Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERAN GENERASI MUDA UNTUK MEMPERKUATKAN KETAHANAN NASIONAL

DISUSUN OLEH :
NAMA : DWI PURWANTO
NIM : 048784828
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

UNIVERSITAS TERBUKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi yang pesat telah menyebabkan generasi muda melupakan tanggung
jawab mereka dalam menggerakkan pembangunan NKRI, yang telah menjadi perjuangan panjang
para pahlawan yang telah berkorban jiwa dan raga untuk mempertahankan kedaulatan negara.
Gambaran ini telah menimbulkan perasaan prihatin di kalangan bangsa Indonesia, dengan
menyadari bahwa generasi muda seharusnya menjadi pewaris tongkat estafet kepemimpinan
negara.
Masalah ini disebabkan oleh kurangnya motivasi generasi muda untuk mengasah potensi
mereka dan kekurangan pemahaman mereka tentang pentingnya memelihara kedaulatan NKRI.
Selain itu, kemampuan generasi muda dalam berpikir kritis mengenai masalah-masalah tertentu
juga terbatas, dan semangat mereka dalam memberikan makna pada konsep kedaulatan cenderung
memudar. Kedua faktor ini memiliki hubungan erat dengan kemampuan generasi muda dalam
menjaga integritas dan kedaulatan NKRI.
Melihat situasi saat ini, kita dapat mengantisipasi bagaimana masa depan Indonesia akan
terbentuk. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki ambisi besar dalam mewujudkan
kemajuan bangsa sesuai dengan cita-cita yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar tahun 1945 (UUD 1945). Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kontribusi aktif dari seluruh
lapisan masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali.
Perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya menciptakan "kesatuan sebagai bangsa" dan
"mendirikan negara merdeka" telah dipenuhi dengan dinamika dan perubahan. Perjuangan ini
dimulai dengan upaya para pemuda sejak tahun 1908, yang kemudian dirayakan setiap tahun
dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1908. Pada saat itu, kita mulai
mengenali pentingnya hidup dalam kerangka bernegara dan berpolitik.
Sumpah Pemuda, yang dirumuskan oleh perwakilan pemuda dari seluruh penjuru
nusantara, adalah hasil dari pertemuan Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II. Melalui
kongres-kongres ini, kita mulai mengenal Sumpah Pemuda sebagai komitmen kesetiaan dalam
perjuangan bangsa. Kongres Pemuda I diadakan di Jakarta pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926, di
mana mereka membahas pentingnya persatuan nasional untuk mencapai kemerdekaan. Kemudian,
pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia berkumpul lagi dalam Kongres Pemuda
II, dan pada tanggal 28 Oktober 1928, mereka secara bersama-sama mengucapkan Sumpah
Pemuda. Sejak saat itu, setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda untuk
mengenang peristiwa bersejarah ini.
Dari berbagai peristiwa dalam sejarah perjuangan bangsa, ada satu peristiwa yang harus
tetap menjadi catatan penting bagi kita. Pada saat-saat itu, komitmen atau kesepakatan nasional
dibentuk oleh para pemuda. Peristiwa ini adalah "Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, yang kemudian diikuti dengan pengesahan UUD NKRI Tahun 1945 sebagai
Konstitusi Negara sehari setelahnya." Proklamasi Kemerdekaan dan pengesahan UUD NKRI
Tahun 1945 mewakili kesepakatan nasional dari seluruh warga bangsa bahwa pengaturan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia didasarkan pada ideologi negara yang dikenal
sebagai Pancasila. Hal ini juga didasari oleh konstitusi negara, yaitu UUD NKRI Tahun 1945, dan
kesepakatan mengenai bentuk negara sebagai negara kesatuan Republik Indonesia. Selain itu,
kesepakatan ini menegaskan bahwa masyarakat Indonesia, yang berasal dari berbagai suku, ras,
etnis, budaya, agama, dan norma-norma kehidupan, bersatu dalam semangat Bhinneka Tunggal
Ika.
Dalam era modern, pemuda merupakan harapan utama bagi kemajuan suatu bangsa.
Kualitas dan kecerdasan pemuda sangat memengaruhi perkembangan negara. Semakin banyak
pemuda yang berkualitas dan cerdas, semakin besar investasi dalam perkembangan dan kemajuan
bangsa. Harapan akan masa depan Indonesia akan tercapai jika para pemuda bersatu untuk
membangun negara tanpa ada tekanan atau ancaman dari pemerintah. Sebaliknya, pemerintah
seharusnya memberikan dukungan dan fasilitas kepada para pemuda yang ingin berperan dalam
membangun bangsa.
Sebagai seorang mahasiswa, apakah Anda pernah memberikan motivasi baru bagi bangsa
dan negara yang Anda cintai? Apakah Anda telah aktif dalam mengembangkan sesuatu yang patut
dibanggakan, terutama bagi Bangsa dan Negara Indonesia? Atau apakah Anda telah berperan
dalam membangun citra baik Bangsa dan Negara Indonesia?
Sebagai mahasiswa, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk mereformasi sistem yang
kuno menjadi sesuatu yang lebih berkualitas dan menciptakan inovasi. Namun, seringkali peran
ini diabaikan oleh mahasiswa, dan saya pun pernah merasa demikian. Namun, dengan kesadaran
akan pentingnya peran mahasiswa dalam membangun Indonesia, topik ini menjadi perbincangan
utama dalam artikel sederhana ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keutuhan Wilayah Perbatasan NKRI
Wilayah perbatasan suatu negara, termasuk wilayah daratan dan perairan, adalah area yang
memiliki dampak signifikan dan peran strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Wilayah perbatasan ini memiliki keterkaitan erat dengan aktivitas di wilayah negara-negara
tetangga yang berbatasan dengan Indonesia, baik dalam lingkup nasional, regional (antarnegara),
maupun internasional. Selain itu, wilayah perbatasan juga memainkan peran penting dalam aspek
politik, pertahanan, dan keamanan nasional. Oleh karena itu, menjaga keutuhan wilayah
perbatasan Indonesia menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional.

Namun, dalam prakteknya, terdapat berbagai hambatan dan ancaman yang seringkali
merugikan kepentingan bangsa Indonesia dalam menjaga wilayah perbatasannya.
Permasalahan terkait wilayah perbatasan dapat dilihat dari tiga aspek utama:

1. Aspek Sosial Ekonomi: Wilayah perbatasan seringkali merupakan daerah yang kurang
berkembang atau terbelakang. Hal ini disebabkan oleh lokasinya yang relatif terisolir dan
terpencil, dengan tingkat aksesibilitas yang rendah. Tingkat pendidikan dan kesehatan
masyarakat di wilayah perbatasan juga cenderung rendah. Kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat di daerah perbatasan seringkali rendah, ditandai oleh tingginya jumlah penduduk
miskin dan adanya desa tertinggal. Selain itu, informasi tentang pemerintahan dan
pembangunan yang mencapai masyarakat di daerah perbatasan seringkali sangat terbatas,
menciptakan apa yang disebut sebagai "blank spots."
2. Aspek Pertahanan dan Keamanan: Kawasan perbatasan memiliki wilayah pembinaan yang
luas dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini dapat menyulitkan
pelaksanaan kendali pemerintahan, pengawasan, dan pembinaan teritorial yang sinergis,
mantap, dan efisien. Keadaan ini berdampak pada keamanan wilayah perbatasan.
3. Aspek Politik: Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan sering
dipengaruhi oleh kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga. Ini berpotensi menciptakan
kerawanan dalam hal politik. Jika ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan sangat
tergantung pada perekonomian negara tetangga, maka hal ini bisa menimbulkan kerawanan
politik dan bahkan mengancam kedaulatan bangsa. Oleh karena itu, wilayah perbatasan adalah
aset negara yang harus dijaga dan dipertahankan dari segala jenis ancaman, baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar negeri.

B. Makna Keutuhan Bangsa dan NKRI


Terdapat dua unsur anasir yang dapat memengaruhi keutuhan NKRI:

1. Anasir dari Luar:


Anasir ini diwakili oleh negara tetangga kita, Malaysia. Ancaman dari luar bisa mencakup
berbagai hal, termasuk sengketa perbatasan atau isu-isu terkait kedaulatan wilayah. Negara
tetangga yang mungkin memiliki klaim atau tindakan yang meragukan dapat menjadi anasir
terhadap keutuhan NKRI.

2. Anasir dari Dalam:


Anasir ini merujuk pada ancaman yang muncul dari dalam NKRI sendiri. Beberapa ancaman
mungkin dalam bentuk gerakan terang-terangan yang berusaha melawan pemerintah, seperti
Gerakan Aceh Merdeka, Republik Maluku Selatan, dan Gerakan Papua Merdeka. Ada juga
kelompok yang lebih kecil yang mungkin tidak terlihat jelas. Persengketaan antara warga atau
instansi pemerintah di dalam negeri juga merupakan anasir yang harus diwaspadai. Meskipun
mungkin terlihat sepele, perselisihan seperti ini dapat mengganggu kerukunan dan persatuan
bangsa jika tidak ditangani dengan bijaksana.

Pemahaman tentang keutuhan NKRI mencakup aspek yang luas, termasuk wilayah,
khasanah budaya, sumber daya alam, penduduk, dan sumber daya manusia. Menjaga keutuhan
NKRI adalah tugas yang berat dan luas, dan tidak dapat hanya dilakukan dengan protes atau
demonstrasi semata. Lebih penting lagi, kita perlu merenungkan penyebab ancaman-ancaman
tersebut dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai untuk menjaga keutuhan NKRI.

C. Peran Arsip dalam Mengawal Keutuhan Wilayah NKRI


Indonesia adalah negara yang besar, baik dari segi jumlah penduduk maupun luas wilayah
dan jumlah pulau. Dengan lebih dari 210 juta jiwa dan lebih dari 17 ribu pulau, menjaga dan
merawat wilayah sebanyak itu adalah tugas yang sangat sulit. Bahkan memberi nama pulau-pulau
tersebut bukan perkara yang mudah. Namun, meskipun tugasnya berat, pemerintah dan seluruh
komponen bangsa harus berkomitmen untuk menjaga keutuhan NKRI.

Sebagai tindakan awal, perlu dilakukan inventarisasi menyeluruh terhadap semua pulau di
Indonesia. Pulau-pulau yang belum memiliki nama sebaiknya diberi nama. Selanjutnya, dilakukan
pendataan, identifikasi, dan pemetaan topografi untuk setiap pulau, sambil memasang prasasti batu
atau papan nama yang menandakan identitas Indonesia. Beberapa pulau yang berbatasan langsung
dengan wilayah negara lain sebaiknya dipasang mercu suar. Seluruh kegiatan ini akan
menghasilkan berbagai jenis arsip, termasuk yang berbentuk dokumen tertulis (arsip kertas)
maupun non-tertulis seperti foto, peta, film, dan lain sebagainya. Arsip-arsip ini harus diawasi dan
dijaga oleh lembaga-lembaga terkait seperti TNI, Dephan, Depkumham, Depdagri, dan lainnya.
Untuk alasan keamanan dan keselamatan, arsip-arsip ini juga sebaiknya disimpan di Arsip
Nasional. Arsip-arsip ini akan menjadi bukti autentik yang dapat diwariskan kepada generasi
mendatang, sehingga mereka memiliki bukti yang jelas jika suatu saat wilayah NKRI dipersoalkan.
Upaya ini juga perlu didukung oleh patroli keamanan yang rutin dilakukan oleh TNI untuk
mencegah masuknya pihak lain secara ilegal ke wilayah tersebut. Pengakuan internasional atas
wilayah, termasuk seluruh pulau-pulaunya, juga sangat penting dan perlu didaftarkan ke lembaga
internasional yang berwenang.

Identifikasi dan pemetaan topografi perlu dijalankan secara terencana dalam interval waktu
tertentu untuk mengantisipasi perubahan wilayah akibat proses alam. Kegiatan ini juga sebaiknya
dijalankan oleh Pemerintah Daerah di Indonesia agar kasus seperti Tanah Timbul Sungai Bodho
di Kebumen tidak terulang di daerah lain. Dalam kasus tersebut, tanah timbul semula merupakan
delta yang terpisah dari wilayah Cilacap. Seiring berjalannya waktu dan akibat dari proses alam,
delta sungai tersebut menyatu dengan daratan Cilacap. Hal ini kemudian memicu klaim Cilacap
sebagai wilayahnya. Meskipun menurut peta yang dibuat oleh Belanda pada tahun 1931, Tanah
Timbul tersebut adalah wilayah Kebumen. Untungnya, dokumen peta tersebut disimpan oleh
Kodam IV Diponegoro, sehingga sengketa tersebut dapat diselesaikan pada Februari 2002.

D. Peran serta Pemuda dalam Menjaga Keutuhan NKRI


Dalam berbagai istilah dan kosakata dalam bahasa Indonesia, pemuda juga sering dikenal
dengan sebutan generasi muda atau kaum muda. Mereka dianggap sebagai salah satu sumber daya
manusia muda yang memiliki peran penting dalam pembangunan. Pemuda dipandang sebagai
subjek pemberdayaan, memiliki kualifikasi yang efektif dengan kemampuan dan keterampilan
yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka diharapkan dapat
berpartisipasi secara aktif bersama dengan elemen lain dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi oleh bangsa.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ada juga pemuda yang masih memerlukan bantuan,
dukungan, dan pengembangan agar mereka bisa mencapai potensi dan kemampuan optimal.
Mereka berperan sebagai objek pemberdayaan yang membutuhkan bantuan untuk tumbuh dan
berkembang hingga dapat berperan aktif dalam masyarakat.

Dalam konteks ekosferis, pemuda dan generasi muda berada dalam situasi yang sebanding
dalam menghadapi dinamika kehidupan. Generasi tua memiliki tanggung jawab untuk
membimbing generasi muda sebagai generasi penerus dan mempersiapkan mereka untuk
menghadapi tanggung jawab yang semakin kompleks. Di sisi lain, generasi muda harus mengisi
akumulator pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh generasi tua yang semakin berkurang.

Generasi muda tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab mereka dalam
memelihara, membangun, dan memajukan masyarakat dan negara. Mereka memiliki peran penting
karena akan menjadi generasi yang akan mewarisi masa depan. Dalam sejarah, generasi muda
sering kali menjadi kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Mereka sering kali
memiliki pendidikan yang baik, pemikiran ilmiah, semangat, kritikalitas, logika, dan integritas
yang diperlukan dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan.

Sejarah mencatat peran penting yang dimainkan oleh pemuda dalam peristiwa-peristiwa
penting seperti Sumpah Pemuda pada tahun 1928 yang mengakui satu bangsa Indonesia,
proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, koreksi terhadap kepemimpinan nasional pada tahun
1966, gerakan Reformasi pada tahun 1998, dan lainnya. Pemuda selalu menjadi agen perubahan
yang diharapkan untuk menyelamatkan bangsa dalam situasi krisis. Oleh karena itu, peran pemuda
sebagai elemen kunci dalam pembangunan dan perubahan bangsa sangatlah penting, terutama
dalam menghadapi berbagai tantangan yang berbeda di setiap zamannya.
E. Peranan Mahasiswa dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional
Mahasiswa memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa, yang pada akhirnya akan memperkuat ketahanan nasional. Mereka juga berperan
dalam mengimplementasikan semangat bela negara dan memberikan kontribusi nyata dalam
menggerakkan heroisme, seperti yang terjadi dalam sejarah Indonesia pada berbagai peristiwa
penting, mulai dari tahun 1908, 1928, 1945, 1966, hingga 1998.

Pemahaman dan sikap warga negara, termasuk mahasiswa, terhadap kebangsaan sangat
memengaruhi pola pikir dan tindakan mereka. Lingkungan strategis dunia yang terus berubah dan
kompleks, termasuk perkembangan ancaman dari waktu ke waktu, memerlukan adaptasi yang baik
dari setiap bangsa, termasuk Indonesia. Ancaman dapat berupa militer dan non-militer, termasuk
ancaman hibrida, yang merupakan gabungan dari berbagai bentuk ancaman baik militer maupun
non-militer, sebagaimana dipengaruhi oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
Ancaman tersebut dapat mempengaruhi ketahanan nasional dalam berbagai aspek, seperti
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan, serta teknologi. Selain itu,
ancaman juga dapat menimbulkan ongkos sosial dan kerugian negara.

Mahasiswa seharusnya memberikan contoh sebagai pemuda yang terdidik dengan


mengedepankan nilai toleransi dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka juga
harus mampu mengembangkan inovasi dan menghargai kearifan lokal untuk mengurangi
ketergantungan pada nilai-nilai asing. Sebagai mahasiswa, mereka harus menunjukkan moralitas
dan karakter yang kuat, dengan fokus pada kepemimpinan yang didasarkan pada karakter yang
kuat. Karena karakter memiliki peran dominan, yakni sekitar 80%, sedangkan ilmu pengetahuan
sekitar 5%, pengetahuan umum sekitar 5%, dan pengambilan keputusan sekitar 10% dalam
kepemimpinan. Oleh karena itu, moralitas dan karakter yang baik sangat penting bagi mahasiswa
dalam membantu membangun dan melindungi keutuhan bangsa.

F. Strategi Mahasiswa dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional


Strategi yang perlu dilakukan untuk menciptakan pemuda Indonesia yang memiliki
wawasan kebangsaan, kecerdasan, keterampilan, kreativitas, daya saing, dan berakhlak mulia
adalah sebagai berikut:
1. Pemberdayaan Generasi Muda yang Terencana dan Berkelanjutan: Pemberdayaan
generasi muda harus direncanakan dengan matang, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan.
Ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan kemampuan generasi muda secara bertahap
dan berkesinambungan.
2. Koordinasi Lintas Bidang dan Lintas Sektor: Program pemberdayaan generasi muda harus
bersifat lintas bidang dan lintas sektoral. Koordinasi yang baik harus dimulai sejak perumusan
kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengendalian dan pengawasan. Masyarakat
juga harus dilibatkan secara aktif dalam proses ini.
3. Pemahaman Generasi Muda sebagai Subjek: Generasi muda harus ditempatkan sebagai
subjek yang aktif dalam pembangunan, bukan hanya sebagai objek. Mereka perlu diberikan
kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan diri mereka, berkontribusi
dalam pembangunan bangsa, dan bertanggung jawab atas peran mereka.
Dalam pelaksanaan strategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang berlaku
secara gradual sepanjang perkembangan usia generasi muda. Proses ini mencakup tahapan usia
yang berbeda, mulai dari usia 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun, dan 21-35 tahun. Setiap
kelompok usia memiliki tujuan dan sarana sosialisasi yang sesuai dengan tahap perkembangan
mereka.
Pencapaian kematangan generasi muda juga memerlukan lingkungan yang mendukung.
Dalam konteks ini, hal berikut perlu diperhatikan:
1. Iklim yang Kondusif: Generasi muda perlu diberikan lingkungan yang mendukung agar
mereka dapat mengaktualisasikan potensi, bakat, dan minat mereka dengan baik.
2. Strategi Kebudayaan: Pemberdayaan generasi muda harus didasarkan pada strategi
kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Generasi muda harus didorong untuk memahami dan
menganut nilai-nilai budaya yang memperkuat identitas kebangsaan.
3. Kebebasan dan Kesempatan: Para generasi muda harus diberikan kebebasan dan kesempatan
untuk mengorganisasi diri mereka secara bebas dan mandiri. Hal ini akan mendorong semangat
kompetisi dan inovasi.
Dengan implementasi strategi ini, diharapkan generasi muda Indonesia dapat berkembang
menjadi individu yang cerdas, berwawasan kebangsaan, berakhlak mulia, dan mampu bersaing
dalam skala nasional maupun internasional. Dalam hal ini, penting juga untuk memastikan bahwa
generasi muda memiliki akses yang merata ke pendidikan, pelatihan, dan peluang pengembangan
diri.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sangat benar bahwa pemuda dan mahasiswa memiliki potensi besar dalam menyelesaikan
berbagai persoalan bangsa, terutama yang berkaitan dengan Ketahanan Nasional. Kesadaran
pemuda untuk menjadi subyek pembangunan dan mendukung Ketahanan Nasional sangat penting.
Meskipun persoalan bangsa mungkin tidak bisa terselesaikan dengan cepat, namun dengan
membangun kesadaran di kalangan pemuda, kita dapat memperkuat Ketahanan Nasional.
Partisipasi mahasiswa dalam penegakan hukum dan keadilan di negara adalah langkah
yang sangat berarti. Hukum tidak hanya terbatas pada teks undang-undang, tetapi juga melibatkan
implementasinya dalam masyarakat. Mahasiswa yang peduli terhadap keadilan dan penegakan
hukum dapat berperan dalam mengawasi proses-proses ini, memastikan bahwa hukum benar-
benar dijalankan dengan adil dan berkeadilan.
Selain itu, pemahaman terhadap seni dan budaya daerah juga memainkan peran penting
dalam membangun keberagaman budaya Indonesia. Ini membantu masyarakat untuk menghormati
keanekaragaman budaya dan mencegah etnosentrisme. Melestarikan seni dan budaya daerah
adalah langkah penting untuk menjaga kekayaan budaya bangsa. Semua upaya ini bersama-sama
berkontribusi pada memperkuat keberagaman dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
demokratis.

Saran
Penulis berupaya sebaik mungkin untuk menyusun artikel ini, namun sadar akan
kekurangan dan kelemahan yang ada. Oleh karena itu, artikel ini mungkin memiliki kekurangan
dan kesalahan dalam konten maupun penulisan. Penulis mengharapkan saran dan partisipasi dari
pembimbing dan teman-teman untuk meningkatkan kualitas artikel ini. Terima kasih atas perhatian
dari pihak-pihak terkait.
Apakah tujuan dan cita-cita mahasiswa kita dapat diwujudkan melalui interaksi sosial? Hal
ini bergantung pada masing-masing mahasiswa yang terlibat dalam kelompok dengan semangat
idealisme yang sehat sebagai penggerak perubahan bagi negara dan masyarakat.
Teruslah mendorong kesadaran dan tindakan positif di kalangan pemuda dan mahasiswa,
karena mereka merupakan aset berharga dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
Semoga upaya-upaya ini berhasil dalam mengatasi tantangan dan memperkuat Ketahanan
Nasional bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Erlangga Masdiana dkk, Peran Generasi Muda Dalam Ketahanan Nasional, Kementerian negara
Pemuda dan olahraga, April 2018

Sulistya ningtyas, Tri. 2000 . Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pedekatan
Kebahasaan. Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008.

Jusuf, A. Gani. 2010. Implementasi Konsepsi Ketahanan Nasional dan Perkembangannya.

Kartodirdjo, Sartono. 2000. Pembangunan Bangsa tentang Nasionalisme, Kesadaran dan


Kebudayaan Nasional. Yogyakarta: Aditya Media.

Bohang, F. K. (2008). Membangun kesadaran bela negara bagi generasi milenial. Jurnal Program
Studi.

Anda mungkin juga menyukai