Anda di halaman 1dari 113

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN YANG

MEMILIKI NPWP DAN KARYAWAN YANG TIDAK MEMILIKI NPWP


TERHADAP PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG PADA CV.
WIDJAYA PRESISI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jenjang Pendidikan Strata Satu

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

Nama : Veti Maria Ulfah

NPM : 2017102811

NIK : 3275056411960008

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MULIA PRATAMA

BEKASI

2021
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

MULIA PRATAMA - BEKASI

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : VETI MARIA ULFAH


NPM : 2017102811
NIRM : 3275056411960008
JURUSAN : AKUNTANSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA SATU (S1)
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 KARYAWAN YANG
MEMILIKI NPWP DAN KARYAWAN
YANG TIDAK MEMILIKI NPWP
TERHADAP PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 TERUTANG PADA CV.
WIDJAYA PRESISI

Bekasi, 7 Oktober 2021

Disetujui dan diterima oleh:


Pembimbing Teknis, Pembimbing Materi,

Ir. Hj. Reni Yesi S., M.M. Drs. Suharjono, M.M.


Mengetahui

Ketua STIE Mulia Pratama, Ketua Jurusan,


Dr. Rakhmat, S.E., M.S.E. Dr. Tony R. Sinambela, M.M.
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
MULIA PRATAMA - BEKASI

TANDA LULUS MEMPERTAHANKAN SKRIPSI

NAMA : VETI MARIA ULFAH


NPM : 2017102811
NIRM : 3275056411960008
JURUSAN : AKUNTANSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA SATU (S1)
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 KARYAWAN YANG
MEMILIKI NPWP DAN KARYAWAN
YANG TIDAK MEMILIKI NPWP
TERHADAP PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 TERUTANG PADA CV.
WIDJAYA PRESISI

Bekasi, 7 Oktober 2021

1. Dr. Tony Renhard Sinambela, M.M.


Ketua Penguji ( )

2. Drs. Suharjono, M.M.


Sekretaris Penguji ( )

3. Ir. Hj. Reni Yesi S., M.M.


Anggota Penguji ( )
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, yang

telah memberikan kelancaran dan kemudahan kepada penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, yang merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi gelar sarjana ekonomi jenjang pendidikan strata satu (S1) jurusan

Akuntansi di STIE Mulia Pratama Bekasi. Dalam penulisan skripsi ini penulis

mengambil judul “Analisis Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Yang

Memiliki NPWP Dan Karyawan Yang Tidak Memiliki NPWP Terhadap

Pajak Penghasilan Pasal 21 Terutang Pada CV. Widjaya Presisi”

Mengingat adanya kemampuan dan pengetahuan penulis yang sangat

terbatas, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis akan dengan senang hati menerima saran

serta kritik yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini akan lebih

bermanfaat bagi kita semua.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya bagi semua

pihak yang telah banyak membantu, baik moril maupun materil, memberikan

dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada yang

saya hormati :

1. Bapak H. Broto Sunaryo Selaku Ketua Yayasan Pencerdasan Bangsa.

2. Bapak Dr. Rakhmat, S..E., M.S.E Selaku Ketua STIE Mulia Pratama

Bekasi.

i
3. Bapak Hartadi, S.E., M.Ak. Selaku Wakil Ketua l Bidang Pendidikan

STIE Mulia Pratama Bekasi.

4. Bapak Hj. Budi Rachmawati, S.Pd., M.Pd. Selaku Wakil Ketua ll Bidang

Administrasi Umum dan Keuangan STIE Mulia Pratama Bekasi.

5. Bapak Yohanes Sugiyanta, S.E., M.M. Bidang Kemahasiswaan STIE

Mulia Pratama Bekasi.

6. Bapak Dr. Tony Renhard Sinambela, M.M. Selaku Ketua Jurusan

Akuntansi STIE Mulia Pratama Bekasi.

7. Bapak Drs. Suharjono, M.M. Selaku Dosen Pembimbing Materi yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan,

bantuan serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Ir. Hj. Reni Yesi S., M.M. Selaku Kaprodi S1 Manajemen Dosen

Pembimbing Teknis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

selama proses pembuatan skripsi ini.

9. Seluruh Dosen STIE Mulia Pratama yang telah memberikan pelajaran,

pengarahan, dan bantuan kepada penulis.

10. Seluruh Staff dan Karyawan STIE Mulia Pratama yang telah memberikan

pelayanan yang baik selama kuliah di STIE Mulia Pratama.

11. Pimpinan dan karyawan CV. Widjaya Presisi terutama Ibu Nova Ananda

Putri yang sudah meluangkan waktu dan membantu dalam penyusunan

skripsi ini.

ii
12. Orang tua tercinta, Bapak Sarim dan Ibu Kamih beserta seluruh keluarga

tercinta terimakasih atas doa dan dukungannya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Semua pihak terutama teman-teman mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Mulia Pratama Angkatan 2017 yang saling membantu dan

memberikan dukungan baik moral maupun materil sejak awal hingga akhir

penulisan skripsi ini.

Penulis berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik

atas segala bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini dan Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

pihak yang berkepentingan.

Bekasi, 7 Oktober 2021

Veti Maria Ulfah

iii
ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN YANG
MEMILIKI NPWP DAN KARYAWAN YANG TIDAK MEMILIKI NPWP
TERHADAP PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG PADA CV.
WIDJAYA PRESISI

ABSTRAK

CV. Widjaya Presisi sebagai pemotong pajak penghasilan karyawan dan


juga menanggung beban pajak yang harus dibayarkan kepada Negara melalui
Instansi Perpajakan dimana salah satunya adalah pajak penghasilan pasal 21 yang
diwajibkan kepada karyawan untuk membayar pajak tersebut berdasarkan
penghasilan yang diperoleh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis


perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan pada CV. Widjaya
Presisi apakah sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

PPh Pasal 21 merupakan pajak terutang atas penghasilan yang menjadi


kewajiban wajib pajak untuk membayarnya. Penghasilan yang dimaksud berupa
gaji, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan,
atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam Negeri.
Undang-undang yang dipakai untuk mengatur tarif pajak, tata cara pajak,
pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak yaitu Undang-undang No. 36 Tahun
2008.

Metode analisis yang digunakan adalah metode Kuantitatif dan Deskriptif


yaitu membahas masalah dengan cara mengumpulkan data gaji, melakukan
perhitungan data, menganalisis permasalahan dan menyimpulkan, sehingga dapat
ditarik kesimpulan yang meliputi perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian di CV. Widjaya Presisi, karyawan yang


memiliki NPWP, dua puluh empat karyawan, menyetorkan PPh Pasal 21 Terutang
selama satu tahun sebesar Rp 154.722.000. Karyawan yang tidak memiliki
NPWP, dari sebelas karyawan, Menyetorkan PPh Pasal 21 Terutang selama satu
tahun sebesar Rp 46.720.320. CV.Widjaya Presisi belum melakukan perhitungan
dan pemotongan PPh Pasal 21 sesuai Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor
36 Tahun 2008.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis memberikan
saran karyawan pada bagian admin agar lebih teliti atas perhitungan, pemotongan
supaya tidak terjadi kesalahan pembayaran gaji lagi kedepannya.

Kata kunci : perhitungan, pemotongan pajak penghasilan pasal 21, pajak


penghasilan terutang.

iv
INCOME TAX ANALYSIS ARTICLE 21 EMPLOYEES WHO HAVE
NPWP AND EMPLOYEES WHO DO NOT HAVE NPWP ON INCOME
TAX ARTICLE 21 DUE TO CV. WIDJAYA PRECISION

ABSTRACT

CV. Widjaya Presisi as an employee income tax cutter and also bears the
burden of taxes that must be paid to the State through the Taxation Agency, one
of which is income tax article 21 which is required for employees to pay the tax
based on the income earned.

The purpose of this study was to find out how to analyze the calculation and
deduction of Article 21 income tax on employee salaries on CV. Widjaya Presisi
whether it is in accordance with Law Number 36 Year 2008.

Income Tax Article 21 is a tax payable on income which is the obligation of


the taxpayer to pay it. The income in question is in the form of salary, and other
payments under any name in connection with work, or activities carried out by
domestic individual Taxpayers. The law used to regulate tax rates, tax procedures,
withholding, depositing and reporting taxes is Law no. 36 of 2008.

The analytical method used is the Quantitative and Descriptive method,


namely discussing the problem by collecting salary data, calculating data,
analyzing problems and concluding, so that conclusions can be drawn which
include the calculation of Income Tax Article 21 on employee salaries.

Based on the results of research in CV. Widjaya Presisi, an employee who


has a TIN, twenty-four employees, deposited Article 21 Income Tax Payable for
one year amounting to Rp 154,722,000. Employees who do not have NPWP, out
of eleven employees, Deposit Article 21 Income Tax Payable for one year
amounting to Rp 46,720,320. CV.Widjaya Presisi has not calculated and deducted
Income Tax Article 21 in accordance with the Income Tax Law No. 36 of 2008.
Based on the results of research that has been done, the author gives advice
to employees on the admin section to be more careful with calculations,
deductions so that salary payments do not occur again in the future.

Keywords: calculation, withholding income tax article 21, income tax payable.

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4.2 Manfaat penelitian .................................................................................... 4

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................... 7

LANDASAN TEORI ............................................................................................. 7

2.1 Akuntansi .................................................................................................. 7

2.1.1 Siklus Akuntansi ....................................................................................... 9

2.1.2 Proses Akuntansi ....................................................................................... 9

vi
2.1.3 Bidang-bidang Akuntansi ....................................................................... 12

2.2 Akuntansi Pajak ...................................................................................... 14

2.2.1 Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan ...................................................... 15

2.2.2 Peran Akuntansi Dalam Perpajakan Indonesia ....................................... 17

2.3 Pajak ....................................................................................................... 18

2.3.1 Jenis pajak ............................................................................................... 18

2.3.2 Fungsi Pajak ............................................................................................ 21

2.3.3 Sistem Pemungutan Pajak ....................................................................... 23

2.3.4 Sanksi Dalam Pajak ................................................................................ 25

2.4 Pajak Penghasilan ................................................................................... 25

2.4.1 Pajak Penghasilan Pasal121 .................................................................... 26

2.4.2 Subjek dan Objek PPh Pasal 21. ............................................................. 27

2.4.3 Bukan Merupakan Objek PPh Pasal 21 .................................................. 30

2.4.4 Pemotongan PPh Pasal 21 ....................................................................... 31

2.4.5 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak ...................................................... 31

2.4.6 Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 ............................... 33

2.4.7 Tidak Termasuk Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21..................... 36

2.4.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak................................................................ 37

2.4.9 Tarif PPh Pasal 21................................................................................... 37

2.4.10 Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 ................................... 40

vii
2.4.11 Dasar Hukum Perhitungan PPh Pasal 21 ................................................ 41

2.4.13 Komponen Perhitungan PPh Pasal 21..................................................... 42

2.5 Pengertian Pajak Terutang ...................................................................... 52

2.5.1 Dasar Hukum Pajak Terutang ................................................................. 53

2.5.2 Pajak Terutang ........................................................................................ 53

2.5.3 Saat terutangnya PPh Pasal 21 ................................................................ 56

2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................... 57

2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................. 61

2.8 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 62

BAB III ................................................................................................................. 63

METODE PENELITIAN ................................................................................... 63

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 63

3.1.1 Variabel Penelitian .................................................................................. 63

3.1.2 Definisi Operasional ............................................................................... 64

3.1.3 Instrumen Penelitian ............................................................................... 65

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................ 66

3.2.1 Waktu penelitian ..................................................................................... 66

3.2.2 Tempat penelitian.................................................................................... 66

3.3 Populasi dan Sample ............................................................................... 66

3.4 Jenis Data dan Sumber Data ................................................................... 67

viii
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 67

3.6 Metode Analisa Data .............................................................................. 69

BAB IV ................................................................................................................. 71

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 71

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 71

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan................................................................. 71

a. Sejarah Singkat Perusahaan. ................................................................... 71

b. Struktur Organisasi Perusahaan. ............................................................. 73

c. Tugas dan Tanggung jawab .................................................................... 73

4.2 Analisis Data dan Pembahasan ............................................................... 77

4.3 Analisis Kuantitatif................................................................................. 78

4.4 Analisis Deskriptif .................................................................................. 83

4.4.1 Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Yang Memiliki NPWP ................ 83

4.4.2 Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Karyawan Yang Tidak Memiliki

NPWP ............................................................................................................... 85

4.4.3 Perbandingan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang memiliki

NPWP dan tidak memiliki NPWP.................................................................... 87

BAB V ................................................................................................................... 89

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 89

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 89

ix
5.2 Saran ....................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi ........................................................................... 11

Gambar 2.2 Kerangka Teoritis ......................................................................... 61

Gambar 4.1 Stuktur Organisasi Perusahaan ..................................................... 73

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pajak Penghasilan ............................................................................. 38

Tabel 2.2 Tarif Pajak (PTKP) ........................................................................... 38

Tabel 2.3 Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 ............................. 40

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 57

Tabel 4.1 Data Gaji Karyawan 2019 ................................................................ 82

Tabel 4.2 Perhitungan Karyawan Yang Memiliki NPWP ............................... 83

Tabel 4.3 Data Gaji Karyawan Yang Memiliki NPWP ................................... 84

Tabel 4.4 Perhitungan Gaji Karyawan Yang Tidak Memiliki NPWP ............. 85

Tabel 4.5 Data Gaji Karyawan Yang Tidak Memiliki NPWP ......................... 86

Tabel 4.6 Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan 21 Yang Memiliki

NPWP Dan Tidak Memiliki NPWP ................................................................. 87

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan perlu melakukan pencatatan agar dapat menghitung beban

pajak yang harus dibayarkan dengan benar dalam melakukan pembayaran

Pajak Penghasilan Pasal 21. Perhitungan pajak penghasilan merupakan

perhitungan atas pajak penghasilan yang dimana formula perhitungannya telah

diatur di dalam peraturan perpajakan yang berlaku saat ini. Setelah perhitungan

pajak penghasilan dilakukan, maka perusahaan melakukan pemotongan pajak

penghasilan. Pemotongan pajak penghasilan dilakukan sesuai perhitungan

jumlah pajak yang harus dibayar atas penghasilan karyawan yang bekerja di

perusahaan. Penyetoran pajak penghasilan dilakukan setiap akhir tahun pajak

masa dan peraturan penyetoran juga terdapat dalam peraturan perpajakan.

1
2

Perusahaan dalam melakukan perhitungan mengenai pembayaran pajak,

terkadang terjadi selisih antara perhitungan perusahaan dengan perhitungan

perpajakan. Jika perhitungan perusahaan lebih kecil dari pada perhitungan

perpajakan, maka terjadi kurang bayar dan perusahaan dapat dikenai sanksi

sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

CV. Widjaya Presisi juga sama dengan perusahaan lain yaitu sebagai

pemotong pajak yang memiliki kewajiban untuk memotong pajak penghasilan

karyawan untuk disetor kepada Negara.

Sama halnya dengan perusahaan lain CV. Widjaya Presisi memiliki

karyawan dan mereka semua dibutuhkan untuk membantu kelancaran tugas

yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan dimana dalam menjalankan tugas-

tugasnya para karyawan akan memperoleh pembayaran berupa gaji/upah sesuai

dengan beban tugas dan tanggung jawabnya.

CV. Widjaya Presisi juga menanggung beban pajak yang harus

dibayarkan kepada Negara melalui Instansi Perpajakan dimana salah satunya

adalah pajak penghasilan (PPh Pasal 21) yang diwajibkan kepada karyawan

untuk membayar pajak tersebut berdasarkan penghasilan yang diperoleh.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melaksanakan

suatu penelitian dengan judul “ANALISIS PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21 KARYAWAN YANG MEMILIKI NPWP DAN KARYAWAN

YANG TIDAK MEMILIKI NPWP TERHADAP PAJAK

PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG CV. WIDJAYA PRESISI”


3

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan agar penelitian terfokus pada materi yang

dibahas yaitu perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21

karyawan yang memiliki NPWP dan karyawan yang tidak memiliki NPWP

untuk karyawan kontrak.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 dan pemotongan PPh Pasal 21

karyawan yang memiliki NPWP pada CV. Widjaya Presisi ?

2. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 dan Pemotongan PPh Pasal

karyawan yang tidak memiliki NPWP pada CV. Widjaya Presisi ?

3. Apakah perhitungan PPh Pasal 21 dan pemotongan PPh Pasal 21 sesuai

dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah dan rumusan masalah,

tujuan penelitian ini dilakukan sebagai berikut :


4

1. Untuk mengetahui perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 karyawan

yang memiliki NPWP pada CV. Widjaya Presisi.

2. Untuk mengetahui perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 karyawan

yang tidak memiliki NPWP pada CV. Widjaya Presisi.

3. Untuk mengetahui pengaruh perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21

sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

1.4.2 Manfaat penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi diri

sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui praktek yang sesungguhnya

dan mengetahui sampai mana teori yang didapatkan selama perkuliahan

diterapkan dalam perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan

khususnya pajak yang dapat dijadikan solusi yang dianggap baik untuk

perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21.

3. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah

pengetahuan secara teoritis, wawasan, pemahaman, masukan, dan


5

sebagai bahan referensi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian

mengenai perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Berdasarkan latar belakang masalah, dengan judul Analisis Pajak

Penghasilan Pasal 21 Karyawan yang Memiliki NPWP dan Karyawan yang

Tidak Memiliki NPWP Terhadap Pajak Penghasilan 21 Terutang, maka

pembahasan penulis ini dibagi menjadi 5 Bab pembahasan dengan sistematika

penyajian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang Latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

sistematika penulisan yang merupakan gambaran secara

menyeluruh dalam penelitian ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan melalui

studi pustaka dari berbagai literatur yang berhubungan dengan

masalah penelitian dan penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan masalah penelitian, dan kerangka teoritis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian dan definisi

operasional, waktu dan tempat penelitian, dan metode analisis


6

data, sumber data, dan teknik pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang uraian/deskripsi/gambaran secara

umum atas subjek penelitian. Semua analisis dan temuan-temuan

yang dihasilkan dalam penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil dan

pembahasan penelitian, keterbatasan dalam penelitian, dan saran-

saran kepada pihak yang terkait mengenai hasil dari penelitian

yang telah dilakukan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Akuntansi

Akuntansi sering dijuluki sebagai “bahasa bisnis” , akibat perubahan

yang cepat dalam masyarakat telah menyebabkan semakin kompleksnya

“bahasa” misalnya, digunakan untuk pencatatan, mengikhtisarkan, melaporkan,

dan mengidentifikasikan data dasar ekonomi untuk kepentingan perseorangan,

perusahaan, pengusaha, pemerintah, dan anggota masyarakat lainnya.

America accounting association dalam Soemarso S.R (2005:30)

mendefinisikan akuntansi sebagai berikut.

Akuntansi merupakan proses mengidentifikasikan, mengukur, dan

melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan

keputusan yang jelas dan bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

7
8

Menurut Zaki Baridwan (2002:1) yang dikeluarkan oleh American

Institute Of Certified Public Accountants (AICPA) “Akuntansi adalah suatu

kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang

mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan

dalam memilih alternatif –alternatif dari suatu keadaan”

S. Munawir (2004:5) mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan-

pencatatan, penggolongan, dan ringkasan peristiwa-peristiwa dan kejadian-

kejadian, setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara setepat-

tepatnya dan dengan petunjuk atau dinyatakan dengan uang serta penafsiran

terhadap hal-hal yang timbul daripadanya.

Definisi diatas mengandung beberapa pengertian, yaitu :

1. Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi,

pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi. (Bagian ini menjelaskan

tentang kegiatan akuntansi).

2. Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan

berguna dalam penilaian dan pengambilan mengenai keputusan, mengenai

kesatuan usaha yang bersangkutan. (Segi kegunaan dari akuntansi).

Dengan definisi ini berarti bahwa para akuntan harus memiliki

pengetahuan luas mengenai lingkungan sosial ekonomi. Tanpa

pengetahuan ini, mereka tidak mampu mengenal dan menyajikan

informasi yang relevan.


9

2.1.1 Siklus Akuntansi

Di dalam kegiatan akuntansi, sering terjadi kesalahan baik dalam

pencatatannya maupun dalam perhitungannya. Oleh sebab itu, kegiatan

akuntansi dilakukan secara bertahap dan terjadi berulang setiap periode disebut

siklus akuntansi (accounting cycle. Menurut Soemarso SR.(2004:21), siklus

akuntansi adalah : “Tahap-tahap kegiatan dalam proses pencatatan dan

pelaporan akuntansi, mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan laporan

keuangan”

2.1.2 Proses Akuntansi

Proses Akuntansi adalah serangkaian aktivitas yang diawali dengan

transaksi dan berakhir dengan penutupan buku yaitu berakhirnya seluruh

proses pencatatan pada periode tertentu. Karena proses ini diulang setiap

periode pelaporan maka disebut sebagai siklus akuntansi yang mencakup

langkah-langkah utama, yaitu:

1. Mengidentifikasi transaksi atau peristiwa lain dikenali

2. Menyiapkan dokumen sumber transaksi itu seperti : nota pembelian, faktur

penjualan, bukti bon, kwitansi, dan cek.

3. Menganalisis dan mengklasifikasikan transaksi. Langkah ini melibatkan

kuantifikasi transaksi dalam bentuk uang, mengidentifikasi akun yang

terkena dampak dan apakah akun tersebut harus di debet atau di kreditkan.
10

4. Mencatat transaksi dengan membuat entri di jurnal yang sesuai, seperti :

jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas atau

pengeluaran, atau jurnal umum dan entri tersebut dibuat dalam urutan

kronologis.

5. Post entri jurnal umum ke buku besar. Langkah ini dilakukan selama

periode akuntansi sebagai transaksi terjadi atau dalam proses batch

periodik.

6. Menyiapkan neraca percobaan untuk memastikan bahwa debet kredit

sama. Saldo percobaan adalah daftar dari semua buku besar, dengan debet

di kolom kiri dan kredit di kolom kanan. Pada titik ini belum ada entri

menyesuaikan. Jumlah aktual dari setiap kolom tidak bermakna, yang

penting adalah bahwa nilai sama. Perhatikan pada saat out-of-balance

kolom menunjukkan kesalahan rekaman, kolom seimbang tidak menjamin

bahwa tidak ada kesalahan. Misalnya, ada transaksi yang lupa di jurnal

atau rekaman dalam akun yang salah tidak akan menyebabkan

ketidakseimbangan.

7. Memperbaiki perbedaan dalam neraca percobaan. Jika kolom tidak

seimbang, mencari kesalahan matematika, kesalahan posting, dan

kesalahan perekaman. Kesalahan posting meliputi: posting dari jumlah

yang salah, mengabaikan posting, posting di kolom yang salah, atau

posting lebih dari sekali.

8. Siapkan jurnal penyesuaian untuk merekam / mencatat transaksi yang

masih harus dibayar, ditangguhkan, dan jumlah yang diperkirakan.


11

9. Posting jurnal penyesuaian ke buku besar.

10. Siapkan neraca saldo disesuaikan. Langkah ini mirip dengan penyusunan

neraca percobaan, tapi jurnal penyesuaian sudah ada. Memperbaiki

kesalahan yang mungkin ditemukan.

11. Siapkan laporan keuangan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi

dan Laporan Arus Kas

12. Siapkan jurnal penutupan yang menutup rekening sementara seperti

pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian.

13. Posting jurnal penutup ke buku besar.

14. Siapkan neraca percobaan setelah penutupan untuk memastikan bahwa

debet kredit sama. Pada proses ini, hanya akun yang tetap muncul karena

akun yang sementara telah ditutup.


12

Gambar 2.1
Siklus Akuntansi

Bukti
Transak
si
Jurnal Pembalik Jurnal

Neraca Saldo
Buku Besar
Setelah
Utama
Penutup

Jurnal Penutup Neraca Saldo

Laporan
Kertas Kerja
Keuangan

Sumber : http://neracamikrosolusi.wordpress.com

2.1.3 Bidang-bidang Akuntansi

Bidang-bidang kegiatan lain, akuntansi juga mempunyai bidang-bidang

khusus akibat perkembangan zaman. Menurut Soemarso (1999:9) dalam buku

Akuntansi Suatu Pengantar bidang-bidang akuntansi terdiri dari:

1. Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)


13

Bidang ini berkaitan dengan akuntansi untuk unit ekonomi secara

keseluruhan. Ia berhubungan dapat pelaporan keuangan untuk pihak-pihak

di luar perusahaan yang mempunyai kepentingan yang beragam. Maka

pelaporan yang dihasilkan bersifat serba guna (General Purpose).

2. Akuntansi Pemeriksaan

Bidang ini berhubungan dengan pemeriksaan secara bebas terhadap

laporan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan. Walaupun tujuan utama

dilakukannya pemeriksaan adalah agar informasi yang dihasilkan dapat

lebih percaya, dan tujuan-tujuan lain.

3. Akuntansi Manajemen (Management Accounting)

Titik sentral dalam akuntansi manajemen adalah informasi manajemen

perusahaan. Beberapa kegunaan akuntansi manajemen mengendalikan

kegiatan perusahaan, memonitor arus kas, dan menilai alternatif dari

pengambilan keputusan.

4. Akuntansi Biaya (Cost Accounting)

Bidang ini menekankan pada penetapan dan control atas biaya. Ia terutama

berhubungan dengan biaya produksi suatu barang. Tetapi perhatian yang

makin meningkat mulai diberikan atas biaya distribusi. Fungsi utama

akuntansi biaya adalah pengumpulan dan menganalisis data mengenai

biaya.

5. Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)

Laporan akuntansi yang digunakan untuk tujuan perpajakan berbeda

dengan laporan untuk tujuan lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
14

konsep tentang transaksi dan kejadian keuangan, metode pengukuran dan

cara pelaporan.

6. Sistem Informasi (Information System)

Bidang ini menyediakan informasi keuangan maupun non keuangan yang

diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan organisasi secara efektif.

7. Penganggaran (Budgeting)

Bidang ini berhubungan dengan penyusunan rencana keuangan mengenai

kegiatan perusahaan untuk jangka waktu tertentu di masa datang serta

analisis dan pengontrolannya.

8. Akuntansi Pemerintah (Governmental Accounting)

Akuntansi Pemerintahan merupakan bidang akuntansi keuangan yang

diterapkan di lembaga pemerintah. Akuntansi pemerintah ini bertujuan

untuk menyajikan sebuah laporan keuangan, pengendalian dan

pengawasan keuangan negara.

2.2 Akuntansi Pajak

Menurut Sukrisno Agoes (2014:10) menjelaskan akuntansi pajak sebagai

berikut:

Akuntansi yang diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan disebut

akuntansi pajak. Akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi komersial

yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Akuntansi pajak hanya

digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan perpajakan.


15

Dengan adanya akuntansi pajak WP dapat dengan lebih mudah menyusun SPT.

Sedangkan akuntansi komersial disusun dan disajikan berdasarkan SAK.

Namun, untuk kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan

dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Adapun Akuntansi Pajak menurut Waluyo (2014:35) adalah sebagai

berikut :

Dalam menetapkan besarnya pajak terutang tetap mendasarkan laporan

keuangan yang disusun oleh perusahaan, mengingat tentang perundang-

undangan perpajakan terdapat aturan-aturan khusus yang berkaitan dengan

akuntansi, yaitu masalah konsep transaksi dan peristiwa keuangan, metode

pengukurannya, serta pelaporan yang ditetapkan dengan undang-undang.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi pajak

adalah pencatatan transaksi yang hanya berhubungan dengan pajak untuk

mempermudah penyusunan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) masa dan

tahunan pajak penghasilan.

2.2.1 Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan

Konsep dasar Akuntansi Perpajakan menurut Sukrisno Agoes (2014:11)

adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran dalam Mata Uang, satuan mata uang adalah pengukur yang

sangat penting dalam dunia usaha.


16

2. Kesatuan Akuntansi, suatu usaha dinyatakan terpisah dari pemiliknya

apabila transaksi yang terjadi dengan pemiliknya.

3. Konsep Kesinambungan, dalam konsep diatur bahwa tujuan pendirian suatu

perusahaan adalah untuk berkembang dan mempunyai kelangsungan hidup

seterusnya.

4. Konsep Nilai Historis, transaksi bisnis dicatat berdasarkan harga pada saat

terjadinya transaksi tersebut.

5. Periode Akuntansi, periode akuntansi tersebut sesuai dengan konsep

kesinambungan dimana hal ini mengacu pada Pasal 28 Ayat 6 UU KUP

Nomor 16 Tahun 2009.

6. Konsep Taat Asas, dalam konsep ini penggunaan metode akuntansi dari satu

periode ke periode berikutnya haruslah sama.

7. Konsep Materialitas, konsep ini diatur dalam Pasal 9 Ayat 2 UU PPh Nomor

36 Tahun 2008.

8. Konsep Konservatisme, dalam konsep ini penghasilan hanya diakui melalui

transaksi, tetapi sebaliknya kerugian dapat dicatat walaupun belum terjadi.

9. Konsep Realisasi, menurut konsep ini penghasilan hanya dilaporkan apabila

telah terjadi transaksi penjualan.

10. Konsep Mempertemukan Biaya dan Penghasilan, laba neto diukur dengan

perbedaan antara penghasilan dan beban pada periode yang sama.


17

2.2.2 Peran Akuntansi Dalam Perpajakan Indonesia

Peran Akuntansi dalam Perpajakan Indonesia menurut Waluyo (2014:24)

adalah sebagai berikut:

Sejak reformasi undang-undang perpajakan tahun 1983, babak baru

perpajakan Indonesia ditandai dengan asas perpajakan berikut :

1. Asas kegotongroyongan nasional terhadap kewajiban kenegaraan, termasuk

membayar pajak.

2. Asas keadilan, dalam pemungutan pajak kewenangan yang dominan tidak

lagi diberikan kepada aparat pajak untuk menentukan jumlah pajak yang

harus dibayar.

3. Asas kepastian hukum, Wajib Pajak diberikan ketentuan yang sederhana

dan mudah dimengerti serta pelaksanaan administrasi pemungutan pajaknya

tidak birokratis.

Untuk mewujudkan asas tersebut, pemungutan pajak di Indonesia

menggunakan Self Assessment system. Pada sistem ini masyarakat Wajib

Pajak diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakan,

sehingga peran akuntansi atau pembukuan/pencatatan Wajib Pajak menjadi

sangat besar.
18

2.3 Pajak

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan

umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH; dalam buku Pajak

Penghasilan (2016:5) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.

2.3.1 Jenis pajak

Menurut Resmi (2017:7) jenis pajak dikelompokan menjadi tiga, yaitu

pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga

pemungutan.

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokan menjadi dua :

a. Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak

lain.
19

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung oleh

pihak-pihak yang memperoleh penghasilan tersebut.

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada

orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat

karena suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN terjadi karena terdapat

pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh

produsen atau pihak yang menjual barang, tetapi dapat dibebankan

kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukan

dalam harga jual barang atau jasa).

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokan menjadi dua. Berikut ini penjelasannya.

a. Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak

atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). Dalam PPh terdapat subjek pajak

(wajib pajak) orang pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi

tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (status

perkawinan, banyaknya anak, dan tanggung jawab lainnya). Keadaan

pribadi wajib pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan

besarnya penghasilan tidak kena pajak.


20

b. Pajak Objektif

Pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya, baik berupa benda,

keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban untuk membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan

pribadi subjek pajak (wajib pajak) dan tempat tinggal.

Contoh : pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Menurut Lembaga Pemungutan

Pajak dikelompokan menjadi dua. Berikut penjelasannya.

a. Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh pemerintahan pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah tingkat I

(Pajak Provinsi) maupun daerah tingkat II (Pajak Kabupaten/Kota) dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Contoh : Pajak Provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air


21

Permukaan, Sedangkan Pajak Kabupaten/Kota meliputi Pajak hotel,

Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan

Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir,

Pajak Bumi dan Bangunan, Serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan.

2.3.2 Fungsi Pajak

Menurut Resmi (2017:3) terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi

budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regulerend (Mengatur).

a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah

satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik

rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah

berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi

pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak,

seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan, dan

sebagainya.
22

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial

dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang

keuangan. Berikut ini beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi

pengatur.

1. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat

terjadi transaksi jual beli barang tergolong mewah. Semakin mewah

suatu barang, tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut

harganya semakin mahal.

2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar

pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi

(membayar pajak) yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan

pendapatan.

3. Tarif pajak ekspor 0% dimaksudkan agar para pengusaha terdorong

mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga memperbesar

devisa negara.

4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri

tertentu, seperti industri semen, industri kertas, industri baja, dan

lainnya, dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap

industri tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau populasi

(membahayakan kesehatan).
23

5. Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan batasan

peredaran usaha tertentu, dimaksudkan untuk penyederhanaan

penghitungan pajak.

6. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing

agar menanamkan modalnya di Indonesia.

2.3.3 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam literatur tentang perpajakan, dikenal beberapa sistem pemungutan

pajak yang bisa terapkan, diantaranya self assessment, withholding system, dan

official assessment.

1. Self Assessment

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang Wajib Pajak menentukan

sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-

undang perpajakan.

2. Official Assessment

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang aparatur perpajakan

menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang terutang.

Dalam sistem ini inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan pemungutan

pajak sepenuhnya ada pada aparatur perpajakan. Sistem ini akan berhasil

dengan baik kalau aparatur perpajakan baik kualitas maupun kuantitasnya

telah memenuhi kebutuhan.

3. Withholding System.
24

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang penghitungan besarnya pajak

yang terutang oleh seorang wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga.

Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assessment.

Artinya, masyarakat Indonesia/wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak

yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan di

Indonesia. Sistem ini memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk:

a. Menghitung sendiri pajak yang terutang.

b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.

c. Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar.

d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

Sistem pemungutan pajak ini akan berhasil dengan baik jika masyarakat

sendiri sebagai wajib pajak mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang

tinggi. Jika tidak maka akan banyak pelanggaran-pelanggaran dari orang yang

semestinya membayar pajak tidak membayar pajak karena tidak adanya

pengetahuan sekaligus disiplin.

Karena itu, dalam sistem pemungutan pajak self assessment diperlukan

kekuatan dan kepastian hukum. Jadi, harus ada konsekuensi hukum bagi wajib

pajak yang telah memenuhi syarat pajak dan tidak melaksanakan kewajibannya

membayar pajak.
25

2.3.4 Sanksi Dalam Pajak

Guna mengatur dan mengawal peraturan tentang pajak, diberlakukan

sanksi yang diatur undang-undang. Yaitu :

a. Sanksi Administrasi

Yang dimaksud sanksi administrasi adalah sanksi yang ditetapkan

oleh undang-undang kepada wajib pajak karena tidak dipenuhinya

kewajiban-kewajiban sebagai ditentukan dalam Undang-Undang

Perpajakan. Sanksi administrasi berupa; denda (Pasal 7, Undang-Undang

No. 6 tahun 1983), bunga, (Pasal 8 Ayat (2) dan Pasal 13 Ayat (2)

Undang-Undang No. 6 tahun 1983), kenaikan (Pasal 13 Ayat (1),(2),(3)

dan Pasal 15 Ayat (1), (2) Undang-Undang No. 6 tahun 1983).

b. Sanksi Pidana

Yang dimaksud sanksi pidana adalah sanksi yang ditetapkan oleh

Undang-Undang kepada wajib pajak karena melakukan tindak pidana,

yaitu berupa; kurungan (Pasal 38, 39, dan 41 Undang-Undang No. 6 tahun

1983), denda (Pasal 38, 39, dan 41 Undang-Undang No.6 tahun 1983).

2.4 Pajak Penghasilan

Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan Undang-Undang No 17

Tahun 2000 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu

pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang kepentingan negara


26

dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban

yang harus dilaksanakannya. Yang dimaksud subjek pajak dalam pengertian

tersebut adalah orang pribadi atau badan.

Pajak Penghasilan termasuk jenis pajak subjektif, yaitu kewajiban

pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan. Kewajiban pajak ini

tidak dapat dilimpahkan kepada subjek lain. Pajak penghasilan diatur dalam

beberapa pasal, yaitu pasal 21,22,23, dan 25/29 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan telah beberapa kali diubah, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

2.4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015, PPh

21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang

pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri.

Dasar hukum perhitungan dan pemotongan PPh ini merujuk pada :

 Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

 Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016

 Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.010/2016 dan

102/PMK.010/2016
27

 Peraturan Undang-undang lainnya yang memuat tentang Pajak

Penghasilan

Menurut Rahmat Hidayat Lubis (2018:206) PPh pasal 21 adalah pajak

yang dipotong oleh pihak lain atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan,dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan, jasa,atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib

Pajak orang pribadi dalam negeri.

2.4.2 Subjek dan Objek PPh Pasal 21

a. Subjek Pajak PPh Pasal 21

Menurut Rahmat Hidayat Lubis (2018:212) Subjek pajak PPh pasal

21 adalah penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21, terdiri atas:

1. Pegawai (termasuk pegawai negeri sipil, pegawai tetap, dan pegawai

lepas yang memperoleh penghasilan dari pemberi kerja secara

berkala)

2. Penerima pensiun

3. Penerima honorarium

4. Penerima upah

5. Orang pribadi yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa atau kegiatan dari pemotong pajak.


28

b. Objek Pajak PPh Pasal 21

Penghasilan yang merupakan objek pemotongan pajak penghasilan

(PPh Pasal 21) adalah:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji,

uang pensiun, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota

dewan komisaris atau anggota dewan pengawasan), premi bulanan,

uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan

teratur, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja

dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa

jasa produksi,tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya,

tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis

lainnya yang bersifatnya tidak tetap dan yang biasanya dibayarkan

sekali dalam setahun.

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan.

4. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan harian tua atau

jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis.

5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan

dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri, terdiri atas:

a. Tenaga ahli
29

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,

bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan

seniman lainnya.

c. Olahragawan.

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator.

e. Pengarang, peneliti, penerjemah.

f. Pemberi jasa di segala bidang termasuk, teknik, komputer,dan

sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi

dan sosial.

g. Agen iklan.

h. Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada

suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan tenaga kerja lepas

lainnya dalam segala bidang kegiatan.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.

j. Peserta perlombaan.

k. Petugas penjaga barang dagangan.

l. Petugas dinas luar asuransi.

m. Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan.

n. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling atau

kegiatan sejenis lainnya.

6. Gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji

yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang
30

pensiun, dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan

uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda

dan atau anak-anaknya.

7. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan

nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak atau wajib pajak

yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma penghitungan

khusus (deemed profit)

2.4.3 Bukan Merupakan Objek PPh Pasal 21

Penghasilan yang tidak termasuk objek pemotongan PPh Pasal 21

(Rahmat Hidayat Lubis,2018:213) adalah :

1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama

apapun kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak.

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan dan penyelenggaraan Taspen serta THT

kepada badan penyelenggara Taspen dan Jam sostek yang dibayar oleh

pemberi kerja.

4. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama

apapun yang diberikan oleh Pemerintah.

5. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.


31

6. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari badan atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

2.4.4 Pemotongan PPh Pasal 21

Menurut Rahmat Hidayat Lubis (2018:206) Pemotongan PPh Pasal 21

adalah Wajib Pajak orang pribadi atau badan termasuk Bentuk Usaha Tetap

yang mempunyai kewajiban melakukan pemotongan pajak atas penghasilan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

2.4.5 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak

Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak Menurut (Rahmat Hidayat Lubis,

2018 : 208-209)

a. Hak-hak pemotong PPh Pasal 21 adalah:

1. Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk

memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

PPh Pasal 21. Permohonan diajukan secara tertulis selambat-lambatnya

tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan menggunakan

formulir yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak disertai

surat pernyataan mengenai penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang

terutang dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran PPh Pasal 21

yang terutang untuk tahun takwim yang bersangkutan.


32

2. Pemotong pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal

Pajak dan permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.

3. Pemotong pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetor PPh Pasal 21

yang terjadi karena jumlah PPh pasal 21 yang terutang dalam 1 (satu)

takwim lebih kecil daripada jumlah PPh Pasal 21 yang telah disetor.

Jumlah kelebihan tersebut akan diperhitungkan dengan PPh Pasal 21

yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu dilakukan penghitungan

tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan, diperhitungkan untuk bulan-

bulan lainnya dalam tahun berikutnya.

b. Kewajiban pemotong pajak PPh Pasal 21 adalah:

1. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan

Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

2. Pemotong pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan

dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor

Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

3. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh

Pasal 21 yang terutang untuk setiap akhir bulan takwim. Penyetoran

pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke

kantor pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Bank

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau bank-bank lain yang

ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran, selambat-lambatnya tanggal

10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya.


33

4. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 meskipun

nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke kantor

Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat-

lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) bulan takwim berikutnya.

5. Pemotong pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21

baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak

kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang

tebusan pensiun, penerimaan Jaminan Hari Tua, penerima uang

pesangon, dan penerima dana pensiun.

2.4.6 Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

Menurut Rahmat Hidayat Lubis (2018:209) Penerima penghasilan yang

dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status subjek pajak dalam

dan luar negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan, termasuk penerima pensiun. Wajib Pajak

PPh Pasal 21 terdiri atas:

1. Pejabat Negara adalah:

a. Presiden dan Wakil Presiden

b. Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR/MPR, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/Kota.

c. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan.

d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung.


34

e. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung.

f. Materi dan Materi Negara

g. Jaksa Agung

h. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Provinsi.

i. Wali Kota dan Wakil WaliKota.

2. Pegawai Negeri Sipil, yaitu PNS Pusat, PNS Daerah, dan PNS lainnya

sebagaimana diatur di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974.

3. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan

berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak

tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau

badan milik negara atau badan usaha milik daerah.

4. Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang

menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala,

termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang

secara teratur terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara

langsung.

5. Pegawai Lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja

hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.

6. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri adalah orang pribadi yang

tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih

dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau

memperoleh gaji, honorarium, dan atau imbalan lain dengan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.


35

7. Penerimaan pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang

menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di

masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima

Tabungan Hari Tua, Tunjangan Hari Tua.

8. Penerima honorarium orang pribadi yang menerima atau memperoleh

imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan atau kegiatan yang

dilakukannya.

9. Penerimaan upah adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh

imbalan sehubungan, upah borongan atau upah satuan.

10. Upah harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar jumlah

hari kerja.

11. Upah mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara

mingguan.

12. Upah borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar

penyelesaian pekerjaan tertentu.

13. Upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar

banyaknya satuan yang dihasilkan.

14. Honorarium adalah imbalan atas jasa, jabatan atau kegiatan yang

dilakukan.

15. Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang

diterima atau diperoleh orang pribadi yang memberinya melalui cara

undian.
36

16. Hadiah dan penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan

yang diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan.

17. Magang adalah aktifitas atau memperoleh pengalaman dan atau

keterampilan dan atau keahlian sehubungan dengan pekerjaan yang akan

dilakukan.

18. Beasiswa adalah pembayaran kepada pegawai tetap, tidak tetap, dan calon

pegawai, yang ditugaskan oleh pemberi kerja untuk mengikuti program

pendidikan yang ditetapkan oleh pemberi kerja untuk mengikuti program

pendidikan yang ditetapkan oleh pemberi kerja atau pembayaran yang

dilakukan oleh suatu institusi kepada orang pribadi yang tidak mempunyai

ikatan kontrak atau perjanjian kerja untuk mengikuti suatu program

pendidikan.

19. Kegiatan adalah keikutsertaan dalam suatu rangkaian tindakan termasuk

mengikuti rapat, sidang, seminar, workshop, pendidikan, pertunjukan dan

olahraga.

2.4.7 Tidak Termasuk Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Kautsar Riza Salman (2017:105) dalam bukunya, Pemberi kerja

yang tidak wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal

21 adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing


37

2. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (1)

huruf c undang-undang pajak penghasilan No. 36 tahun 2008 yang telah

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Pemberi kerja orang pribadi untuk melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk

melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2.4.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah besarnya penghasilan yang

menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata

lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan

usaha dan/atau pekerjaan bebas jumlahnya dibawah PTKP tidak akan

dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai

pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek pajak PPh Pasal 21, maka

penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.

2.4.9 Tarif PPh Pasal 21

Berdasarkan ketentuan pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak

Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, besarnya tarif Pajak Penghasilan yang

ditetapkan atas PTKP bagi Wajib Pajak dalam negeri, sebagai berikut :
38

Tabel 2.1
Pajak Penghasilan

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Tarif Pajak Non

Pajak NPWP

Rp. 0 s/d Rp. 50.000.000 5% 120% x 5% = 6%

Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 15% 120% x 15% = 18%

250.000.000

Di atas Rp. 250.000.000 s/d Rp. 25% 120% x 15% = 30%

500.000.000

Di atas Rp. 500.000.000 30% 120% x 30% = 36%

Sumber: Pasal 17 UU No.36 Tahun 2008

Catatan : Mulai 1 Januari 2009, sesuai dengan Pasal 21 ayat (5a) UU PPh

2008, wajib pajak orang pribadi yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif pajak

lebih tinggi sebesar 20% dari tarif normal yang berlaku.

Tabel 2.2
Tarif Pajak (PTKP)

Uraian Status PTKP (per tahun)

WP Pribadi Tidak Kawin TK0 54.000.000,-

TK1 58.500.000,-

TK2 63.000.000,-

TK3 67.500.000,-
39

WP Kawin K0 58.500.000,-

K1 63.000.000,-

K2 67.500.000,-

K3 72.000.000,-

WP Kawin dan K/1/0 112.500.000,-

Penghasilan istri Digabung K/1/1 117.000.000,-

dengan Penghasilan suami K/1/2 121.500.000,-

K/1/3 126.000.000,-

Catatan :

 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang

 TK1: Tidak Kawin

 K : Kawin

 K/1: Kawin dan Penghasilan Pasangan digabung

 Setiap anggota keluarga sedarah dan dalam garis keturunan lurus

(tanggungan) maksimal 3 orang.

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besarnya PTKP per tahun (PTKP tahun 2016 berdasarkan PMK Nomor:

101/PMK .010/2016) adalah sebagai berikut:

a. Rp. 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

b. Rp. 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.


40

c. Rp. 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan

keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang

menjadi tanggung sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap

keluarga.

PTKP per bulan adalah PTKP per tahun dibagi 12 sebesar:

a. Rp. 4.500.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi.

b. Rp. 375.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

c. Rp. 375.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut :

a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.

b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah

PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

2.4.10 Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 Menurut Rahmat

Hidayat Lubis (2018:216) sebagai berikut:

Tabel 2.3
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21

Penerimaan Penghasilan Dasar Pengenaan dan

Pemotongan PPh Pasal 21


41

Pegawai Tetap Penghasilan Kena Pajak =

Penghasilan Netto – PTKP

Pegawai Tidak Tetap yang Penghasilan Kena Pajak =

penghasilannya dibayar secara bulanan Penghasilan Bruto – PTKP

atau jumlah kumulatif penghasilan

yang diterima dalam 1 bulan kalender

telah melebihi Rp. 4.500.000

Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Jumlah penghasilan yang

Kerja Lepas yang menerima upah melebihi Rp. 450.000 sehari

harian, upah mingguan, upah satuan

atau upah borongan sepanjang

penghasilan kumulatif yang diterima

dalam bulan kalender belum melebihi

Rp. 4.500.000

2.4.11 Dasar Hukum Perhitungan PPh Pasal 21

Dasar hukum perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan ini terjadi

pada Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 (PPh Pasal 21) dan

Peraturan Direktur Jenderal No. PER_16/PJ/2016 yang mengatur tarif terbaru

Penghasilan Tidak Kena Pajak 2016 (PTKP terbaru).


42

2.4.13 Komponen Perhitungan PPh Pasal 21

Komponen-komponen tersebut terbagi dalam 3 bagian besar yaitu:

A. Penghasilan Bruto (Penghasilan Kotor) PPh Pasal 21

Penghasilan bruto atau penghasilan kotor adalah jenis penghasilan yang

dikenakan pemotongan PPh Pasal 21. Unsur-unsur penambahan

penghasilan yang termasuk dalam penghasilan bruto, adalah:

a. Penghasilan Rutin

Cara perhitungan PPh Pasal 21 2016 tidak akan terlepas dari

penghasilan rutin wajib pajak orang pribadi, yakni upah atau gaji

yang diterima secara teratur dalam jangka waktu tertentu, seperti:

1. Gaji Pokok

Gaji Pokok adalah gaji dasar yang ditetapkan untuk

melaksanakan satu jabatan atau pekerjaan tertentu pada

golongan pangkat dan waktu tertentu.

2. Tunjangan

Tunjangan adalah penghasilan tambahan di luar gaji pokok yang

berkaitan dalam pelaksanaan tugas dan sebagai insentif.

Misalnya adalah tunjangan jabatan, tunjangan transportasi,

tunjangan makan, dll.


43

b. Penghasilan Tidak Rutin

Penghasilan tidak rutin adalah upah atau gaji yang diterima secara

tidak teratur oleh seorang pegawai atau penerima penghasilan

lainnya, seperti:

1. Bonus

Bonus adalah tambahan penghasilan di luar gaji kepada pegawai

atau dividen tambahan kepada pemegang saham.

2. Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR)

THR adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh

pengusaha kepada pekerja/buruh yang telah mempunyai masa

kerja 1 bulan dengan perhitungan proporsional dan dibayarkan

menjelang hari raya keagamaan.

3. Upah Lemburan

Upah lembur adalah tambahan upah yang dibayarkan

perusahaan karena pekerja melakukan perpanjanganan 1 jam

kerja dari jam kerja normal yang telah ditentukan.

c. Iuran BPJS atau premi asuransi pegawai yang dibayarkan

perusahaan

BPJS adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan

lembaga nirlaba, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).

Setiap warga negara Indonesia dan asing yang telah tinggal di


44

Indonesia selama lebih dari 6 bulan wajib pajak menjadi anggota

BPJS. Iuran BPJS ini dibayarkan oleh pemberi kerja dan pekerja

dengan persentase iuran dari gaji atau upah (tidak dijelaskan dalam

peraturan bahwa apakah gaji ini merupakan gaji pokok, gaji bruto,

gaji bersih, dsb) yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah

Iuran BPJS yang termasuk dalam komponen cara perhitungan PPh

Pasal 21 ini terdiri dari:

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Jaminan Kecelakan Kerja adalah kompensasi dan rehabilitasi

bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan saat mulai

berangkat kerja sampai tiba kembali di rumah atau menderita

penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Iuran JKK

dibayar sepenuhnya oleh perusahan.

Besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha dan risiko:

 Kelompok I : premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan.

 Kelompok II : premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan.

 Kelompok III : premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan.

 Kelompok IV : premi sebesar 1,27% x upah kerja sebulan.

 Kelompok V1 : premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan.

2. Jaminan Kematian (JK)

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari

peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan


45

karena kecelakaan kerja. Pengusaha wajib menanggung iuran

program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dari gaji atau upah.

3. Jaminan Kesehatan (JKes / BPJS Kesehatan) berlaku sejak

Juli 2015

Jaminan Kesehatan adalah program BPJS Kesehatan yang

diikuti wajib pajak. Sejak 1 Juli 2015, tarif iuran Jaminan

Kesehatan adalah 5% dari gaji per bulan yaitu sebanyak 4%

dibayar oleh pemberi kerja dan 1% oleh pegawai.

Gaji atau upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran

Jaminan Kesehatan terdiri dari gaji atau upah pokok dan

tunjangan tetap. Batas paling tinggi gaji atau upah per bulan

yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran adalah 2 kali

PTKP dengan status kawin dengan 1 anak. Untuk keluarga

lainnya, yaitu terdiri dari anak keempat dan seterusnya, orang

tua dan mertua, besarnya iuran adalah 1% per orang dari

gaji/upah.

4. Tunjangan PPh Pasal 21 (yang dibayarkan perusahaan, jika

ada)

Bagi pemberi kerja yang memberikan tunjangan PPh Pasal

21 kepada pegawainya, dalam hal ini bisa tunjangan PPh Pasal

21 penuh atau sebagian maka jumlah tunjangan PPh Pasal 21 ini


46

merupakan komponen penambah penghasilan bruto. Sedangkan

metode perhitungan gaji bagi pegawai yang menerima tunjangan

PPh Pasal 21 adalah metode gaji bersih atau gross-up.

5. Tunjangan BPJS (yang dibayarkan perusahaan, jika ada)

Bagi pemberi kerja yang memberikan tunjangan BPJS

(JKK, JK, JP, Jkes) secara penuh dengan metode perhitungan

gaji bersih atau gross-up, maka tunjangan ini dijadikan

komponen penambahan penghasilan bruto.

B. Pengurangan Penghasilan Bruto

Pengurangan penghasilan bruto adalah biaya-biaya yang dapat

mengurangi penghasilan bruto atau kotor. Termasuk di dalamnya adalah:

a. Biaya Jabatan

Biaya jabatan adalah biaya yang diasumsikan petugas

perpajakan bahwa sebagai pegawai pasti memiliki pengeluaran

(biaya) selama setahun yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Karena itu ditetapkan dalam peraturan Direktur jenderal Pajak No.

PER-16/PJ/2016 bahwa biaya jabatan adalah sebesar 5% dari

penghasilan bruto setahun dan setinggi-tingginya Rp. 500.000,-

sebulan atau Rp. 6.000.000 setahun. Dari staff biasa sampai direktur

berhak mendapatkan pengurangan penghasilan bruto ini.

b. Biaya Pensiun
47

Biaya pensiun adalah pengurangan penghasilan bruto dalam

menghitung PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong atas

penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara bulanan.

Besarnya biaya pensiun yang ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal

Pajak No. PER-16/PJ/2016 adalah sebesar 5% dari penghasilan bruto

dan setinggi-tingginya Rp 200.000,- per bulan atau Rp 2.400.000,-

per tahun.

c. Iuran BPJS yang Dibayarkan Karyawan

Dalam hal iuran BPJS yang persentasenya dibayarkan

karyawan, maka komponen dimasukkan sebagai pengurang

penghasilan bruto tersebut adalah:

1. Jaminan Hari Tua (JHT)

Program Jaminan Hari Tua ditunjukan sebagai terputusnya

penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat atau hari tua

dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Jumlah

iuran program jaminan hari tua yang ditanggung perusahaan

3,7%, sedangkan yang ditanggung tenaga kerja adalah 2%.

Premi JHT yang diberikan pemberi kerja tidak dimasukkan

sebagai komponen penambah penghasilan. Pengenaan pajaknya

akan dilakukan pada saat karyawan menerima JHT. Sedangkan

premi JHT yang dibayar sendiri oleh karyawan merupakan

pengurangan penghasilan bruto.

2. Jaminan Pensiun (JP)


48

Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan

memberikan derajat kehidupan yang layak bagi pesertanya

dan/atau ahli warisannya dengan memberikan penghasilannya

setelah peserta memasuki usia pensiun, cacat total atau

meninggal dunia. Jaminan Pensiun (JP) ini berlaku sejak Juli

2015. Iuran program 1% iuran pekerja.

3. Jaminan Kesehatan (Jkes)

Sejak 1 juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan yang

dibayarkan oleh pegawai adalah 1%.

d. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Menurut Undang-undang dasar hukum NPWP yang berlaku

adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2018

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan

Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Penghapusan Nomor Pokok

Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,

serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

Menurut Rahmat Hidayat Lubis (2018:25) Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) merupakan suatu sarana dalam administrasi

perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenalan diri atau

identitas Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu

NPWP.
49

C. Metode Perhitungan Karyawan

Walaupun perhitungan PPh Pasal 21 telah diatur oleh DPJ, Namun

pada prakteknya, setiap perusahaan memiliki metode perhitungan PPh

pasal 21 sendiri yang disesuaikan dengan tunjangan pajak atas gaji bersih

yang diterima karyawannya. Ada 3 metode perhitungan PPh Pasal 21

tahun 2018 yang paling umum, yaitu:

1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)

Metode gross ini diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan

yang menanggung PPh Pasal 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji

bruto atau kotor pegawai tersebut belum dipotong PPh Pasal 21.

Misalnya Ari, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji sebulan

sebesar Rp 10.000.000,-

PPh 21 (yang belum ditanggung sendiri) : Rp 220.883,-

Gaji bersih (take home pay) : Rp 9.779.167,-

2. Metode Gross-up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)

Metode gross-up ini diterapkan bagi karyawan atau penerima

penghasilan yang diberikan bagi karyawan atau penerima penghasilan

yang diberikan tunjangan pajak(gajinya dinaikan terlebih dahulu)

sebesar pajak yang dipotong.

Misalnya Ari, seorang laki-laki (TK/0) menerima gaji sebulan sebesar

Rp 10.000.000,- maka:

Gaji pokok Rp 10.000.000,-

Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 259.796


50

Total gaji bruto : Rp 10.259.796,-

Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan) : Rp 259.796,-

Gaji bersih (take home pay) : Rp 10.000.000,-

3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak ditanggung Perusahaan)

Metode Net ini diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan

yang mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung

perusahaan.

Misalnya jika Ari, seorang laki-laki (TK/0) menerima gaji sebulan

sebesar Rp 10.000.000,- maka :

Gaji pokok Rp 10.000.000,-

Total gaji bruto : Rp 10.000.000,-

Pajak yang ditanggung perusahaan Rp 220.883,-

Nilai PPh (yang dibayar perusahaan) : Rp 220.883,-

Gaji bersih (take home pay) : Rp 10.000.000,-

Berikut adalah contoh perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 :

Gaji Pokok Rp164.675.104

Tunj. Trasportasi Rp 14.500.000

Upah Lembur Rp 26.157.576

JKK (Jaminan Kecelakan Kerja) 0,24% Rp 395.220

JK (Jaminan Kematian) 0,3% Rp 494.025

BPJS Kesehatan 4% Rp 6.587.004

Penghasilan Bruto Rp 212.808.353


51

Pengurangan

Biaya Jabatan 5% x Jumlah Penghasilan Rp 10.640.417

Bruto Maksimal 6jt

JHT (Jaminan Hari Tua) 2% Rp 4.256.167

Iuran BPJS 1% Rp 2.128.083

Jumlah Rp 6.384.250

Penghasilan Netto Setahun Rp 206.424.103

Penghasilan Netto Sebulan Rp 17.202.008

PTKP

Wajib Pajak Pribadi Rp 54.000.000

Status Menikah

Total PTKP Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 260.424.103

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 260.424.000

(Pembulatan)

PPh Terutang (Lihat Tarif PPh Pasal 21)

5% x 50.000.000 Rp 2.500.000

15% x 200.000.000 Rp 30.000.000

25% x 10.424.000 Rp 2.606.000

Jumlah Rp 35.106.000

PPh Pasal 21 Sebulan = 35.106.000 : 12 Rp 2.925.500

Take Home Pay (gaji bersih) =

17.202.008 – 2.925.500 Rp 14.276.508

Penghasilan neto sebulan - PPh Pasal 21

Perbulan
52

Ayat Jurnalnya :

1. Bagi Perusahaan Sebagai Pemotong PPh Pasal 21

Beban Gaji Rp. 17.202.008

Hutang Gaji Rp. 14.276.508

Hutang PPh 21 Rp. 2.925.500

2. Untuk Mencatat Pemotongan PPh Pasal 21

Hutang PPh 21 Rp. 2.925.500

Kas Rp. 2.925.500

3. Sebagai Karyawan Yang Dipotong PPh Pasal 21

Kas Rp. 14.276.508

PPh Pasal 21 Dibayar Dimuka Rp. 2.925.500

Pendapatan Gaji Rp. 17.202.008

2.5 Pengertian Pajak Terutang

Pajak Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam

masa pajak dalam tahun pajak, atau bagian tahun pajak sesuai ketentuan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

a. Masa Pajak adalah sama dengan satu bulan kalender

b. Tahun Pajak adalah sama dengan satu tahun kalender atau tahun takwim.

c. Tahun Pajak bisa menggunakan jangka waktu Januari hingga Desember.

Namun bisa dikecualikan jika mengajukan izin untuk menggunakan jangka

waktu lain.
53

2.5.1 Dasar Hukum Pajak Terutang

Ada tiga Undang -Undang Perpajakan yang menjadi dasar hukum pajak

terutang, diantaranya:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan (KUP)

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Jenis Pajak

Terutang

2.5.2 Pajak Terutang

Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut, Pajak

Terutang terdapat dalam PPh, PPN, dan PPnBM, diantaranya:

 PPh Terutang

Pajak Penghasilan (PPh) Terutang adalah pajak terutang yang dihitung dari

penghasilan Kena Pajak.

1. Pajak Terutang PPh Pasal 21

Penghasilan pasal 21 terutang adalah pada saat dilakukan pembayaran atau

pada saat terutangnya pajak penghasilan yang bersangkutan dan PPh 21

terutang bagi pemotong untuk setiap masa pajak.


54

2. Pajak Terutang PPh Pasal 22

PPh 22 Terutang adalah terutangnya pajak penghasilan oleh wajib pajak

badan usaha tertentu, baik pemerintah maupun swasta atas perdagangan

ekspor, impor dan re impor.

3. Pajak Terutang PPh Pasal 23

Pajak Terutang PPh 23 adalah terutangnya pajak penghasilan atas dividen

pada saat pembayaran dan saat disediakan untuk dibayarkan, saat bunga

dan sewa jatuh tempo, saat royalti dan imbalan jasa teknik atau jasa

manajemen maupun jasa lainnya ditentukan dalam

kontrak/perjanjian/faktur.

4. Pajak Terutang PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi

PPh 25 Badan adalah pembayaran pajak penghasilan pajak orang pribadi

yang dilakukan secara diangsur.

Sedangkan PPh 29 Badan adalah pajak yang harus dilunasi WP Badan

sebagai akibat PPh Terutang dalam SPT Tahunan PPh lebih besar daripada

kredit pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain yang telah

disetor.

Terutangnya PPh Pasal 25/29 Badan ini terjadi pada saat adanya

kekurangan pajak orang pribadi yang terutang pada akhir tahun pajak.

5. Pajak Terutang PPh Pasal 26

PPh Pasal 26 Terutang adalah terutangnya pajak penghasilan pada bulan

dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan


55

tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu untuk pemotongan pajak

penghasilan wajib pajak luar negeri (WNA/Warga Negara Asing).

6. Pajak Terutang PPh Pasal 15

PPh Pasal 15 Terutang adalah terutangnya pajak penghasilan dari

pengangkutan orang/barang, termasuk penyewaan kapal yang dilakukan

dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di dalam negeri maupun

luar negeri, dari pelabuhan luar negeri ke pelabuhan Indonesia dan luar

Negeri ke pelabuhan lainnya diluar Indonesia.

7. Pajak Terutang PPh Pasal 4 ayat 2

Terutangnya PPh Pasal 4 ayat 2 ini ketika dilakukannya sewa atas tanah

dan/atau bangunan, dimana WP yang menyewakan wajib pemotong PPh

terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa tergantung peristiwa

mana yang lebih dahulu terjadi.

Sedangkan untuk penghasilan dari usaha jasa konstruksi, pengguna jasa

wajib memotong PPh terutang pada saat pembayaran.

 PPN dan PPnBM Terutang

PPN dan PPnBM Terutang adalah pajak terutang dari tarif Dasar

Pengenaan Pajak (DPP).

 Pajak Terutang PPN

PPN Terutang merupakan terutangnya PPN pada saat penyerahan Barang

Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP), impor BKP, ekspor
56

JKP, ekspor BKP berwujud dan tidak berwujud, pemanfaatan BKP tidak

berwujud dan JKP di luar daerah pabean.

Terutangnya PPN adalah pada saat pembayaran transaksi yang dikenakan

PPN tersebut.

 Pajak Terutang PPnBM

Pajak Terutang PPnBM adalah terutangnya PPnBM pada saat penyerahan

Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP), impor BKP,

ekspor JKP, eksoir BKP berwujur dan tidak berwujud dan JKP di luar

daerah pabean.

Terutangnya PPnBM ini adalah pada saat pembayaran transaksi yang

dikenakan PPnBM tersebut.

Pajak yang terutang belum tentu menjadi pajak yang harus

disetor/dibayar karena harus dikurangi dengan kredit pajak.

Pajak yang harus dibayar = Pajak yang terutang – kredit pajak.

2.5.3 Saat terutangnya PPh Pasal 21

1. PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan

pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

2. PPh Pasal 21 terutang bagi pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap masa

pajak.
57

3. Saat terutang untuk setiap masa pajak sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) adalah akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan

terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Setelah penelitian melakukan tinjauan pustaka, berikut ditemukan

beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini :

Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

Peneliti Penelitian

1 Nhaomy Analisis PPh pasal Berdasarkan hasil

Roma Pajak 21 (X) penelitian dapat

Lestary Penghasilan Pegawai disimpulkan bahwa

Panjaitan pasal 21 Outsourcing hubungan kerja antara

Universitas Terhadap (Y) PT. ABC dengan

Dharmawan Pegawai pegawai tidak

gsa (2020) Outsourcing tetap/karyawan kontrak

Di atas dasar PKWT yang

Indonesia dibuat ketika pegawai

(Studi outsourcing pertama kali


58

Kasus Di diterima menjadi

PT. ABC pegawai di PT. ABC

berdasarkan pasal 1

angka 10 Peraturan

Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-16/PJ/2016,

karyawan kontrak bukan

pegawai tetap dalam

perhitungan Pajak

Penghasilan Pasal 21-nya

sama dengan pegawai

tetap. Sehingga, secara

kewajiban perpajakan

pegawai outsourcing PT.

ABC sama dengan

pegawai tetap

2 Herduard R. Analisis Perhitungan Perhitungan Pajak

Homenta Perhitungan , Penyetoran Penghasilan Pasal 21

UNIVERSI , dan yang dilakukan oleh CV.

TAS SAM Pemotongan Pelaporan Multi Karya Utama telah

RATULAN , (X) sesuai dengan aturan

GI (2015) Pencatatan, PPh Pasal undang-undang

Dan 21 (Y) perpajakan yakni Uu


59

Pelaporan No.36 Tahun 2008

Pajak tentang Pajak

Penghasilan Penghasilan. Tidak ada

Pasal 21 potongan Pajak

Pada CV. Penghasilan Pasal 21 dari

Multi Karya gaji karyawan karena

Utama Penghasilan Neto lebih

kecil dari Penghasilan

Tidak Kena Pajak

(PTKP) sehingga PPh 21

terutang nihil. Pelaporan

SPT masa yang

dilakukan CV.Multi

Karya Utama ke kantor

pelayanan pajak (KPP)

telah dilakukan dengan

tepat waktu, yakni paling

lama 20 hari setelah

akhir masa pajak.

3 Indah Dwi Analisis Perhitungan Dalam penerapan

Irawati Perhitungan , perhitungan SPT PPh

Krisnadwip , Penyetoran, pasal 21 terhadap

ayana Penyetoran, Pelaporan pegawai tetap yang


60

(2018) Dan (X) dibayarkan secara

Pelaporan PPh 21 (Y) bulanan sesuai dengan

Pajak jumlah perhitungan PPh

Penghasilan pasal 21 yang mengacu

Pasal 21 pada keputusan

Pada PT. Direktorat Jenderal

Honda Pajak. Sedangkan

Motor 99 penerapan perhitungan

Mayjen SPT PPh pasal 21

Sungkono terhadap pegawai tetap

Surabaya namun tidak memiliki

Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) yang

dibayarkan sesuai

bulanan sesuai dengan

jumlah perhitungan PPh

pasal 21 yang mana

dikenakan pemotong PPh

pasal 21 dengan tarif

lebih tinggi yaitu 20%

(dua puluh persen) dari

tarif yang diterapkan

terhadap Wajib Pajak


61

yang memiliki Nomor

Pokok Wajib Pajak

(NPWP).

2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.2
Kerangka Teoritis

Karyawan yang
memiliki NPWP

(X₁)
PPh Pasal 21
Terutang

(Y)
Karyawan yang tidak
memiliki NPWP

(X₂)

Keterangan:

 Seberapa besar pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan yang

memiliki NPWP terhadap Pajak Penghasilan 21 Terutang CV. Widjaya

Presisi.

 Seberapa besar pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan yang

tidak memiliki NPWP terhadap Pajak Penghasilan 21 Terutang CV.

Widjaya Presisi.
62

 Apakah Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan yang memiliki NPWP dan

tidak memiliki NPWP terhadap Pajak Penghasilan 21 Terutang sudah

sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

2.8 Hipotesis Penelitian

1. Diduga PPh Pasal 21 karyawan yang memiliki NPWP dapat berpengaruh

terhadap PPh Pasal 21 terutang.

2. Diduga PPh Pasal 21 Karyawan yang tidak memiliki NPWP dapat

berpengaruh terhadap PPh Pasal 21 terutang.

3. Diduga PPh pasal 21 terutang belum sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu objek yang ditetapkan oleh penelitian yang

nantinya akan dipelajari dan diteliti sehingga menghasilkan data dan informasi.

Menurut Sugiyono (2014:58), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulan. Variabel penelitian terdiri dari dua jenis penelitian, yaitu

diantaranya variabel dependen (variabel terikat) adalah suatu variabel yang

nilainya dipengaruhi atau bergantung pada nilai dari variabel lainnya.

Sedangkan variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang

63
64

mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan variabel

sebagai berikut:

a. Variabel (X1) Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21 Karyawan

yang memiliki NPWP

b. Variabel (X2) Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21 Karyawan

yang tidak memiliki NPWP

c. Variabel (Y) Pajak Penghasilan Terutang

3.1.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi yang diberikan bagi variabel dengan

cara memberikan arti sehingga dapat memberikan gambaran tentang

bagaimana variabel tersebut dapat diukur.

Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian sebagai

berikut :

1. Perhitungan

Perhitungan PPh 21 dilakukan sesuai dengan ketentuan Undang-undang

komponen yang diteliti dalam perhitungan ini antara lain adalah tarif pajak

yang dikenakan, pembulatan nilai penghasilan kena pajak.

2. Pemotongan

Wajib Pajak orang pribadi atau wajib pajak badan, termasuk bentuk usaha

tetap, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak


65

atas penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang

Pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-undang Pajak

Penghasilan.

3.1.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah aspek pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ilmiah, hasil instrumen penelitian ini kemudian

dikembangkan atau dianalisis sesuai dengan metode penelitian yang akan

diambil. Dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan yang

cukup signifikan, misalnya dalam penelitian kualitatif menggunakan instrumen

penelitian wawancara, sedangkan dalam penelitian kuantitatif menggunakan

instrumen penelitian angket atau kuesioner.

1. Wawancara

Wawancara ini memiliki tingkat kemudahan sendiri dibandingkan dengan

kuesioner karena jika wawancara tidak melakukan perhitungan secara

statistika, meskipun begitu kelemahan yang ada dalam wawancara

membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama dibandingkan penelitian

menggunakan angket.

2. Dokumentasi

Cara ini untuk dapat memperoleh data dan responden dan informasi adalah

menggunakan dokumentasi. Dengan, penelitian memperoleh informasi


66

tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan data latar belakang

pendidikan.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian direncanakan kurang lebih 3 bulan dari bulan 15 April

2021 sampai dengan 15 Juli 2021.

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di CV. Widjaya Presisi yang beralamat :

Kp. Nagrak RT 003 RW 002 Sukadami, Cikarang Selatan, Kabupaten

Bekasi.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Jadi yang dimaksud populasi adalah individu yang memiliki sifat

yang sama walaupun persentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain

seluruh individu yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Sedangkan

Menurut Sugiyono (2013:117) populasi adalah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang


67

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi penelitian ini bertempat di perusahaan CV. Widjaya presisi.

Menurut Arikunto (2013:174) berpendapat bahwa sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Menurut Sugiyono

(2013:18) sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini objek yang akan diteliti yaitu bagian

keuangan CV. Widjaya Presisi.

3.4 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif berupa

data dokumentasi yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan

menganalisis data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan, maupun

informasi lainnya yang terkait dengan lingkup penelitian ini. Data penelitian

mengenai data gaji karyawan.

Pengumpulan data pada penelitian ini juga dilakukan dengan metode

wawancara yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab

dilakukan staff perusahaan di CV. Widjaya Presisi tentang bagaimana

perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.


68

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah:

a. Penelitian Kepustakaan (library Research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

membaca buku-buku, literatur-literatur dan data elektronik (internet) yang

ada di situs resmi serta bahan kuliah di STIE Mulia Pratama yang

berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini.

b. Penelitian lapangan (Field Research)

Penerimaan lapangan adalah penelitian yang dilakukan di tempat dimana

informasi secara langsung dapat diperoleh yaitu di perusahaan, dalam hal

ini, penulis mengambil data-data pada CV. Widjaya Presisi Penelitian

lapangan yang dilakukan antara lain:

1. Pengamatan ( Observasi )

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian

melakukan pengamatan langsung terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan variabel yang terkait pada CV. Widjaya Presisi.

2. Wawancara

Metode pengumpulan data dengan cara wawancara dilakukan

penelitian untuk mendapatkan informasi seputar variabel yang

dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pihak-pihak yang

bersangkutan baik dengan pimpinan perusahaan maupun responden

lainnya.

3. Dokumentasi
69

Metode pengumpulan data dengan cara dokumentasi ini dilakukan

penelitian untk mengumpulkan data informasi dengan cara melakukan

pencatatan dan foto copy data-data yang berkaitan dengan variabel.

3.6 Metode Analisa Data

a. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah suatu pengukuran yang dinyatakan

dalam bentuk angka yang diambil dari perusahaan yang diteliti dan

berhubungan dengan suatu penelitian yang dapat dihitung dengan jumlah

satuan tertentu.

b. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menganalisis dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah Analisis Deskriptif. Data yang dikumpulkan dari CV Widjaya

Presisi. Data penelitian dianalisis dengan pendekatan deskriptif. Berikut

tahapan data penelitian ini :

1. Mengumpulkan data dan informasi berupa gaji karyawan tahun

2019.
70

2. Menghitung jumlah gaji karyawan dari seluruh komponen

penghasilan.

3. Melakukan penghitungan, pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji

karyawan dengan cara membandingkan hasil perhitungan yang

dilakukan perusahanan dengan undang-undang nomor 36 tahun

2008.

4. Menganalisis permasalahan yang terjadi pada perhitungan,

pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan yang dilakukan dengan

perusahaan dengan undang-undang nomor 36 tahun 2008.

5. Menyimpulkan hasil penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Singkat Perusahaan.

CV. Widjaya Presisi merupakan yang bergerak dibidang General

Supplier, mekanikal/elektrikal, serta alat-alat teknik dan spare part nya.

CV. Widjaya Presisi didirikan pada tanggal 07 Mei 2009 yang beralamat

di Kp. Nagrak RT 003 RW. 002 Sukadami, Cikarang Selatan, Kab. Bekasi.

CV. Widjaya Presisi dalam menjalankan bisnisnya juga mendukung

dengan perusahaan PT. Global Dimensi Metalindo, untuk menjamin

kelancaran operasionalnya. Saat ini CV. Widjaya Presisi fokus terhadap

supplay barang dan jasa yang bersifat mekanik/elektrikal, disamping itu

kami juga melayani kebutuhan sesuai permintaan customer kami.

71
72

Tujuan perusahaan kami adalah untuk menjadi pilihan utama bagi

Customer dengan memberikan kontribusi setiap klien kami melebihi dari

yang mereka harapkan, memalui pelayanan istimewa dari kami secara

professional dan integritas penuh.

Visi CV. Widjaya Presisi

Menjadi Perusahaan swasta daerah terdepan di industry

perdagangan, pengadaan barang dan jasa, berkembang secara

berkeseinambungan, dan mencapai konsep tata kelola perusahaan yang

baik.

Misi CV. Widjaya Presisi

1. Menghasilkan produk yang berkualitas dan terjamin mutu.

2. Menjaga kepercayaan dan loyalitas customer.

3. Menyamakan presepsi diantara pengurus untuk mempertahankan

nilai-nilai perusahaan dan mencapai tujuan bersama.

4. Penerapan Prinsip Ketelitian dan Kebijaksanaan dalam pengambilan

keputusan dan tata kelola yang baik.

5. Menciptakan lapangan kerja serta mensejahterakan karyawan dan

lingkungan sekitar perusahaan.


73

b. Struktur Organisasi Perusahaan.


Gambar 4.1
Stuktur Organisasi Perusahaan

DIRECTOR

MANAGER

ACCOUNTING

MARKETING PPIC PRODUKSI ENGINEERING & QC


Sumber: CV. Widjaya Presisi, 2021.

Struktur organisasi merupakan kerangka bagian kerja yang

menggambarkan tugas, wewenang, tanggung jawab, dan tugas pokok setiap

bagian yang ada dalam organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan yang

ditetapkan. CV. Widjaya Presisi mempunyai 35 orang karyawan yang terbagi

atas Director, Manager, Marketing, Accounting, PPIC,Produksi, dan

Engineering & QC.

c. Tugas dan Tanggung jawab

Berikut adalah1tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap bagian pada CV.

Widjaya Presisi :

1. Director

73
74

a. Memimpin perusahaan dengan membuat kebijakan-kebijakan

perusahaan.

b. Menentukan Harga Jual Produk.

c. Memutuskan dan menentukan peraturan dan kebijakan tertinggi

perusahaan.

d. Bertanggung jawab dalam memimpin dan menjalankan perusahaan.

2. Manager

a. Memilih, menentukan, mengawasi pekerjaan karyawan.

b. Membuat rancangan organisasi dan pekerjaan.

c. Mengevaluasi dan mengembangkan kualitas perusahaan.

d. Bertanggung jawab atas segala aktivitas dan melaporkan semuanya

kepada Direktur.

3. Accounting

a. Melakukan transaksi keuangan perusahaan.

b. Menyiapkan dokumen penagihan Invoice/Kwitansi beserta

kelengkapannya.

c. Melakukan Pembayaran kepada Supplier.

d. Menyusun Laporan Keuangan setiap akhir bulan

4. Marketing

a. Melakukan perencanaan strategi pemasaran.

b. Menciptakan, menumbuhkan, dan memelihara kerjasama yang baik

dengan customer.

c. Memproses order dari customer.


75

d. Bertanggung jawab dalam membina hubungan baik dengan customer

5. PPIC

a. Memberikan penjelasan setiap pesanan barang ke bagian produksi.

b. Menindaklanjuti perkembangan setiap minggu ke bagian produksi.

c. Pengawas Kualitas (QC)

d. Bertanggung jawab atas berjalannya produksi sesuai jadwal yang

telah ditentukan.

6. Produksi

a. Melakukan perencanaan dan pengorganisasian jadwal produksi.

b. Menentukan standar kontrol kualitas.

c. Membuat laporan harian produksi.

d. Bertanggung jawab dalam menyusun skala waktu untuk pekerjaan,

mengecek hasil produksi, dan memastikan anggaran biaya produksi

efektif.

7. Egineering & QC

a. Memeriksa barang secara detail dan memantau semua produk yang

diproduksi oleh perusahaan.

b. Membuat laporan berkala tentang masalah quality.

c. Memperbaiki segala fasilitas yang ada di perusahaan.

d. Bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah mengenai

kualitas.
76

Untuk produk yang dihasilkan dari perusahaan CV. Widjaya Presisi

yaitu meliputi :

1. Special TOOL Otomotif/Electronic

Special Tool merupakan alat yang digunakan untuk

pembongkaran maupun pemasangan komponen-komponen otomotif

yang tidak dapat dilakukan dengan kunci-kunci biasa. Jenis pekerjaan

yang dapat dilakukan dengan special service tools adalah pekerjaan

pembongkaran, pekerjaan perakitan, penyetelan, dan sebagainya.

2. Jig Ficture

Jig dan ficture adalah alat pemegang benda kerja produksi yang

digunakan dalam rangka membuat penggandaan komponen secara

akurat. Hubungan dan kelurusan yang benar antara alat potong atau

alat bantu lainnya, dan benda kerja mesti dijaga. Untuk melakukan ini

maka dipakailah jig atau ficture yang di desain untuk memegang,

menyangga dan memposisikan setiap bagian sehingga setiap

pengeboran, pemesinan dilakukan sesuai dengan batas spesifiasi.

3. Stamping

Proses Stamping adalah proses pencetakan metal secara dinding

dengan menggunakan dies dan mesin press umumnya plate yang

dicetak, untuk menghasilkan produk sesuai dengan yang dikehendaki.

Secara umum proses-proses yang terdapat pada proses stamping


77

dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: Proses Cutting

(pemotongan), Proses Forming (Pembentukan),Proses Compression

(Penekanan).

4. Machining

Machining adalah proses pembuatan benda kerja dengan

perautan (menghilangkan material yang tidak diinginkan dari benda

kerja dalam bentuk chip). Jika benda kerjanya logam maka seringkali

dikenal dengan metal cutting atau metal removal.

5. Fabrication

Fabrication adalah suatu rangkaian pekerjaan dari beberapa

komponen materi baik berupa plat, pipa ataupun baja profil dirangkai

dan dibentuk setahap demi setahap berdasarkan item-item tertentu

sampai menjadi suatu bentuk yang dapat dipasang menjadi sebuah

rangkaian alat produksi maupun konstruksi. Pekerjaan fabrication

secara umum ada dua macam yaitu : Warkshop Fabrications dan Site

Fabrications.

4.2 Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini membahas analisis data dan hasil penelitian tentang “Analisis

Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan yang Memiliki NPWP dan Tidak

Memiliki NPWP Terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21 Terutang Pada CV.


78

Widjaya Presisi. Pada dasarnya pembahasan merupakan pemikiran yang

dilakukan dengan mengaitkan antara temuan penelitian dengan teori-teori

(hasil penelitian terdahulu) yang digunakan. Analisis ini dibagi menjadi dua

bagian yaitu menjelakan analisis kualitatif secara deskriptif dan analisis

kuantitatif dengan perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap gaji

karyawan.

4.3 Analisis Kuantitatif

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 CV. Widjaya Presisi didapat dari

Penghasilan Kena Pajak yang diterapkan terhadap tarif pasal 17 UU PPh.

Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari Gaji Bruto dikurangi dengan

pengurangan berupa iuran pensiun dan biaya jabatan dan dikurangi dengan

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).

Komponen Gaji Bruto karyawan yang diterima karyawan kontrak antara

lain adalah Gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan berupa tunjangan

uang makan dan transportasi, lemburan.

Komponen pengurangan gaji bruto adalah Biaya Jabatan dan Iuran

Pensiun. Biaya Jabatan yang diterapkan perusahaan adalah sebesar 5% dari

Gaji Bruto dan maksimal Rp. 6.000.000,- setahun.


79

CV. Widjaya Presisi menerapkan nilai PTKP (Penghasilan Tidak Kena

Pajak) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

101/PMK.010/2016 dengan nilai sebagi berikut:

Berikut peneliti jabarkan contoh perhitungan karyawan yang tidak

memiliki NPWP yang dilakukan oleh CV. Widjaya Presisi (karyawan tahun

pajak 2019) :

Status TK/0
Gaji Pokok 94.351.872
Tunj. Transportasi 3.000.000
Upah Lembur 20.011.176
JKK ( Jaminan Kecelakaan Kerja ) 0,24 % 226.444
JK (Jaminan Kematian) 0,3% 283.056
BPJS Kesehatan 4% 3.774.075
Jumlah 4.283.575
Penghasilan bruto 121.646.623
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x Jumlah Penghasilan Bruto Maksimal 6jt 6.082.331
Iuran BPJS Kesehatan (1%) 943.519
JHT (2%) 1.887.037
JP (1%) 943.519
Jumlah 9.856.406
Penghasilan neto (bersih) setahun 111.790.217
Penghasilan neto (bersih) sebulan 9.315.851
PTKP
Wajib Pajak Pribadi 54.000.000
Jumlah PTKP 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun 57.790.217
Penghasilan Kena Pajak Setahun ( pembulatan) 57.790.000
PPh Terutang (lihat Tarif PPh Pasal 21) 5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 7.790.217 1.168.533
PPh Pasal 21 Sebulan = 3.668.533 : 12 305.711
Take Home Pay (Gaji Bersih) = 9.315.851 - 305.711 9.010.140
80

Perusahaan melakukan penghitungan PPh Pasal 21 terutang dengan tarif

yang sama terhadap semua pegawainya. Termasuk, terhadap pegawai yang

tidak memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Penghasilan kena pajak yang tercantum di daftar gaji perusahaan nilainya

sampai dengan angka satuan, seharusnya berdasarkan pasal 17 ayat (4) itu

disebutkan untuk keperluan untuk menghitung PPh yang terutang maka, nilai

penghasilan kena pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan penuh. Sehingga

nilai PPh terutang itu pasti dalam bentuk puluhan tidak mungkin satuan.

Analisis Penghitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21 karyawan yang memiliki

NPWP dan tidak memiliki NPWP di CV. Widjaya Persisi.

Pemotongan pajak adalah pengurangan atas penghasilan yang didapatkan

dari pemberi kerja yang oleh wajib pajak yang sebelumnya telah dihitung

berdasarkan undang-undang. Dalam hal ini CV. Widjaya Presisi selaku

pemotong pajak melakukan pemotongan terhadap gaji ataupun penghasilan

yang diterima oleh karyawan tetap dan karyawan kontrak setiap bulan.

Sementara menurut penghitungan penulis yang mengacu pada Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008 dalam perhitungan penghasilan karyawan.

Untuk tarif PTKP yang penulis gunakan sesuai dengan tarif menurut Peraturan

Menteri Keuangan Nomor: No.252/PMK/.03/2008 mengenai tarif pajak

(PTKP) dan pada tahun 2019 penulis menghitung PTKP penyesuaian besarnya

penghasilan tidak kena pajak Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

122/PMK.010/2015 mengenai tarif pajak (PTKP).


81

Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan, dalam penghitungan PPh Pasal

21 berlaku ketentuan antara lain sebagai berikut:

a. Untuk penghituangan Pajak Penghasilan terutang, nilai penghasilan kena

pajak harus dibulatkan dalam ribuan penuh.

b. Bagi pegawai yang tidak ber-NPWP, tarif Pasal PPh Pasal 21 terutang

yang dikenakan 20% lebih tinggi dari pegawai yang memiliki NPWP.

Berdasarkan data daftar gaji karyawan diketahui bahwa nilai penghasilan

kena pajak tidak dilakukan pembulatan. Padahal berdasarkan Pasal seharusnya

berdasarkan Pasal 17 ayat (4) itu disebutkan untuk keperluan untuk

menghitung PPh yang terutang maka, nilai penghasilan kena pajak dibulatkan

kebawah dalam ribuan penuh. Sehingga nilai PPh terutang itu pasti dalam

bentuk puluhan tidak mungkin satuan.

Perusahaan melakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar 5% pada

karyawan yang memiliki NPWP. Dan perusahaan juga melakukan pemotongan

PPh Pasal 21 sebesar 5% terhadap karyawan yang tidak memiliki NPWP,

seharusnya berdasarkan Undang-Undang PPh Pasal 21 karyawan yang tidak

memiliki NPWP seharusnya dikenakan tarif 20% lebih tinggi dari tarif normal.

Perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 antara penulis lakukan dan

perusahaan lakukan. Perusahaan menghitung dengan tarif 5%. Dan penulis

melakukan perhitungan sesuai dengan pasal 21 ayat 5 (a). Yang mana

tercantum di pasal 21 ayat 5(a) bagi karyawan yang tidak memiliki NPWP
82

dikenakan tarif lebih tinggi 20% dari tarif normal, sehingga terdapat

perselisihan antara perhitungan perusahaan dan penulis lakukan.

Berikut ini adalah hasil perhitungan kena pajak yang diberikan oleh perusahaan

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Data Gaji Karyawan 2019

CV Widjaya Presisi
Penghasilan Jumlah PPh Jumlah
Penghasilan Netto 5% 15%
No Nama Karyawan NPWP Status PTKP Kena Pajak Terutang Per PPhTerutang
(Bersih) Setahun
Setahun Jumlah Pajak Jumlah Pajak Tahun Per bulan
1 ACHMAD FORTRANADHY 76.879.768.0-017.000 K/2 140.605.188 67.500.000 73.105.188 50.000.000 2.500.000 23.105.188 3.465.778 5.965.778 497.148
2 ADE MEGASARI 76.879.768.0-013.000 K/1 140.590.745 63.000.000 77.590.745 50.000.000 2.500.000 27.590.745 4.138.612 6.638.612 553.218
3 ADITYA SOEMARNA SURYA 76.476.424.7.434.000 K/2 141.605.983 67.500.000 74.105.983 50.000.000 2.500.000 24.105.983 3.615.897 6.115.897 509.658
4 ANGGIE ANDRIYANTO ROJALI 73.740.784.1-412.000 K/1 140.008.113 63.000.000 77.008.113 50.000.000 2.500.000 27.008.113 4.051.217 6.551.217 545.935
5 AYU PRAMODYANTI TK/0 111.790.217 54.000.000 57.790.217 50.000.000 2.500.000 7.790.217 1.168.533 3.668.533 305.711
6 BALLY SEMPATI PUTRA 82.996.092.1-435.000 TK/0 125.081.159 54.000.000 71.081.159 50.000.000 2.500.000 21.081.159 3.162.174 5.662.174 471.848
7 BILL HARIADI SARAGIH TK/0 112.736.086 54.000.000 58.736.086 50.000.000 2.500.000 8.736.086 1.310.413 3.810.413 317.534
8 CLEO CLEOPHAS TK/0 110.902.887 54.000.000 56.902.887 50.000.000 2.500.000 6.902.887 1.035.433 3.535.433 294.619
9 DARKONO 68.099.539.6-502.000 K/1 142.438.160 63.000.000 79.438.160 50.000.000 2.500.000 29.438.160 4.415.724 6.915.724 576.310
10 DEDY DASUKI TK/0 112.036.867 54.000.000 58.036.867 50.000.000 2.500.000 8.036.867 1.205.530 3.705.530 308.794
11 DICKY FADILLAH 80.044.712.0-433.000 TK/0 123.925.621 54.000.000 69.925.621 50.000.000 2.500.000 19.925.621 2.988.843 5.488.843 457.404
12 EKO PRASETYO 72.764.551.7-013.000 K/1 139.908.477 63.000.000 76.908.477 50.000.000 2.500.000 26.908.477 4.036.272 6.536.272 544.689
13 ELIZABETH SETIAWATI 74.586.339.9-435.000 K/1 144.461.387 63.000.000 81.461.387 50.000.000 2.500.000 31.461.387 4.719.208 7.219.208 601.601
14 ENIKA SARI S 92.321.071.0-125.000 TK/0 121.990.904 54.000.000 67.990.904 50.000.000 2.500.000 17.990.904 2.698.636 5.198.636 433.220
15 FARA DIBA GULGUBU TK/0 111.418.110 54.000.000 57.418.110 50.000.000 2.500.000 7.418.110 1.112.716 3.612.716 301.060
16 GALIH SETIAWAN TK/0 111.543.795 54.000.000 57.543.795 50.000.000 2.500.000 7.543.795 1.131.569 3.631.569 302.631
17 GARTH CLINT JOUFER 80.562.152.1-006.000 TK/0 126.432.846 54.000.000 72.432.846 50.000.000 2.500.000 22.432.846 3.364.927 5.864.927 488.744
18 GILANG RIO SAPUTRA 80.989.651.7-019.000 TK/0 125.296.345 54.000.000 71.296.345 50.000.000 2.500.000 21.296.345 3.194.452 5.694.452 474.538
19 HADI WIYONO 98.462.140.9-039.000 TK/0 123.926.829 54.000.000 69.926.829 50.000.000 2.500.000 19.926.829 2.989.024 5.489.024 457.419
20 HERMAN P PURBA 76.788.898.5-448.000 K/1 142.389.687 63.000.000 79.389.687 50.000.000 2.500.000 29.389.687 4.408.453 6.908.453 575.704
21 JULIAN IDHA PAMUNGKAS 66.013.960.1-009.000 K/1 140.555.211 63.000.000 77.555.211 50.000.000 2.500.000 27.555.211 4.133.282 6.633.282 552.773
22 JULIUS BOBBY BOLANG 80.301.931.4-019.000 TK/0 126.459.191 54.000.000 72.459.191 50.000.000 2.500.000 22.459.191 3.368.879 5.868.879 489.073
23 JUMAEDI TK/0 110.771.718 54.000.000 56.771.718 50.000.000 2.500.000 6.771.718 1.015.758 3.515.758 292.980
24 KRISTIRANI 72.647.935.5-027.000 K/0 142.291.077 58.500.000 83.791.077 50.000.000 2.500.000 33.791.077 5.068.662 7.568.662 630.722
25 LISA TRI JULIANTI TK/0 110.613.669 54.000.000 56.613.669 50.000.000 2.500.000 6.613.669 992.050 3.492.050 291.004
26 MARCELINO LANG 82.476.069.8-016.000 TK/0 124.836.789 54.000.000 70.836.789 50.000.000 2.500.000 20.836.789 3.125.518 5.625.518 468.793
27 MUHAMAD IDRIS 59.018.517.9-064.000 K/0 142.309.454 58.500.000 83.809.454 50.000.000 2.500.000 33.809.454 5.071.418 7.571.418 630.952
28 MULYADI 36.543.888.6-451.000 K/0 139.888.710 58.500.000 81.388.710 50.000.000 2.500.000 31.388.710 4.708.306 7.208.306 600.692
29 NUR PRASETYO WIGUNA 70.345.268.0-412.000 TK/0 140.923.659 54.000.000 86.923.659 50.000.000 2.500.000 36.923.659 5.538.549 8.038.549 669.879
30 NURUL AGDALIANY MARLAUT 90.349.297.3-013.000 TK/0 126.421.423 54.000.000 72.421.423 50.000.000 2.500.000 22.421.423 3.363.213 5.863.213 488.601
31 RETNO SISTHA INGGITA 75.011.577.6-429.000 TK/0 142.310.138 54.000.000 88.310.138 50.000.000 2.500.000 38.310.138 5.746.521 8.246.521 687.210
32 SAIFUL FAUZI TK/0 109.506.318 54.000.000 55.506.318 50.000.000 2.500.000 5.506.318 825.948 3.325.948 277.162
33 SATRIA KAUTSAR IRAK PUTRA TK/0 108.598.263 54.000.000 54.598.263 50.000.000 2.500.000 4.598.263 689.739 3.189.739 265.812
34 YENI CITRA SARI 84.286.525.5-061.000 TK/0 126.334.760 54.000.000 72.334.760 50.000.000 2.500.000 22.334.760 3.350.214 5.850.214 487.518
35 YUDHA SETYARSO TK/0 110.311.614 54.000.000 56.311.614 50.000.000 2.500.000 6.311.614 946.742 3.446.742 287.229
JUMLAH 4.451.221.401 2.457.721.401 193.658.210 16.138.184
83

4.4 Analisis Deskriptif

Dalam peneitian ini penulis akan memfokuskan pada perhitungan gaji

karyawan yang memiliki NPWP dan Karyawan yang tidak memiliki NPWP,

Sebagai berikut :

4.4.1 Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Yang Memiliki NPWP

Berikut peneliti jabarkan contoh perhitungan karyawan yang memiliki

NPWP yang dilakukan oleh Peneliti Sendiri (karyawan tahun pajak 2019) :

Tabel 4.2
Perhitungan Karyawan Yang Memiliki NPWP
Nama Karyawan ACHMAD FORTRANADHY
NPWP 76.879.768.0-017.000
Status K/2
Gaji Pokok 102.619.884
Tunj. Transportasi 7.500.000
Upah Lembur 37.547.472
JKK ( Jaminan Kecelakaan Kerja ) 0,24 % 246.288
JK (Jaminan Kematian) 0,3% 307.860
BPJS Kesehatan 4% 4.104.795
Jumlah 4.658.943
Penghasilan bruto 152.326.299
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x Jumlah Penghasilan Bruto Maksimal 6jt 7.616.315
Iuran BPJS Kesehatan (1%) 1.026.199
JHT (2%) 2.052.398
JP (1%) 1.026.199
Jumlah 11.721.110
Penghasilan neto (bersih) setahun 140.605.188
Penghasilan neto (bersih) sebulan 11.717.099
PTKP
Wajib Pajak Pribadi 54.000.000
Tambahan WP Menikah 4.500.000
Tambahan 2 Anak 9.000.000
Jumlah PTKP 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun 73.105.188
Penghasilan Kena Pajak Setahun ( pembulatan) 73.105.000
PPh Terutang (lihat Tarif PPh Pasal 21) 5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 23.105.000 3.465.750
PPh Pasal 21 Sebulan = 5.965.750 : 12 497.146
Take Home Pay (Gaji Bersih) = 11.717.099 - 497146 11.219.953
84

Tabel 4.3
Data Gaji Karyawan Yang Memiliki NPWP
CV Widjaya Persisi

Penghasilan Netto Penghasilan Penghasilan Kena 5% 15%


No Nama Karyawan NPWP Status PTKP Jumlah PPh
(Bersih) Setahun Kena Pajak Pajak ( Pembulatan) Jumlah Pajak Jumlah Pajak
1 ACHMAD FORTRANADHY 76.879.768.0-017.000 K/2 140.605.188 67.500.000 73.105.188 73.105.000 50.000.000 2.500.000 23.105.000 3.465.750 5.965.750
2 ADE MEGASARI 76.879.768.0-013.000 K/1 140.590.745 63.000.000 77.590.745 77.590.000 50.000.000 2.500.000 27.590.000 4.138.500 6.638.500
3 ADITYA SOEMARNA SURYA 76.476.424.7.434.000 K/2 141.605.983 67.500.000 74.105.983 74.105.000 50.000.000 2.500.000 24.105.000 3.615.750 6.115.750
4 ANGGIE ANDRIYANTO ROJALI73.740.784.1-412.000 K/1 140.008.113 63.000.000 77.008.113 77.008.000 50.000.000 2.500.000 27.008.000 4.051.200 6.551.200
5 BALLY SEMPATI PUTRA 82.996.092.1-435.000 TK/0 125.081.159 54.000.000 71.081.159 71.081.000 50.000.000 2.500.000 21.081.000 3.162.150 5.662.150
6 DARKONO 68.099.539.6-502.000 K/1 142.438.160 63.000.000 79.438.160 79.438.000 50.000.000 2.500.000 29.438.000 4.415.700 6.915.700
7 DICKY FADILLAH 80.044.712.0-433.000 TK/0 123.925.621 54.000.000 69.925.621 69.925.000 50.000.000 2.500.000 19.925.000 2.988.750 5.488.750
8 EKO PRASETYO 72.764.551.7-013.000 K/1 139.908.477 63.000.000 76.908.477 76.908.000 50.000.000 2.500.000 26.908.000 4.036.200 6.536.200
9 ELIZABETH SETIAWATI 74.586.339.9-435.000 K/1 144.461.387 63.000.000 81.461.387 81.461.000 50.000.000 2.500.000 31.461.000 4.719.150 7.219.150
10 ENIKA SARI S 92.321.071.0-125.000 TK/0 121.990.904 54.000.000 67.990.904 67.990.000 50.000.000 2.500.000 17.990.000 2.698.500 5.198.500
11 GARTH CLINT JOUFER 80.562.152.1-006.000 TK/0 126.432.846 54.000.000 72.432.846 72.432.000 50.000.000 2.500.000 22.432.000 3.364.800 5.864.800
12 GILANG RIO SAPUTRA 80.989.651.7-019.000 TK/0 125.296.345 54.000.000 71.296.345 71.296.000 50.000.000 2.500.000 21.296.000 3.194.400 5.694.400
13 HADI WIYONO 98.462.140.9-039.000 TK/0 123.926.829 54.000.000 69.926.829 69.926.000 50.000.000 2.500.000 19.926.000 2.988.900 5.488.900
14 HERMAN P PURBA 76.788.898.5-448.000 K/1 142.389.687 63.000.000 79.389.687 79.389.000 50.000.000 2.500.000 29.389.000 4.408.350 6.908.350
15 JULIAN IDHA PAMUNGKAS 66.013.960.1-009.000 K/1 140.555.211 63.000.000 77.555.211 77.555.000 50.000.000 2.500.000 27.555.000 4.133.250 6.633.250
16 JULIUS BOBBY BOLANG 80.301.931.4-019.000 TK/0 126.459.191 54.000.000 72.459.191 72.459.000 50.000.000 2.500.000 22.459.000 3.368.850 5.868.850
17 KRISTIRANI 72.647.935.5-027.000 K/0 142.291.077 58.500.000 83.791.077 83.791.000 50.000.000 2.500.000 33.791.000 5.068.650 7.568.650
18 MARCELINO LANG 82.476.069.8-016.000 TK/0 124.836.789 54.000.000 70.836.789 70.836.000 50.000.000 2.500.000 20.836.000 3.125.400 5.625.400
19 MUHAMAD IDRIS 59.018.517.9-064.000 K/0 142.309.454 58.500.000 83.809.454 83.809.000 50.000.000 2.500.000 33.809.000 5.071.350 7.571.350
20 MULYADI 36.543.888.6-451.000 K/0 139.888.710 58.500.000 81.388.710 81.388.000 50.000.000 2.500.000 31.388.000 4.708.200 7.208.200
21 NUR PRASETYO WIGUNA 70.345.268.0-412.000 TK/0 140.923.659 54.000.000 86.923.659 86.923.000 50.000.000 2.500.000 36.923.000 5.538.450 8.038.450
22 NURUL AGDALIANY MARLAUT90.349.297.3-013.000 TK/0 126.421.423 54.000.000 72.421.423 72.421.000 50.000.000 2.500.000 22.421.000 3.363.150 5.863.150
23 RETNO SISTHA INGGITA 75.011.577.6-429.000 TK/0 142.310.138 54.000.000 88.310.138 88.310.000 50.000.000 2.500.000 38.310.000 5.746.500 8.246.500
24 YENI CITRA SARI 84.286.525.5-061.000 TK/0 126.334.760 54.000.000 72.334.760 72.334.000 50.000.000 2.500.000 22.334.000 3.350.100 5.850.100
JUMLAH 3.230.991.858 1.831.491.858 1.831.480.000 154.722.000
85

4.4.2 Perhitungan PPh Pasal 21 Tenaga Karyawan Yang Tidak Memiliki

NPWP

Berikut peneliti jabarkan contoh perhitungan karyawan yang tidak

memiliki NPWP yang dilakukan oleh Peneliti Sendiri (karyawan tahun pajak

2019) :

Tabel 4.4
Perhitungan Gaji Karyawan Yang Tidak Memiliki NPWP

Nama Karyawan AYU PRAMODYANTI


NPWP -
Status TK/0
Gaji Pokok 94.351.872
Tunj. Transportasi 3.000.000
Upah Lembur 20.011.176
JKK ( Jaminan Kecelakaan Kerja ) 0,24 % 226.444
JK (Jaminan Kematian) 0,3% 283.056
BPJS Kesehatan 4% 3.774.075
Jumlah 4.283.575
Penghasilan bruto 121.646.623
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x Jumlah Penghasilan Bruto Maksimal 6jt 6.082.331
Iuran BPJS Kesehatan (1%) 943.519
JHT (2%) 1.887.037
JP (1%) 943.519
Jumlah 9.856.406
Penghasilan neto (bersih) setahun 111.790.217
Penghasilan neto (bersih) sebulan 9.315.851
PTKP
Wajib Pajak Pribadi 54.000.000
Jumlah PTKP 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun 57.790.217
Penghasilan Kena Pajak Setahun ( pembulatan) 57.790.000
PPh Terutang (lihat Tarif PPh Pasal 21) 6% x PKP 3.467.400
PPh Pasal 21 Sebulan = 3.467.400 : 12 288.950
Take Home Pay (Gaji Bersih) = 9.315.851 - 288.950 9.026.901
86

Tabel 4.5
Data Gaji Karyawan Yang Tidak Memiliki NPWP
CV Widjaya Presisi

Penghasilan Penghasilan Penghasilan Jumlah PPh Jumlah PPh


6% 18%
No Nama Karyawan NPWP Status Netto (Bersih) PTKP Kena Pajak Kena Pajak Terutang Terutang
Setahun Setahun (pembulatan) Jumlah Pajak Jumlah Pajak Pertahun Perbulan
1 AYU PRAMODYANTI - TK/0 111.790.217 54.000.000 57.790.217 57.790.000 50.000.000 3.000.000 7.790.000 1.402.200 4.402.200 366.850
2 BILL HARIADI SARAGIH - TK/0 112.736.086 54.000.000 58.736.086 58.736.000 50.000.000 3.000.000 8.736.000 1.572.480 4.572.480 381.040
3 CLEO CLEOPHAS - TK/0 110.902.887 54.000.000 56.902.887 56.902.000 50.000.000 3.000.000 6.902.000 1.242.360 4.242.360 353.530
4 DEDY DASUKI - TK/0 112.036.867 54.000.000 58.036.867 58.036.000 50.000.000 3.000.000 8.036.000 1.446.480 4.446.480 370.540
5 FARA DIBA GULGUBU - TK/0 111.418.110 54.000.000 57.418.110 57.418.000 50.000.000 3.000.000 7.418.000 1.335.240 4.335.240 361.270
6 GALIH SETIAWAN - TK/0 111.543.795 54.000.000 57.543.795 57.543.000 50.000.000 3.000.000 7.543.000 1.357.740 4.357.740 363.145
7 JUMAEDI - TK/0 110.771.718 54.000.000 56.771.718 56.771.000 50.000.000 3.000.000 6.771.000 1.218.780 4.218.780 351.565
8 LISA TRI JULIANTI - TK/0 110.613.669 54.000.000 56.613.669 56.613.000 50.000.000 3.000.000 6.613.000 1.190.340 4.190.340 349.195
9 SAIFUL FAUZI - TK/0 109.506.318 54.000.000 55.506.318 55.506.000 50.000.000 3.000.000 5.506.000 991.080 3.991.080 332.590
10 SATRIA KAUTSAR IRAK PUTRA - TK/0 108.598.263 54.000.000 54.598.263 54.598.000 50.000.000 3.000.000 4.598.000 827.640 3.827.640 318.970
11 YUDHA SETYARSO - TK/0 110.311.614 54.000.000 56.311.614 56.311.000 50.000.000 3.000.000 6.311.000 1.135.980 4.135.980 344.665
JUMLAH 1.220.229.543 626.229.543 626.224.000 46.720.320 3.893.360
87

4.4.3 Perbandingan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang

memiliki NPWP dan tidak memiliki NPWP

CV Widjaya Presisi

Tabel 4.6
Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan 21 Yang Memiliki NPWP
Dan Tidak Memiliki NPWP
Penghasilan Penghasilan Penghasilan kena Jumlah PPh Jumlah Pph
5% 15% Jumlah PPh Jumlah PPh 6% 18%
No Nama Karyawan NPWP Status Netto (Bersih) PTKP Kena Pajak Pajak Terutang Terutang
Pertahun Perbulan
Setahun Setahun Setahun(Pembulatan) Jumlah Pajak Jumlah Pajak Jumlah Pajak Jumlah Pajak Pertahun Perbulan
1 ACHMAD FORTRANADHY 76.879.768.0-017.000 K/2 140.605.188 67.500.000 73.105.188 73.105.000 50.000.000 2.500.000 23.105.000 3.465.750 5.965.750 497.146 50.000.000 2.500.000 23.105.000 3.465.750 5.965.750 497.146
2 ADE MEGASARI 76.879.768.0-013.000 K/1 140.590.745 63.000.000 77.590.745 77.590.000 50.000.000 2.500.000 27.590.000 4.138.500 6.638.500 553.208 50.000.000 2.500.000 27.590.000 4.138.500 6.638.500 553.208
3 ADITYA SOEMARNA SURYA 76.476.424.7.434.000 K/2 141.605.983 67.500.000 74.105.983 74.105.000 50.000.000 2.500.000 24.105.000 3.615.750 6.115.750 509.646 50.000.000 2.500.000 24.105.000 3.615.750 6.115.750 509.646
4 ANGGIE ANDRIYANTO ROJALI 73.740.784.1-412.000 K/1 140.008.113 63.000.000 77.008.113 77.008.000 50.000.000 2.500.000 27.008.000 4.051.200 6.551.200 545.933 50.000.000 2.500.000 27.008.000 4.051.200 6.551.200 545.933
5 AYU PRAMODYANTI TK/0 111.790.217 54.000.000 57.790.217 57.790.000 50.000.000 2.500.000 7.790.000 1.168.500 3.668.500 305.708 50.000.000 3.000.000 7.790.000 1.402.200 4.402.200 366.850
6 BALLY SEMPATI PUTRA 82.996.092.1-435.000 TK/0 125.081.159 54.000.000 71.081.159 71.081.000 50.000.000 2.500.000 21.081.000 3.162.150 5.662.150 471.846 50.000.000 2.500.000 21.081.000 3.162.150 5.662.150 471.846
7 BILL HARIADI SARAGIH TK/0 112.736.086 54.000.000 58.736.086 58.736.000 50.000.000 2.500.000 8.736.000 1.310.400 3.810.400 317.533 50.000.000 3.000.000 8.736.000 1.572.480 4.572.480 381.040
8 CLEO CLEOPHAS TK/0 110.902.887 54.000.000 56.902.887 56.902.000 50.000.000 2.500.000 6.902.000 1.035.300 3.535.300 294.608 50.000.000 3.000.000 6.902.000 1.242.360 4.242.360 353.530
9 DARKONO 68.099.539.6-502.000 K/1 142.438.160 63.000.000 79.438.160 79.438.000 50.000.000 2.500.000 29.438.000 4.415.700 6.915.700 576.308 50.000.000 2.500.000 29.438.000 4.415.700 6.915.700 576.308
10 DEDY DASUKI TK/0 112.036.867 54.000.000 58.036.867 58.036.000 50.000.000 2.500.000 8.036.000 1.205.400 3.705.400 308.783 50.000.000 3.000.000 8.036.000 1.446.480 4.446.480 370.540
11 DICKY FADILLAH 80.044.712.0-433.000 TK/0 123.925.621 54.000.000 69.925.621 69.925.000 50.000.000 2.500.000 19.925.000 2.988.750 5.488.750 457.396 50.000.000 2.500.000 19.925.000 2.988.750 5.488.750 457.396
12 EKO PRASETYO 72.764.551.7-013.000 K/1 139.908.477 63.000.000 76.908.477 76.908.000 50.000.000 2.500.000 26.908.000 4.036.200 6.536.200 544.683 50.000.000 2.500.000 26.908.000 4.036.200 6.536.200 544.683
13 ELIZABETH SETIAWATI 74.586.339.9-435.000 K/1 144.461.387 63.000.000 81.461.387 81.461.000 50.000.000 2.500.000 31.461.000 4.719.150 7.219.150 601.596 50.000.000 2.500.000 31.461.000 4.719.150 7.219.150 601.596
14 ENIKA SARI S 92.321.071.0-125.000 TK/0 121.990.904 54.000.000 67.990.904 67.990.000 50.000.000 2.500.000 17.990.000 2.698.500 5.198.500 433.208 50.000.000 2.500.000 17.990.000 2.698.500 5.198.500 433.208
15 FARA DIBA GULGUBU TK/0 111.418.110 54.000.000 57.418.110 57.418.000 50.000.000 2.500.000 7.418.000 1.112.700 3.612.700 301.058 50.000.000 3.000.000 7.418.000 1.335.240 4.335.240 361.270
16 GALIH SETIAWAN TK/0 111.543.795 54.000.000 57.543.795 57.543.000 50.000.000 2.500.000 7.543.000 1.131.450 3.631.450 302.621 50.000.000 3.000.000 7.543.000 1.357.740 4.357.740 363.145
17 GARTH CLINT JOUFER 80.562.152.1-006.000 TK/0 126.432.846 54.000.000 72.432.846 72.432.000 50.000.000 2.500.000 22.432.000 3.364.800 5.864.800 488.733 50.000.000 2.500.000 22.432.000 3.364.800 5.864.800 488.733
18 GILANG RIO SAPUTRA 80.989.651.7-019.000 TK/0 125.296.345 54.000.000 71.296.345 71.296.000 50.000.000 2.500.000 21.296.000 3.194.400 5.694.400 474.533 50.000.000 2.500.000 21.296.000 3.194.400 5.694.400 474.533
19 HADI WIYONO 98.462.140.9-039.000 TK/0 123.926.829 54.000.000 69.926.829 69.926.000 50.000.000 2.500.000 19.926.000 2.988.900 5.488.900 457.408 50.000.000 2.500.000 19.926.000 2.988.900 5.488.900 457.408
20 HERMAN P PURBA 76.788.898.5-448.000 K/1 142.389.687 63.000.000 79.389.687 79.389.000 50.000.000 2.500.000 29.389.000 4.408.350 6.908.350 575.696 50.000.000 2.500.000 29.389.000 4.408.350 6.908.350 575.696
21 JULIAN IDHA PAMUNGKAS 66.013.960.1-009.000 K/1 140.555.211 63.000.000 77.555.211 77.555.000 50.000.000 2.500.000 27.555.000 4.133.250 6.633.250 552.771 50.000.000 2.500.000 27.555.000 4.133.250 6.633.250 552.771
22 JULIUS BOBBY BOLANG 80.301.931.4-019.000 TK/0 126.459.191 54.000.000 72.459.191 72.459.000 50.000.000 2.500.000 22.459.000 3.368.850 5.868.850 489.071 50.000.000 2.500.000 22.459.000 3.368.850 5.868.850 489.071
23 JUMAEDI TK/0 110.771.718 54.000.000 56.771.718 56.771.000 50.000.000 2.500.000 6.771.000 1.015.650 3.515.650 292.971 50.000.000 3.000.000 6.771.000 1.218.780 4.218.780 351.565
24 KRISTIRANI 72.647.935.5-027.000 K/0 142.291.077 58.500.000 83.791.077 83.791.000 50.000.000 2.500.000 33.791.000 5.068.650 7.568.650 630.721 50.000.000 2.500.000 33.791.000 5.068.650 7.568.650 630.721
25 LISA TRI JULIANTI TK/0 110.613.669 54.000.000 56.613.669 56.613.000 50.000.000 2.500.000 6.613.000 991.950 3.491.950 290.996 50.000.000 3.000.000 6.613.000 1.190.340 4.190.340 349.195
26 MARCELINO LANG 82.476.069.8-016.000 TK/0 124.836.789 54.000.000 70.836.789 70.836.000 50.000.000 2.500.000 20.836.000 3.125.400 5.625.400 468.783 50.000.000 2.500.000 20.836.000 3.125.400 5.625.400 468.783
27 MUHAMAD IDRIS 59.018.517.9-064.000 K/0 142.309.454 58.500.000 83.809.454 83.809.000 50.000.000 2.500.000 33.809.000 5.071.350 7.571.350 630.946 50.000.000 2.500.000 33.809.000 5.071.350 7.571.350 630.946
28 MULYADI 36.543.888.6-451.000 K/0 139.888.710 58.500.000 81.388.710 81.388.000 50.000.000 2.500.000 31.388.000 4.708.200 7.208.200 600.683 50.000.000 2.500.000 31.388.000 4.708.200 7.208.200 600.683
29 NUR PRASETYO WIGUNA 70.345.268.0-412.000 TK/0 140.923.659 54.000.000 86.923.659 86.923.000 50.000.000 2.500.000 36.923.000 5.538.450 8.038.450 669.871 50.000.000 2.500.000 36.923.000 5.538.450 8.038.450 669.871
30 NURUL AGDALIANY MARLAUT 90.349.297.3-013.000 TK/0 126.421.423 54.000.000 72.421.423 72.421.000 50.000.000 2.500.000 22.421.000 3.363.150 5.863.150 488.596 50.000.000 2.500.000 22.421.000 3.363.150 5.863.150 488.596
31 RETNO SISTHA INGGITA 75.011.577.6-429.000 TK/0 142.310.138 54.000.000 88.310.138 88.310.000 50.000.000 2.500.000 38.310.000 5.746.500 8.246.500 687.208 50.000.000 2.500.000 38.310.000 5.746.500 8.246.500 687.208
32 SAIFUL FAUZI TK/0 109.506.318 54.000.000 55.506.318 55.506.000 50.000.000 2.500.000 5.506.000 825.900 3.325.900 277.158 50.000.000 3.000.000 5.506.000 991.080 3.991.080 332.590
33 SATRIA KAUTSAR IRAK PUTRA TK/0 108.598.263 54.000.000 54.598.263 54.598.000 50.000.000 2.500.000 4.598.000 689.700 3.189.700 265.808 50.000.000 3.000.000 4.598.000 827.640 3.827.640 318.970
34 YENI CITRA SARI 84.286.525.5-061.000 TK/0 126.334.760 54.000.000 72.334.760 72.334.000 50.000.000 2.500.000 22.334.000 3.350.100 5.850.100 487.508 50.000.000 2.500.000 22.334.000 3.350.100 5.850.100 487.508
35 YUDHA SETYARSO TK/0 110.311.614 54.000.000 56.311.614 56.311.000 50.000.000 2.500.000 6.311.000 946.650 3.446.650 287.221 50.000.000 3.000.000 6.311.000 1.135.980 4.135.980 344.665
JUMLAH 4.451.221.401 2.457.721.401 193.655.600 16.137.967 201.442.320 16.786.860
193.655.600 - 201.942.320 7.786.720
SELISIH
16.137.967 - 16.786.860 648.893
88

Perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 antara penulis lakukan dan

perusahaan lakukan. Perusahaan menghitung dengan tarif 5%. Dan penulis

melakukan perhitungan sesuai dengan Pasal 21 ayat 5 (a). Yang mana

tercantum di Pasal 21 ayat 5 (a) bagi karyawan yang tidak memiliki NPWP

dikenakan tarif lebih tinggi 20% dari tarif normal, sehingga terdapat

perselisihan antara perhitungan perusahaan dan penulis lakukan.

Pemotong pajak sebagai pihak yang mempunyai hak dan kewajiban

untuk melakukan pemotongan, perhitungan penyetoran, pelaporan PPh Pasal

21 harus mempunyai pemahaman yang baik dan benar tentang peraturan

perundang-undangan PPh Pasal 21 yang berlaku saat ini. Kurangnya

pemahaman pemotongan pajak terhadap system peraturan yang berlaku, dapat

menimbulkan kesalahan. Dan hal ini tentu saja dapat mengakibatkan kerugian

bagi perusahaan, karyawan dan terutama bagi pemerintah karena dapat

menyebabkan hilangnya potensi pajak pemerintah.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya

maka penulis dapat mengambil keputusan sebagai berikut :

1. PPh Pasal 21 yang dipotong untuk karyawan yang memiliki NPWP, dari

dua puluh empat karyawan, CV. Widjaya Presisi menyetorkan PPh Pasal

21 TERUTANG selama satu tahun sebesar Rp 154.722.000

2. PPh Pasal 21 yang dipotong untuk karyawan yang tidak memiliki NPWP,

dari sebelas karyawan, CV. Widjaya Presisi Menyetorkan PPh Pasal 21

TERUTANG selama satu tahun sebesar Rp 46.720.320

3. Perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 pada CV. Widjaya Presisi tidak

sesuai Undang-undang Perpajakkan Nomor 36 Tahun 2008 maka

89
90

terjadilah selisih sebesar Rp 7.786.720 antara perusahaan dengan penulis

lakukan.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, penulis mencoba memberi saran sebagai berikut :

1. CV. Widjaya Presisi khususnya bagian keuangan memotong tarif 5%

untuk karyawan yang memiliki NPWP PPh Pasal 21 merupakan pajak

yang dipotong atas penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap.

2. CV. Widjaya Presisi khususnya bagian keuangan karyawan yang tidak

memiliki NPWP atau pekerja harian lepas dikenai tarif pajak lebih tinggi

sebesar 20% dari tarif normal yang berlaku.

3. CV. Widjaya Presisi untuk lebih teerus mempertahankan dan

meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan Perpajakkan guna

menghindari masalah serta pelanggaran-pelanggran dan tetap mengamati

informasi-informasi yang terbaru mengenai perubahan-perubahan terbaru

yang diberlakukan oleh Menteri Keuangan, Maupun Diroktorat Jenderal

Pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2014, Akuntansi Perpajakan, Edisi 3, Salemba Empat

Agus Waskito, 2011. Mudahnya Menghitung Pajak Penghasilan Penyuting


Andi Fandi –Cet 1 - Yogyakarta- Buku Pintar.

Arikunto, S, 2013. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Baridwan, Zaki. 2002. Sistem Akuntansi: Penyusunan Prosedur dan Metode,


Edisi 5. Yogyakarta:BPFE

Direktorat Jenderal Pajak UU Nomor 7 Tahun 1983 Sebagaimana Telah


Diubah, Terakhir Dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan.

Faiz Zamzami, Nabella Duta Nusa, 2016. Akuntansi Pengantar 1 Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

Indriantoro, Nur., Bambang supomo, 2013. Metodologi Penelitian Bisnis untuk


Akuntansi dan Manajemen, Edisi pertama. Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta.

Kautsar Riza Salman, S.M. 2017. Perpajakan PPh dan PPN. Jakarta: Indeks.

Lubis, Rahmat Hidayat, 2018. Pajak Penghasilan. Yogyakarta : Andi

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang mengatur


tarif terbaru penghasilan tidak kena pajak 2016 (PTKP)

Peraturan Mentri Keuangan No.252/PMK.10/2016, tentang penyesuaian


besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Resmi, S. 2017. Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

S. Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi ke-4, Liberty,


Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2004. Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta : Salemba Empat.

SR. Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Lima. Jakarta :


Salemba Empat

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Penerbitan Alfabeta.
UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

UU No.36 tahun 2008, pasal 17 ayat(1) Tentang Pajak Penghasilan.

Waluyo, 2014. Akuntansi Pajak. Salemba Empat, Jakarta.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Veti Maria Ulfah

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 24 November 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kp.Pengasinan RT002 RW001 No.34

Gg.Damai Kel.Pengasinan

Kec.Rawalumbu Kota Bekasi 17115

Email : vetimariaulfah@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan

2003 - 2009 : SDN Pengasinan VI

2009 - 2012 : Mts As-Subkiyah

2012 – 2015 : SMK Mandalahayu 304

2017 – 2021 : STIE Mulia Pratama


CV. WIDJAYA PRESISI
Kp. Nagrak RT. 003 RW. 002 Sukadami

CV. WIDJA YAPRESISI Cikarang Selatan – Bekasi 17550


Telp. (021) 8970 975
Fax. (021) 8970 975
Solution With Diamond and Tools Email : widjayapresisi@yahoo.com

SURAT KETERANGAN
SK/WP/01/VIII/2021

Yang bertanda tangan dibawah ini menerapkan bahwa :

Nama : Veti Maria Ulfah

Tempat dan tanggal lahir : Bekasi, 24 November 1996

NPM : 2017102811

Jurusan : Akuntansi

Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1)

STIE Mulia Pratama

Benar telah melakukan penelitian lapangan di CV. Widjaya Presisi pada tanggal
15 April 2021 sampai dengan 15 Juli 2021 dengan judul “ ANALISIS PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN YANG MEMILIKI NPWP DAN
KARYAWAN YANG TIDAK MEMILIKI NPWP TERHADAP PAJAK
PENGHASILAN 21 TERUTANG PADA CV. WIDJAYA PRESISI”. Demikian
surat keterangan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan
sebagai mana mestinya.

Cikarang, 15 Juli 2021

Nova Ananda Putri


CV. WIDJAYA PRESISI
Kp. Nagrak RT. 003 RW. 002 Sukadami

CV. WIDJAYA PRESISI


Cikarang Selatan – Bekasi 17550
Telp. (021) 8970 975
Fax. (021) 8970 975
Solution With Diamond and Tools Email : widjayapresisi@yahoo.com

Data Gaji Karyawan 2019

CV Widjaya Presisi

Penghasilan bruto (kotor) Pengurang


JKK ( Jaminan Iuran BPJS Penghasilan neto Penghasilan neto
No Nama karyawan NPWP Status Tunj. JK (Jaminan BPJS Penghasilan
Gaji Pokok Upah Lembur Kecelakaan Kesehatan JHT (2%) JP (1%) Biaya Jabatan Jumlah (bersih) setahun sebulan
Transportasi Kematian) Kesehatan bruto
Kerja ) (1%)
0,24% 0,30% 4% 2% 1%
1 ACHMAD FORTRANADHY 76.879.768.0-017.000 K/2 102.619.884 7.500.000 37.547.472 246.288 307.860 4.104.795 152.326.299 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.616.315 11.721.110 140.605.188 11.717.099
2 ADE MEGASARI 76.879.768.0-013.000 K/1 102.619.884 7.500.000 37.532.268 246.288 307.860 4.104.795 152.311.095 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.615.555 11.720.350 140.590.745 11.715.895
3 ADITYA SOEMARNA SURYA 76.476.424.7.434.000 K/2 102.619.884 7.500.000 38.600.940 246.288 307.860 4.104.795 153.379.767 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.668.988 11.773.784 141.605.983 11.800.499
4 ANGGIE ANDRIYANTO ROJALI 73.740.784.1-412.000 K/1 102.619.884 7.500.000 36.918.972 246.288 307.860 4.104.795 151.697.799 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.584.890 11.689.685 140.008.113 11.667.343
5 AYU PRAMODYANTI TK/0 94.351.872 3.000.000 20.011.176 226.444 283.056 3.774.075 121.646.623 943.519 1.887.037 943.519 6.082.331 9.856.406 111.790.217 9.315.851
6 BALLY SEMPATI PUTRA 82.996.092.1-435.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 26.157.576 241.620 302.025 4.027.004 135.903.330 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.795.166 10.822.171 125.081.159 10.423.430
7 BILL HARIADI SARAGIH TK/0 94.351.872 3.000.000 21.006.828 226.444 283.056 3.774.075 122.642.275 943.519 1.887.037 943.519 6.132.114 9.906.189 112.736.086 9.394.674
8 CLEO CLEOPHAS TK/0 94.351.872 3.000.000 19.077.144 226.444 283.056 3.774.075 120.712.591 943.519 1.887.037 943.519 6.035.630 9.809.704 110.902.887 9.241.907
9 DARKONO 68.099.539.6-502.000 K/1 102.619.884 7.500.000 39.476.916 246.288 307.860 4.104.795 154.255.743 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.712.787 11.817.582 142.438.160 11.869.847
10 DEDY DASUKI TK/0 94.351.872 3.000.000 20.270.808 226.444 283.056 3.774.075 121.906.255 943.519 1.887.037 943.519 6.095.313 9.869.388 112.036.867 9.336.406
11 DICKY FADILLAH 80.044.712.0-433.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 24.941.220 241.620 302.025 4.027.004 134.686.974 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.734.349 10.761.353 123.925.621 10.327.135
12 EKO PRASETYO 72.764.551.7-013.000 K/1 102.619.884 7.500.000 36.814.092 246.288 307.860 4.104.795 151.592.919 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.579.646 11.684.441 139.908.477 11.659.040
13 ELIZABETH SETIAWATI 74.586.339.9-435.000 K/1 102.619.884 7.500.000 41.606.628 246.288 307.860 4.104.795 156.385.455 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.819.273 11.924.068 144.461.387 12.038.449
14 ENIKA SARI S 92.321.071.0-125.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 22.904.676 241.620 302.025 4.027.004 132.650.430 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.632.521 10.659.526 121.990.904 10.165.909
15 FARA DIBA GULGUBU TK/0 94.351.872 3.000.000 19.619.484 226.444 283.056 3.774.075 121.254.931 943.519 1.887.037 943.519 6.062.747 9.836.821 111.418.110 9.284.842
16 GALIH SETIAWAN TK/0 94.351.872 3.000.000 19.751.784 226.444 283.056 3.774.075 121.387.231 943.519 1.887.037 943.519 6.069.362 9.843.436 111.543.795 9.295.316
17 GARTH CLINT JOUFER 80.562.152.1-006.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 27.580.404 241.620 302.025 4.027.004 137.326.158 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.866.308 10.893.312 126.432.846 10.536.070
18 GILANG RIO SAPUTRA 80.989.651.7-019.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 26.384.088 241.620 302.025 4.027.004 136.129.842 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.806.492 10.833.496 125.296.345 10.441.362
19 HADI WIYONO 98.462.140.9-039.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 24.942.492 241.620 302.025 4.027.004 134.688.246 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.734.412 10.761.416 123.926.829 10.327.236
20 HERMAN P PURBA 76.788.898.5-448.000 K/1 102.619.884 7.500.000 39.425.892 246.288 307.860 4.104.795 154.204.719 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.710.236 11.815.031 142.389.687 11.865.807
21 JULIAN IDHA PAMUNGKAS 66.013.960.1-009.000 K/1 102.619.884 7.500.000 37.494.864 246.288 307.860 4.104.795 152.273.691 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.613.685 11.718.480 140.555.211 11.712.934
22 JULIUS BOBBY BOLANG 80.301.931.4-019.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 27.608.136 241.620 302.025 4.027.004 137.353.890 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.867.694 10.894.699 126.459.191 10.538.266
23 JUMAEDI TK/0 94.351.872 3.000.000 18.939.072 226.444 283.056 3.774.075 120.574.519 943.519 1.887.037 943.519 6.028.726 9.802.801 110.771.718 9.230.977
24 KRISTIRANI 72.647.935.5-027.000 K/0 102.619.884 7.500.000 39.322.092 246.288 307.860 4.104.795 154.100.919 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.705.046 11.809.841 142.291.077 11.857.590
25 LISA TRI JULIANTI TK/0 94.351.872 3.000.000 18.772.704 226.444 283.056 3.774.075 120.408.151 943.519 1.887.037 943.519 6.020.408 9.794.482 110.613.669 9.217.806
26 MARCELINO LANG 82.476.069.8-016.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 25.900.344 241.620 302.025 4.027.004 135.646.098 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.782.305 10.809.309 124.836.789 10.403.066
27 MUHAMAD IDRIS 59.018.517.9-064.000 K/0 102.619.884 7.500.000 39.341.436 246.288 307.860 4.104.795 154.120.263 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.706.013 11.810.808 142.309.454 11.859.121
28 MULYADI 36.543.888.6-451.000 K/0 102.619.884 7.500.000 36.793.284 246.288 307.860 4.104.795 151.572.111 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.578.606 11.683.401 139.888.710 11.657.392
29 NUR PRASETYO WIGUNA 70.345.268.0-412.000 TK/0 102.619.884 7.500.000 37.882.704 246.288 307.860 4.104.795 152.661.531 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.633.077 11.737.872 140.923.659 11.743.638
30 NURUL AGDALIANY MARLAUT 90.349.297.3-013.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 27.568.380 241.620 302.025 4.027.004 137.314.134 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.865.707 10.892.711 126.421.423 10.535.119
31 RETNO SISTHA INGGITA 75.011.577.6-429.000 TK/0 102.619.884 7.500.000 39.342.156 246.288 307.860 4.104.795 154.120.983 1.026.199 2.052.398 1.026.199 7.706.049 11.810.844 142.310.138 11.859.178
32 SAIFUL FAUZI TK/0 94.351.872 3.000.000 17.607.072 226.444 283.056 3.774.075 119.242.519 943.519 1.887.037 943.519 5.962.126 9.736.201 109.506.318 9.125.527
33 SATRIA KAUTSAR IRAK PUTRA TK/0 94.351.872 3.000.000 16.651.224 226.444 283.056 3.774.075 118.286.671 943.519 1.887.037 943.519 5.914.334 9.688.408 108.598.263 9.049.855
34 YENI CITRA SARI 84.286.525.5-061.000 TK/0 100.675.104 4.500.000 27.477.156 241.620 302.025 4.027.004 137.222.910 1.006.751 2.013.502 1.006.751 6.861.145 10.888.150 126.334.760 10.527.897
35 YUDHA SETYARSO TK/0 94.351.872 3.000.000 18.454.752 226.444 283.056 3.774.075 120.090.199 943.519 1.887.037 943.519 6.004.510 9.778.585 110.311.614 9.192.635
36 JUMLAH 3.481.300.008 183.000.000 1.009.726.236 8.355.120 10.443.900 139.252.000 4.832.077.264 34.813.000 69.626.000 34.813.000 241.603.863 380.855.864 4.451.221.401 370.935.117
CV. WIDJAYA PRESISI
Kp. Nagrak RT. 003 RW. 002 Sukadami
Cikarang Selatan – Bekasi 17550
CV. WIDJAYA PRESISI Telp. (021) 8970 975
Fax. (021) 8970 975
Email : widjayapresisi@yahoo.com
Solution With Diamond and Tools
Data Gaji Karyawan 2019

CV Widjaya Presisi

Penghasilan Jumlah PPh Jumlah


Penghasilan Netto 5% 15%
No Nama Karyawan NPWP Status PTKP Kena Pajak Terutang Per PPhTerutang
(Bersih) Setahun
Setahun Jumlah Pajak Jumlah Pajak Tahun Per bulan
1 ACHMAD FORTRANADHY 76.879.768.0-017.000 K/2 140.605.188 67.500.000 73.105.188 50.000.000 2.500.000 23.105.188 3.465.778 5.965.778 497.148
2 ADE MEGASARI 76.879.768.0-013.000 K/1 140.590.745 63.000.000 77.590.745 50.000.000 2.500.000 27.590.745 4.138.612 6.638.612 553.218
3 ADITYA SOEMARNA SURYA 76.476.424.7.434.000 K/2 141.605.983 67.500.000 74.105.983 50.000.000 2.500.000 24.105.983 3.615.897 6.115.897 509.658
4 ANGGIE ANDRIYANTO ROJALI 73.740.784.1-412.000 K/1 140.008.113 63.000.000 77.008.113 50.000.000 2.500.000 27.008.113 4.051.217 6.551.217 545.935
5 AYU PRAMODYANTI TK/0 111.790.217 54.000.000 57.790.217 50.000.000 2.500.000 7.790.217 1.168.533 3.668.533 305.711
6 BALLY SEMPATI PUTRA 82.996.092.1-435.000 TK/0 125.081.159 54.000.000 71.081.159 50.000.000 2.500.000 21.081.159 3.162.174 5.662.174 471.848
7 BILL HARIADI SARAGIH TK/0 112.736.086 54.000.000 58.736.086 50.000.000 2.500.000 8.736.086 1.310.413 3.810.413 317.534
8 CLEO CLEOPHAS TK/0 110.902.887 54.000.000 56.902.887 50.000.000 2.500.000 6.902.887 1.035.433 3.535.433 294.619
9 DARKONO 68.099.539.6-502.000 K/1 142.438.160 63.000.000 79.438.160 50.000.000 2.500.000 29.438.160 4.415.724 6.915.724 576.310
10 DEDY DASUKI TK/0 112.036.867 54.000.000 58.036.867 50.000.000 2.500.000 8.036.867 1.205.530 3.705.530 308.794
11 DICKY FADILLAH 80.044.712.0-433.000 TK/0 123.925.621 54.000.000 69.925.621 50.000.000 2.500.000 19.925.621 2.988.843 5.488.843 457.404
12 EKO PRASETYO 72.764.551.7-013.000 K/1 139.908.477 63.000.000 76.908.477 50.000.000 2.500.000 26.908.477 4.036.272 6.536.272 544.689
13 ELIZABETH SETIAWATI 74.586.339.9-435.000 K/1 144.461.387 63.000.000 81.461.387 50.000.000 2.500.000 31.461.387 4.719.208 7.219.208 601.601
14 ENIKA SARI S 92.321.071.0-125.000 TK/0 121.990.904 54.000.000 67.990.904 50.000.000 2.500.000 17.990.904 2.698.636 5.198.636 433.220
15 FARA DIBA GULGUBU TK/0 111.418.110 54.000.000 57.418.110 50.000.000 2.500.000 7.418.110 1.112.716 3.612.716 301.060
16 GALIH SETIAWAN TK/0 111.543.795 54.000.000 57.543.795 50.000.000 2.500.000 7.543.795 1.131.569 3.631.569 302.631
17 GARTH CLINT JOUFER 80.562.152.1-006.000 TK/0 126.432.846 54.000.000 72.432.846 50.000.000 2.500.000 22.432.846 3.364.927 5.864.927 488.744
18 GILANG RIO SAPUTRA 80.989.651.7-019.000 TK/0 125.296.345 54.000.000 71.296.345 50.000.000 2.500.000 21.296.345 3.194.452 5.694.452 474.538
19 HADI WIYONO 98.462.140.9-039.000 TK/0 123.926.829 54.000.000 69.926.829 50.000.000 2.500.000 19.926.829 2.989.024 5.489.024 457.419
20 HERMAN P PURBA 76.788.898.5-448.000 K/1 142.389.687 63.000.000 79.389.687 50.000.000 2.500.000 29.389.687 4.408.453 6.908.453 575.704
21 JULIAN IDHA PAMUNGKAS 66.013.960.1-009.000 K/1 140.555.211 63.000.000 77.555.211 50.000.000 2.500.000 27.555.211 4.133.282 6.633.282 552.773
22 JULIUS BOBBY BOLANG 80.301.931.4-019.000 TK/0 126.459.191 54.000.000 72.459.191 50.000.000 2.500.000 22.459.191 3.368.879 5.868.879 489.073
23 JUMAEDI TK/0 110.771.718 54.000.000 56.771.718 50.000.000 2.500.000 6.771.718 1.015.758 3.515.758 292.980
24 KRISTIRANI 72.647.935.5-027.000 K/0 142.291.077 58.500.000 83.791.077 50.000.000 2.500.000 33.791.077 5.068.662 7.568.662 630.722
25 LISA TRI JULIANTI TK/0 110.613.669 54.000.000 56.613.669 50.000.000 2.500.000 6.613.669 992.050 3.492.050 291.004
26 MARCELINO LANG 82.476.069.8-016.000 TK/0 124.836.789 54.000.000 70.836.789 50.000.000 2.500.000 20.836.789 3.125.518 5.625.518 468.793
27 MUHAMAD IDRIS 59.018.517.9-064.000 K/0 142.309.454 58.500.000 83.809.454 50.000.000 2.500.000 33.809.454 5.071.418 7.571.418 630.952
28 MULYADI 36.543.888.6-451.000 K/0 139.888.710 58.500.000 81.388.710 50.000.000 2.500.000 31.388.710 4.708.306 7.208.306 600.692
29 NUR PRASETYO WIGUNA 70.345.268.0-412.000 TK/0 140.923.659 54.000.000 86.923.659 50.000.000 2.500.000 36.923.659 5.538.549 8.038.549 669.879
30 NURUL AGDALIANY MARLAUT 90.349.297.3-013.000 TK/0 126.421.423 54.000.000 72.421.423 50.000.000 2.500.000 22.421.423 3.363.213 5.863.213 488.601
31 RETNO SISTHA INGGITA 75.011.577.6-429.000 TK/0 142.310.138 54.000.000 88.310.138 50.000.000 2.500.000 38.310.138 5.746.521 8.246.521 687.210
32 SAIFUL FAUZI TK/0 109.506.318 54.000.000 55.506.318 50.000.000 2.500.000 5.506.318 825.948 3.325.948 277.162
33 SATRIA KAUTSAR IRAK PUTRA TK/0 108.598.263 54.000.000 54.598.263 50.000.000 2.500.000 4.598.263 689.739 3.189.739 265.812
34 YENI CITRA SARI 84.286.525.5-061.000 TK/0 126.334.760 54.000.000 72.334.760 50.000.000 2.500.000 22.334.760 3.350.214 5.850.214 487.518
35 YUDHA SETYARSO TK/0 110.311.614 54.000.000 56.311.614 50.000.000 2.500.000 6.311.614 946.742 3.446.742 287.229
JUMLAH 4.451.221.401 2.457.721.401 193.658.210 16.138.184
CV. WIDJAYA PRESISI
Kp. Nagrak RT. 003 RW. 002 Sukadami

CV. WIDJAYA PRESISI


Cikarang Selatan – Bekasi 17550
Telp. (021) 8970 975
Fax. (021) 8970 975
Solution With Diamond and Tools Email : widjayapresisi@yahoo.com

Struktur Organisasi Perusahaan.

DIRECTOR

MANAGER

ACCOUNTING

MARKETING PPIC PRODUKSI ENGINEERING & QC

Anda mungkin juga menyukai