bahasa.
 Terapi Menelan (Dysphagia Therapy):
Disfaghia (kesulitan menelan) akan memerlukan terapi yang khusus untuk melatih pasien
dalam menelan dengan aman.
Terapis disfaghia akan membantu pasien mengatasi masalah ini dan menghindari aspirasi
makanan atau minuman.
 Latihan Fungsional (Functional Exercises):
Latihan ini akan mencakup gerakan sehari-hari seperti berpindah dari tempat tidur,
mengenakan pakaian, dan mandi. Tujuan dari latihan ini adalah agar pasien dapat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
 Edukasi Pasien dan Keluarga:
Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi pasca-stroke, rencana
rehabilitasi, serta perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan. Sertakan informasi
tentang tindakan pencegahan dan tanda-tanda peringatan yang perlu diperhatikan.
 Pemantauan dan Evaluasi Berkala:
Program rehabilitasi fisik ini akan memerlukan pemantauan dan evaluasi berkala untuk
mengukur kemajuan pasien. Evaluasi berkala akan membantu dalam menyesuaikan
program rehabilitasi jika diperlukan.
 Kolaborasi Tim Rehabilitasi:
Penting untuk berkolaborasi dengan tim rehabilitasi, seperti fisioterapis, terapis bicara,
terapis disfaghia, dan dokter, untuk memastikan koordinasi yang baik dalam perawatan
pasien.
 Dokumentasi:
Semua aspek program rehabilitasi, evaluasi, dan perkembangan pasien harus
didokumentasikan secara akurat dan lengkap.

Program rehabilitasi fisik yang terstruktur dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien akan
membantu pasien mencapai pemulihan yang optimal. Penting untuk memperhatikan kemajuan
pasien dan bersikap fleksibel dalam menyesuaikan program rehabilitasi saat diperlukan.
Dukungan keluarga dan tim rehabilitasi yang terampil juga akan menjadi faktor penting dalam
proses pemulihan ini.

E. Program Pemberian Nutrisi

 Evaluasi Nutrisi Awal:


Evaluasi status gizi pasien untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat.
Pertimbangkan berat badan, indeks massa tubuh (BMI), dan faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhi status gizi.
 Konsultasi dengan Ahli Gizi:
Kolaborasi dengan seorang ahli gizi atau dietitian yang akan merencanakan diet yang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Diskusikan kemungkinan risiko malnutrisi dan
bagaimana mengatasinya.
 Perencanaan Diet Khusus:
Diet harus disesuaikan dengan kondisi pasien, terutama disfaghia. Tekstur makanan dan
minuman harus disesuaikan untuk menghindari aspirasi. Mungkin diperlukan diet lunak,
cair, atau tekstur lain yang sesuai.
 Pemberian Nutrisi Enteral (jika diperlukan):
Jika pasien tidak mampu menelan makanan atau minuman dengan aman, pertimbangkan
pemberian nutrisi enteral, seperti melalui selang makanan. Pemberian nutrisi enteral
harus diawasi dengan ketat oleh tim medis.
 Pemantauan Asupan Nutrisi:
Pantau asupan makanan dan minuman pasien secara cermat, termasuk jumlah kalori,
protein, vitamin, dan mineral. Pastikan pasien mendapatkan nutrisi yang cukup untuk
mendukung pemulihan.
 Terapi Disfaghia (jika diperlukan):
Jika pasien mengalami disfaghia, kolaborasi dengan terapis disfaghia untuk memberikan
terapi khusus yang melatih pasien dalam menelan dengan aman.
 Edukasi Pasien dan Keluarga:
Berikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang diet yang sesuai, tanda-tanda
aspirasi, dan perubahan dalam tekstur makanan dan minuman. Keluarga perlu memahami
tindakan pencegahan yang diperlukan.
 Pemantauan Berat Badan:
Pantau berat badan pasien secara berkala untuk mendeteksi perubahan signifikan yang
mungkin terjadi akibat masalah nutrisi.
 Kolaborasi Tim Kesehatan:
Berkomunikasi dan berkolaborasi dengan tim kesehatan, termasuk dokter, ahli gizi,
terapis disfaghia, dan perawat, untuk memastikan perawatan yang terkoordinasi.
 Pemantauan dan Evaluasi Berkala:
Program pemberian nutrisi harus dinilai dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
keefektifan dalam mendukung pemulihan pasien.

Program pemberian nutrisi yang tepat sangat penting dalam perawatan pasien pasca stroke. Hal
ini akan membantu menjaga status gizi yang optimal dan mencegah komplikasi terkait nutrisi,
sambil mendukung pemulihan pasien.

Anda mungkin juga menyukai