Anda di halaman 1dari 103

PENGANTAR

PERTOLONGAN
PERTAMA

Tim PPGD Balai Diklat


Tambang Bawah Tanah
Sistem Pelayanan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT)
Suatu jaringan antara sumber daya yang saling
berhubungan guna memberikan pelayanan gawat
darurat & transportasi kepada penderita yang me-
ngalami musibah akibat kecelakaan atau penyakit
mendadak
SPGDT dibagi dalam dua fase :
 Fase Pra Rumah Sakit
 Fase Rumah Sakit

2
Pelayanan Gawat Darurat di
Tempat Kejadian
Adanya penolong di tempat kejadian yg
idealnya memiliki kemampuan / terlatih
memberikan pertolongan pertama.
• Kategori awam

• Kategori awam khusus

• kategori khusus (medis/paramedis)

3
Transportasi Medis

Ada sarana transportasi untuk membawa


penderita ke fasilitas medis :
• Kendaraan khusus seperti : ambulans
gawat darurat, ambulans transport atau
ambulans Jenasah
• kendaraan non medis yg ada pd saat itu.
“ Bagaimana cara pengirimannya tergan-tung dari kondisi dan situasi saat
itu. “

4
Penanganan Pra Rumah
Sakit

Konsep penanganan pra rumah sakit


adalah memberikan bantuan hidup dasar
dan mempertahankan nyawa penderita
dengan melakukan tindakan pertolongan
pertama secepatnya di tempat, sesaat
setelah kejadian terjadi.

5
Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada


penderita sakit atau cedera yg. memerlukan
penanganan medis dasar

Medis dasar :
Tindakan pertolongan berdasarkan ilmu
kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang
awam atau awam terlatih

6
Pelaku Pertolongan Pertama

Penolong yang pertama berada di lokasi


kejadian, memiliki kemampuan dan
terlatih dalam tindakan penanganan
medis dasar

7
Tujuan Pertolongan Pertama

• Menyelamatkan jiwa
• Mencegah cacat
• Memberikan rasa nyaman &
menunjang upaya penyembuhan

8
Dasar Hukum
Pasal 531 KUHP :
kewajiban memberikan/mengadakan
pertolongan sementara pertolongan itu
dapat dilakukan tanpa membahayakan
dirinya dan orang lain

Pasal 322 KUHP :


Kewajiban menyimpan rahasia penderita oleh
karena jabatan atau pekerjaannya
9
Kewajiban Pelaku PP
o Menjaga keselamatan diri, tim, penderita & orang
sekitarnya.
o Dapat menjangkau penderita.
o Dapat mengenali/menilai & mengatasi masalah yg.
mengancam nyawa.
o Meminta bantuan / rujukan.
o Menolong dg.cepat & tepat sesuai keadaan penderita.
o Membantu & berkomunikasi dg. pelaku PP yg. lain.
o Mengatur pengangkatan & pemindahan penderita.
o Membuat laporan (catatan) pemberian PP
10
Kualifikasi Pelaku PP

• Jujur & bertanggung jawab.


• Bersikap profesional
• Matang secara emosi
• Mampu bersosialisasi
• Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi
• Kondisi fisik baik
• Percaya diri dan punya rasa bangga

11
Tindakan Pengamanan Diri
Pelaku PP

o Memperhitungkan resiko tindakan.


o Menggunakan alat pelindung diri. (APD)
o Membersihkan diri sebelum & setelah
melakukan tindakan pertolongan.
o Membersihkan alat pertolongan.

12
Alat Perlindungan Diri

o Sarung tangan lateks + sarung tangan kerja.


o Kacamata pelindung.
o Baju pelindung.
o Masker penolong.
o Helm

13
Peralatan Pertolongan
Pertama
o Penutup luka o kapas
o Pembalut luka o Selimut
o Cairan antiseptik o Kartu penderita
o Peralatan stabilisasi o Alat tulis
o Gunting o Oksigen
o Pinset o Tensi meter
o Senter o tandu
14
Tindakan Penilaian
• Penilaian keadaan.
• Penilaian dini.
• Pemeriksaan fisik.
• Riwayat penderita.
• Pemeriksaan berkala atau lanjut.
• Pelaporan.

15
Penilaian Keadaan
Analisis :
• Bagaimana kondisi saat itu.
• Kemungkinan apa yg. mungkin terjadi.
• Bagaimana mengatasinya.

Keselamatan penolong adalah yang pertama,


amankan diri sendiri terlebih dahulu.

16
Saat Tiba di Lokasi
• Pastikan keselamatan penolong, penderita
& orang lain.
• Perkenalkan diri & minta ijin menolong.
• Lakukan penilaian dini.
• Kenali & atasi masalah yg. mengancam
nyawa.
• Stabilkan & pantau terus penderita.
• Minta bantuan jika diperlukan
17
Penilaian Dini
• (K) Tentukan kesan umum kasus.
• (R) Tentukan status respon korban.
• (A) Airway - Pastikan jalan napas terbuka
dengan baik.
• (B) Breathing - Nilai pernapasan.
• (C) Circulation & Control Bleeding - Nilai
sirkulasi & kontrol perdarahan besar
• Hubungi bantuan.
18
Kesan Umum Kasus
• Kasus Trauma
 ada riwayat ruda paksa / kecelakaan
 ada tanda yg. jelas terlihat / teraba seperti
luka terbuka, memar, dll.
• Kasus Medis
 tidak ada riwayat ruda paksa / kecelakaan
 harus cari info ttg. riwayat gangguannya

19
Status Respon Penderita
Gambaran tingkat gangguan yang terjadi di otak.
Dinilai dari tingkat reaksi / respon penderita terhadap
rangsangan yang diberikan penolong.
Tingkat respon penderita :
• AWAS (A)
• SUARA (S)
• NYERI (N)
• TIDAK ADA RESPON (T)
20
Memberikan Respon

21
Memberikan Respon

22
A = AIRWAY SUPPORT
Pastikan jalan napas terbuka & bersih :
 Pada penderita dg. respon baik  perhatikan apalah
ada gangguan bicara atau suara tambahan (indikasi
ada gangguan jalan napas)
 Pada penderita tdk. ada respon  ada
kecenderungan jalan napas tertutup oleh lidahnya
sendiri. Lakukan teknik buka jalan napas.
 Jalan napas harus terus diawasi & dijaga tetap
terbuka & bersih.

23
Teknik Buka Jalan Napas
(Angkat dagu Tekan dahi)

24
Teknik Buka Jalan Napas
(Jaw thrust maneuver)

25
B = BREATHING SUPPORT
Menilai ada tidaknya napas penderita dg.
cara Lihat – Dengar – Rasakan
• Lihat : apakah dada / perut bergerak tanda
penderita bernapas?
• Dengar : apakah terdengar suara napas?
• Rasakan : apakah ada hembusan udara
yg.keluar melalui hidung/mulut penderita?
• Lakukan selama 3 – 5 detik
26
Menilai Pernapasan
Teknik Lihat – Dengar - Rasakan

27
C = CIRCULATORY SUPPORT
& CONTROL BLEEDING
• Menilai fungsi kerja jantung dengan cara meraba
denyut nadi :
• Pada penderita respon : periksa nadi radial
atau nadi brakial (pada bayi).
• Pada penderita tidak respon : periksa nadi
karotis (leher)
• Lakukan selama 5 – 10 detik
• Nilai juga apakah ada perdarahan besar yg. bisa
mengancam nyawa.
28
Menilai Denyut Nadi

Nadi Karotis Nadi Brakialis


29
Memanggil Bantuan

30
Peringatan :
• Pada tahap penilaian dini penolong hanya
menentukan ada / tidaknya nafas dan nadi.

• Penilaian dini harus diselesaikan & semua


keadaan yg.mengancam nyawa sudah
harus ditanggulangi sebelum melanjutkan ke
pemeriksaan fisik.

31
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan seluruh tubuh penderita
dengan tujuan untuk menemukan berbagai
tanda adanya gangguan.
• Dilakukan secara terarah, sistematis dan
berurutan, dari ujung kepala sampai ujung
kaki (dpt berubah sesuai kondisi penderita).

32
Pemeriksaan Fisik (lanjutan...)
• Dilakukan melalui indera penglihatan,
perabaan, pendengaran & pembauan

• Temukan adanya tanda :


• P = Perubahan Bentuk
• L = Luka Terbuka
• N = Nyeri Tekan
• B = Bengkak
33
Pemeriksaan Kepala

Periksa :
• tengkorak
• Wajah
• Mata
• Telinga
• Mulut
• Hidung

34
Pemeriksaan Mata

35
Pemeriksaan Leher

36
Pemeriksaan Dada

37
Pemeriksaan Perut

38
Pemeriksaan Panggul

39
Pemeriksaan Punggung

40
Pemeriksaan Alat Gerak Bawah
& Alat Gerak Atas

• Cari tanda adanya PLNB


• Uji GSS = Gerakan, Sensasi, Sirkulasi
• Gerakan : Minta untuk menggerakan jari
tangan/kaki.
• Sensasi : sentuh/rangsang nyeri pada
ujung alat gerak.
• Sirkulasi : cek nadi pada tangan / kaki.
41
Pemeriksaan Tanda Vital
Tanda-tanda vital tubuh yg. perlu diperiksa
secara berkala adalah :
• Keadaan respon
• Jalan napas + kualitas/kuantitas napas.
• Kualitas/kuantitas denyut jantung
• Suhu tubuh
• Kondisi kulit
• Tekanan darah
42
Denyut Nadi Normal
Frekuensi denyut nadi normal :
• Bayi : 120- 150 x/ menit
• Anak : 80 – 150 x/ menit
• Dewasa : 60 -90 x/menit

 Nilai : jumlah denyut nadi, teratur/tidaknya, &


kuat-lemahnya nadi dalam satu menit
 Jika nadi teratur : Periksa nadi selama 15 dtk,
lalu hasilnya dikalikan 4.
 Jika tidak teratur periksa selama 60 dtk. penuh

43
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
& Langkah Tindakannya
Bantuan hidup (life support) merupakan sebuah upaya sederhana
mengatasi keadaan yang mengancam nyawa seseorang sehingga
dapat mempertahankan hidupnya untuk sementara.

Disebut Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) karena tanpa


menggunakan intervensi obat atau alat kejut jantung, jika sebaliknya
disebut dengan bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support).

Langkah tindakan BHD :


A : Airway Control (Penguasaan Jalan Napas)
B : Breathing Support (Bantuan Pernapasan)
C : Circulatory Support (Bantuan Sirkulasi)

44
Mati & Tanda Kematian
Mati Klinis Tanda-Tanda Kematian
Keadaan tidak ditemukannya ● Lebam mayat (20-30 menit)
napas & denyut nadi. Sifatnya ● Kaku mayat (1 – 2 jam)
reversibel jika berhasil ● Pembusukan (6 – 12 jam)
ditolong sebelum 4-6 menit
sejak henti jantung. ● Cedera mematikan
Mati Biologis
keadaan matinya sel-sel HANYA DOKTER YANG
tubuh, terutama sel otak, BERHAK MENYATAKAN
bersifat irreversibel & SESEORANG TELAH
biasanya terjadi 8 – 10 menit MENINGGAL
sejak henti jantung.

45
Rantai Survival
• Memanggil bantuan medis.
• Melakukan Resusitasi Jantung Paru.
• Defibrilasi (dengan alat kejut jantung)
• Pertolongan Hidup Lanjut.

46
AIRWAY CONTROL
(Penguasaan Jalan Napas)
Gangguan jalan napas dapat
disebabkan karena :
• Masuknya benda asing (makanan,
mainan, darah, dll).
• Struktur anatomisnya (tersumbat lidah,
penyempitan saluran pernapasan,
kerusakan jaringan, dll).

Langkah membebaskan jalan napas


dari sumbatan & menguasainya menja-
di prioritas tindakan pada semua kasus

47
Teknik Airway Control
• Angkat Dagu Tekan Dahi
(Head Tilt Chin Lift)
Tidak dilakukan pada korban yang
mengalami trauma kepala, leher
maupun tulang belakang
• Perasat Dorongan Rahang Bawah
(Jaw Thrust Maneuver)
Digunakan saat penderita mengalami
atau dicurigai mengalami trauma tulang
belakang

Manuver ini digunakan untuk mengatasi


sumbatan jalan nafas oleh lidah.

48
Sumbatan jalan Napas
Oleh Benda Asing
Sumbatan Parsial
Tandanya adalah masih ada upaya
bernapas, muncul suara napas tambahan
seperti mengi, mengorok, kumur dll. Mungkin
tidak memerlukan tindakan khusus, namun
harus secepatnya dibawa ke rumah sakit

Sumbatan Total
Tandanya secara umum penderita terkesan
mencekik lehernya sendiri dengan kedua
tangan. Keadaan ini harus segera mendapat
pertolongan karena udara pernapasan sama
sekali tidak bisa masuk ke paru.

49
Finger Sweep (Sapuan Jari)

 Teknik ini digunakan untuk membersihkan mulut dari adanya


benda asing yang bisa menyumbat jalan napas.
 Teknik ini tidak boleh dilakukan pada bayi & anak kecil, kecuali
benda asingnya sudah terlihat di dalam mulut.

50
Manuver Heimlich
Manuver heimlich : Upaya mem-
bebaskan jalan napas karena
tersumbat benda asing, berupa :
 Hentakan Perut (abdominal thrust)
pd. penderita dewasa ada respon.
 Hentakan dada (Chest Thrust)
pada penderita dewasa ada
respon yang gemuk & ibu hamil.
 Hentakan Dada / hentakan perut
pada penderita dewasa tidak ada
respon.

51
Manuver Heimlich Penderita Ada
Respon & Tidak Respon

52
Manuver Heimlich
Pada Anak & Bayi

53
Posisi Pemulihan

54
BREATHING SUPPORT
(Bantuan Pernapasan)
● Pemeriksaan napas dilakukan min. 3 – 5 detik dengan cara LDR :
L = lihat pergerakan dada/perut sebagai indikasi bernapas.
D = dengar apakah ada suara napas melalui hidung/mulut penderita
R = rasakan aliran udara yang keluar dari hidung/mulut penderita.
• Beberapa tanda pernapasan yang adekuat atau tidak adalah sbb :
Adekuat Tidak Adekuat
 Dada dan perut bergerak naik  Gerakan dada kurang baik
turun seirama dengan pernapasan  Ada suara tambahan
 Udara terdengar dan terasa saat  Kerja otot bantu napas
keluar dari mulut/hidung  Sianosis
 Penderita tampak nyaman  Frekuensi kurang atau lebih
 Frekuensinya cukup (12-20 x/mnt)  Perubahan status mental
55
Memberikan Bantuan
Pernapasan Buatan
Teknik memberikan bantuan napas buatan
1. Melalui mulut penolong menggunakan
masker RJP/APD atau secara langsung ke
hidung/mulut penderita.
2. Menggunakan alat bantu berupa masker
berkatup (BVM)
Frekuensi pemberian napas buatan :
 Dewasa : 10-12 x/mnt (1,5 -2 dtk/nafas)
 Anak (1-8th) : 20 x/mnt (1-1,5 dtk/nafas)
 Bayi (0-1 th) : > 20 x/mnt (1-1,5 dtk/nafas)
 Bayi (BBL) : 40 x/mnt (1-1,5 dtk/nafas)

56
CIRCULATORY SUPPORT
(Bantuan Sirkulasi)
 Pemeriksaan denyut nadi orang dewasa dan anak pada nadi
karotis, sedangkan bayi pada nadi brakialis.
 Pemeriksaan denyut nadi min. 5 – 10 detik menggunakan 2 -3 jari
(dg. telapak jari, bukan punggungnya, juga bukan dengan ibu jari)
 Tindakan bantuan sirkulasi dikenal sebagai resusitasi jantung paru,
yakni suatu tindakan kombinasi antara pijatan jantung dari luar
dengan pernapasan buatan yang dilakukan pada saat seseorang
mengalami henti napas & henti jantung.
 Penekanan jantung dari luar diharapkan menimbulkan efek pompa
pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur sirkulasi darah
minimal pada saat mati klinis. ( 25-30 % dari curah jantung)

Melakukan kontrol perdarahan besar juga merupakan


bagian penting dari bantuan sirkulasi
57
Resusitasi Jantung Paru
Pada Dewasa, Anak & Bayi
Dewasa Anak ( 1-8 thn) Bayi (BBL)
Rasio 15 : 2 (1 penolong) 5:1 3:1
Pijatan 5 : 1 (2 penolong)
Kedalaman 4 – 5 cm 3 – 4 cm 1 – 1,5 cm
Pijatan
Kecepatan 80 – 100 x/menit 80 – 100 x/menit > 100 x/menit
Pijatan
Titik Pijatan Pada tengah Pada tengah Satu jari di bawah
sternum, 2-3 jari di sternum, 1 jari di garis imajiner yg
atas prosesus atas prosesus menghubungkan
xifoidus xifoidus kedua puting susu
Teknik Kedua tangan Satu tangan 2 -3 jari
disatukan

58
Posisi Penolong Dalam RJP

59
Hal-hal Yang Harus
diperhatikan..
Sebelum RJP :
 Pastikan tidak adanya Respon
 Pastikan tidak adanya Pernapasan, (periksa 3 – 5 detik)
 Pastikan tidak adanya Denyut nadi, (periksa 5 – 10 detik)
Periksa denyut karotis  dewasa, denyut brakhialis  anak
 RJP dilakukan diatas alas yang datar & keras.
Pada Saat RJP :
 Saat RJP, minta seseorang menilai nadi karotis.
 Lihat gerakan naik turunnya dada saat bantuan napas diberikan.
 Reaksi pupil mungkin akan kembali normal.
 Warna kulit penderita berangsur-angsur membaik.
 Penderita mungkin menunjukkan refleks menelan dan bergerak
 Nadi akan berdenyut kembali.
60
Hal-hal Yang Harus
diperhatikan..
Komplikasi Yang bisa terjadi :
 Patah tulang dada dan tulang iga
 Bocornya paru-paru (pneumothorax)
 Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada
 Luka dan memar pada paru-paru
 Robekan hati
Kapan RJP dihentikan ?
 Penderita pulih kembali
 Penolong kelelahan
 Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
 Jika ada tanda pasti mati, tidak perlu dilakukan RJP

61
Kesalahan Pada RJP
 Penderita tidak berbaring diatas  RJP tidak efektif
alas yang keras
 Penderita tidak horisontal  Jumlah darah ke otak kurang
 Tekan dahi angkat dagu kurang  Pernapasan tidak efektif
baik
 Bocor saat melakukan  Pernapasan buatan tidak
pernapasan buatan efektif
 Lubang hidung kurang tertutup  Pernapasan buatan tidak
rapat efektif
 Letak tangan kurang tepat, arah  Patah tulang, luka dalam paru-
tekanan kurang baik paru
 Tekanan terlalu dalam & cepat  Jml. darah yg. dialirkan kurang
 Rasio RJP & Pernapasan  Oksigenasi darah kurang
buatan tidak baik

62
Skema Tindakan
Resusitasi Jantung Paru
Analisis situasi keamanan

Periksa kesadaran / respon korban

Buka / jaga jalan napas

Tdk. ada napas Beri


Cek napas Tdk.masuk
napas bantuan
2x
Ada napas
Tidak ada nadi - Reposisi
masuk
Cek nadi kepala
- Ulangi napas
bantuan 2x
- Lakukan RJP dengan Rasio 15 : 2 Ada nadi
(1 siklus). Tetap tdk. masuk
- 4 siklus pertama (1 menit), cek nadi
- Bila belum muncul, lanjutkan RJP - Jika tdk ada napas beri resusitasi Ada Sumbatan jln. napas, lakukan manuver heimlich :
- Jika nadi timbul, hentikan RJP lalu napas dg. Kec. 10 – 12 x /menit • Hentakan perut pd. korban dewasa/anak-anak
cek napas - Jika ada napas, lanjutkan • Hentakan dada pd. Ibu hamil & orang gemuk/obesitas
- Jika napas belum ada, lakukan re- pemeriksaan fisik / Pemeriksaan • Tepukan punggung pd anak-anak & bayi
susitasi napas dg. Kec. 10–12x/mnt. riwayat penderita

63
Pembagian Tubuh
Secara Garis Besar
 Kepala :
Tengkorak, wajah, rahang
bawah.
 Leher
 Batang tubuh :
Dada, perut, punggung &
panggul.
 Anggota gerak atas :
Sendi bahu, lengan atas &
bawah, pergelangan tangan
serta tangan.
 Anggota gerak bawah :
Sendi panggul, tungkai atas &
bawah, lutut, pergelangan kaki
serta kaki.
Rongga Tubuh
 Rongga tengkorak berisi otak.
 Rongga tulang belakang
berisi bumbung saraf.
 Rongga dada berisi jantung,
paru, pembuluh darah besar,
saluran napas & diafragma.
 Rongga perut berisi organ
pencernaan & kelenjar.
 Rongga panggul berisi
kandung kemih, sebagian
usus besar & organ
reproduksi dalam.
Pembagian Rongga Perut
 Kuadran kanan atas :
Berisi hati, kandung
empedu, pankreas & usus.
 Kuadran kiri atas
Berisi lambung, limpa &
sebagian usus.
 Kuadran kanan bawah :
Berisi sebagian usus &
usus buntu.
 Kuadran kiri bawah :
Berisi sebagian besar
usus.
Sistem Otot Rangka
Bagian-bagian otot :
• Kepala otot
• Empal otot
• Ekor otot
Fungsi tonus otot :
• Memelihara sikap & posisi
tubuh.
• Menahan rongga perut
(oleh otot perut).
• Menahan tekanan darah
(oleh otot pembuluh
darah).
Fungsi kerangka :
• Menopang bagian tubuh.
• Melindungi organ tubuh.
• Tempat melekatnya otot &
pergerakan tubuh
• Memberi bentuk bangunan
tubuh.
Sistem Pernapasan
Proses bernapas :
 Menarik napas
(inspirasi/inhalasi)
 Menghembuskan napas
(ekspirasi/ekshalasi)
Cara pernapasan :
 Pernapasan dada.
 Pernapasan perut.
Fungsi organ pernapasan :
 Mengambil O2 dan
mengeluarkan CO2.
 Menghangatkan &
melembabkan udara (hidung)
Sistem Sirkulasi Darah
Sistem peredaran darah terdiri atas :
 Jantung
 Pembuluh darah
 Darah & komponennya
 Saluran limfe
Fungsi darah :
 Media pengangkut : O2, CO2, zat
nutrisi & zat sisa
 Pertahanan tubuh terhadap penyakit &
racun.
 Mengedarakan panas ke seluruh
tubuh.
 Membantu proses pembekuan darah
jika terjadi luka.
Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas :
 Otak (otak besar, kecil &
batang otak)
 Bumbung saraf tulang
belakang.
 Susunan saraf tepi.
berfungsi untuk :
 Mengkoordinasi kerja
sama antara
bagian/sistem tubuh.
 Mengatur kesadaran,
ingatan, bahasa & emosi.
Sistem Pencernaan
 Saluran yang berfungsi
untuk menerima makanan
dari luar untuk diserap oleh
tubuh dengan jalan dicerna
(telan, kunyah, campur)
dengan bantuan enzim dan
zat cair dimulai dari mulut
sampai anus
 Organ enzim pencernaan :
kelenjar ludah, getah
bening, hati, pankreas &
usus
Sistem Endokrin
Sistem endokrin berfungsi untuk :
 Menghasilkan hormon untuk jaringan
tubuh.
 Mengendalikan kerja kelenjar tubuh.
 Merangsang pertumbuhan jaringan.
 Mengatur metabolisme, oksidasi &
absorbsi glukosa pada usus halus.
 Mempengaruhi metabolisme zat
tubuh lainnya.
Organ endokrin tubuh :
 kelenjar hipofise, tiroid-para tiroid,
suprarenal, timus, pinealis(epifise) &
kelenjar kelamin
Sistem Kemih
 Sistem yang berfungsi
melakukan penyaringan darah
untuk membebaskan /
mengeluarkan zat yang tidak
digunakan tubuh dan menyerap
kembali zat yang diperlukan
oleh tubuh
Organ sistem kemih :
 1) uretra,
 2) kandung kemih,
 3) ureter,
 4) ginjal
Kulit
 Lapisan jaringan pada bagian
terluar tubuh yang menutupi
dan melindungi permukaan
tubuh. Termasuk salh satu alat
indra tubuh.
Fungsi Kulit :
 Mencegah cedera
 Perlindungan terhadap
mikroorganisme
 Mempertahankan suhu tubuh
 Mengatur keseimbangan
cairan
 Alat rangsangan rasa dari luar
 Alat indera : raba, tekan, suhu
dan nyeri
Alat Indra
 Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk
menerima jenis rangsangan (stumulus) tertentu.
 Terdiri atas : kulit, mata, telinga. Hidung & lidah.
 Macam pengecapan : rasa pahit pada pangkal
lidah, rasa manis pada ujung lidah, rasa asin pada
ujung & samping kiri/kanan lidah, rasa asam pada
samping kiri/kanan lidah.
Sistem Reproduksi

Merupakan organ yang berfungsi sebagai organ


pengembangbiakan
Pemindahan Darurat

Tarikan Bahu Tarikan Selimut Tarikan Lengan

Tarikan Kain Merangkak Sampir Pundak


Teknik Sampir Pundak
Pemindahan Tidak Darurat
Oleh Satu Orang Penolong

Memapah
Menggendong
Membopong
Pemindahan Tidak Darurat
Oleh Dua Orang Penolong
Teknik Angkat Langsung
1 2

3 4
Teknik Angkat
Anggota Gerak
Perdarahan
 Rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat
disebabkan karena rudapaksa/kecelakaan atau
kambuhnya penyakit.
 Dilihat dari tempat terjadinya, perdarahan dibagi
menjadi :
 Perdarahan terbuka (luar) : kerusakan dinding
pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit
sehingga darah tampak jelas keluar dari dalam kulit.
 Perdarahan tertutup (dalam) : kerusakan dinding
pembuluh darah tanpa disertai kerusakan kulit
sehingga darah tidak tampak keluar.

83
Reaksi Alamiah Tubuh
& Efek Perdarahan
 Reaksi alamiah tubuh bila terjadi perdarahan adalah
penyempitan pembuluh darah & pembekuan darah.
Luka yang besar bisa menjadi kendala bagi proses
alamiah ini.
 Perdarahan → kehilangan darah besar →
Keseimbangan tubuh terganggu / SYOK → tidak
tertangani = MENINGGAL.
 Efek perdarahan tergantung dari ukuran fisik penderita,
contoh : penderita dewasa dapat mengalami keadaan
serius jika kehilangan darah hingga 1000 cc, pada anak
cukup 500 cc. Pada bayi, kehilangan darah hingga 150
cc saja telah bisa mengancam nyawa.

84
Jenis Perdarahan Luar :

Perdarahan nadi Perdarahan Vena Perdarahan kapiler

85
Penatalaksanaan Perdarahan Luar
 Lakukan prosedur penilaian & teknik perlindungan
diri dari infeksi.
 Kendalikan perdarahan dengan cara :
 Tekan langsung di atas luka.
 Elevasi atau tinggikan daerah cedera.
 Tekan pada titik tekan.
 Cara lainnya :
 immobilisasi dengan atau tanpa bidai.
 Torniket (sebagai alternatif terakhir & hanya pada
kasus tertentu saja)
 Kompres dingin
86
Teknik Mengendalikan Perdarahan
Luar

 Tekan langsung tepat diatas luka dengan penutup luka.


Umumnya perdarahan akan berhenti ± 5 s.d.15 menit.
Jika perdarahan belum berhenti, tambahkan penutup luka
tanpa melepas penutup luka sebelumnya.
 Tinggikan daerah cedera lebih tinggi dari jantung.
(biasanya hanya pada cedera alat gerak saja).
 Tekan pada pembuluh nadi diantara luka dengan jantung.
87
Posisi Beberapa Titik Tekan

Arteri Temporalis

Arteri brakialis

Arteri femuralis

Arteri jaringan lutut

88
Teknik lain Mengendalikan
Perdarahan Luar

 immobilisasi dengan atau tanpa bidai.


 Torniket (sebagai alternatif terakhir & hanya pada
kasus tertentu saja)
 Kompres dingin
89
Penggunaan Torniket
 Hanya digunakan sebagai alternatif terakhir, jika
cara lain belum bisa membuat perdarahan luar
terkendali.
 Ditorniket artinya menutup sepenuhnya pembuluh
darah sehingga sirkulasi darah berhenti.
Kemungkinan kematian jaringan di bagian distal
bisa terjadi sehingga terpaksa harus diamputasi.
 Biasanya hanya digunakan pada kasus tertentu
saja yakni kasus luka amputasi dengan tepi yang
tidak rata. (akan dibahas lebih lanjut)

90
Tanda & Gejala Syok
Meski penyebabnya berbeda, tanda & gejala syok menunjukan
kesamaan, yakni :
 Nadi cepat & lemah.
 Napas cepat & dangkal.
 Kulit pucat, dingin & lembab.
 Mungkin terlihat sianosis pada
bibir, lidah & cuping hidung.
 Pandangan hampa, pupil mata
melebar.
 Perubahan status mental
seperti gelisah & cemas.
 Merasa tidak nyaman & takut,
lemah, pusing, haus, mual yang
mungkin disertai muntah.
91
Penanganan Syok
 Bawa ke tempat teduh & aman.
 Baringkan terlentang, tinggikan tungkai
± 20-30 cm.
 Longgarkan pakaian.
 Selimuti untuk mencegah kehilangan
panas.
 Tenangkan penderita.
 Pertahankan ABC.
 Beri O2 jika ada sesuai protokol.
 Kontrol perdarahan & rawat cedera lain.
 Jangan beri makan dan minum dahulu.
 Periksa tanda vital secara berkala.
 Rujuk ke fasilitas kesehatan.
92
Jenis – Jenis Luka
Jenis Luka terbuka :  Cedera remuk terbuka
 Luka lecet  Luka bakar
 Luka sayat / iris
 Luka robek Jenis Luka Tertutup :
 Luka tusuk (termasuk  Memar
dalam hal ini luka tembak)
 Hematoma
 Luka sobek (avulsi)
 Cedera remuk tertutup
 Luka amputir (amputasi)
 Luka gigitan & sengatan

93
Luka Lecet & Luka Sayat / Iris

94
Luka Sobek/Avulsi & Luka Robek

95
Luka Tusuk, luka Tembus
& Luka Gigitan Binatang

96
Luka Amputir (Amputasi)

97
Luka memar & Hematoma

98
Perawatan Perdarahan Hidung

● Istirahatkan penderita (duduk dg. badan condong kedepan).


Jangan biarkan penderita tiduran.
● Tekan cuping hidungnya.
● Minta penderita untuk bernapas melalui mulut selama
beberapa waktu dan jangan bicara dulu.
● Jika tidak berhenti dalam 5-10 menit bawa ke RS
99
Perawatan Cedera Mulut
 Pertahankan jalan napas.
 Bila mengenai bibir guna-
kan pembalut gulung,
letakan penutup luka di
antara bibir & gusi.
 Bila terjadi avulsi berikan
sedikit penekanan pada
daerah yang luka.
 Bila ada luka dalam rongga
mulut, jangan sampai
penutup luka memenuhi
mulut.

100
Penanganan cedera di mata

101
Tingkat Derajat Luka Bakar

102
Penanganan Luka Bakar

 Hentikan proses luka bakarnya. Aliri dengan air.


 Lepaskan pakaian & perhiasan.
 Lakukan penilaian dini, berikan BHD jika perlu.
 Tentukan derajat berat luka bakar selama pemeriksaan fisik.
 Tutup luka bakar dg. penutup luka steril sekali pakai.
 Jangan pecahkan gelembungnya. Jangan olesi luka bakar
dengan bermacam bahan seperti salep, lemak, es, pasta dll.
 Jaga suhu tubuh, rawat cedera yang lain & rujuk ke RS.

103

Anda mungkin juga menyukai