Anda di halaman 1dari 4

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


BALITBANG KEMENDIKBUD 2017
Policy Brief

PELATIHAN KURIKULUM 2013:


MENCETAK GURU SASARAN
YANG HANDAL

K
urikulum 2013 (K-2013) ‘revisi’, diberlakukan
Penyempurnaan Kurikulum 2013 secara bertahap mulai tahun pelajaran
(K-2013) dilakukan karena banyaknya 2016/2017. Sebelum K-2013 diimplementasikan,
keluhan dan permasalahan dilakukan sosialisasi dan pelatihan. Pelatihan
yang dihadapi sekolah dalam dimaksud dilakukan berjenjang, meliputi pelatihan
mengimplementasikan K-2013 tingkat: (i) nasional. (ii) provinsi, (iii) kabupaten/
khususnya yang berhubungan dengan kota, dan (iv) Guru Sasaran (GS). Pelatihan bertujuan
pembelajaran dan penilaian. Menurut agar peserta memiliki pemahaman tentang konsep
Kepala Balitbang Kemendikbud, dan implementasi K-2013. Bagi instruktur, pelatihan
K-2013 yang disempurnakan tidak bertujuan agar dapat menyampaikan materi
memberlakukan lagi penilaian pelatihan yang diterimanya kepada peserta pelatihan
spiritual pada mata pelajaran berikutnya dengan baik. Pelatihan juga bertujuan
Matematika dan Bahasa melainkan memberikan penguatan pemahaman kepada
pada mata pelajaran Pendidikan pemangku kepentingan di sekolah untuk menjamin
Agama dan PPKn Perubahan dalam keterlaksanaan implementasi K-2013 secara efektif
penilaian akan mengurangi beban dan efisien.
guru. Implementasi kurikulum
seharusnya dapat memastikan GS merupakan unsur dominan dalam pelaksanaan
terjadinya keselarasan antara proses pembelajaran dan penilaian di kelas,
dokumen kurikulum, pembelajaran, dan menjadi ujung tombak pada keberhasilan
dan hasil belajar. implementasi K-2013. Kemampuan GS dalam
mengimplementasikan K-13 dapat dipengaruhi
oleh faktor internal (individu guru) maupun faktor

http://litbang.kemdikbud.go.id
Pelatihan Kurikulum 2013: Mencetak Guru Sasaran yang Handal

eksternal. Salah satu faktor eksternal yang pelatihan. Peran yang dapat dilakukan oleh
berhubungan dengan kinerja GS dalam LPMP antara lain: menetapkan jadwal harian
menerapkan K-13 adalah keberhasilan dari pelatihan termasuk mengubah jadwal pada
pelatihan yang mereka ikuti. Pelatihan tentang kondisi tertentu, memilih dan menetapkan
K-2013 seharusnya dapat memberi bekal IK, dan mengeluarkan dana pelatihan
kepada GS dalam mengimplementasikan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan
K-2013. Pelatihan bagi GS dilakukan dengan pemerintah. Sementara itu, dinas pendidikan
penyaji Instruktur Kabupaten/Kota (IK) kabupaten/kota setempat berperan dalam
ditetapkan dilaksanakan pada minggu III penyelenggaraan pelaksanaan pelatihan
April sampai minggu IV Juni 2016. dengan berkoordinasi dengan LPMP, dan
menetapkan peserta pelatihan. Peran dinas
Efektivitas pelatihan K-13 kepada GS pendidikan ini terkesan hanya bersifat
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) administratif saja. Kurang berperannya LPMP
LPMP dan dinas pendidikan Kab/Kota; maupun dinas pendidikan kabupaten/kota
2) Instruktur Kabupaten/Kota (IK); 3) menimbulkan beberapa kendala diantaranya:
sarana dan prasarana pendukung pelatihan; kurang sesuainya materi pelatihan dengan
4) kecukupan materi pelatihan; dan 5) GS setempat, keterlambatan kedatangan
kecukupan waktu pelatihan. IK merupakan buku siswa, kesulitan memenuhi kekurangan
instruktur yang terpilih melalui seleksi materi pelatihan yang dibutuhkan GS karena
setelah yang bersangkutan mengikuti sudah dibatasi oleh waktu yang ditetapkan
pelatihan calon IK. IK mempunyai peranan pemerintah.
yang sangat penting dan strategis dalam
meningkatkan kompetensi GS agar mampu Jadwal pelaksanaan pelatihan yang ditetapkan
mengimplematasikan K-2013 dengan baik. oleh pemerintah, yakni Minggu III bulan
April sampai Minggu IV bulan Juni 2016,
Pengkajian ini bertujuan menghasilkan merupakan kendala karena bersamaan
opsi kebijakan tentang strategi pelatihan dengan kegiatan penerimaan siswa baru
K-2013 yang lebih efektif dan efisian bagi GS termasuk berdekatan dengan tahun ajaran
berdasarkan temuan tentang pelatihan K-2013 baru.
kepada GS mencakup: peran penyelenggara
pelatihan, kualitas IK, kondisi sarana dan
prasarana pendukung pelatihan, kecukupan
materi pelatihan, serta kecukupan waktu
Kualitas IK
pelatihan
IK yang sudah ditetapkan melalui seleksi
maupun telah mengikuti pelatihan, ternyata
masih ada yang kurang memenuhi kualifikasi,
Peran Penyelenggara misalnya: tidak berlatar belakang pendidikan
sesuai dengan materi yang diampu, tidak
Pelatihan dapat menjawab pertanyaan GS secara lugas,
tidak menyampaikan contoh tentang K-2013
Penyelenggara pelatihan bagi GS di tingkat
secara luas dan mendalam, dan kurang dapat
kabupaten/kota adalah LPMP dan dinas
menguasai kelas. Penyebab kondisi IK yang
pendidikan kabupaten/kota. LPMP tidak
demikian antara lain: kurangnya materi dan
dapat berperan secara optimal karena beberapa
frekuensi pelatihan yang pernah diikuti IK,
komponen pelatihan telah ditetapkan oleh
kurang percaya diri karena merasa masih
pemerintah (direktorat terkait). Peran yang
‘yunior’, tidak menguasai materi pelatihan.
tidak dapat dilakukan oleh LPMP tersebut
Permasalahan lain tentang IK yakni: IK
antara lain: menetapkan materi pelatihan,
tidak memperhatikan keragaman GS, dan
mengatur beban waktu setiap materi
kurangnya kontribusi IK pada pelatihan
pelatihan, menyiapkan panduan-panduan,
karena IK bekerja secara berkelompok atau
menyediakan buku siswa, dan mengatur dana
berpasangan.

2
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Kemendikbud

Sarana dan Prasarana langsung dengan substansi kebutuhan GS


mengimplementasikan K-2013. Terkesan
Pendukung Pelatihan dalam pelatihan tidak merujuk pada hasil pre-
test. Terdapat materi yang sangat diperlukan
Pelaksanaan pelatihan berlangsung di tempat GS seperti simulasi penyusunan silabus dan
berbeda-beda, tetapi umumnya berlangsung RPP termasuk praktek pembelajaran yang
di sekolah dengan memanfaatkan ruang diikuti dengan diskusi, tidak diberikan pada
kelas. Tidak ada standar atau kriteria yang pelatihan. Beberapa IK juga mengalami
ditetapkan tentang ruang pelatihan. Mayoritas tidak adanya materi pelatihan tentang ini,
kondisi ruang kelas kurang nyaman selama saat mengikuti pelatihan oleh Instruktur
pelatihan berlangsung seperti: terlalu sempit Provinsi. Terdapat materi umum pada dalam
sehingga menyulitkan mobilitas peserta pelatihan kurang bermanfaat bagi GS dalam
maupun IK maupun mengatur meja untuk mengimplementasikan K-2013.
kerja berpasangan atau kerja kelompok,
ruang pelatihan yang kurang terang, dan
terasa pengap-panas sehingga mengganggu
konsentrasi peserta. Listrik selama pelatihan
Kecukupan Waktu
berlangsung, umumnya tidak bermasalah Pelatihan
khususnya karena pelaksanaan berlangsung
pada siang hari. Secara umum, peserta merasakan kekurangan
waktu. Demikian pula IK merasakan waktu
Sarana pelatihan yang telah disiapkan oleh tidak mencukupi untuk menyajikan seluruh
pemerintah (direktorat terkait) seperti buku materi selama pelatihan. Waktu pelatihan
siswa tersedia dalam bentuk fotokopi hitam selama 52 jam pelajaran, dirasakan sangat
putih kecuali di Kabupaten Tidore yang kurang bagi sebagian besar GS untuk dapat
tersedia dalam bentuk soft copy. Karena salah menguasai seluruh materi yang diperlukan
satu kegiatan pelatihan adalah menelaah guna mengimplementasikan K-2013
isi buku siswa, maka bentuk foto copy
menyulitkan peserta melakukannya karena
tidak bewarna sesuai aslinya dan kualitas foto
copy yang kurang baik, sedangkan buku siswa
Rekomendasi Kebijakan
dalam bentuk soft copy, meskipun bewarna
Perlu adanya reorientasi pelaksanaan
juga menyulitkan peserta karena tidak dapat
pelatihan terkait dengan implementasi K-2013
‘dicoret-coret’. Selain itu, ada buku siswa yang
mencakup: peningkatan dan distribusi
dibagikan kepada peserta yang bukan revisi
peran kepada LPMP dan dinas pendidikan
terakhir, sehingga peserta menyulitkan GS
kabupaten/kota, penetapan IK, sarana dan
melakukan penelaahan agar sesuai dengan
prasarana pelaksanaan pelatihan, pengaturan
K-2013. Sarana pelatihan seperti panduan-
jadwal pelatihan, dan penetapan materi serta
panduan. Di seluruh lokasi dibagikan kepada
waktu pelatihan.
GS dalam bentuk hard copy. Namun karena
tidak ada standarnya, sehingga ada di salah Peningkatan peran LPMP ditetapkan dalam
satu lokasi yang hasil cetakannya terlalu kecil hal: (i) pengelolaan dana termasuk mengajukan
untuk dapat dibaca. program dilakukan oleh LPMP, (ii) materi
pelatihan, dikembangkan oleh setiap LPMP
sesuai dengan kebutuhan masing-masing, (iii)
Kecukupan Materi mengatur waktu penyelenggaraan pelatihan
agar sesuai dengan situasi dan kondisi masing-
Pelatihan masing daerah dan kebutuhan peserta, dan
(iv) menyediakan sarana pendukung pelatihan
Materi pelatihan masih dirasakan seperti pedoman, buku teks, CD dan lain-lain.
kurang khususnya yang berhubungan

3
Pelatihan Kurikulum 2013: Mencetak Guru Sasaran yang Handal

Peningkatan peran dinas pendidikan kabupaten/kota dalam hal: (i) secara teknis bertanggung
jawab meningkatkan profesionalisme guru terkait dengan K-2013, (ii) pemilihan IK bersama
LPMP sesuai dengan tugas dinas pendidikan yakni melakukan pembinaan, (iii) monitoring
dan evaluasi maupun pendampingan melalui penguatan tugas pengawas di disdik kab/kota, (iv)
revitalisasi TPK, MGMP, KKG, KKKS, dan KKPS di anggarkan dalam RAPBS dan APBD.

IK yang berkualitas disiapkan dengan cara: (i) rekrutmen IK dilakukan melalui tes, yang
mencakup tes 4 kompetensi guru (pedagogik, sosial, kepribadian, profesional); agar IK tidak
semata akademis tetapi mampu berperan sebagai fasilitator, (ii) ada kriteria bagi IK secara
bertingkat (dari dasar sampai terampil), baik yang sudah berpengalaman maupun yang belum,
(iii) IK yang masih baru tidak diberikan beban mengajar kelas seorang diri, melainkan di
‘tandem’ kan, (iv) ada proporsi dan ada pembedaan antara IK senior dan IK Yunior, (v) IK perlu
dilatih secara terus menerus untuk lebih meningkatkan kemampuannya. Kalau memungkinkan
dilakukan pendampingan bagi IK (bukan kepada GS), serta (vi) IK harus sesuai dengan latar
belakang pendidikannya dan menguasai materi pelatihan.

Sarana dan prasarana pelatihan K-2013 perlu diatur sebagai berikut: (i) penetapan kriteria atau
kriteria minimal tentang sarana dan prasarana pendukung pelatihan, (ii) Buku Teks Siswa yang
dibagikan kepada peserta sebaiknya yang sudah di up date sesuai dengan K-2013 yang sudah
direvisi, dan (iii) Perlu dipastikan bahwa isi / muatan materi pelatihan yang dibagikan dalam
bentuk CD kepada peserta sama dengan yang dimiliki oleh IK.

Pengaturan jadwal pelatihan termasuk mengatur waktu pelatihan maupun materi pelatihan
agar secara memadai dapat bermakna sebaiknya dilakukan: (i) pengaturan jadwal oleh LPMP
berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kab/Kota, (ii) pemberitahuan kepada peserta GS harus
mempertimbangkan lokasi (kondisi geografis) GS misalnya Kab Sorong memerlukan waktu
perjalanan 1,5 hari karena sulitnya perjalanan dari tempat tinggal GS ke lokasi pelatihan, (iii)
penyesuaian materi pelatihan dengan kebutuhan GS, (iv) konsistensi jadwal dari pemerintah
dengan pelaksanaan di daerah, termasuk simulasi tentang penyusunan RPP dan praktek
mengajar dan praktek lainnya, (v) perlu penambahan jumlah jam pelatihan khususnya untuk
materi yang langsung berhubungan dengan mata pelajaran, serta (vi) pengurangan waktu
penyajian materi yang bersifat umum, dan menyesuaikannya dengan kebutuhan GS.

Policy Brief ini merupakan hasil dari penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat
Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016,
untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Pusat Penelitian Kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan
Komplek Perkantoran Kemendikbud, Gedung E lantai 19,
Jalan Jendral Sudirman, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai