Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri GinekologiInternasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono, 2010).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, terjadinya migrasi spermatozoa dan ovum, terjadinya
konsepsi dan pertembuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2012).

a. Tujuan Asuhan Antenatal


1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk kriwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan pesalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

8
9

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pembeian


asi eksklusif.
6) Mempesiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
(Sarwono, 2010).

b. Klasifikasi Kehamilan Menurut Umur


- Kehamilan trimester I yaitu 0 – 12 minggu
- Kehamilan trimester II yaitu 13 – 27 minggu
- Kehamilan trimester III yaitu 28 – 40 minggu(Sarwono, 2010).

2.1.2 Perubahan Fisiologis yang Berhubungan dengan Anemia


Adaptasi fisiologi system kardiovaskuler pada ibu hamil yang terjadi
perubahan berupa peningkatan curah jantung,meingkatnya stroke
volume,aliran darah dan volume darah. Akibat kerja jantung yang
meningkatkan untuk memenuhi sirkuasi darah ibu ke janin, jantung
mengalami hipertrofi keadaan ini kembali normal setelah bayi lahir.
Peningkatan curah jantung dimana volume darah yang dipompakan oleh
vertikel selama satu menit.Peningkatan curah jantung terjadi pada bulan
ketiga kehamilan.Perubahan ini disebabkan karena meningkatnya
kebutuhan darah baik untuk ibu maupun janinnya. Pada kehamilan
trimester kedua terjadi penignkatan curah jantung 40% tetapi pada
trimester ketiga penurunan curah jantung sebesar 25-395 diatas curah
jantung sebelum hamil karena adanya penekanan vena kava inferior terjadi
penignkatan stroke volume yaitu darah yang dipompakan oleh vertikel
sekali denyutan. Pada primigravida terjadi peningkatan 25% diatas sebelum
hamil sedangkan pada multigravida lebih dari 38% (Tarwoto,2011 ).
10

2.1.3 Struktur dan Fungsi Darah


a. Sel Darah Merah
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar
7.5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron
atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat
mudah terjadi difusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak
mempunyai inti sel. Sel darah merah yang matang mengandung 200-300
juta hemoglobin (terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan
besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa
dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6-phospat
dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% dan berfungsi
membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen (oksihemoglobin) dan
diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Kadar normal
hemoglobin tergantung usia dan jenis kelamin.

Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel
darah merah. Normalnya dalam darah laki-laki 15.5 g/dl dan pada wanita
14.0 g/dl (Susan M Hinchliff, 1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin
(MCHC = Mean Cell Concentration of Haemoglobin) pada sel darah
merah 32 g/dl. Fungsi hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-
paru dan dalam peredaran darah untuk dibawah ke jaringan. Ikatan
hemoglobin dengan oksigen disebut oksihemoglobin (Hb0 2). Disamping
oksigen, hemoglobin juga membawa karbondioksida dan dengan
karbonmonoksida membentuk ikatan karbonmonoksihemoglobin (HbCO),
juga berperan dalam keseimbangan pH darah. Sintesis hemoglobin terjadi
selama proses eritropoesis, pematangan sel darah merah akan
mempengaruhi fungsi hemoglobin.
11

Struktur Hemoglobin Terdirin Dua Unsur Utama, yaitu :


1. Besi yang mengandung pigmen hemoglobin.
2. Protein globin, seperti halnya jenis protein lain, globin mempunyai
rantai panjang dari asam amino. Ada empat rantai globin yaitu alpha
(α), beta (β), delta (δ), dan gamma (γ).

b. Sel Darah Putih/ Leukosit


Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000 –
10.000 sel per mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang
bergranulosit dan yang agranulosit.
Granulosit, yaitu sel darah putih yang didalam sitoplasmanya terdapat
granula. Granula granula ini mempunyai perbedaan kemampuan mengikat
warna misalnya pada Eosinofil mempunyai granula berwarna merah
terang, basofil berwarna biru dan netrofil berwarna ungu pucat.
Agranulosit merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai
intisel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Yang termasuk
agranulosit adalah Limfosit dan Monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B
yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang membentuk
imunitas cellular. Limfosit B memproduksi antibody jika terdapat antigen
sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan benda asing untuk
difagosit.

c. Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan
diameter2-5 mm, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak
megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada keadaan normal
jumlah trombosit sekitar 150.000 – 300.000/ mL darah yang mempunyai
masa hidup sekitar 8 hari.
12

d. Fungsi Darah
Secara umum fungsi darah adalah :
a. Transport internal
Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi metabolisme.
1. Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawa oleh hemoglobin
dalam sel darah merah dan plasma, kemudian terjadi pertukaran gas di
paru-paru.
2. Nutrisi. Nutrien/ zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian dibawa dalam
plasma ke hati dan jaringan-jaringan lain yang digunakan untuk
metabolisme.
3. Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma ke dunia luar melalui ginjal.
4. Mempertahankan air, elektrolit dan keeimbangan asam basa dan juga
berperan dalam hemoestasis.
5. Regulasi metabolisme, hormone dan enzim atau keduanya mempunyai
efek dalam aktivitas metabolisme sel, dibawa dalam plasma.
6. Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi
dari sel darah putih.
7. Proteksi terhadap cedera dan perdarahan. Proteksi terhadap respon
peradangan local terhadap cedera jaringan. Pencegahan perdarahan
merupakan fungsi dari trombosit karena adanya faktor pembekuan,
fibrinolitik yang ada dalam plasma.
Mempertahankan temperature tubuh. Darah membawa panas dan
bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil metabolisme juga menghasilkan
energi dalam bentuk panas.

e. Fungsi Sel Darah Merah


Sel darah merah terdiri dari membran dan hemoglobin. Hemoglobin
itu sendiri mengandung globin (terdiri dari empat polipeptida) dan heme
(mengandung pigmen merah porfirin sehingga darah arteri yang kaya
13

oksigen menjadi lebih merah dibandingkan darah pada vena yang kurang
oksigen). Hemoglobin menyusun 95% dari berat sel darah merah. Pada
laki-laki dewasa setiap 100 ml darah mengandung 14-16 gr hemoglobin.
Hemoglobin sangat penting dalam pengangkutan oksigen, Karena
mempunyai kemampuan dalam berikatan dengan oksigen membentuk
oksihemoglobin. Kemampuan ikatan ini dipengaruhi oleh pH darah dan
temperatur. Menurunnya pH (asidosis) akan menurunkan saturasi oksigen
sehingga kemampuan suplay ke jaringan menjadi berkurang. Saturasi
oksigen juga berkurang pada hipotermia. Disamping oksigen, hemoglobin
juga dapat berikatan dengan karbondioksida yang merupakan hasil
metabolisme tubuh diangkut melalui proses difusi dalam kapiler untuk
selanjutnya ditransport ke alveoli. Gas lain yang dapat berikatan adalah
karbon monoksida. Jika hemoglobin banyak berikatan dengan karbon
dioksida dan monoksida maka kemampuan untuk mengikat dengan
oksigen akan berkurang, sehingga mengakibatkan jaringan kekurangan
oksigen atau hipoksia jaringan.
Zat besi merupakan unsur utama hemoglobin. Pada tubuh orang
dewasa kira-kira mengandung sebanyak 50 mg besi per 100 ml darah.
Total kebutuhan zat besi kira-kira antara 2-6 gr, tergantung berat badan
dan kadar Hbnya. Sedangkan hormon-hormon yang penting dalam
pembentukan sel darah merah adalah hormon tiroid, tiroid stimulating
hormon, adrenal kortikal steroid, adrenokortikotropik hormon, dan
eritropoitin. Penurunan hormon adrenal akan mempengaruhi respon
eritropoetik (Tarwoto, 2011).
14

2.2 Definisi Anemia


Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin, hematocrit, dan sel
darah merah lebih rendah dari normal, sebagai akibat dari defisiensi salah
satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi
timbulnya defisiensi (Manuaba, 2012).Menurut WHO, seorang ibu hamil di
katakan anemia bila kadarHb nya < 11 gr%, sedangkan menurut
depkes ,seorang ibu hamil di katakan anemia bila kadar Hb nya di bawah
atau sama dengan 10 gr%. Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu
dengan kadar Hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar
<10,5 gr% pada trimester 2 (Sarwono, 2010).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi
dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah. Anemia
pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraan social ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar
terhadap kualitaas sumber daya manusia ( Manuaba, 2012).
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodilusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30%
sampai 40% yang puncaknya pada usia kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar
19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr%, denganterjadinya
hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis pada kehamilan karena
hemoglobin ibu akan menjadi 9.5 gr% sampai 10 gr% (Manuaba, 2012).

a. Etiologi anemia dalam kehamilan


Menurut Mochtar, 2012 etiologi anemia dalam kehmilan yaitu :
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Malabsorbsi
15

4. Kehilangan darah yangewq banyak : persalinan yang lalu, haid, dan


lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik : TBC,paru, cacing usus, malaria
6. Hipervolumia, menyebabkan terjadinya pengencaran darah
7. Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
8. Kurang zat besi dalam makanan
9. Gangguan pencernaan dan absorbs
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritprotein.Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat.Peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Hb) akibat hemodilusi (Sarwono, 2010).

b. Patofisiologi
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik
dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah
akan bertambah banyak kira – kira 25% dengan puncak kehamilan 32
minggu, dan diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira –
kira 30%. Eritropoesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi
transport zat asam. Meskipun terjadi peningkatan eritrosit secara
keseluruhan, penambahan volume plasma darah jauh lebih besar, sehingga
konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi rendah, hal inilah yang
meyebabkan ibu hamil cenderung menderita anemia. Jumlah leukosit
meningkat sampai dengan 10.000/ml. Tekanan darah arteri cenderung
menurun terutama selama trimester ke II dan kemudian akan naik kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Tekanan vena dalam batas – batas normal
pada ekstremitas atas dan bawah cenderung naik setelah akhir trisemester
pertama. Nadi biasanya naik rata – rata 84/menit.
16

c. Tanda dan Gejala Anemia


1. Letih, sering mengantuk, malaise.
2. Pusing, lemah.
3. Nyeri kepala.
4. Luka pada lidah.
5. Membran mukosa pucat (Misal, konjungtiva).
6. Kulit pucat.
7. Bantalan kuku pucat.
8. Tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah (Varney,2010).

d. Derajat Anemia
Derajat Anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO, yaitu :
1. a. Hb >11 gr% : Tidak anemia/Normal
2. b. Hb 9 – 10 gr% : Anemia Ringan
3. c. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
4. d. Hb < 7 gr% : Anemia berat

2.2.1 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan


a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia,
terutama pada Negara miskin dan berkembang. Anemia defisiensi
merupakan gejala kronis dengan keadaan hipkrokromik (kosentrasi
hemoglobin kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang
dalam tubuh. Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan
hemoglobin sehingga konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal
ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh
jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa 2-4 g
besi, kira-kira 50 mg/kg BB pada laki-laki dan 35 mg/kg pada wanita dan
hampir dua per tiga terdapat dalam hemoglobin. Absorpsi besi terjadi
dilambung, duodenum dan jejunum bagian atas. Adanya erosive esovagitis,
17

gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi


absorpsi besi.

Etiologi anemia defesiensi zat besi


1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
3. Kurangnya zat besi dalam makananan
Dampak anemia defisiensi zat besi
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut penelitian,
tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen.Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.Risiko kematian
maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka
kematian perinatal menigkat.Perdarahan antepartum dan postpartum lebih
sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal,
sebeb wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak
anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau
prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,
perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim daya
tahan terhadap infeksi dan stress, kurang produksi ASI rendah), dan
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian
perinatal).
Penatalaksanaan
1. Terapi oral dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat,fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60mg/hari dapat
menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% / bulan. Saat ini program nasional
18

menganjurkan kombinasi 60mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk


profilaksis anemia (Saiffudin, 2010).
2. Terapi parenteral baru dipeluakn apabila penderita tidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Sarwono, 2010). Pemberian
preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000mg (20 mg)
intravena atau 2 x 10 ml/IM pada gluteus , dapat meningkatkan Hb lebih
cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2012).

b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena gangguan sintesis DNA dan ditandai
dengan adanya sel – sel megaloblastik yang khas untuk jenisanemia ini.
Gejala – gejala defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum
ditambah kulit yang kasar (sarwono, 2010).
Tanda dan gejala
1. Anemia yang kadar disertai dengan ikterik
2. Adanya glositis
3. Gangguan neuropati seperti mati rasa, rasa terbakar pada jari
Penatalaksanaan
1. Diet nutrisi dengan tinggi vitamin B12 dan asam folat
2. Pemberian hydroxycobalamin IM 200 mg/hari atau 1000 mg diberikan
setiap minggu selama 7 minggu
3. Berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan

c. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel – sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan
pemeriksaan – pemeriksaan yaitu darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi
sternal, pemeriksaan retikulosit, dan lain – lain (Mochtar, 2012).
19

d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi dimana terjadi peningkatan hemolisis dari
eritrosit, sehingga usianya lebih pendek.
Etiologi dan faktor resiko
1. Merupakan 5% dari jenis anemia
2. Herediter
3. Hb normal, membrane eritrosit rusak
4. Kerusakan fisik
Tanda dan gejala
1. Demam, gangguan neurologi, thalasemia
2. Kelemahan, pucat
3. Hepatomegalai, kekuningan
4. Defisiensi folat
Penatalaksanaan
1. Pencegahan faktor resiko
2. Tranfusi darah
3. Caiaran adekuat
4. Pemberian asam folat
5. Pemberian eritropoitin
6. Pemberian kortikosteroid

2.2.2 Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan


Pengaruh anemia terhadap kehamilan menurut Manuaba, 2012 yaitu :
a. Bahaya anemia pada kehamilan
1. Dapat terjadi abortus
2. Persalinan prematuritas
3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4. Mudah terjadi infeksi
5. Ancaman dekompensasi kordis (HB 6 gr%)
20

6. Molahidatidosa
7. Hiperemesis gravidarum
8. Pendarahan antepartum
9. Ketuban pecah dini
b. Bahaya saat persalinan
1. Gangguan his (kekuatan mengejan)
2. Kala I dapat berlangsung lama
3. Dapat terjadi partus lama
4. Kala II berlangsung lama sehingga dapat melemahkan dan
memerlukan tindakan operasi kebidanan
5. Kala uri dapat diikuti retensio plasenta
6. Perdarahan post partum karena atonia uteri
7. Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri
c. Bahaya saat nifas
1. Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum
2. Memudahkan infeksi puerperium
3. Pengeluaran ASI berkurang
4. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
5. Nemia kala nifas
6. Mudah terjadi infeksi mamae

2.2.3 Pengaruh Anemia terhadap Janin


Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam kehamilan dan janin
dalam bentuk : Abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas
tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi
cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal,
intelegensia rendah (Manuaba, 2012).
21

2.2.4 Risiko Anemia pada Kehamilan


1. Anemia kekurangan zat besi yang parah atau tidak diobati selama
kehamilan dapat meningkatkan risiko :
a. Bayi premature atau berat lahir rendah
b. Tranfusi darah (jika kehilangan sejumlah besar darah selama
persalinan)
c. Depresi pasca melahirkan
2. Defisiensi folat yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko :
a. Bayi prematur atau berat lahir rendah
b. Bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang belakang atau otak
(neural tube defects).
3. Kekurangan vitamin B12 jika tidak diobati juga dapat meningkatkan
risiko melahirkan bayi dengan cacat tabung syaraf (neural tube
defects).

2.2.5 Pencegahan Anemia dalam Kehamilan


a. Meningkatkan konsumsi zat besi terutama dari sumber hewani yang
mudah diserap.
b. Minum 1 tablet tambah darah (Fe) setiap hari bagi ibu hamil minimal
1 tablet selama kehamilan.
c. Mengatur jarak kelahiran dengan menjadi peserta KB.
d. Untuk mencegah anemia selama kehamilan, pastikan wanita hamil
mendapatkan cukup zat besi. Makan makanan yang seimbang dan
tambahkan lebih banyak makanan yang tinggi zat besi ke dalam
makanan.
e. Tiga porsi sehari makanan kaya zat besi, seperti : daging merah,
ungags, dan ikan, sayuran berdaun hijau gelap (seperti bayam,
brokoli), sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian, kacang-
kacangan, tahu, dan telur.
22

f. Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap


lebih banyak zat besi. Makanan tersebut termasuk buah dan jus jeruk,
strowberi, dan tomat.
g. Makanan yang tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi
folat. Makanan kaya asam folat termasuk sayuran berdaun hijau, buah
dan jus jeruk, sereal, kacang kering.

2.2.6 Pengobatan Anemia dalam Kehamilan


Untuk menghindari terjadinya anemia dalam kehamilan, sebaiknya ibu
hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui
data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut.Dalam pemeriksaan
kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan feses
sehingga dapat diketahui infeksi parasite (Manuaba, 2012).
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin
adalah untuk membangun cadangan besi mengandung FeSO4 320 mg
(zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama hamil. Dasar pemberian zat
besi adalah adanya perubahan volume darah atau hydremia (peningkatan
sel darah merah 20-30% sedangkan peningkatan plasmadarah 50%).
Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama the atau kopi karena
mengandung tannin atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi
(Kusmiyati, 2010).

2.3 Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil
2.3.1 Usia
Usiamerupakan variabel yang selalu diperhatikan, angka-angka
kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur (Notoatmojo, 2010). Usia adalah lama hidup
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun,
semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka
akan lebih matang dalam berfikir logis (Nursalam, 2013).
23

Usia ibu yang dianggap penting karena dapat menerima beberapa nilai
seperti pengalaman, perkembangan berfikir, dan kemampuan. Usia
seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Usia reproduksi
yang sehat dan aman adalah usia 20-35 tahun.
Menurut widyastuti, (2011) menyatakan klasifikasi umur reproduksi
menjadi 2 bagian :
a. Resiko rendah : usia 20 – 35 tahun
b. Resiko tinggi : <20 tahun atau > 35 tahun
Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah usia 20-35 tahun.
Padakehamilan di usia < 20 tahun secarafisik dan psikis masih kurang,
misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun berkaitan dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang sering menimpa di usia ini.
Menurut Cunningham, 2006 wanita yang berusia >35 tahun beresiko
lebih tinggi mengalami penyulit obstetric serta morbiditas dan mortalitas
perinatal. Wanita berusia > 35 tahun memperlihatkan peningkatan dalam
masalah hipertensi, diabetes, solusio plasenta, persalinan premature,
lahirmati, dan plasenta previa. (Ariana, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Umi Fikriana (2013) tentang Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kasihan II Bantul diperoleh hasil ibu hamil yang mengalami
anemia pada kelompok usia ibu hamil yang berisiko sebanyak (20%),
sedangkan kelompok usia ibu hamil yang tidak berisiko sebanyak (80%).
Hasil uji statistik diperolehnilai p = 0,900 (p > 0,05), yang artinya tidak
ada hubungan antara usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

2.3.2 Paritas
24

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu baik
lahir hidup maupun lahirmati.Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Risiko pada paritas 1 dapat dikurangi atau dicegah dengan asuhan
obstetric lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana (KB).Paritas dapat
dibedakan menjadi primipara, multipara, grandemultipara (Mochtar,
2012).
1. Primipara
Primipara adalah seorang wanita yang melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali
2. Multipara
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali
3. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 5 kali
atau lebih, hidup atau mati
Menurut Manuaba (2012), banyaknya kehamilan akan
mempengaruhi persediaan Fe dalam tubuh akhirnya menimbulkan
anemia pada kehamilan berikutnya. Semakin sering wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak
kehilangan zat besi dan semakin anemis, jika persediaan Fe minimal,
maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe dalam tubuh
dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.
Paritas lebih dari 3 dapat meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan, seperti meningkatkan risiko
terjadinya kematian janin di dalam kandungan dan perdarahan
sebelum dan setelah melahirkan, lebih sering dijumpai pada wanita
hamil yang anemia dan hal ini dapat berakibat fatal, sebab wanita
25

hamil yang anemia tidak dapat mentoleransi kehilangan


darah(Soebroto, 2010).
Menurut Ridwan (2010), analis hubungan paritas dengan
kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia
adalah paritas 2-3 dengan jumlah 61 orang(62,5 %). Kecenderungan
bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas) maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia(Wahyudin, 2012).Penelitian yang
dilakukan oleh Nurhayati pada (2011) jumlah ibu yang menderita
anemia berdasarkan paritas didapatkan pada ibu multipara (52,6%),
dan primipara (47,4%).
Penelitian yang dilakukan oleh Salmariantity (2012) tentang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Gajahmada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir
diperoleh hasil ibu hamil yang mengalami anemia tertinggi pada
kelompok paritas multipara sebanyak (75%) dibanding dengan
kelompok paritas primipara sebanyak (45,8%). Hasil uji
statisticdiperolehnilai p = 0,029 (p<0,05), yang artinya ada hubungan
antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil keeratan
dengan nilai OR= 1,64yang artinya ibu hamil pada kelompok
multipara berisiko mempunyai peluang 1,64 kali terjadi anemia
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki riwayat primipara.

2.3.3 Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah proses perubahan sikap dan tata
laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Menurut
Notoatmojo ,( 2010) jenjang pendidikan dasar terbagi menjadi tiga:
26

1. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk pengembangan sikap dan
kemampuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Meliputi SD, SMP/MTS.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dan lingkungan social, budaya
dan alam sekitar, dan dapat mengembangkan kemampuan lebih
lanjut dalam dunia atau pendidikan tinggi. Meliputi SMU dan
kejuruan serta Madrasah Aliah
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan.

Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada


peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang
lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau
hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih
rendah (Fariansjah, 2010).
27

Menurut Winkojosastro 2010, pendidikan dikategorikan:


a. Tingkat rendah : SD, SLTP,SLTA
b. Tingkat tinggi : PT
Penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2012) tentang Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Trimester III di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat, diperoleh
hasil ibu hamil yang mengalami anemia tertinggi pada kelompok ibu
yang berpendidikan rendah sebanyak (58,6%) dibanding dengan
kelompok ibu hamil yang berpendidikan tinggi sebanyak (34,4%).
Hasil uji statistikdiperoleh nilai p = 0,042 (p < 0,05), yang artinya ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil trimester III.Hasil keeratan dengan nilai OR= 0,852 yang artinya
ibu hamil yang berpendidikan rendah berisiko mempunyai peluang 0,8
kali terjadi anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang
berpendidikan tinggi.

2.3.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah salah satu faktor yang paling utama dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan, karena suatu penghasilan yang
kurang dapat menjadikan masyarakat menjadi enggan untuk
memeriksakan keadaannya, suatu pekerjaan dapat berperan dalam
timbulnya suatu penyakit melalui beberapa faktor.Penelitian mengenai
hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
Indonesia terutama pola penyakit kronis. Jenis penyakit apa saja yang
hendak dipelajari hubungnnya dengan suatu penyakit dapat pula
memperhitungkan pengaruh variable umur (Notoatmojo, 2011).
Ibu bekerja adalah ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari
penghasilan baik di sektor formal maupun informal, yang dilakukan
secara regular di luar rumah sedangkan ibu tidak bekerja adalah ibu
28

yang tidak melakukan pekerjaan mencari penghasilan dan hanya


menjalankan fungsi-fungsi sebagai ibu rumah tangga (Ali, 2010).
Pada ibu yang bekerja cenderung lebih mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan informasi, khususnya informasi kesehatan
dibandingkan dengan ibu yang hanya tinggal di rumah, mereka
mengetahui hal-hal yang menguntungkan maupun merugikan bagi
kesehatan pribadi maupun keluarganya. Status pekerjaan akan
berpengaruh terhadap social ekonomi, keadaan ini akan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan.
Menurut Notoatmojo (2010), jenis pekerjaan dapat berperan di
dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, salah satunya adalah
situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai
faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulcus lambung).
Pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Bekerja
Menurut Notoatmojo (2010), jenis pekerjaan yaitu pedagang,
buruh/tani, PNS, TNI/Polri, Pensiunan, Wiraswasta, IRT.
2. Tidak Bekerja
Pekerjaan mempunyai pengaruh penting bagi ibu hamil.Orang
yang bekerja memiliki akses yang baik tentang informasi
dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja. Kondisi ibu
bekerja akan menonjol meskipun pekerjaan dari responden
sebagian besar adalah ibu rumah tangga, aktifitas yang berlebih
dan kurangnya istirahat saat melakukan pekerjaan rumah tangga
sangat berpengaruh pada kurangnya zat besi (Depkes RI, 2011).
Anemia pada kehamilan yang disebabkan oleh defisiensi zat besi
merupakan masalah rasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
ekonomi di masyarakat. Jadi pekerjaan sangat mempengaruhi nilai
29

pendapatan di masyarakat untuk menilai standar bagaimanakah status


kehidupan di masyarakat tersebut (Manuaba, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Sulasmi (2011),mengenai
hubungan status pekerjaan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Kecamatan Sawahan Kota Surabaya
diperoleh hasil ibu hamil yang mengalami anemia tertinggi pada
kelompok ibu hamil yang tidak bekerja sebanyak (63,6%) dibanding
dengan kelompok ibu hamil yang bekerja sebanyak (36,4%). Hasil uji
statistik diperolehnilai p = 0,029 (p < 0,05), yang artinyaada hubungan
antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III.Hasil keeratan dengan nilai OR= 1,512 yang artinya ibu hamil yang
berpendidikan rendah berisiko mempunyai peluang 1,5kali terjadi
anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang berpendidikan tinggi.

2.3.5 Kunjungan ANC (K4)


Pemeriksaan / pengawasan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
(Manuaba, 2012).
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan
ibu hamil, pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali
kunjungan dengan distribusi satu kali pada trimester pertama (K1),
satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga (K4).
Pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya kelainan pada ibu hamil. Salah satu tujuan
pemeriksaan pada ANC adalah untuk mengenal dan menangani
penyakit yang menyertai kehamilan (Manuaba, 2012). Pengaruh
pemeriksaan kehamilan dalam menurunkan prevalensi anemia, bukan
30

hanya seringnya melakukan pemeriksaan kehamilan saja, akan tetapi


kemampuan ibu dalam memperbaiki keadaan kesehatan sendiri ikut
menentukan turunnya prevalensi anemia pada ibu hamil. Sekitar
83,6% responden mengalami anemia dengan antenatal care sebagian
besar kurang dari 4 kali (Amiruddin, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Salmariantity (2012) tentang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Gajahmada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir
diperoleh hasil bahwa yang melakukan kunjungan ANC (K4) tidak
lengkap sebanyak (63,4%), sedangkan yang melakukan kunjungan
ANC (K4) secara lengkap sebanyak (67,7%), Hasil uji statistik
diperolehnilai p = 0,89 (p >0,05), yang artinya tidak ada hubungan
antara kunjungan ANC (K4) dengan anemia padaibu hamil.
31

2.4 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Internal :
Status Reproduksi
a. Usia Ibu
b. UsiaKehamilan
c. Jarak kehamilan
d. Paritas
e. Riwayat Kelahiran
Status Gizi Anemia pada Ibu Hamil
a. Ukuran LILA Trimester III
Faktor Eksternal
Status Sosio-ekonomi
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Pengetahuan
d. Pendapatan

Perilaku
Pelayanan kesehatan
a. Kunjungan ANC
b. Penyuluhan Kesehatan
c. Suplementasi Tablet Fe
Asupan dan Pola Makan
a. Nutrisi
b. Kandungan Fe dalam
Makanan

Sumber : Konsep WHO (Royston dan Amstrong, 2010 ), Departemen


Kesehatan RI (2009).

Anda mungkin juga menyukai