Menurut ilmu bahasa Arab malaikat berasal dari kata "malaikah" yang merupakan jamak dari kata
"malak" yang artinya kekuatan, asalnya dari kata mashdar "alalukah" yang artinya risalah atau
misi. Disebut "Sang pembawa misi" dan penyebutannya berdampingan dengan Ar-Rasul (utusan).
Dalam ayat Al-Qur'an, malaikat juga disebut "rusul" (utusan), seperti dalam Q.S. Huud (11): 69.
Pada bagian ayat tersebut terdapat kata "rusuluna" yang berarti "utusan-utusan Kami (Allah). Yang
dimaksud dengan "utusan-utusan" tersebut adalah para malaikat.
Pendapat lain mengatakan bahwa, kata malak diambil dari kata "la'aka" artinya "menyampaikan
sesuatu". Dapat diartikan dalam segi kebahasaan bahwa malaikat adalah makhluk yang
berkedudukan sebagai utusan yang membawa misi/tugas tertentu dari yang mengutusnya ialah
Allah Swt.
Secara maknawi, malaikat adalah makhluk Allah Swt. yang diciptakan untuk taat kepada-Nya
sebagaimana dalam QS. Al-Anbiya' (21): 19-20.
Malaikat merupakan makhluk yang bersifat ghaib atau tidak terlihat indera manusia. Namun
penggambarannya telah diterangkan dalam Al-Qur'an maupun hadist. Penggambaran malaikat
ialah sosok bersayap, namun tidak diibaratkan seperti burung . Malaikat terkadang menampakk
diri sebagai seorang laki-laki sementara bentuk sesungguhnya disebut "menutup ufuk langit"
dalam hadist Muslim (no.260)
Terdapat penjelasan mengenai penciptaan malaikat ini ialah bahwa malaikat itu diciptakan dari
cahaya seperti dalam hadits Muslim (5314)
(Mulyana Abdullah, Meneladani Sifat-Sifat Malaikat Allah sebagai Bentuk Mengimani Adanya
Malaikat, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Ta'lim, Vol.16, No.2, 2018, 148-150)
Malaikat merupakan makhluk rohani yang bersifat ghaib. Mereka diciptakan Allah dari Nur
(cahaya). Karena sifatnya ghaib, maka dapat dipastikan tidak dapat melihat, mendengar dan
meraba. Mereka hidup disuatu alam yang berbeda dengan alam kita saat ini. Tidak ada yang tau
tempat dan keberadaan mereka, kecuali Allah Swt. Malaikat tersebut disucikan dari nafsu
hawawiyah, terhindar dari keinginan,keinginan hawa nafsu dan segala perbuatan dosa.
Inti dari beriman kepada malaikat ialah mempercayai keberadaannya sebagai makhluk ghaib
ciptaan Allah. Selain itu juga meyakini jenis dan berbagai ymtugas yang diamanatkan kepadanya.
(Akhmad Fauzi, Akidah Akhlak Kelas 7 MTs, (Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI: Jakarta, 2020), 128-129.)
b. Jin muslim, ialah jin yang mengakui tentang ke-Esaan Allah Swt. Jin tersebut menjadi Islam
setelah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an, kemudian mereka langsung mengatakan bahwa Al-Qur'an
1
itu menakjubkan dan memberikan jalan kebenaran. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Jin (72) : 1-3
tentang jin mukmin
"Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah
mendengarkan (Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-
Quran yang menakjubkan (1) (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami
beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rabb
kami(2), dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Rabb kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula)
beranak (3)". (QS. Al-Jinm (72): 1-3)
(Abu Khair, Buku Siswa Akidah Akhlak Pengembangan Saintifik 2013 Madrasah Tsanawiyah
Kelas VII, (Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian
Agama RI : Jakarta, 2014), 86.)
Adapun iblis berasal dari kata 'iblas' yang artinya putus asa (dari rahmat atau kasih sayang Allah).
Sedangkan kata syetan berasal dari bahasa Arab, yaitu "Syaithana" yang berarti jauh. Maksudnya
kata jauh disini ialah syetab itu sangat jauh dari kebaikan dan begitu dekat dengan keburukan atau
kejahatan.
Iblis dan syetan, keduanya merupakan makhluk dari golongan jin yang tercipta dari api, mereka
senantiasa mengajak manusia dalam kemaksiatan. Iblis adalah makhluk pertama yang
membangkang pada perintah Allah. Sedangkan syetan identik dengan iblis, ia menyandang nama
"syetan" dan selain membangkang pada perintah Allah Swt, ia juga menggoda manusia.
Iblis sudah ada sejak zaman Nabi Adan diciptakan, mereka hidup berdampingan dengan malaikat.
Iblis disini tidak hanya mengingkari perintah Allah, tapi juga tidak mau menghormati Nabi Adam
atas perintah Allah Swt, juga yang menjerumuskan Nabi Adam dan Hawa memakan buah khuldi,
yakni buah yang terlarang dimakan atas perintah Allah Swt. Buah itulah yang menyebabkan
keduanya diturunkan dari surga ke dunia.
(Akhmad Fauzi, Akidah Akhlak Kelas 7 MTs, (Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI: Jakarta, 2020), 135.)
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
2
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan.”
Artinya :“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan
semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka
manusia ) dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka .” (QS Al-‘Araf
[7]: 27).
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.. Dan Kami telah
menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”.(QS. Al Hijr [15]:
Artinya :”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. “ (QS. Al Baqarah
[2]: 168)
3
Artinya: Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada
daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari
- Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi
dan rasul.
- Malaikat Mikail, bertugas membagi rezeki kepada seluruh makhluk, menimbang hujan,
- Malaikat Munkar dan Nakir, bertugas memeriksa amal manusia di alam barzakh.
- Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia.
Sifat-Sifat Malaikat
“Mereka (malaikat) selalu bertasbih (beribadah kepada Allah) pada waktu malam dan
2. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur,
4. Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
4
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
Nabi Muhammad bersabda "Bagaimana aku tidak malu terhadap seorang laki-laki yang
Nabi Muhammad Saw. bersabda "Barang siapa makan bawang putih, bawang merah,
dan bawang bakung janganlah mendekati masjid kami, karena malaikat merasa sakit
(terganggu) dengan hal-hal yang membuat manusia pun meraa sakit". Hadits riwayat
Muslim.
“Silakan Anda makan.” (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim
merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut.” Dan
mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang
a. Sifat-Sifat Jin
3. Ada yang mengakui ke-Esaan Allah Swt. dan ada pula yang membangkang
perintah Allah.
5
b. Perilaku Jin
Jin juga diperintahkan oleh Allah untuk menerima syariat Islam sebagaimana
kelakuan, dan perangai jin mirip manusia. Karena jin juga seperti manusia,
mereka pun ada yang baik dan yang jahat, ada yang muslim dan yang kafir. Jin juga memiliki
tingkatan iman, ilmu, dan amalan tertentu berdasarkan keimanan
Walaupun jin Islam yang paling tinggi imannya dan paling shaleh amalannya
serta paling luas dan banyak ilmunya, tetapi masih ada pada diri mereka sifat-sifat
tercela seperti takabbur, riya’, ujub,dan sebagainya. Namun bisa saja mereka
3. Angkuh dan sombong sebagai sifat dasar dari syetan atau iblis.
Mengingkari perintah Allah dan tidak mau menghormati Adam, tetapi juga
agar manusia menempuh jalan yang sesat, serta menggoda manusia agar
menyeleweng dari petunjuk Allah Swt. Syetan / Iblis senang jika manusia hidup
6
2. Dapat mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Bahwa malaikat
makhluk yang tak bernafsu, namun patuh dan taat menjalankan perintah Allah , tanpa
keluhan sedikitpun.
3. Syukur kepada Allah Swt atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga memberi
kemlasahatan lainnya.
4. Kita jadikan contoh sifat malaikat yang disiplin dan ikhlas melaksanakan perintah
5. Merupakan motivasi (pendorong) bagi kita untuk senantiasa berbuat kebaikan dan
6. Lebih hati-hati dan waspada dalam kehidupan ini. Sebab musuh yang nyata bagi
7. Selalu berjalan di jalan Allah Swt, jangan sampai mengikuti jejak langkah Syetan yang
terkutuk.
1. Pengertian Riya’
Riya’ dalam bahasa Arab artinya memperlihatkan atau memamerkan, secara istilah
riya’yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan
baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya
memujinya. Hal yang sepadan dengan riya’ adalah sum’ah yaitu berbuat kebaikan
agar kebaikan itu didengar orang lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal
ibadah kepada Allah Swt. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin
mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan adanya pujian
Dengan demikian orang yang riya’ berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh pujian
dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Saw bersabda:
7
ِ ِ ه
ِ ِ ب هلُال ء ِرا َُي ء ِرا َُي ن ْم َو َه
Artinya:” Barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah),
maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang lain. Dan barang siapa
(berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain (riya’), maka Allah akan
ُ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. 4 An Nisaa' 142)
Alangkah meruginya orang-orang yang bersifat riya’ dan sum’ah, karena mereka bersusah payah
mengeluarkan tenaga, harta dan meluangkan waktu, tetapi Allah tidak
menerima sedikit pun amal ibadah mereka,bahkan adzab yang mereka terima sebagai
balasannya.
Allah memberikan ancaman bagi pelaku riya’ termasuk ketika melaksanakan ibadah
shalat. Orang yang melakukan perbuatan riya’ diancam sebagai pendusta Agama Islam
a. Riya’ Jali, yaitu ibadah atau kebaikan yang sengaja dilakukan di depan orang lain
dengan tujuan tidak untuk mengagungkan Allah Swt, melainkan demi mencari
pujian orang lain, untuk kebanggaan , atau tujuan selain Allah Swt.
b. Riya’ Khafi, yaitu melakukan ibadah atau kebaikan secara tidak terang-terangan ,
tapi dengan maksud agar ia dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat. Riya’
Khafi merupakan penyakit hati yang sangat halus dan samar, yang ujungnya
sama dengan riya’ jali, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain.
8
3. Bentuk-bentuk (contoh) Perbuatan Riya’ dalam Kehidupan Sehari-Hari
b. Seorang siswa senang melaksanakan shalat dhuha atau dhuhur, dengan harapan
d. Sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti keelokan dirinya, pakaian dan
e. Keengganan melakukan ibadah sendirian, namun merasa senang, apabila ada yang
melihatnya.
f. Yang lebih tersembunyi adalah menolak riya’ dan terus beribadah tanpa sedikit
pun disertai riya’, tetapi begitu ada orang lain mengetahui amal ibadah dan amal
gempa bumi, menyantuni anak yatim dihadapan banyak orang dengan maksud agar
a. Menghapus pahala amal baik, seperti dijelaskan di dalam QS. Al-Baqarah ayat 264
b. Mendapat dosa besar karena riya’ termasuk perbuatan syirik kecil.
c. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya’ sangat dekat hubungannya dengan
a. Memandang semua makhluk itu tunduk di bawah kekuasaan Allah Swt sehingga
makhluk itu dapat mendatangkan kesenangan dan dapat pula menimbulkan bencana,
9
b. Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apa pun yang dilakukan.
c. Berusaha menyembunyikan dan merahasiakan ibadah dari orang lain dan ridha
terhadap semua amal untuk Allah Swt. semata, cukup Allah Swt sajalah yang
d. Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabila ada orang lain memuji amal
e. Mengendalikan diri agar tidak emosi apabila ada orang lain yang meremehkan
f. Tidak senang memuji kebaikan orang lain secara berlebih-lebihan karena hal itu dapat
B. Nifaq
1. Pengertian Nifaq
Secara bahasa nifaq berasal dari kata nafiqa yang artinya salah satu lubang tempat
keluarnya yarbu( hewan sejenis tikus )dari sarangnya.Nifaq juga berasal dari kata Nafaq,
yaitu lubang tempat bersembunyi.Nifaq juga berarti bermuka dua, pura-pura pada
Menurut istilah , nifaq yaitu sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan
dengan perbuatannya. Perilaku seperti ini pada hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara
keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu
dilakukan adalah kebohongan, baik terhadap hati nuraninya, terhadap Allah Swt maupun
keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku seperti ini pada hakikatnya adalah
mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan
10
mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami
a. Nifaq I’tiqadi
Nifaq i’tiqadi adalah suatu bentuk perbuatan yang menyatakan dirinya beriman
kepada AllahSwt, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan sama sekali. Dia
shalat, bersedekah. Dan beramal shaleh lainnya, namun tindakannya itu tanpa
َ
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An
Pelaku nifaq diancam Allah dengan disamakan dengan orang fasik yang
Artinya: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu apabila berkata selalu berdusta,
apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu mengkhianati .” (HR. Bukhari
Muslim)
c. Sering kali dalam pembicaraannya menyindir dan menyakiti Nabi atau Islam.
11
e. Enggan melakukan shalat, kalaupun ia melakukan shalat pasti karena paksaan orang lain.
Sebagaimana akhlak tercela yang lain, Nifaq pun berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang
1) Tercela dalam pandangan Allah Swt. dan sesama manusia sehingga dapat
4) Mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak mempercayai
lagi.
yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
persahabatan yang telah terjalin baik. Apabila kekecewaan cukup berat bisa
menimbulkan anarkhis.
tidak menentu
malu karenanya.
12
4. Upaya Menghindari Sifat Nifaq
Adapun upaya untuk menghindari diri dari sifat Nifaq antara lain selalu menyadari
bahwa :
1. Nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari
2. Nifaq akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan
masyarakat
3. Nifaq tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafik sendiri)
ASHABUL KAHFI
Kisah “Ashabul Kahfi” bertutur tentang tujuh
Peristiwa itu terjadi pada masa Kaisar Dicyanus, sekitar 250 Masehi. Decyanus bersa-ma Nero
dikenal sebagai Kaisar
Romawi yang sering menyiksa kaum Nasrani. Pada masa pemerintahan yang singkat, dia
memberla-kukan hukum yang berisi
pemaksaan ter-hadap semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan
pengorbanan terhadap Dewa-Dewa Romawi. Bagi mereka yang tidak
mematuhinya maka akan dibunuh.Jika bukan bersumber dari kitab suci (Al-quran) tentu banyak
orang yang menyangkal atau bahkan tidak akan percaya sama sekali atas cerita ajaib itu karenahal
tersebut jauh di luar jangkauan akal manusia. Rasanya tidak mungkin (mustahil) ada orang bisa
tetap hidup dengan tidur (tidak makan danminum) selama tiga abad lebih. Namun, Allah menun-
jukkan kekuasaannya, yaitu hanya dengan membolak-balikkan tubuh mereka maka darah orang-
orang itu tidak membeku
13
jika kamu menyaksikan mereka tentulah
Munculnya kisah “Ashabul Kahfi” di da-lam Alquran berlatar dari adanya dua orang
14
pendeta Yahudi yang kemudian diajukan
1999: 312).
15
pertanyaan kedua ialah kisah Dzulqarnain,
sedangkan jawaban pertanyaan ketiga, tentang ruh, seperti terdapat dalam Q.S. Al-Isra’:
(Umar shiddiq, Transformasi Kisah Ashabul Kahfi Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim,
Widyaparwa, Vol.44, No. 2, 2016, 114-115.)
16