Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah
dari: Ovulasi, Migrasi spermatozoa dan ovum, Konsepsi dan pertumbuhan zigot,
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini
dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu,
kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga
6
2. Fisiologi Kehamilan
biokimia. Adanya perubahan tersebut akan sangat mempengaruhi kebutuhan gizi ibu
(Suliatyoningsih, 2011),
a. Proses Kehamilan
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adapun proses terjadinya
a) Ovum adalah sel telur yang matang yang dilepaskan oleh ovarium pada
saat ovulasi. Ovum dikeliling oleh zona pellusida dimana dibagian luar
2009).
bergetar sehingga sperma dapat bergerak cepat. Panjang ekor kira- kira
2) Fertilisasi (Pembuahan)
Pembuahan adalah suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel telur dari
tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke 11–14 dalam siklus
sehingga siap untuk dibuahi. Hanya satu sperma yang mengalami proses
7
kapitasi yang dapatmelintasi zona pellusida dan masuk ke vitelus ovum.Dalam
sampai stadium morula. Hasil konsepsi ini digerakkan ke arah rongga rahim
oleh arus dan getaran rambut (silia) serta kontraksi tuba.Hasil konsepsi tuba
3) Implantasi
Setelah 5-7 hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba di rahim dalam
9 hari setelah pembuahan, blastosit yang kini terdiri dari beratus-ratus sel,
dari sel-sel trofoblast. Sel-sel tersebut tumbuh menjadi vilus korionik yang
(Winkjosastro, 2010).
b. Tahap–Tahap Kehamilan
Selain dari diagnosa dan proses kehamilan ada juga tahap-tahap kehamilan yaitu
(Manuaba, 2010) :
1) Trimester pertama
penting bagi dirinya danperan psikologi yang paling penting pada trimester
8
pertama kehamilan.
2) Trimester kedua
Trimester kedua pada umur kehamilan 13-28 minggu. Periode kesehatan yang
baik, yakni periode ketika wanita merasa nayaman dan bebas dari segala
3) Trimester ketiga
1. Pengertian Anemia
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena
Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar
hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia
(Nursalam, 2010). Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai
dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja
Anemia gizi besi adalah suatu keadaan penurunan cadangan besi dalam hati,
sehingga jumlah hemoglobin darah menurun di bawah normal. Sebelum terjadi anemia
9
gizi besi, diawali lebih dahulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila
cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah dan jumlah hemoglobin masih
normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi beis saja (tidak disertai
anemia gizi besi) (Soekirman, 2012). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan
semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai
cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah
2. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Mempunyai daya gabung
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh
(Evelyn, 2008). Hemoglobin hidup selama 120 hari. penghancuran sel darah merah
terjadi setelah umur 120 hari ketika sel dipindahkan ke ekstravaskuler oleh makrofag
sistem retikuloendotelial (RE). Nilai normal Hb pada wanita 12-16g/dl, dan pria 14-
18g/dl, anak 3 bulan 10-13 g/dl, dan diatas 1 tahun 11-14 g/dl.
darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira- kira 15gr setiap 100
Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa oksigen pada eritrosit dan dibentuk
oleh eritrosit yang berkembang dalam sum-sum tulang, molekul hemoglobin terdiri atas
dua pasang rantai polipeptida (globin) dan empat kelompok heme (Price & Wilson,
2006). Satu molekul hemoglobin memiliki struktur satu monomer globin yang mengikat
10
satu molekul heme, sedangkan hemoglobin fungsional adalah molekul tetramer dengan
Conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protopherphyrin dan globin
(tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb berikatan dengan
(Manuaba, 2007)
3. Pembentukan hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dari dalam eritroblast dan terus berlangsung sampai
bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam asetat dan glisin dan sebagian
besar sintesis ini terjadi didalam mitokondria. Langkah awal sintesis adalah
protoporfirin, yang kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya
empat molekul hem berikatan dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis
Pada tempat yang sangat tinggi yang jumlah udara dalam jaringan sangat
berkurang, aliran oksigen yang ditransfer kejaringan dan sel darah dihasilkan sangat
11
cepat sehingga jumlahnya dalam darah sangat meningkat. Usia juga berpengaruh dalam
orang tua karena penurunan fungsi sum-sum tulang dalam memproduksi sel darah merah
berkurang dan adanya masalah pada saluran cerna yang mempengaruhi pola makan
sehingga konsumsi zat besi berkurang dan berdampak pada kadar hemoglobin, serta
wanita hamil dimana dibutuhkan asupan besi yang lebih agar mencegah terjadinya
anemia defisiensi besi. Konsumsi besi dalam pembentukan hemoglobin, dimana zat besi
dalam tubuh akan berikatan dengan molekul hem dan globin yang pada akhirnya
membentuk hemoglobin.
Sel darah merah yang berasal dari sel dikenal sebagai hemositoblast.
Hemositoblast secara berkelanjutan dibentuk dari sel induk primordial sumsum tulang.
mengandung campuran zat basofilik dan hemoglobin merah. Kemudian inti sel
menyusut sedangkan hemoglobin dibentuk dalam jumlah lebih banyak dan sel menjadi
normoblast. Setelah sitoplasma normoblast terisi hemoglobin inti menjadi sangat kecil
kecil selama satu sampai dua hari, tetapi pada akhir itu retikulum hilang sama sekali.
Setelah retikulum direabsorpsi semuanya, kemudian sel ini menjadi eritrosit matang
(Ganong, 2008)
4. Fungsi hemoglobin
12
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan tubuh
b. Mengangkut oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk
5. Metabolisme Besi
Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram, dimana 65% diantaranya
senyawa hem yang mengawasi oksidasi intra sel, 0,1% berikatan dengan protein
transferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan di dalam hati dalam bentuk feritin.
Transport dan penyimpanan besi. Bila besi diabsorpsi dari usus halus maka akan
segera berikatan dengan globulin, transferin, dan ditranspor dalam bentuk ikatan
didalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan molekul globuin, dan
akibatnya dapat dilepaskan kesetiap sel jaringan dan pada setiap tempat dalam
tubuh.Kelebihan besi didalam darah maka akan ditimbun didalam sel hati. Besi akan
berikatan dengan protein apoferin (460.000) untuk membentuk feritin. Bila jumlah besi
didalam plasma turun sangat rendah, besi akan dikeluarkan dari feritin dengan sangat
mudah, besi kemudian ditranspor kebagian tubuh yang memerlukan. Bila sel darah
merah telah mencapai masa hidupnya dan dihancurkan, hemoglobin yang dikeluarkan
dari sel dicernakan oleh sel retikuloendotel kemudian dapat disimpan dalam pangkalan
Kehilangan besi perhari pada wanita sekitar 1,3 mg perhari karena adanya
menstruasi. Jumlah rata-rata besi yang berasal dari diet setiap hari harus sama dengan
13
besi yang hilang dari tubuh. Absopsi besi dari saluran pencernaan, besi diabsorpsi
hampir seluruhnya dalam usus halus bagian atas, terutama dalam duodenum.
usus halus dengan bantuan alata angkut protein yaitu transferin dan feritin. Transferin
mukosa mengangkut besi dari saluran cerna kedalam sel mukosa dan memindahkannya
mengangkut besi melalui darah kesemua jaringan tubuh. Dua ion feri diikatkan pada
transferin yang terdapat pada membran sel bergantung pada kebutuhan tiap sel.
Besi dalam makanan berupa bentuk besi hem seperti yang terdapat dalam
hemoglobin dan mioglobin pada hewan dan besi non hem pada makanan nabati. Besi
hem di absorpsi kedalam sel mukosa sebagai kompleks porfirin utuh. Cincin porfirin
didalam sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim hemoksigenase dan besi dibebaskan.
Besi non hem melewati alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa. Transferin
mukosa dikeluarkan kedalam empedu untuk diikat oleh transferin reseptor dan kembali
ke rongga saluran cerna untuk mengangkut besi lain. Di dalam sel mukosa besi dapat
mengikat apoferitin dan feritin membentuk pool besi. Penyebaran besi dari mukosa ke
sel tubuh berlangsung lebih lambat dari penerimaan bergantung pada simpanan besi
dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran diatur oleh jumlah
a. Protein
14
Protein merupakan zat gizi yang penting setelah air. Kebutuhan protein remaja
khususnya perempuan lebih tinggi dibanding laki- laki karena perempuan memasuki
masa pertumbuhan cepat. Menurut Angka Kecukupan Gizi protein remaja 48-62
g/hari untuk perempuan dan 55-66 g/hari untuk laki-laki. Kecukupan energi remaja
1,5-2,0 gr/kg BB/hari. sumber protein hewani lebih besar daripada nabati karena
komposisi asam amino esensial yang lebih baik. Sumber protein antara lain : daging
b. Fe (Besi)
Kebutuhan Zat Besi pada wanita yang mengalami Haid yaitu 12 mg/hari.
asupan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan
makanan yang mengandung besi diantaranya : telur, daging, ikan, hati (Proverawati,
2011) Angka Kecukupan Besi (AKB) pada wanita sebesar 26 mg, pria sebesar 19 mg
c. Asam folat
Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel Darah merah dan sel darah putih
dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya folat berperan sebagai pembawa
karbon tunggal dalam pembentukan hem. Angka kecukupan folat pada remaja usia
15
13-15 tahun sebesar 400 mg ( widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
Makanan sumber asam folat diantaranya :hati, daging tanpa lemak, serealia, biji-
d. Vitamin C
Vitamin C mereduksi besi feri menjadi besi fero dalam usus ahlus sehingga
dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk
nonhem meningkat empat kali bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam
7. Klasifikasi Anemia
a. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral fe.
Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan
makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau banyaknya besi keluar dari
b. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat,
jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering ditemukan pada
wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein
hewani tinggi.
16
c. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah
d. Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum
tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo,
2009). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi,
8. Etiologi Anemia
dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
b) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan.
c) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya melalui
feses (tinja).
d) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi + 1,3 mg
per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria (Soekarti, 2011).
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
a) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh
darah ke jaringan.
a) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
17
b) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal dari
walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap baik oleh usus
sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat
d) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya melalui
tidak balas darah dengan bahan kimia pada strip yang digunakan. Bahan kimia yang
terdapat pada strip adalah ferrosianida. Reaksi tindak balas akan menghasilkan arus
elektrik dan jumlah elektrik yang dihasilkan adalah bertindak balas langsung dengan
dan sesuai untuk penelitiandilapangan karena teknik untuk pengambilan sampel darah
yang mudah dan pengukuran kadar Hemoglobin tidak memerlukan penambahan reagen.
Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding metode laboratorium
standart. Alat ini juga stabil dan tahan rusak walaupun digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Kelebihan dari hemoglobinometer digital adalah tingkat keakuratannya lebih
valid daripada hemoglobinometer sahli, lebih cepat, dan lebih simpel pemeriksaannya.
18
a. Pastikan code card sudah terpasang pada alat digital
d. Bersihkan ujung jari pada bagian yang akan diambil darahnya dengan menggunaka
alkohol swab
e. Setelah darah keluar pada ujung jari sudah cukup, dekatkan sampel darah pada ujung
jari tersebut kesatu mulut strip supaya diserap langsung oleh ujung mulut strip
a. Usia
Usia anak-anak, orang tua, serta ibu hamil akan lebih mudah mengalami
penurunan kadar hemoglobin. Pada anak-anak dapat terjadi akibat pertumbuhan cepat
tetapi tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang seimbang.Semakin bertambah
usia maka produksi sel darah merah semakin menurun karena terjadinya penurunan
fungsi fisiologis pada semua organ khususnya sum-sum tulang yang berfungsi
memproduksi sel darah merah, selain itu usia juga mempengaruhi pola makan
Makanan merupakan komponen zat gizi dalam makanan yang digunakan untuk
makanan yang berasal dari hewan mempunyai kandungan protein, zat besi yang
cukup tinggi. Kecukupan besi dalam tubuh, Besi merupakan mikronutrien essensil
19
dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke
adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan
cukup besi untuk setiap individu sehingga dapat terhindar dari anemia defisiensi besi.
Metabolisme dalam tubuh, Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,
Pemilihan pola konsumsi makanan seperti, jenis makanan, dan frekuensi makanan
2008)
c. Aktivitas
hemoglobin, hal ini diakibatkan saat olahraga kebutuhan metabolik sel-sel otot
meningkat, oksigen yang cukup sedangkan oksigen sendiri dibawa oleh hemoglobin.
Jika aktivitas yang dikerjakan berat maka pembentukan hemoglobin juga harus
memadai dengan konsumsi makanan yang mengandung Fe dan protein yang cukup.
d. Penyakit kronis
kecacingan yang akan mengakibatkan gangguan gizi melalui muntah dan diare serta
dapat menurunkan nafsu makan. Penyakit kronis seperti TBC, diare juga berpengaruh
terhadap kehilangan zat besi dalam tubuh serta anemia (Arisman, 2005).
e. Status Gizi
Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan
besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah
20
yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin menurun,
akan berperan penting mengikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi
dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali
buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hb didalam darah.
Penelitian Permaesih (2005), menyatakan ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh
dengan anemia, Indeks Massa Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali menderita
penelitian di Meksiko diketahui bahwa defisiensi besi juga dapat terjadi 2-4 kali
pada wanita obesitas. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan produksi hepcidin
C. Konsep Usia
1. Pengertian Usia
satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan
kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah maternal age atau usia
ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20 tahun sampai dengan 30 tahun. Kematian maternal
pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5
kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29
21
tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun
(Prawirohardjo, 2012).
karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan
berat lahir kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum bisa
memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya ke janin di dalam rahimnya
(Marmi, 2012). Kehamilan di usia muda atau remaja (di bawah usia 20 tahun) akan
mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada
usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi
Umur pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk menerima
tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin
meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Begitu
juga kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap
kehamilan dan persalinan serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil
(Prawirohardjo, 2012).
D. Konsep Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(viable). Jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu :
1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu hidup
22
2. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang telah mencapai
3. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih
4. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih. Pada
seorang grande multipara biasanya lebih banyak penyulit dalam kehamilan dan
Status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat tersebut atau keadaan fisiologik akibat
Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan fisik yang merupakan hasil dari
konsumsi, absorbsi, dan utilasi berbagai macam zat gizi baik makro maupun mikro
(Mutalazimah, 2005). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa
sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,
cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain, kualitas bayi yang
dilahirkan sangat bergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil
(Kartikasari, 2011).
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status
gizi masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang
dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Kekurangan zat gizi dan
rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat rawan, hal ini ditandai masih
23
tingginya angka kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan karena anemia gizi dan
Makanan ibu hamil harus disesuaikan dengan kebutuhan yaitu makanan yang
masih lambat sehingga kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin belum begitu besar,
Pertumbuhan janin pada trimester II dan III berlangsung dengan cepat sehingga perlu
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan tentang makanan sehat bagi ibu hamil
a. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan
pertumbuhan bayi.
b. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi karbohidrat, protein, lemak,
d. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar
Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi oleh tubuh, yaitu faktor
a. Faktor Primer
24
Faktor primer adalah faktor asupan makanan yang dapat menyebabkan zat gizi
tidak cukup atau berlebihan. Hal ini disebabkan karena konsumsi makanan yang
anggota kelurga berkaitan dengan keadaan sosial dan ekonomi dari wilayah
tertentu.
4) Kebiasaan makan yang salah. Kebiasaan makan berawal dari kesukaan seseorang
terhadap suatu makanan. Contoh kebiasaan makan yang salah adalah kesukaan
seseorang pada makanan jeroan, maka hal ini dapat menjadi kebiasaan dan
b. Faktor sekunder
tidak tercukupinya zat gizi bagi kebutuhan tubuh, yaitu seseorang yang
mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup tetapi zat gizi dalam makanan yang
sekunder adalah :
25
1) Gangguan pencernaan makanan, seperti gangguan pada alat cerna, gigi geligi,
atau enzim yang menyebabkan makanan tidak dicerna dengan baik, sehingga zat
gizi tidak terabsorbsi secara sempurna dan mengakibatkan kebutuhan tubuh tidak
terpenuhi.
2) Gangguan penyerapan (absorbsi) zat gizi seperti akibat dari adanya parasit atau
gangguan pada fungsi organ hati (liver), penyakit kencing manis, atau
Kehamilan usia remaja adalah kehamilan yang berlangsung pada usia 11–18 tahun.
Kehamilan yang terjadi pada termasuk dalam kehamilan yang berisiko karena
kematangan fisik dan psikis yang belum sempurna, pendidikan rendah, sosialisasi
kurang, kecemasan, dan masalah ekonomi akibat lari dari rumah. Remaja putri yang
mulai hamil ketika kondisi gizinya buruk berisiko melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah sebesar 2–3 kali lebih besar disbanding mereka yang berstatus
gizi baik, dan kemungkinan bayi mati sebesar 1,5 kali (Arisman, 2010).
26
b. Usia ibu lebih dari 35 tahun dan jumlah anak lebih dari 4.
Wanita yang berumur 35 tahun atau ibu yang telah melahirkan empat kali atau lebih
Wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm memiliki risiko mengalami
persalinan macet yang disebabkan karena panggul sempit, sehingga tidak mudah
LLA kurang dari 23,5 cm. Akibat lanjutan dari LLA kurang dari 23,5 cm :
dalam hal ini ibu masuk dalam kategori risiko KEK. Ibu hamil yang menderita KEK
mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan
dibandingkan dengan ibu hamil LLA kurang dari 23,5 cm, mempunyai risiko yang
lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan,
pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat
27
g. Kehamilan dengan Anemia.
Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan yang meningkat bertujuan untuk
volume darah ibu; jumlah yang diperlukan sekitar 1000 mg selama hamil.
Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relative sedikit, yaitu 0,8 mg sehari, yang
kemudian meningkat selama trimester II dan III hingga 6,3 mg sehari. Sebagian
peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan besi dan dari peningkatan jumlah
presentasi besi yang terserap melalui saluran cerna. Namun, jika cadangan ini sangat
sedikit sementara kandungan dan serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit,
pemberian suplementasi pada masa ini sangat penting. Tablet zat besi dalam bentuk
ferro lebih mudah diserap disbandingkan dengan zat besi dalam bentuk ferri
(Arisman, 2010).
Tablet zat besi yang banyak tersedia, mudah didapat, murah, serta khasiatnya
paling efektif ialah ferro sulfat, ferro glukonat, dan ferro fumarat. Ibu hamil biasanya
tidak hanya diberi suplementasi zat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian
asam folat sebesar 500 µg dan zat besi sebanyak 120 mg. Respons positif terhadap
pemberian suplemen zat besi dan asam folat dapat dilihat dari peningkatan kadar
hemoglobin sebesar 0,1 gr/dl sehari mulai dari hari kelima dan seterusnya, sehingga
dengan pemberian sebanyak 30 gr zat besi tiga kali sehari akan meningkatkan kadar
hemoglobin paling sedikit sebesar 0,3 gr/dl/minggu, atau 10 hari (Arisman, 2010).
seorang ibu hamil pada masa kehamilan. Istilah ini diadopsi oleh “The American
28
College of Obstetrician and Gynecologist” untuk mengganti istilah preeklampsia
dan eklampsia. Sindrom ini terdiri atas hipertensi, proteinuria, dan edema. Hipertensi
jenis ini sering dialami oleh ibu hamil yang berusia 20-35 tahun dengan usia
kehamilan 20 minggu, berasal dari lapisan sosial ekonomi tingkat bawah, dan
menderita malnutrisi. Seorang ibu hamil yang sering mengeluh pusing, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri perut bagian atas (ulu hati), penurunan nafsu makan,
rasa mual, dan muntah dapat dicurigai menderita hipertensi (Arisman, 2010).
terlalu berlebihan jika dibandingkan dengan kebutuhan energi atau pemakaian energi.
Tingkat energi dalam tubuh diperoleh dari asupan zat gizi penghasil energi yaitu
karbohidrat, lemak dan protein. Kebutuhan energi ditentukan dari energi basal,
aktifitas fisik, dan thermic, effect of food (TEF) (Soegih & Wiramihardja, 2009).
jumlah sel jaringan lemak sehingga menyebabkan obesitas (Lestari & Helmiyati,
2018).
Untuk menentukan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. Penilaian Klinis
kaitannya dengan kurang gizi (Darwita, 2011). Cara pengukuran ini didasarkan
29
pada perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan epitel atau bagian tubuh lain
terutama pada mata, kulit, dan rambut. Selain itu, pengamatan juga dapat
dilakukan pada bagian tubuh yang dapat diraba dan dilihat atau bagian tubuh lain
yang terletak dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Cara ini relative
murah dan tidak memerlukan peralatan canggih, namun hasilnya sangat subjektif
b. Penilaian Biokimia
Digunakan untuk mengatasi kejadian status gizi kurang secara dini, pemeriksaan
cara biokimia ini dilakukan pada pemeriksaan jaringan tubuh seperti darah dan
urin (Darwita, 2011). Penilaian biokimia merupakan cara penilaian yang lebih
sensitif dan mampu menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada lansia,
seperti hiperlidemia, kurang kalori protein, dan anemia defisiensi besi (Fe) dan
c. Biofisik
untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu (Darwita,
2011).
d. LiLA
Ukuran lingkar lengan atas digunakan untuk mengetahui risiko KEK pada wanita
usia subur. Ukuran lingkar lengan atas tidak dapat digunakan untuk mengetahui
perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pita meteran kain yang terdapat di
masyarakat dapat digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas. Batas imbang
lingkar lengan atas untuk menentukan KEK pada wanita usia subur adalah :
30
1) Jika ukuran LLA sama atau lebih dari 23,5 cm, wanita tergolong normal atau
2) Jika ukuran LLA kurang dari 23,5 cm, wanita tergolong status gizi kurang
artinya menderita KEK. Akibat KEK pada wanita usia subur adalah wanita
mempunyai risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Par’i, 2017).
Penilaian status gizi ibu hamil meliputi evaluasi terhadap faktor risiko diet,
diperoleh memalui ingatan 24 jam (recall-24 hour). Faktor risiko diet dibagi dalam
dua kelompok, yaitu risiko selama hamil dan risiko selama perawatan (antenatal).
Risiko yang pertama adalah usia dibawah 18 tahun, berat badan 120% dari berat
badan baku, dan terlalu sering hamil dengan selang waktu 1 kg/bulan),
hemoglobin (Hb) 140/90 mmHg, edema, dan albumin >2+ ; e. Janin kembar
(Arisman, 2010).
e. Antropometri
secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pengukuran
dilakukan meliputi berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak bawah kulit
dan khusus pada lansia adalah pola distribusi lemak. Semua hasil pengukuran
tersebut harus dikontrol terhadap umur (kecuali pola distribusi lemak) dan jenis
kelamin perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia
31
Antropometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh
Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau ukuran tubuh, yaitu
tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Tinggi badan merupakan parameter
penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan saat ini, serta menggambarkan
IMT berhubungan erat dengan berat badan populasi tiap-tiap etnis dan jenis
kelamin, tetapi kurang dipengaruhi oleh tinggi badan. Bentuk tubuh seseorang
berkaitan dengan jenis kelamin, etnis, jenis aktivitas fisik, status sosial ekonomi,
(Indeks Masa Tubuh) untuk melihat status gizi pada orang dewasa yang
berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT dapat ditentukan
melalui perhitungan perbandingan berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
32
(Sumber : Asfuah, 2012).
<20 Kg/m2
Gizi Kurang
20-25 Kg/m2
Normal
25-30 Kg/m2
Gizi lebih
>30 Kg/m2
Obesitas
33
F. Kerangka Teori
Usia
Anemia
Penyakit Kronis
Aktivitas
Paritas
Status Gizi
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
34
Bagan 2.1 Kerangka Teori
35