Anda di halaman 1dari 16

MALAIKAT DAN MAKHLUK GHAIB

Pengertian Iman Kepada Malaikat Allah Swt.

Menurut ilmu bahasa Arab malaikat berasal dari kata "malaikah" yang merupakan jamak dari kata
"malak" yang artinya kekuatan, asalnya dari kata mashdar "alalukah" yang artinya risalah atau
misi. Disebut "Sang pembawa misi" dan penyebutannya berdampingan dengan Ar-Rasul (utusan).
Dalam ayat Al-Qur'an, malaikat juga disebut "rusul" (utusan), seperti dalam Q.S. Huud (11): 69.
Pada bagian ayat tersebut terdapat kata "rusuluna" yang berarti "utusan-utusan Kami (Allah). Yang
dimaksud dengan "utusan-utusan" tersebut adalah para malaikat.

Pendapat lain mengatakan bahwa, kata malak diambil dari kata "la'aka" artinya "menyampaikan
sesuatu". Dapat diartikan dalam segi kebahasaan bahwa malaikat adalah makhluk yang
berkedudukan sebagai utusan yang membawa misi/tugas tertentu dari yang mengutusnya ialah
Allah Swt.

Secara maknawi, malaikat adalah makhluk Allah Swt. yang diciptakan untuk taat kepada-Nya
sebagaimana dalam QS. Al-Anbiya' (21): 19-20.

Malaikat merupakan makhluk yang bersifat ghaib atau tidak terlihat indera manusia. Namun
penggambarannya telah diterangkan dalam Al-Qur'an maupun hadist. Penggambaran malaikat
ialah sosok bersayap, namun tidak diibaratkan seperti burung . Malaikat terkadang menampakk
diri sebagai seorang laki-laki sementara bentuk sesungguhnya disebut "menutup ufuk langit"
dalam hadist Muslim (no.260)

Terdapat penjelasan mengenai penciptaan malaikat ini ialah bahwa malaikat itu diciptakan dari
cahaya seperti dalam hadits Muslim (5314)

(Mulyana Abdullah, Meneladani Sifat-Sifat Malaikat Allah sebagai Bentuk Mengimani Adanya
Malaikat, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Ta'lim, Vol.16, No.2, 2018, 148-150)

Malaikat merupakan makhluk rohani yang bersifat ghaib. Mereka diciptakan Allah dari Nur
(cahaya). Karena sifatnya ghaib, maka dapat dipastikan tidak dapat melihat, mendengar dan
meraba. Mereka hidup disuatu alam yang berbeda dengan alam kita saat ini. Tidak ada yang tau
tempat dan keberadaan mereka, kecuali Allah Swt. Malaikat tersebut disucikan dari nafsu
hawawiyah, terhindar dari keinginan,keinginan hawa nafsu dan segala perbuatan dosa.

Inti dari beriman kepada malaikat ialah mempercayai keberadaannya sebagai makhluk ghaib
ciptaan Allah. Selain itu juga meyakini jenis dan berbagai ymtugas yang diamanatkan kepadanya.

(Akhmad Fauzi, Akidah Akhlak Kelas 7 MTs, (Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI: Jakarta, 2020), 128-129.)

2. Pengertian Kin, Iblis dan Syetan


Jin berasal dari bahasa Arab yang artinya menutupi atau merahasiakan, maksudnya ialah jin itu tak
terlihat oleh panca indra atau bisa dikatakan tertutup. Jin adalah makhluk halus yang tidak dapat
dilihat, ia diciptakan dari api. Jin dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:
a. Jin kafir, yaitu jin yang membangkang pada apa yang diperintahkan Allah Swt. Pada umumnya
Ahli Tafsir mengemukakan bahwa jin kafir adalah jin yang tidak mau memurnikan keesaan Allah.
Sehingga kekafiran jin itu dapat dibedakan karena bermacam-macam diantaranya ada yang
Yahudi, Nasrani, Majusi, pemyembah berhala dan sebagainya.

b. Jin muslim, ialah jin yang mengakui tentang ke-Esaan Allah Swt. Jin tersebut menjadi Islam
setelah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an, kemudian mereka langsung mengatakan bahwa Al-Qur'an

1
itu menakjubkan dan memberikan jalan kebenaran. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Jin (72) : 1-3
tentang jin mukmin

"Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah
mendengarkan (Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-
Quran yang menakjubkan (1) (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami
beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rabb
kami(2), dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Rabb kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula)
beranak (3)". (QS. Al-Jinm (72): 1-3)

(Abu Khair, Buku Siswa Akidah Akhlak Pengembangan Saintifik 2013 Madrasah Tsanawiyah
Kelas VII, (Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian
Agama RI : Jakarta, 2014), 86.)

Adapun iblis berasal dari kata 'iblas' yang artinya putus asa (dari rahmat atau kasih sayang Allah).
Sedangkan kata syetan berasal dari bahasa Arab, yaitu "Syaithana" yang berarti jauh. Maksudnya
kata jauh disini ialah syetab itu sangat jauh dari kebaikan dan begitu dekat dengan keburukan atau
kejahatan.

Iblis dan syetan, keduanya merupakan makhluk dari golongan jin yang tercipta dari api, mereka
senantiasa mengajak manusia dalam kemaksiatan. Iblis adalah makhluk pertama yang
membangkang pada perintah Allah. Sedangkan syetan identik dengan iblis, ia menyandang nama
"syetan" dan selain membangkang pada perintah Allah Swt, ia juga menggoda manusia.

Iblis sudah ada sejak zaman Nabi Adan diciptakan, mereka hidup berdampingan dengan malaikat.
Iblis disini tidak hanya mengingkari perintah Allah, tapi juga tidak mau menghormati Nabi Adam
atas perintah Allah Swt, juga yang menjerumuskan Nabi Adam dan Hawa memakan buah khuldi,
yakni buah yang terlarang dimakan atas perintah Allah Swt. Buah itulah yang menyebabkan
keduanya diturunkan dari surga ke dunia.

(Akhmad Fauzi, Akidah Akhlak Kelas 7 MTs, (Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI: Jakarta, 2020), 135.)

B. Dalil Tentang Malaikat, Jin, Iblis dan Syetan.

1. Dalil tentang adanya Malaikat

1. Al-Qur’an Surat Al-Hijr (15) ayat 30

Artinya: “Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama.”

2. Al-Qur’an Surat At-Tahrim (66) ayat 6

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-

2
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.”

3.Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’ (21) ayat 20

Artinya : “Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”

4. Al-Qur’an Surat An-Nahl (16) Ayat 49

Artinya :“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan

semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka

(malaikat) tidak menyombongkan diri”.(QS. An-Nahl [16]: 49)

Dalil Tentang Adanya Jin

1.Al-Qur’an Surat Al-A’raf (7) ayat 27

Artinya : “Sesungguhnya ia (Jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian (hai

manusia ) dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka .” (QS Al-‘Araf

[7]: 27).

2.Al-Qur’an Surat Al-Hijr Ayat 26-27.

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah

liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.. Dan Kami telah

menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”.(QS. Al Hijr [15]:

Dalil Tentang Iblis dan Syetan

1. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 168

Artinya :”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena

sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. “ (QS. Al Baqarah

[2]: 168)

2. Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 12

3
Artinya: Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada

Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik

daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari

tanah". (QS. Al A'raaf [7]: 12)

Nama dan Tugas-Tugas Malaikat

Adapun tugas-tugas yang paling besar dilaksanakan oleh 10 malaikat, yaitu:

- Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi

dan rasul.

- Malaikat Mikail, bertugas membagi rezeki kepada seluruh makhluk, menimbang hujan,

angin dan juga bintang-bintang.

- Malaikat Israfil, bertugas meniup sangkakala.

- Malaikat Izrail (malakul maut), bertugas mencabut nyawa.

- Malaikat Munkar dan Nakir, bertugas memeriksa amal manusia di alam barzakh.

- Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia.

- Malaikat Malik, bertugas menjaga dan mengendalikan api neraka.

- Malaikat Ridhwan, bertugas menjaga pintu surga

Sifat-Sifat Malaikat

1. Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti.

“Mereka (malaikat) selalu bertasbih (beribadah kepada Allah) pada waktu malam dan

siang hari tiada henti-hentinya”. (QS. Al-Anbiya [21]:20)

2. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur,

bercanda, berdebat, dan lainnya.

3. Selalu takut dan taat kepada Allah.

4. Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-

4
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” (QS. At-Tahriim [66]:6)

5. Mempunyai sifat malu.

Nabi Muhammad bersabda "Bagaimana aku tidak malu terhadap seorang laki-laki yang

malaikat pun malu terhadapnya". Hadits riwayat Muslim.

6. Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung.

Nabi Muhammad Saw. bersabda "Barang siapa makan bawang putih, bawang merah,

dan bawang bakung janganlah mendekati masjid kami, karena malaikat merasa sakit

(terganggu) dengan hal-hal yang membuat manusia pun meraa sakit". Hadits riwayat

Muslim.

7. Tidak makan dan minum.


“Lalu Ibrahim mendekatkan hidangan kepada mereka (malaikat), lalu berkata,

“Silakan Anda makan.” (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim

merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut.” Dan

mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang

alim (Ishaq)”. ( QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 27-28)

8. Mampu mengubah wujudnya.

Allah berfirman dalam surat Maryam: 16-19:

Sifat-Sifat dan Perilaku Jin, Iblis dan Setan

Sifat dan Perilaku Jin, Iblis dan Syetan

a. Sifat-Sifat Jin

1. Tidak dapat dilihat oleh indra manusia

2. Diciptakan dari api yang sangat panas

3. Ada yang mengakui ke-Esaan Allah Swt. dan ada pula yang membangkang

perintah Allah.

5
b. Perilaku Jin

Jin juga diperintahkan oleh Allah untuk menerima syariat Islam sebagaimana

yang diperintahkan kepada manusia. Menurut sebagian ulama, rupa, tabiat,

kelakuan, dan perangai jin mirip manusia. Karena jin juga seperti manusia,

mereka pun ada yang baik dan yang jahat, ada yang muslim dan yang kafir. Jin juga memiliki
tingkatan iman, ilmu, dan amalan tertentu berdasarkan keimanan

dan amalan mereka kepada Allah Swt.

Walaupun jin Islam yang paling tinggi imannya dan paling shaleh amalannya

serta paling luas dan banyak ilmunya, tetapi masih ada pada diri mereka sifat-sifat

tercela seperti takabbur, riya’, ujub,dan sebagainya. Namun bisa saja mereka

mudah menerima teguran dan pengajaran.

c. Sifat Iblis dan Syetan

1. Tidak dapat dilihat oleh indra manusia

2. Diciptakan dari api yang sangat panas

3. Angkuh dan sombong sebagai sifat dasar dari syetan atau iblis.

4. Selalu membangkang terhadap perintah Allah Swt

5. Tidak mati sebelum datangnya hari kiamat.

d. Perilaku Iblis dan Syetan

Mengingkari perintah Allah dan tidak mau menghormati Adam, tetapi juga

berusaha menggoda Adam dan Hawa memakan buah terlarang. Menghendaki

agar manusia menempuh jalan yang sesat, serta menggoda manusia agar

menyeleweng dari petunjuk Allah Swt. Syetan / Iblis senang jika manusia hidup

menderita. Dia akan membinasakan dan menggoda Adam beserta seluruh

keturunannya ( yaitu golongan manusia) sampai hari kiamat.

Hikmah beriman kepada malaikat Allah dan makhluk ghaib lainnya

1. Mengenal keagungan Allah Swt, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-Nya. Kebesaran

makhluk pada hakekatnya adalah dari keagungan sang Pencipta

6
2. Dapat mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Bahwa malaikat

makhluk yang tak bernafsu, namun patuh dan taat menjalankan perintah Allah , tanpa

keluhan sedikitpun.

3. Syukur kepada Allah Swt atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga memberi

tugas kepada malaikat untuk mengawasi, mencatat amal-amal, dan berbagai

kemlasahatan lainnya.

4. Kita jadikan contoh sifat malaikat yang disiplin dan ikhlas melaksanakan perintah

Allah, dalam rangka beribadah kepada Allah Swt.

5. Merupakan motivasi (pendorong) bagi kita untuk senantiasa berbuat kebaikan dan

menjauhi perbuatan jahat, sebab malaikat senantiasa mencatat perbuatan kita.

6. Lebih hati-hati dan waspada dalam kehidupan ini. Sebab musuh yang nyata bagi

manusia akan selalu menjerumuskan ke jurang kesesatan.

7. Selalu berjalan di jalan Allah Swt, jangan sampai mengikuti jejak langkah Syetan yang

terkutuk.

SIFAT TERCELA (NIFAQ & RIYA')


A. Riya’

1. Pengertian Riya’

Riya’ dalam bahasa Arab artinya memperlihatkan atau memamerkan, secara istilah

riya’yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun perbuatan

baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya

memujinya. Hal yang sepadan dengan riya’ adalah sum’ah yaitu berbuat kebaikan

agar kebaikan itu didengar orang lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal

ibadah kepada Allah Swt. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin

mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan adanya pujian

tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di lingkungan masyarakat.

Dengan demikian orang yang riya’ berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh pujian

dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Saw bersabda:

7
ِ ِ ‫ه‬

ِ ِ ‫ب‬ ‫هلُال‬ ‫ء‬ ِ‫را‬ َ‫ُي‬ ‫ء‬ ِ‫را‬ َ‫ُي‬ ‫ن‬ ْ‫م‬ َ‫و‬ َ‫ه‬

َ‫اري(ْ نَ سَّ مَ عَ سَّ مَ ع هلُال ب‬eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee ‫م ) رواه البخ‬

Artinya:” Barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah),

maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang lain. Dan barang siapa

(berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain (riya’), maka Allah akan

memperlihatkan kejelekannya kepada yang lain.” ( H.R Bukhari).

Allah juga berfirman dalam surat An-Nisa ayat 142 :

ُ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan

membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri

dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan

tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. 4 An Nisaa' 142)

Alangkah meruginya orang-orang yang bersifat riya’ dan sum’ah, karena mereka bersusah payah
mengeluarkan tenaga, harta dan meluangkan waktu, tetapi Allah tidak

menerima sedikit pun amal ibadah mereka,bahkan adzab yang mereka terima sebagai

balasannya.
Allah memberikan ancaman bagi pelaku riya’ termasuk ketika melaksanakan ibadah

shalat. Orang yang melakukan perbuatan riya’ diancam sebagai pendusta Agama Islam

ini, bahkan diancam dengan satu sangsi yaitu neraka Wail.


2. Macam-Macam Riya’ ada dua, yaitu:

a. Riya’ Jali, yaitu ibadah atau kebaikan yang sengaja dilakukan di depan orang lain

dengan tujuan tidak untuk mengagungkan Allah Swt, melainkan demi mencari

pujian orang lain, untuk kebanggaan , atau tujuan selain Allah Swt.

b. Riya’ Khafi, yaitu melakukan ibadah atau kebaikan secara tidak terang-terangan ,

tapi dengan maksud agar ia dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat. Riya’

Khafi merupakan penyakit hati yang sangat halus dan samar, yang ujungnya

sama dengan riya’ jali, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain.

8
3. Bentuk-bentuk (contoh) Perbuatan Riya’ dalam Kehidupan Sehari-Hari

Perbuatan riya’ antara lain sebagai berikut :

a. Seseorang menyumbang masjid dihadapan banyak orang dengan maksud agar

orang banyak menilai dirinya sebagai orang yang ahli jariyah

b. Seorang siswa senang melaksanakan shalat dhuha atau dhuhur, dengan harapan

supaya dapat nilai dari gurunya.


c. Bapak Taufan membantu pesantren di kampungnya dan supaya panitianya dan

mengumumkan dari hasil sumbangannya. dengan maksud agar jama’ah menilai

dirinya ahli menyumbang.

d. Sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti keelokan dirinya, pakaian dan

perhiasan, atau kecakapan berbicara, keturunannya.

e. Keengganan melakukan ibadah sendirian, namun merasa senang, apabila ada yang

melihatnya.

f. Yang lebih tersembunyi adalah menolak riya’ dan terus beribadah tanpa sedikit

pun disertai riya’, tetapi begitu ada orang lain mengetahui amal ibadah dan amal

shalehnya, dia sangat bahagia dan makin menambah ibadahnya.

g. Seseorang yang mengadakan aksi sosial, misalnya membantu korban banjir,

gempa bumi, menyantuni anak yatim dihadapan banyak orang dengan maksud agar

ditayangkan di TV atau radio.

Akibat negatif riya'

a. Menghapus pahala amal baik, seperti dijelaskan di dalam QS. Al-Baqarah ayat 264
b. Mendapat dosa besar karena riya’ termasuk perbuatan syirik kecil.
c. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya’ sangat dekat hubungannya dengan

sikap kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 264).

5. Perilaku Menghindari Riya’

a. Memandang semua makhluk itu tunduk di bawah kekuasaan Allah Swt sehingga

makhluk itu dapat mendatangkan kesenangan dan dapat pula menimbulkan bencana,

karena kita tidakmembutuhkan pujian dan sanjungan mereka.

9
b. Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apa pun yang dilakukan.

c. Berusaha menyembunyikan dan merahasiakan ibadah dari orang lain dan ridha

terhadap semua amal untuk Allah Swt. semata, cukup Allah Swt sajalah yang

mengetahui dan memuji amal ibadahnya.

d. Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabila ada orang lain memuji amal

baik yang dilakukan.

e. Mengendalikan diri agar tidak emosi apabila ada orang lain yang meremehkan

kebaikan yang dilakukan.

f. Tidak senang memuji kebaikan orang lain secara berlebih-lebihan karena hal itu dapat

mendorong pelakunya menjadi riya’ atas kebaikannya.

B. Nifaq

1. Pengertian Nifaq

Secara bahasa nifaq berasal dari kata nafiqa yang artinya salah satu lubang tempat

keluarnya yarbu( hewan sejenis tikus )dari sarangnya.Nifaq juga berasal dari kata Nafaq,

yaitu lubang tempat bersembunyi.Nifaq juga berarti bermuka dua, pura-pura pada

agamanya, Lubang tikus di padang pasir yang susah di tebak tembusannya.

Menurut istilah , nifaq yaitu sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan

dengan perbuatannya. Perilaku seperti ini pada hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara

keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu

dilakukan adalah kebohongan, baik terhadap hati nuraninya, terhadap Allah Swt maupun

sesama manusia. Orang yang melakukan perbuatan nifaq di sebut munafik.

Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan

keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku seperti ini pada hakikatnya adalah

ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Firman Allah Swt.

Artinya:”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka

mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan

10
mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami

hanyalah berolok-olok". (QS. Al Baqarah [2]: 14)

Macam-Macam Nifaq ada dua, yaitu:

a. Nifaq I’tiqadi

Nifaq i’tiqadi adalah suatu bentuk perbuatan yang menyatakan dirinya beriman

kepada AllahSwt, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan sama sekali. Dia

shalat, bersedekah. Dan beramal shaleh lainnya, namun tindakannya itu tanpa

didasari keimanan dalam hatinya.

Firman Allah Swt.

َ
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan

membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka

berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan

manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An

Nisaa' [4]: 142)

Pelaku nifaq diancam Allah dengan disamakan dengan orang fasik yang

diancam dengan neraka Jahannam dan kekal di dalamnya.


b. Nifaq ‘Amali

Nifaq ‘amali adalah kemunafikan berupa pengingkaran atas kebenaran dalam

bentuk perbuatan. Sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw:

Artinya: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu apabila berkata selalu berdusta,

apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu mengkhianati .” (HR. Bukhari
Muslim)

3. Bentuk dan Contoh Perbuatan Munafik

a. Hanya berfikir jangka pendek yaitu kekayaan duniawi semata

b. Tidak mampu ber-amar ma’ruf nahyi munkar.

c. Sering kali dalam pembicaraannya menyindir dan menyakiti Nabi atau Islam.

d. Ragu terhadap kebenaran Islam.

11
e. Enggan melakukan shalat, kalaupun ia melakukan shalat pasti karena paksaan orang lain.

f. Tidak punya kepastian dalam berpikir dan bertindak.

g. Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat.

h. Suka membual mengenai keindahan duniawi dan melupakan kehidupan akhirat.

3 Akibat Buruk Sifat Nifaq

Sebagaimana akhlak tercela yang lain, Nifaq pun berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang

lain. Adapun akibat sifat Nifaq, antara lain sebagai berikut.

a. Bagi Diri Sendiri

1) Tercela dalam pandangan Allah Swt. dan sesama manusia sehingga dapat

menjatuhkan nama baiknya sendiri.

2) Hilangnya kepercayaan dari orang lain atas dirinya.

3) Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari.

4) Mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak mempercayai

lagi.

5) Mendapat siksa yang amat pedih kelak di hari akhir.

Firman Allah Swt :

Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan

yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat

seorang penolongpun bagi mereka.”(QS. An Nisa' [4]: 145)

b. Bagi Orang Lain

1) menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan

persahabatan yang telah terjalin baik. Apabila kekecewaan cukup berat bisa

menimbulkan anarkhis.

2) Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang

tidak menentu

3) Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa

malu karenanya.

12
4. Upaya Menghindari Sifat Nifaq

Adapun upaya untuk menghindari diri dari sifat Nifaq antara lain selalu menyadari

bahwa :

1. Nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari

2. Nifaq akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan

masyarakat

3. Nifaq tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafik sendiri)

4. Kejujuran menenteramkan hati dan senantiasa disukai dalam pergaulan.

ASHABUL KAHFI
Kisah “Ashabul Kahfi” bertutur tentang tujuh

pemuda bersama dengan seekor anjing yang


tertidur selama 309 tahun di sebuah gua3 (Q.S. Alkahfi: 25):

‘(Dan mereka tinggal dalam gua tiga


ratus tahun dan ditambah sembilan
tahun (lagi).’

Peristiwa itu terjadi pada masa Kaisar Dicyanus, sekitar 250 Masehi. Decyanus bersa-ma Nero
dikenal sebagai Kaisar
Romawi yang sering menyiksa kaum Nasrani. Pada masa pemerintahan yang singkat, dia
memberla-kukan hukum yang berisi
pemaksaan ter-hadap semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan
pengorbanan terhadap Dewa-Dewa Romawi. Bagi mereka yang tidak
mematuhinya maka akan dibunuh.Jika bukan bersumber dari kitab suci (Al-quran) tentu banyak
orang yang menyangkal atau bahkan tidak akan percaya sama sekali atas cerita ajaib itu karenahal
tersebut jauh di luar jangkauan akal manusia. Rasanya tidak mungkin (mustahil) ada orang bisa
tetap hidup dengan tidur (tidak makan danminum) selama tiga abad lebih. Namun, Allah menun-
jukkan kekuasaannya, yaitu hanya dengan membolak-balikkan tubuh mereka maka darah orang-
orang itu tidak membeku

(Q.S. Alkahfi: 18):

“Dan kamu mengira mereka itu bangun,

padahal mereka tidur; dan Kami balik-

balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, se-

dangkan anjing mereka mengunjurkan

kedua lengannya di muka pintu gua. Dan

13
jika kamu menyaksikan mereka tentulah

kamu akan berpaling dari mereka dengan

melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu

akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap

mereka” (Q.S. Alkahfi: 18).

Munculnya kisah “Ashabul Kahfi” di da-lam Alquran berlatar dari adanya dua orang

(An Nadar Ibn Al Haris dan Uqbah bin Abi

Mu’ith) utusan kaum Quraisy untuk bertanya

mengenai kebenaran kenabian Muhammad

saw. kepada pendeta-pendeta Yahudi di

Madinah. Kaum Quraisy menganggap bahwa

pendeta mempunyai keahlian dalam

memaha-mi kitab-kitab yang telah diturunkan

lebih dahulu (sebelum Quran) sehingga dapat nabi.

Ketika utusan tiba di Madinah, mereka

menemui pendeta Yahudi dan bertanya ten-

tang benar tidaknya Muhammad sebagai

nabi. Akan tetapi, pendeta Yahudi yang ada

di Madinah tidak menjawab secara langsung.

Pendeta Yahudi menyuruh mengetes lang-

sung kepada Muhammad dengan dengan

tiga pertanyaan. Jika Muhammad dapat

menjawab ketiga pertanyaan itu, dia adalah

seorang nabi dan ikutilah. Akan tetapi, jika

Muhammad tidak dapat menjawab, dia tidak

lain ialah seorang laki-laki pembual

(mutaqawwil). Tiga pertanyaan dibuatkan oleh

14
pendeta Yahudi yang kemudian diajukan

kepada Muhammad, yaitu (1) tanyakan

kepadanya tentang pemuda-pemuda yang

menghilang pada masa dahulu dan

bagiamana nasibnya, karena mereka

mempunyai cerita yang sangat menarik; (2)

tanyakan kepadanya siapa seorang pengem-

bara yang telah sampai ke dunia timur dan

ba-rat (Masyriq dan Maghrib) dan apa yang

ter-jadi padanya; dan (3) tanyakan kepadanya

tentang ruh, apakah ruh itu? (Shaleh dkk.,

1999: 312).

Atas ketiga pertanyaan tersebut,

Muhammad saw. tidak dapat menjawab

seketika itu; dia meminta waktu pada hari

berikutnya (esok hari) untuk memberikan

jawaban. Harapannya, Nabi akan segera

memeroleh wahyu dari Allah SWT. Akan

tetapi, Nabi lupa meng-ucapkan kata insya-

Allah. Meskipun tidak sesuai dengan waktu

yang diharapkan (dijan-jikan) oleh Nabi, (lima

belas hari kemudian) Allah menurunkan

wahyu sebagai jawaban atas pertanyaan

utusan kaum Quraisy itu.

Jawaban atas pertanyaan yang pertama

ialah yang tertuang di dalam Q.S. Alkahfi: 9—

26, yakni kisah “Ashabul Kahfi”. Jawaban atas

15
pertanyaan kedua ialah kisah Dzulqarnain,

Raja Koresh (Kurush) atau juga dikenal dengan

Cyrus II, Raja Persia (Q.S. Alkahfi: 83—101),

sedangkan jawaban pertanyaan ketiga, tentang ruh, seperti terdapat dalam Q.S. Al-Isra’:

85, bahwa ruh itu urusan Tuhan, manusia

tidak diberikan ilmu atau pengetahuan ten-

tang ruh, kecuali hanya sedikit.

(Umar shiddiq, Transformasi Kisah Ashabul Kahfi Dalam Ahlul Kahfi Karya Taufiq Al-Hakim,
Widyaparwa, Vol.44, No. 2, 2016, 114-115.)

16

Anda mungkin juga menyukai