Disusun oleh:
Muhamad Febryanto
4417030035
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Akuntansi Keuangan
Disusun oleh:
Muhamad Febryanto
4417030035
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Laporan Skripsi ini adalah hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan karya orang lain baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat, gagasan, atau temuan orang lain yang terdapat di dalam Laporan Skripsi
ini telah saya kutip dan saya rujuk sesuai dengan etika ilmiah.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : Novitasari, S.Pd.,M.Ak. ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 26 Agustus 2021
iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Disetujui oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
karunia, kekuatan, dan dukungan yang diberikan-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Sistem Activity Based Costing
Dalam Menentukan Biaya Pokok Produk pad Tahun 2021 (Studi Kasus Pada
Kelompok Tani Setia Bogor) dengan baik. Adapun tujuan dibuatnya skripsi ini
adalah sebagai prasayarat guna meraih gelar Sarjana Terapan Akuntansi di bidang
studi Akuntansi Keuangan pada Politeknik Negeri Jakarta.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ispriyanto dan Ibu Wastiah, selaku orang tua kandung dan Cindy
Agustustina selaku adik kandung.
2. Bapak Dr.sc.H. Zainal Nur Arifin,Dipl-Ing.HTL.,M.T.. selaku Direktur
Politeknik Negeri Jakarta.
3. Ibu Dr. Sabar Warsini, S.E., M.M., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Jakarta.
4. Bapak Herbirowo Nugroho, S.E.,M.Si. selaku Ketua Program Studi D4
Akuntansi Keuangan Politeknik Negeri Jakarta.
5. Bapak Nedsal Sixpria, S.E., Ak., M.M., CA selaku dosen pembimbing 1 yang
membimbing selama penyusunan skripsi.
6. Ibu Rodiana Listiawati, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing I yang dengan
penuh perhatian memberikan arahan selama penyusunan skripsi
7. Luqman ma’ruf amin, Zukhruf Fatun Nisa, dan Annisa Deisy Satria, selaku
sahabat yang selalu mengingatkan dalam mengerjakan tugas-tugas.
8. Siti Nadya Ulfa, selaku teman dekat yang selalu mendukung penuh dan
mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.
9. Dinda Rizki Setianti, Azzahra Hani Putri, Fanisa Eriningtyas, dan Ahmad Revy
Fachreza selaku, sahabat sejak sekolah dasar yang saling mendukung untuk
menyelesaikan skripsi.
vi
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan meminta pengertian yang
sebesar-besarnya apabila terjadi kekeliruan, kesalahan ataupun segala kekurangan,
baik yang disadari maupun yang tidak disadari dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan pihak-pihak lainnya.
Muhamad Febryanto
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademis Politeknik Negeri Jakarta, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini Politeknik Negeri Jakarta berhak
menyimpan, mengalihmedia atau mengformatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 26 Agustus 2021
Yang menyatakan
Muhamad Febryanto
viii
PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING DALAM
MENENTUKAN BIAYA POKOK PRODUK PADA TAHUN 2021
(STUDI KASUS PADA KELOMPOK TANI SETIA BOGOR)
Oleh:
Muhamad Febryanto
Program Studi D4 Akuntansi Keuangan
ABSTRAK
Kata kunci : Activity Based Costing, Biaya Pokok Produk, Sistem Tradisional.
By:
Muhamad Febryanto
Study Program Applied Bachelor of Financial Accounting
ABSTRACT
The purpose of this study is to apply the calculation of the cost of products
with the Activity Based Costing system in Kelompok Tani Setia and compare the
calculation of the cost of the product with the traditional system applied to the Setia
Farmer Group. So that farmers can find out the cost of the product accurately to
determine the selling price and profit. This type of research is a descriptive research
with qualitative methods. Types of data and research data sources used are primary
data. The data collection method used was interviews and observations at
Kelompok Tani Setia in July 2021. The results showed that the Setia Farmers Group
used the traditional system in calculating the cost of the product so that there was
a cost distortion. After being calculated using the Activity Based Costing system,
the cost of the product was undercosted for purple yam flour and mocaf flour
products. Therefore, the Activity Based Costing system is better applied to
Kelompok Tani Setia because it is able to allocate factory overhead costs to each
product appropriately based on the consumption of each activity.
mengurangi atau mengendalikan biaya tanpa harus mengurangi kualitas dan kuantitas
produk yang telah ditetapkan.
Perhitungan biaya pokok produksi yang tepat dan akurat merupakan hal yang
perlu dilakukan oleh setiap usaha, karena tanpa adanya perhitungan biaya pokok
produk yang tepat dan akurat, perusahaan manufaktur yang bersangkutan akan
mengalami masalah dalam menentukan harga jual suatu produk yang dihasilkan
(Windriasari, 2017). Perhitungan biaya pokok produk merupakan komponen penting
dalam menentukan harga jual dari sebuah produk. Namun dari kelompok tani
umumnya harga jual ditentukan langsung oleh para tengkulak hal ini menjadi
masalah bagi petani.
Metode tradisional costing merupakan sistem perhitungan harga pokok
tradisional pada perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu jenis produk akan
mengalami kesulitan dalam menyajikan biaya produksi yang akurat, hal ini terjadi
karena pembebanan biaya overhead dilakukan berdasarkan unit produksi dari tiap
jenis produk (Yudiastra et al., 2017). Hal ini akan menimbulkan masalah karena
produk yang dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenarnya diserap
untuk menghasilkan produk tersebut. Sebagai akibatnya akan muncul produk
undercosting dan produk overcosting (Hanimah, 2020). Perkembangan ilmu
pengetahuan telah melahirkan suatu sistem perhitungan biaya yang dirancang untuk
mengatasi keterbatasan sistem tradisional, yaitu Activity Based Costing (ABC) system.
Activity Based Costing (ABC) system dapat mengurangi distorsi biaya yang disebabkan
oleh sistem tradisional dengan memfokuskan biaya yang terdapat pada produk
berdasarkan aktivitas untuk menghasilkan produk sehingga akan menghasilkan
perhitungan yang lebih akurat (Hariyani, 2018).
Kelompok tani Setia merupakan bentuk usaha yang bergerak dibidang
pertanian di Desa Cikarawang, Bogor. Merek usaha dari kelompok tani Setia
dinamakan SETIA. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok tani Setia,
diketahui bahwa kelompok tani Setia menerapkan sistem tradisional dalam
menentukan biaya pokok produknya. Kelompok tani Setia memiliki produk yang
bervariasi, yaitu tepung ubi ungu, pisang kole, tepung mocaf, mi nusantara, dan tepung
tapioka. Perbedaan kuantitas penggunaan tepung dengan menggunakan satu fasilitas
yang sama menyebabkan kelompok tani Setia kurang akurat dalam melakukan
penghitungan biaya pokok produksi untuk setiap produknya.
1. Menganalisis perhitungan biaya pokok produk tepung ubi ungu dan tepung
mocaf yang diterapkan di Kelompok Tani Setia.
2. Menganalisis dan menerapkan perhitungan biaya pokok produk tepung ubi
ungu dan tepung mocaf dengan menggunakan sistem activity based costing
di Kelompok Tani Setia.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut.
1. Manfaat akademis, diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi untuk
penelitian selanjutkan dan menambah wawasan mengenai penerapan
perhitungan biaya pokok produk menggunakan metode Activity Based
Costing (ABC) System pada kelompok tani atau manufaktur sejenisnya.
2. Manfaat praktis, diharapkan hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai
pedoman anggota kelompok dalam menghitung biaya pokok produksi
terutama produk tepung ubi dan tepung mocaf sehingga petani mengetahui
nilai harga jual yang sesuai dan keuntungan yang diperoleh.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika dari penelitian ini terususun atas lima BAB yaitu:
BAB 1 Pendahuluan, Pada bab ini menjelaskan latar belakang
diangkatnya topik pembahasan, hal-hal yang menjadi masalah dalam
penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan dari penelitian ini.
BAB 2 Tinjauan Pustaka, pada bab ini berisi landasan teori yang
berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan, penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini, dan membahas mengenai kerangka
pemikiran.
Merupakan biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini
tidak dapat ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Biaya overhead
dapat dikelompokkan menjadi 3 elemen:
1. Biaya tidak langsung (bahan pembantu atau penolong)
2. Tenaga kerja tidak langsung
3. Biaya tidak langsung lainnya
2. Berdasarkan fungsi pokok perusahaan
a. Beban Produksi
Merupakan semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi selesai. Contoh: biaya
depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
b. Beban Pemasaran
Merupakan biaya yang dikeluarkan menangani pesanan konsumen
dan mendapatkan konsumen yang potensial. Contohnya beban iklan di
sosial media, komisi penjualan reseller dan gaji bagian penjualan.
c. Beban Administrasi
Merupakan biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan
kegiatan penentu kebijakkan dan pengarahan agar dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Contohnya gaji administrasi kantor dan sewa kantor.
3. Biaya dalam hubungan dengan volume produksi
a. Biaya Variabel
Merupakan biaya yang berubah sebanding dengan perubahan
volume produksi dalam rentang relevan, tetapi biaya secara perunit tetap
dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kegiatan. Contohnya Biaya bahan
bakar, penanganan bahan baku dan biaya sumber tenaga.
b. Biaya Tetap
Merupakan biaya yang secara totalitas bersifat tetap saat aktivitas
bisnis meningkat maupun menurun. Contohnya gaji eksekutif produksi,
penyusutan metode garis lurus, amortisasi paten, sewa, dan asuransi.
c. Biaya Semi
Merupakan biaya di dalamnya mengandung unsur tetap dan
mengandung unsur variabel
1. Biaya semi variabel adalah biaya didalamnya mengandung unsur tetap
dan memperlihatkan karakter tetap dan variable. Contohnya biaya
listrik telepon dan air, bensin, perlengkapan, pajak penghasilan, dan
biaya perjalanan dinas;
2. Biaya semi tetap adalah biaya yang berubah dan volume secara
bertahap. Contohnya gaji penyelia.
4. Biaya dalam hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
a. Biaya langsung (Direct Cost)
Merupakan biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat
diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu. Contoh: biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)
Merupakan biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat
diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang
manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya. Contoh: biaya
overhead pabrik (biaya penyusutan gedung pabrik, biaya pemeliharaan
mesin pabrik, biaya bahan penolong, dan lain-lain).
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
a. Biaya Pengeluaran Modal
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat di
masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai
aktiva. Contoh pembelian mesin dan peralatan.
b. Biaya Pengeluaran Pendapatan
Merupakan biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang
dan dilaporkan sebagai beban. Contohnya biaya iklan
alasan yang penting dalam penerapan metode ABC (David & Yuniarsi,
2015), yaitu:
1. Biaya Memiliki Penyebab
Biaya memiliki penyebab, yaitu aktivitas. Pemahaman yang
mendalam tentang aktivitas menyebabkan timbulnya biaya yang akan
menempatkan personil perusahaan pada posisi yang dapat
mempengaruhi biaya. ABC system berangkat dari keyakinan dasar
bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya alokasi biaya.
2. Penyebab Biaya Dapat Dikelola
Penyebab terjadinya biaya dapat dikelola melalui pengelolaan
terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personil
perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas
memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
2.1.5 Jenis Aktivitas
Menurut Hansen, Don R.dan Mowen (2013) jenis aktivitas dibagi
menjadi 4 yaitu:
1. Unit-Level Activity
Unit Level Activity adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali
sebuah unit diproduksi.
2. Batch-Related Activity
Batch-Related Activity adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu
batch produk diproduksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk
yang diproduksi. Yaitu biaya administrasi, biaya bahan habis pakai dan
biaya cleaning service atau biaya kebersihan.
3. Product-Sustaining Activity
Product-Sustaining Activity adalah aktivitas yang dilakukan bila
diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan.
4. Facility-Sustaining Activity
Facility-Sustaining Activity adalah aktivitas yang menopang proses
umum produksi suatu pabrik. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini
adalah biaya laundry, biaya ansuransi, biaya penyusutan gedung dan biaya
penyusutan fasilitas.
2.1.6 Syarat-syarat penerapan Activity Based Costing (ABC) system
Dalam penerapannya Harnanto & Zulkifli (2013) penentuan harga pokok
dengan menggunakan system activity based costing menyaratkan tiga hal:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas tinggi
Activity based costing system menyaratkan bahwa perusahaan memproduksi
beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan
fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan
masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi terdapat beberapa perusahaan yang
menghasilkan produk yang sama atau sejenis
Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan
akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya.
Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi
tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen.
2.1.7 Keunggulan Activity Based Costing (ABC) system
Keunggulan Activity Based Costing (ABC), menurut Supriyono (2012)
adalah sebagai berikut:
1. Suatu pengkajian Activity Based Costing (ABC) dapat meyakinkan manajemen
bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih
kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu
sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat
menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufaktur, yang pada
akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki
mutu dan mengurangi biaya;
2. Acitivity based costing dapat membantu dalam pengambilan keputusan;
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar;
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis
yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even
atas produk yang ber-volume rendah;
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat
mulai merekayasa kembali proses manufaktur untuk mencapai pola keluaran
mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
2.1.8 Perbedaan Sistem Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) System
Terdapat beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem
biaya Activity Based Costing (Satria, 2016), sebagai berikut:
1. Sistem perhitungan harga pokok produksi berdasarkan sistem biaya
tradisional yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik. Sistem ABC mencoba mengatasi masalah
pembebanan biaya overhead pabrik. Dalam metode ini, biaya overhead
akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitas secara
nyata. Aktivitas-aktivitas yang dapat diidentifikasi dalam proses produksi
seperti biaya overhead yang dikeluarkan akibat dilakukannya aktivitas,
antara lain biaya listrik dan kendaraan.
2. Pada sistem akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-
masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya
cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan
pada sistem ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan
pada banyak cost driver. Sehingga dalam sistem ABC, telah mampu
mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap produk secara tepat berdasarkan
konsumsi masing-masing aktivitas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Ukuran
Artikel Jurnal 1 Artikel Jurnal 2 Artikel Jurnal 3
Komparasi
Judul Analisis Penerapan Analisis Activity Analisis Penerapan
Metode Activity Based Costing Activity based
Based Costing System untuk Costing (ABC)
Dalam Penentuan Menentukan Biaya System Dalam
harga pokok pokok produksi Menentukan Harga
Identifikasi aktivitas
Hal yang ditelusuri adalah proses produksi dan mengukur biaya yang
dikeluarkan.
3. Dokumentasi
Dalam melakukan observasi, penulis mendokumentasikan kegiatan
yaitu saat proses panen ubi, penjemuran dan penepungan. Dokumentasi
dilakukan untuk menggambarkan situasi produksi Kelompok Tani Setia.
Dokuementasi dapat dilihat pada lampiran
3.5 Metode Analisis Data
Langkah-langkah analisis data dalam penerapan Activity Based Costing
System adalah sebagai berikut:
1. Melakukan perhitungan biaya pokok produksi dengan menggunakan metode
akuntansi biaya tradisional.
2. Melakukan perhitungan biaya pokok produksi dengan menggunakan metode
Activity Based Costing System (Sistem ABC), dengan cara:
a. Mengklasifikasi aktivitas
b. Mengumpulkan cost pool yang sama
c. Menentukan cost driver (pemicu biaya)
d. Menghitung pool rate (tarif kelompok) adalah tarif biaya dihitung
berdasarkan pembagian antara jumlah biaya aktivitas masing-masing ke
kelompok cost pool dengan cost driver.
3. Membandingan perhitungan antara perhitungan dengan menggunakan metode
akuntansi biaya tradisional dengan perhitungan dengan menggunakan metode
Activity Based Costing (Metode ABC).
4. Menarik kesimpulan pada sistem yang lebih tepat dalam penentuan Biaya
Pokok Produksi (BPP) pada Kelompok Tani Setia.
triangulasi sumber, teknik dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
memperoleh sumber informasi atau data dari tiga orang informan.
Bendahara
PENYULUH
PETANI KETUA PENASEHAT
LAPANGAN
(PPL)
SEKRETARIS BENDAHARA
SARANA
PEMASARAN PRODUK
PERTANIAN
4. Pengupasan
Proses pengupasan dilakukan pada olahan singkong karena singkong
memiliki kulit yang tidak bisa diolah untuk menjadi tepung. Proses
pengupasan dilakukan sampai singkong berwarna putih dan tidak
menyisakan kulitnya. Pengupasan dilakukan menggunakan pisau sederhana.
Untuk membuat tepung ubi tidak perlu melalui tahap ini.
5. Pengukusan
Setelah bersih, masukkan ubi ungu dan singkong bersih kedalam dandang
untuk dikukus. Pengkukusan sangat penting untuk membuat ubi dan
singkong menjadi lunak.
6. Penirisan
Setelah melalui tahap pengkukusan, ubi ungu dan singkong dimasukkan ke
dalam mesin spinner untuk mengurangi kadar airnya sebelum dipotong
menjadi sebuah chip.
7. Penyawutan
Untuk menjadikannya chip perlu menggunakan mesin penyawut untuk
memotong sesuai standar ketebalan untuk dijadikan tepung. Ketebalan
sebuah chip akan berpengaruh terhadap kemampuan pengurangan kadar air
pada proses penjemuran.
8. Fermentasi
Proses fermentasi dibutuhkan untuk pembuatan tepung mocaf. Perendaman
dilakukan dengan mencampurkan larutan starter bimo CF dengan singkong
yang sudah diiris.
9. Pengeringan
Proses ini bergantung pada cuaca karena memanfaat sumber cahaya
matahari. Jika matahari terik cukup lama maka hanya membutuhkan satu
hari saja untuk mengeringkannya.
10. Penepungan
Tahap selanjutnya yaitu penepungan. Dalam proses ini cukup memakan
waktu yang cukup lama karena mesin yang digunakan hanya satu buah.
Untuk produk ubi ungu dibutuhkan waktu yang lebih lama dibanding
singkong karena ubi ungu teksturnya cukup keras.
11. Pengayakan
Tepung yang dihasilkan ukurannya masih tidak seragam. Untuk
menghindari adanya penggumpalan pada tepung ubi ungu seperti tidak
meratanya hasil penepungan, maka dengan diayak dapat memisahkan
tepung yang kurang baik dan masih kasar. Untuk mendapatkan tepung yang
lebih merata, maka lakukan pengayakan dengan mash yang lebih kecil
sehingga tepung ubi ungu yang dihasilkan lebih halus. bisa digunakan 80
mash untuk mendapatkan hasil tepung yang lebih halus. Pada proses ini
digunakan mesin pengayakan mesh 80 dan 60.
12. Pengemasan
Ubi ungu dan singkong yang sudah menjadi tepung dikumpulkan dalam
sebuah wadah lalu ditempatkan dalam karung yang memuat 25 kilogram
tepung.
Proses produksi dilakukan dalam 15 hari kerja yang dibagi kedalam tiga
batch. Hal ini dilakukan karena kapasitas produksinya setiap batchnya hanya
sanggup menghasilkan 250 kilogram tepung dalam sekali proses sehingga produk
yang diproduksi hanya satu jenis saja. Perbedaan proses yang terjadi adalah saat
pengupasan dan fermentasi untuk menjadi tepung mocaf. Sementara untuk
membuat tepung ubi ungu tidak dibutuhkan proses tersebut. Berikut ini adalah
rincian jadwal kegiatan produksi.
Kuantitas
Hari Aktivitas
produksi
Batch 1
1 panen
2 pencucian, pengkukusan, dan penirisan
250 Kg tepung
3 penyawutan dan penjemuran
ubi ungu
4 penepungan dan pengayakan
5 penepungan dan pengemasan
Batch 2
6 panen
7 pencucian, pengkukusan, dan penirisan
250 Kg tepung
8 penyawutan dan penjemuran
ubi ungu
9 penepungan dan pengayakan
10 penepungan dan pengemasan
Batch 3
11 panen
12 pengupasan, pencucian, dan pengkukusan
250 Kg tepung
13 penirisan, penyawutan, fermentasi dan penjemuran
mocaf
14 penepungan dan pengayakan
15 penepungan dan pengemasan
Sumber : Data Kelompok Tani Setia
Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat enam aktivitas yang
mengeluarkan biaya sebesar Rp1.650.000 untuk memproduksi tepung ubi ungu dan
Rp1.025.000 untuk tepung mocaf. Pada upah penjemuran mengalami penurunan
kuantitas unit produksi karena adanya penyusutan dari produk menjadi 25% dari
total kuantitas awal.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penerapan Biaya Pokok Produk Dengan Menggunakan Sistem
Tradisional
Kelompok tani Setia dalam perhitungan biaya pokok produknya
masih menggunakan sistem tradisional. Sehingga dalam pembebanan biaya
overhead pabrik langsung dibagi dengan total unit produk yang dibuat.
Fenomena yang terjadi biaya overhead pabrik dibagi kedalam dua produk
pada bulan Juli 2021 yaitu tepung ubi ungu dan tepung mocaf. Berikut ini
adalah tahapan perhitungan biaya pokok produk menggunakan sistem
tradisional.
1. Tahap pertama
Tahap pertama yaitu Biaya Overhead Pabrik diakumulasikan
menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik dengan menggunakan
dasar pembebanan biaya berupa unit produk. Perhitungan tarif tunggal
berdasarkan unit produk dapat disajikan sebagai berikut:
Tarif tunggal berdasarkan unit produk:
2. Tahap Kedua
Tahap kedua yaitu biaya overhead pabrik per kilogramnya
dialokasikan ke masing-masing produk. Konsumsi dari tepung ubi ungu
sebesar 500 kg sedangkan tepung mocaf sebesar 250 kg. Perhitungan
biaya pokok produk dengan sistem tradisional disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tepung Tepung
Aktivitas Cost Driver Jumlah
Ubi Ungu Mocaf
Pengukusan Jumlah Unit 500 250 750
Penirisan jumlah Kwh 2,4 1,2 3,6
Penyawutan jumlah Kwh 10,125 3,375 13,5
Penepungan Jumlah Unit 500 250 750
Pengemasan Jumlah Unit 500 250 750
Penyusutan Peralatan Jumlah Unit 500 250 750
Pengangkutan Jam Kerja 1 0,5 1,5
Perawatan Mesin Kali Produksi 2 1 3
Sumber : Data diolah
c. Menentukan Tarif Kelompok (Pool rate)
Setelah menentukan cost driver langkah selanjutnya adalah
menentukan tarif kelompok. Ditahap ini perhitungan tarif kelompok
diawali dengan menyusun cost pool yang homogen pada kelompok tani
setia. Berikut ini disajikan data cost pool yang homogen.
Tabel 4.10 Rincian Cost Pool yang Homogen
Pool Rate Unit Level Activity pada Kelompok Tani Setia Juli
2021 dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Pool Rate Unit Level Activity pada Kelompok Tani Setia
2. Tahap kedua
a. Membebankan biaya overhead Pabrik ke setiap Produk
Cara membebankannya yaitu mengalikan pool rate dengan cost
driver yang sudah ditentukan. Berikut ini disajikan rumus membebankan
biaya overhead pabrik.
Biaya Overhead Pabrik dibebankan = Pool rate x Cost driver setiap produk
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil analisis perhitungan biaya
pokok produk Kelompok Tani Setia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kelompok Tani Setia menggunakan sistem tradisional dalam perhitungan biaya
pokok produk. Perhitungan yang dilakukan Kelompok Tani Setia terhadap biaya
overhead pabrik belum dilakukan secara rinci sehingga perlu lebih dalam untuk
menelusuri biaya tersebut. Biaya pokok produk didapatkan dengan cara
menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead. Setelah dijumlahkan lalu dibagi dengan seluruh unit yang diproduksi
dengan mengabaikan besarnya konsumsi setiap aktivitas. Biaya pokok produksi
dengan sistem tradisional tepung ubi ungu sebesar Rp12.422 dan tepung mocaf
sebesar Rp10.282. jumlah Unit yang dihasilkan sebanyak 500 kilogram tepung
ubi ungu dan 250 kilogram tepung mocaf.
2. Penggunaan activity based costing mampu menentukan hasil yang lebih akurat
dan tidak menimbulkan distorsi biaya. Penerapan activity based costing pada
Kelompok Tani Setia untuk menghitung biaya pokok produk terdapat perbedaan
nilai dengan sistem tradisional. Perbedaan tersebut dapat ditelusuri pada biaya
overhead pabrik. Perhitungan biaya overhead pabrik menggunakan dua tingkat
aktivitas dan empat cost driver. Sehingga aktivitas pada kelompok tani setia
dapat ditelusuri berdasarkan konsumsi setiap aktivitasnya. Biaya pokok produksi
dengan sistem activity based costing tepung ubi ungu sebesar Rp13.081 dan
tepung mocaf sebesar Rp10.837.
3. Perbandingan sistem tradisional dengan activity based costing pada Kelompok
Tani Setia terdapat selisih. produk tepung ubi ungu mengalami undercosting
sebesar Rp639. Sedangkan produk tepung mocaf mengalami undercosting
sebesar Rp555. Perbedaan ini diakibatkan karena pembebanan biaya overhead
pabrik menggunakan sistem tradisional tidak memperhatikan konsumsi setiap
aktivitas yang dapat memicu biaya dan pada pembuatan tepung ubi ungu
membutuhkan konsumsi lebih banyak pada penggunaan mesin. Konsumsi yang
4. lebih banyak disebabkan karena tekstur dari ubi ungu yang keras. Dengan sistem
activity based costing biaya overhead pabrik dapat dialokasikan ke setiap
produknya dengan tepat.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat beberapa saran yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Saran yang
dapat diberikan penulis adalah:
1. Kelompok Tani Setia
Dalam memperhitungkan biaya pokok produk tepung ubi ungu dan tepung
mocaf pada Kelompok Tani Setia sebaiknya memperhatikan biaya overhead
pabrik. Cara yang dapat dilakukan dengan menelusuri nilai konsumsi setiap
aktivitasnya dan perlu adanya efisiensi pada pembuatan penepungan karena
membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga beban yang dihasilkan cukup
besar. Perhitungan sistem activity based costing untuk kelompok tani setia
lebih bermanfaat jika diterapkan agar data biaya pokok produk akurat. Manfaat
yang didapat oleh petani yaitu mengetahui berapa harga yang pantas untuk
dijual dan berapa untung untuk para petani. Selain itu pemberian pelatihan
dalam menerapkan sistem activity based costing perlu dilakukan agar petani
dapat melakukannya secara mandiri.
2. Penelitian selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya khususnya yang mengambil dibidang
pertanian sebaiknya memperhatikan alur produksi dari awal panen sampai
barang karena perlakuan produk pertanian cukup berbeda dan disarankan untuk
mengambil objek yang benar-benar menggunakan alat yang modern dan
memadai karena umumnya petani memproduksi dengan alat yang sangat
sederhana sehingga akan sulit menentukannya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Menyetujui
Ketua Program Studi
Akuntansi Keuangan Terapan
Depok, 20 Agustus 2021
Menyetujui
Ketua Program Studi
Akuntansi Keuangan Terapan
Depok, 20 Agustus 2021
Telah disetujui untuk diujikan sesuai dengan jadwal yang akan ditetapkan kemudian.
Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui Oleh: