Anda di halaman 1dari 4

DESKRIPSI KEGIATAN

WEBINAR KAMISAN (KAJIAN MEMBAHAS ISU KEPEMILUAN)


“ANCAMAN PRAKTEK POLITIK UANG PADA PEMILU DAN PILKADA
TAHUN 2024”

A. LATAR BELAKANG
Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. (UU 7 Tahun 2017 Pasal 1:1).
Sedangkan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan
rakyat di wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis (UU
1 Tahun 2015 beserta perubahannya 1:1)
Pemilu dan Pemilihan bukan hanya prosedur rutin yang wajib dijalankan oleh negara-
negara demokratis. Terlaksananya pemilu adalah prasarat paling minimalis dari prosedur
demokrasi atau bisa dikatakan sebagai konsep inti dari demokrasi. Karena Pemilu/Pemilihan
merupakan salah satu prosedur terpenting untuk melegitimasi kekuasaan di dalam sistem
demokrasi, dimana politisi dan partai politik mendapatkan mandate untuk membuat keputusan
politik lewat sebuah kompetisi suara pemilih di dalam Pemilu/Pemilihan.
Salah satu pelanggaran yang seringkali terjadi pada saat pelaksanaan Pemilu/Pemilihan
diantaranya adalah maraknya praktek politik uang. Politik uang adalah suatu praktek yang
mencederai demokrasi. Mirisnya, bagi sebagian besar kontestan poltik uang yang seakan menjadi
syarat wajib untuk menang, dan bagi sebagian besar Pemilih, politik uang menjadi satu praktek
yang wajar dan tidak bisa dihindari. Ya, bangsa ini sudah sangat permisif terhadap politik uang.
Padahal jika ini dibiarkan, akan menjadi budaya atau tradisi di dalam setiap kontestasi elektoral
apapun, sehingga mencoreng arti dan makna dari demokrasi yang sebenarnya.
Politik uang merupakan salah satu masalah serius baik dalam Pemilu ataupun Pemilihan
di Indonesia, mulai dari pemilihan kepala desa, Kepala Daerah, anggota legislatif, Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) hingga Presiden dan Wakil Presiden selalu diwarnai praktek jual beli
suara. Tidak mengherankan apabila temuan dan laporan mengenai praktek politik uang
mendominasi dalam setiap laporan pelanggaran khususnya berkaitan dengan pelanggaran
dimasa tahapan kampanye, pemungutan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara.
Politik uang merupakan upaya menyuap pemilih dengan memberikan uang atau jasa
prefensi suara pemilih dapat diberikan kepada seorang penyuap. (Aspinall & Sukmajati, 2015).
Perilaku politik uang ini akan menghasilkan sebuah fenomena klientelisme dan patronase.
Klientelisme adalah suatu bentuk pertukaran yang sifatnya personal dengan ciri-ciri adanya
kewajiban dan hubungan kekuasaan yang terjadi dengan tidak seimbang antara mereka. Selain
itu, ditandai dengan aktivitas-aktivitas patron yang menyiapkan akses untuk klien berupa sarana-
sarana tertentu. Sehingga terbentuklah pola hubungan pertukaran timbal balik yang saling
menguntungkan. (Aspinall & Berenschot, 2019; Aspinall & Hicken, 2019)
Tentu saja politik uang akan berdampak buruk bagi pemilu dan penguatan demokrasi di
Indonesia. Selain pembodohan terhadap pemilih, persaingan antar kandidat atau peserta (parpol)
akan menjadi lebih timpang. Partai politik yang memiliki banyak uang berpotensi lebih besar
memenangkan pemilu. Dalam cakupan yang sangat luas, politik uang akan memicu korupsi
sebelum pemilihan (untuk mengembalikan modal politik) dan pasca pemilihan (mengembalikan
modal atau mengakomodir para penyumbang/donator). Politik uang juga menyebabkan terjadinya
pemborosan ongkos politik karena belum tentu efektif meningkatkan suara karena pemilih tidak
benar-benar mengenal partai/calon yang membagikan uang saat kampanye atau tahapan pemilu
lainnya.
Dalam skala nasional, pada Pemilu tahun 2019, kasus politik uang yang telah berkekuatan
hukum tetap terbilang tinggi. Dari 380 putusan yang telah mendapatkan putusan pengadilan
berkekuatan hukum tetap (inkracht) baik oleh pengadilan negeri (PN) atau pengadilan tinggi (PT),
sebanyak 45 putusan diantaranya terkait kasus politik uang. Meski demikian, ternyata hasil ini
memberikan efek kekecewaan tersendiri bagi anggota Bawaslu, Fritz Edward Siregar.
Kekecewaan Fritz tersebut didasari pengawas di lapangan banyak menemukan peserta pemilu
yang melakukan pelanggaran pemilu lewat politik uang ketika masa kampanye dan masa tenang
pada Pemilu 2019 lalu. Fritz menerangkan bahwa Pengawas ambil tindakan dan melaporkan
kepada pihak yang berwajib. Namun tidak menemui titik terang karena regulasi yang kurang jelas.
Fritz berharap ke depan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Beberapa pihak terkait harus satu
pemahaman ketika menyikapi politik uang. (Kompas : 2019)
Bawaslu sendiri memang telah “memperingatkan” bahwa politik uang merupakan salah
satu pelanggaran yang potensi terjadinya cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dalam buku
Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) yang di release Bawaslu pada tahun 2019 lalu. Dalam buku
tersebut, hasil pemetaan Bawaslu menyebutkan bahwa mobilisasi dengan menggunakan politik
uang berada di skor tinggi yakni 46,30.
Melalui program kamisan, peserta dan narasumber dapat mendiskusikan pertanyaan : “Melihat
dari berbagai fakta dan penomena dalam pemilu dan pilkada sebelumnya, patut kiranya
kita memikirkan bagaimana ancaman praktek politik uang di Pemilu dan Pilkada tahun
2024”

B. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :

Hari : Kamis
Tanggal : 02 Desember 2021
Media : Zoom Meeting
Waktu : Pkl. 13.00 WIB s.d selesai

C. TEMA KEGIATAN
Kegiatan kamisan (kajian membahas isu kepemiluan) edisi ini akan mengangkat tema
“Ancaman praktek politik uang di Pemilu dan Pilkada tahun 2024”

D. PESERTA
Kegiatan ini ditargetkan mampu diikuti oleh minimal 300 peserta dan maksimal 500 peserta,
yang berasal dari Bawaslu Provinsi, KPU Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, KPU
Kabupaten/Kota, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Mahasiswa, Kader Pengawasan
Partisipatif Bawaslu dan Masyarakat Umum se Indonesia.

E. METODE DISKUSI
Metode diskusi webinar kamisan adalah sebagai berikut :
1. Keynote Speaker memberikan paparan maksimal 10 menit
2. Masing – masing narasumber memberikan paparan maksimal 10 menit
3. Tanya jawab akan dibagi kedalam dua sesi, masing-masing sesi berisi 3 penanya
4. Pada akhir diskusi, keynote speaker dan narasumber masing-masing memberikan
closing statement maksimal 2 menit

F . NARASUMBER
Kegiatan kamisan edisi ini akan menghadirkan 1 (satu) orang keynote speaker dan 4(Empat)
orang narasumber, yakni :

Keynote Speaker :
Rahmat Bagja (Anggota Bawaslu Republik Indonesia)
Key Question :
a) Bagaimana peran BAWASLU dalam mengatasi praktek politik uang?
b) Apa saja hambatan Bawaslu dalam mengatasi praktek politik uang?
c) rekomendasi bawaslu berkaitan dengan penanganan praktek politik uang tahun 2024?

Narasumber :

1. Almas Sjafrina (Indonesia Corruption Watch)


Key Question :
a) Bagaimana modus praktik politik uang yang terjadi pada Pemilu dan Pemilihan?
b) Bagaimana ICW melihat proses penanganan pelanggaran praktik politik uang yang
terjadi pada Pemilu dan Pemilihan?

2. Wawan Heru Suyatmiko (Transparasi Internasional Indonesia)


Key Question :
a) Bagaimana pengaruh praktek politik uang terhadap Indeks Persepsi Korupsi di
Indonesia?
b) Bagaimana model sistem ideal yang bisa diterapkan untuk memberantas praktek
politik uang di Indonesia ?

3. Leo Agustino, P.hd (Akademisi Untirta)


Key Question :
a) Kenapa politik uang bisa terjadi? Dan potensi praktek politik uang bisa terjadi dimana
saja (di setiap kontestasi elektoral)?
b) Apakah regulasi yang mengatur tentang politik uang sudah memadai atau tidak?

4. Kompol Nursaid,SH., MH (Bareskrim Mabes POLRI)


Key Question :
a) Bagaimana mekanisme penanganan pelanggaran praktek politik uang?
b) Apa tantangan yang dihadapi dalam proses penanganan pelanggaran praktek politik
uang?
JADWAL KEGIATAN
WEBINAR KAMISAN (KAJIAN MEMBAHAS ISU KEPEMILUAN)

Hari/Tanggal Waktu Nama Kegiatan Keterangan

1. Menyanyikan lagu
1. Dipandu oleh Host
kebangsaan Indonesia
raya
Pkl. 13.00 – 13.15 WIB
2. Pengantar dari Ketua
2. Yadi (Ketua Bawaslu
Bawaslu Kabupaten
Kabupaten Serang)
Serang

Keynote Speaker :
Rahmat Bagja
(Anggota Bawaslu RI)

Narasumber :
1. Almas Sjafrina
(Indonesia Corruption
Watch)
Kamis, 2 Desember 2. Wawan Heru
2021 Suyatmiko
(Transparasi

Diskusi Nasional : Internasional

“Ancaman praktek Politik Indonesia)


Pkl. 13.15 WIB s.d selesai
uang di Pemilu dan Pilkada 3. Leo Agustino, P.hd

Tahun 2024” (Akademisi Untirta)


4. Kompol Nur
said,SH.MH
(Bareskrim Mabes
POLRI)
Moderator :
Sulyantarudin
(Bawaslu Kabupaten
Serang)

Anda mungkin juga menyukai