Anda di halaman 1dari 32

1

A. Latar Belakang

Menurut Barnawi, M. Arifin, (2014:15) Pendidikan tidak dapat

dipisahkan dari manajemen. Hal ini terlihat dari bagaimana pendidikan

didefinisikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU

No. 20 Tahun 2003). Dalam definisi tersebut, pendidikan mengandung makna

sebuah usaha sadar dan terencana. Dengan kata lain, dari definisi pendidikan itu

sendiri sudah terkandung fungsi atau kaidah manajemen. Kaidah-kaidah

manajemen memang sangat perlu diterapkan dalam pendidikan untuk mencapai

efektivitas dan efisiensi.

Penyelenggaraan pendidikan menurut ahli manajemen Peter Drucker

dalam T. Hani Handoko di dalam buku Barnawi dan M. Arifin (2014:15),

efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar, sedangkan efisiensi adalah

melakukan melakukan pekerjaan dengan benar. Bagi manajer, pernyataan yang

paling penting adalah bukan bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar,

melainkan bagaimana menemukan pekerjaan yang benar dilakukan dan

memusatkan sumber daya serta usaha pada pekerjaan tersebut.

Secara etimologi, kata “manajemen” berasal dari bahasa prancis kuno

“management”, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Dalam

bahasa Inggris, kata “manajemen’ berasal dari “to manage” artinya mengelola,
2

membimbing, dan mengawasi. Jika diambil dalam bahasa Italia, berasal dari kata

“maneggiare” memiliki arti mengendalikan, terutama mengendalikan kuda.

Sementara itu, dalam bahasa Latin, kata “manajemen” berasal dari kata manus

yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan, jika digabung memiliki arti

menangani. Sementara manager berarti orang yang menangani. Dalam suatu

organisasi, manager bertanggung jawab terhadap semua sumber daya manusia

dalam organisasi dan sumber daya organisasi lainnya (Barnawi, M. Arifin,

2014:15).

Dengan memerhatikan pengertian di atas, istilah ‘manajemen” dapat

didefinisikan sebagai kegiatan mengelola berbagai sumber daya dengan cara

berkerja sama dengan orang lain melalui proses tertentu untuk mencapai tujuan

organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Nanang Fattah dalam Barnawi, M.

Arifin, (2014:15) Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.

Dikatakan sebagai ilmu, karena menurut Luther Gulick manajemen dipandang

sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami

mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan kiat, karena menurut

Follet dalam Barnawi, M. Arifin, (2014:15) Manajemen mencapai sasaran melalui

cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang

sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk

mencapai suatu prestasi manager, dan para prodesional dituntut oleh suatu kode

etik.

Menurut Barnawi, M. Arifin, (2014:49) Sarana pendidikan adalah semua

perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
3

proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikan adalah

semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang

pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut

ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan prasarana tidak bersifat

langsung dalam menunjang proses pendidikan.

Dengan begitu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat

diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-

komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang proses

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Proses-

proses yang dilakukan dalam upaya pengadaan dan pendayagunaan, meliputi

perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penghapusan.

Proses manajemen sarana dan prasarana diawali dengan perencanaan.

Proses perencanaan dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana apa saja

yang dibutuhkan di sekolah. Proses berikutnya adalah pengadaan, yakni

serangkaiaan kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana sesuai

dengan apa yang sudah direncanakan. Proses selanjutnya ialah pengaturan. Dalam

pengaturan, terdapat kegiatan inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharaan.

Kemudian prosesnya lagi ialah penggunaan, yakni pemanfaatan sarana dan

prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan. Dalam proses ini

harus diperhatikan prinsip efektivitas dan efesiensinya. Terakahir adalah proses

penghapusan, yakni kegiatan menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar

inventaris (Barnawi, M. Arifin, 2014:49).


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan implementasi manajemen sarana dan prasarana di

MIS Darul Ihsan?

2. Bagaimana faktor penghambat dalam implementasi manajemen sarana dan

prasarana untuk peningkatan mutu di MIS Darul Ihsan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penggunaan implementasi manajemen sarana dan

prasarana di MIS Darul Ihsan?

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi

manajemen sarana dan prasarana di MIS Darul Ihsan?

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat

menambah ilmu pengetahuan di dalam dunia pendidikan.

2. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang manajemen sarana dan prasarana pendidikan.


5

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang

penginventariskan sarana dan prasarana di MIS Darul Ihsan.

E. Kajian Teori

1. Implementasi

Secara sederhana implementasi adalah sebagai pelaksanaan atau

penerapan, menurut, Browne dan Wildavsky 1983 yang dikutip oleh

Syarifuddin Nurdin dan M. Basyaruddin Usman (2003:137) bahwa

implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan .

pengertian lain di kemukakan oleh Schubert bahwa implementasi bermuara

kepada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Implementasi

merupakan pelaksanaan dan penerapan. Implementasi berasal dari bahasa inggris

yaitu “to implement” yang artinya “mengimplementasikan”. Menurut Setiawan,

setiawan, (2004:39) Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang membutuhkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Implementasi juga dapat diartikan perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan

proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Menurut Hanifan Harsono (2002:67) dalam bukunya menjelaskan bahwa.

“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi

tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan kebijakan

dalam rangka penyempurnaan suatu program”. Penjelasan-penjelasan di atas


6

memeperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktifitas, adanya aksi,

tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti

bahwa implementasi bukan sekedar aktifitas, tetapi sesuatu kegiatan yang

terencana dan dilakukan secara sungguh- sungguh berdasarkan acuan norma

tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak

berdiri sendiri tetapi dapat dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum.

Menurut Tim Prima Pena. (2007:123) Implementasi merupakan proses

atau aktifitas untuk memastikan terlaksananya suatu rencana yang telah disusun

dan tercapainnya rencana tersebut. Kata implementasi secara sederhana berarti

pelaksanaan atau penerapan.

Menurut Joko Susilo, Muhammad. (2009:174) Implementasi merupakan

suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner Dictionarry

dijelaskan implementasi adalah put something into effect (penerapan sesuatu yang

memberikan efek atau dampak).

2. Konsep Dasar Manajemen

a. Pengertian Manajemen Pendidikan

Menurut Bambang Ismaya, (2015:10) Manajemen adalah ilmu dan

seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu

tujuan tertentu meliputi segala tindakan-tindakan perencanaan,


7

pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian yang bertujuan untuk

menentukan dan mencapai sasaran-sasaran yang sudah ditentukan.

Sedangkan manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan berupa

proses pengelolaan usaha kerja sama kelompok manusia yang bergabung

dalam pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.

Menurut Bambang Ismaya, (2015:10) Ada beberapa tujuan dan

manfaat Manajemen Pendidikan, yaitu :

1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif,

kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna.

2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya di masyarakat, bangsa dan Negara.

3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan

(tertunjangnya kompetensi menajerial tenaga kependidikan sebagai

manager).

4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.

5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan

tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai

manager atau konsultan manajemen pendidikan).

6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu

disebabkan oleh manajemennya.


8

7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan,

dan akuntabel.

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen

Pendidikan Nasional, (2007:8) Suatu lembaga akan dapat berfungsi

dengan memadai kalau memiliki sistem manajemen yang didukung

dengan Sumber Daya Manusia (SDM), dana/biaya, dan sarana-prasarana.

Madrasah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga (kepala

madrasah, wakil kepala madrasah, guru, tenaga administratif, laboran,

pustakawan, dan teknisium berbelajar), sarana (buku pelajaran, buku

sumber, buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik,

bahan dan ATK, perabot), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium,

perpustakaan, lapangan olahraga), serta biaya yang mencakup biaya

investasi biaya untuk keperluan pengadaan tanah, pengadaan bangunan,

alat pendidikan, termasuk buku-buku) dan biaya operasional.

Menurut Abdus Salam, (2014:11) Manajemen madrasah akan

efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang

profesional untuk mengoperasikan madrasah, kurikulum yang sesuai

dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan

komitmen (tanggung jawab terhadap tugas) tenaga kependidikan yang

handal, dan semuanya itu didukung sarana-prasarana yang memadai

untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk


9

menggaji staf sesuai dengan fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang

tinggi.

“Manajemen” berasal dari "to manage” yang berarti mengatur,

mengelola atau mengurusi. Ungkapan yang menarik mengenai

manajemen adalah ungkapan yang dilontarkan Luther Gulick, yang

dikutip Sulistiyorini (2006:5), "manajemen sering diartikulasikan sebagai

ilmu, kiat dan profesi”.

Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick dalam Barnawi &

M.Arifin, (2012:16) Karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang

pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan

bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet dalam

Barnawi & M.Arifin, (2012:16) Karena manajemen mencapai sasaran

melaui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas.

Dipandang sebagai profesikarena manajemen dilandasi oleh keahlian

khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional

dituntun oleh suatu kode etik.

Menurut George R. Terry, Mulyono, (2008:22) Manajemen adalah

proses kerja sama dengan mendayagunakan Sumber Daya Manusia

(SDM) dan sumber daya nonmanusia dengan menerapkan fungsi

manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.dalam

”Principles Of Management” membagi fungsi-fungsi manajemen itu atas

empat fungsi yang lebih dikenal dengan istilah POAC, yaitu: Planning
10

(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan),

dan Controling (Pengawasan).

b. Prinsip Manajemen

Douglas, yang dikutip oleh Tim Dosen Administrasi Pendidikan

UPI (2011:92), merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan yaitu:

1) Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan

mekanisme kerja.

2) Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.

3) Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai

dengan sifat-sifat dan kemampuannya.

4) Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.

5) Relatif nilai-nilai.

Prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan

praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan

nilai-nilai. Ada tiga ranah prinsip manajemen dibawah ini:

1) Prinsip manajemen berdasarkan sasaran, bahwa tujuan adalah sangat

esensi bagi organisasi, hendaknya organisasi merumuskan tujuan

dengan tepat sesuai dengan arah organisasi. Prinsip manajemen

berdasarkan sasaran sudah dikembangkan menjadi suatu tehnik

manajemen yaitu MBO (Management By Objective) penerapan pada

manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang


11

beranggota unsur pejabat dan fungsional dinas.

2) Prinsip manajemen berdasarkan orang, keberadaan orang sangat penting

dalam organisasi. Orang adalah penggerak organisasi yang perlu

diperhatikan secara manusiawi kebutuhanya, tuntunannya,

keinginannya, aspirasinya, perkembangannya dan juga keluhan-

keluhannya.

3) Prinsip manajemen berdasarkan informasi, banyak aktivitas manajemen

yang membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan

akurat.

c. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Di Sekolah

Ruang lingkup manajemen dalam lembaga pendidikan dapat dibedakan

menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Manajemen Kurikulum

Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan

oleh sekolah kepada seluruh peserta didik, baik dilakukan di dalam

sekolah maupun di luar sekolah. Kadang-kadang orang menyebutkan

kurikulum adalah rencana pendidikan dan pengajaran atau lebih singkat

disebut dengan program pendidikan. Kurikulum terdiri atas mata

pelajaran tertentu yang betujuan menyampaikan kebudayaan lampau

sejumlah pengetahuan yang harus diajarkan kepada anak-anak, karena

seringnya pengetahuan ini diambil dari buku-buku pelajaran tertentu

yang dipandang baik maka kurikulum ditentukan oleh buku pelajaran

(Suryosubroto, 2010:33).
12

2. Manajemen Personel Sekolah.

Manajemen personalia adalah segenap kegiatan penataan yang

bersangkut paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga

kerja di sekolah dengan efesien, demi tercapainya tujuan sekolah yang

telah di tentukan sebelumnya. Dalam sebuah organisasi, peranan

manajemen personalia sangat penting dan peran sumber daya ini akan

optimal jika dikelola dengan baik. Pada prinsipnya yang dimaksud

personel di sini ialah orang-orang yang melaksanakan sesuatu tugas

untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini di sekolah dibatasi dengan

sebutan pegawai, karena itu personel di sekolah tentu saja meliputi

unsur guru yang disebut tenaga eduktif dan unsur karyawan yang

disebut tenaga administratif. Secara terperinci dapat disebutkan

keseluruhan personel sekolah adalah: kepala sekolah, guru, pegawai,

tata usaha dan penjaga sekolah. Kepala sekolah wajib mendayagunakan

seluruh personal secara efektif dan efisien agar tujuan penyelenggaraan

pendidikan di sekolah tersebut tercapai dengan optimal. Pendayagunaan

ini di tempuh dengan jalan memberikan tugas-tugas jabatan sesuai

dengan kemampun dan kewenangan masing-masing individu

(Suryosubroto, 2010:86).

3. Manajemen Kesiswaan.

Manajemen kesiswaan ialah segala proses yang berkaitan dengan

kesiswaan, yaitu mulai dari masuknya siswa sampai dengan keluarnya


13

siswa dari lembaga pendidikan tersebut. Siswa sebagai peserta didik

merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses

pendididkan. Penerimaan murid baru merupakan salah satu kegiatan

yang pertama dilakukan yang biasanya dengan mengadakan seleksi

calon peserta didik, pengelolaan penerimaan murid baru ini harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar-mengajar sudah

dapat dimulai pada hari pertama setiap tahun ajaran baru (Suryosubroto,

2010:74).

Berkenaan dengan manajemen kesiswaan ada beberapa prinsip dasar

yang harus mendapat perhatian berikut ini:

1. Siswa harus di perlakukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga

harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan

pengambilan keputaan yang terkait dengan kegiatan mereka.

2. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,

kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan sebagainya. Oleh

siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.

3. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika bereka

menyenangi apa yang diajarkan.

4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif

tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.

Dalam manajemen kesiswaan peran kepala sekolah sangat penting

dan menentukan miskipun bisa saja di sekolah adanya wakil kepala

sekolah bagian kesiswaan. Sebab biasanya keputusan akhir sebuah


14

kebijakan pada setiap kegiatan tetap berada pada kepala sekolah

(Suryosubroto, 2010:121).

1. Manajemen Keuangan

Menurut Suad Husnan dikutip oleh Kompri pengelolaan keuangan

adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi

keuangan ialah kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang

bertanggung jawab dalam bidang tertentu. Fungsi manajemen keuangan

adalah menggunakan dana dan mendapatkan dana. Pengelolaan keuangan

sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan

dilaksanakan atau diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta

pembinaan secara berkelanjutan terhadap biaya operasional sekolah

sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efesien serta membantu

pencapaian tujuan pendidikan. Adapun prosedur pengelolaan keuangan

sekolah adalah dana masukan (input), budgeting, (perencanaan anggaran),

meliputi kegiatan penentuan Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja

Sekolah (RAPBS), diajukan ke kepala Kantor Wilayah Provinsi disetujui

oleh komite sekolah disahkan oleh Gubernur (Kompri, 2014:225).

2. Manajemen Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mendukung dan memperlancar proses

pendidikan, sarana dan prasarana merupakan syarat mutlak bagi suatu

lembaga pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan ialah bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan dengan demikian untuk

mencapai tujuan pendidikan maka adanya sarana dan prasarana pendidikan


15

tidak dapat diabaikan melainkan harus dipikirkan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitasnya di suatu lembaga pendidikan (Kompri,

2014:192).

Ditinjau dari fungsi atau perannya terhadap pelaksanaan proses

belajar mengajar maka sarana pendidikan dibedakan menjadi 3 macam

yaitu: alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Yang termasuk

prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah, dan alat perabot

sekolah. Prasarana pendidikan ini juga berperan dalam proses belajar

mengajar walaupun secara tidak langsung. Penanggung jawab

manajemen sarana dan prasarana ialah kepala sekolah, selaku manajer

kepala sekolah harus menetapakan kaidah- kaidah manajemen dalam

mengelola sarana dan prasarana (Suryosubroto, 2010:114).

3. Manajemen Humas

Istilah Hubungan Masyarakat (Humas) dikemukakan pertama kali

oleh Presiden Amerika Serikat ialah Thomas Jefferson tahun 1807

dikutip oleh Suryosubroto, (2010:155) Namun hingga saat ini belum

ada keseragaman pendapat dari para ahli:

 Menurut Glennand Denny Griswold Humas dalam Suryosubroto,

(2010:155) Merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk

menilai dan menyimpulkan sikap- sikap publik, menyesuaikan

policy dan prosedur instansi atau organisasi dengan kepentingan

umum, menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian

dan dukungan masyarakat.


16

 Menurut Oemi Abdurrachman M.A. dalam Suryosubroto,

(2010:155) Humas ialah kegiatan untuk menanamkan dan

memperoleh pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari

publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat umumnya.

 Menurut Drs. SK. Bonar dalam Suryosubroto, (2010:155)

Hubungan masyarakat menjalankan usahanya untuk mencapai

hubungan yang harmonis antara sesuatu badan organisasi dengan

masyarakat sekelilingnya.

d. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menurut Barnawi, M. Arifin, (2014:47) Sarana pendidikan adalah

semua perangkat peralatan, bahan, dan prabot yang secara langsung

digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini,

prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang

secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di

sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana

bersifatlangsung, dan prasarana tidak bersifat langsung dalam menunjang

proses pendidikan.

Menurut Eka Prihatini, (2011:61) Salah satu aspek yang mendapat

perhatian utama oleh setiap administrator pendidikan adalah sarana dan

prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya

dapat dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu tanah, bangunan,

perlengkapan, dan perabotan sekolah (site, building, equipment, dan

furniture). Agar semua fasilitas tersebut memeberikan kontribusi berarti


17

pada jalannya proses pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik.

Pengelolaan yang dimaksud meliputi:

1) Perencanaan Kebutuhan

 Perencanaan pengadaan tanah untuk gedung/bangunan sekolah,

 Perencanaan pembangunan bangunan,

 Perencanaan pengadaan perabot dan perlengkapan pendidikan.

2) Pengadaan Sarana Dan Prasarana

Terdapat 3 pengadaaan yaitu, pengadaan gedung/bangunan

sekolah, pengadaan perlengkapan atau perabot sekolah, pengadaan

perlengkapan sekolah.

3) Inventarisasi

Menurut Eka Prihatini, (2011:61) Semua barang yang ada hendak

diinventarisir, melalui inventarisasi memungkinkan dapat diketahui

jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, ukuran, harga dan

sebagainya. Khususnya untuk sarana danprasarana dari yang

berasal dari pemerintah (milik Negara) wajib diadakan inventarisasi

secara cermat, dengan menggunakan format-format yang telah

ditetapkan, atau mencatat semua barang inventarisasinya di dalam

buku induk barang inventaris dan buku golongan barang inventaris.

Buku inventaris ini mencatat semua barang inventaris milik menurut


18

urutan tanggal, sedangkan buku golongan barang inventaris mencatat

barang inventaris menurut golongan barang yang telah ditentukan.

4) Pemeliharaan

Menurut Eka Prihatini, (2011:61) Pemeliharaan merupakan suatu

kegiatan yang kontinu (berkelanjutan) untuk mengusahakan agar

sarana dan prasarana pendidikan yang ada tetap dalam keadaan baik

dan siap dipergunakan. Menurut waktunya kegiatan pemeliharaan

terhadap bangunan dan perlengkapan serta perabot dapat dibedakan

menjadi pemeliharaan yang dilakukan setiap hari dan pemeliharaan

yang dilakukan secara berkala.

5) Penggunaan

Menurut Eka Prihatini, (2011:61) Penggunaan/pemakaian sarana

dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab

pimpinan lembaga pendidikan tersebut yang bisa dibantu oleh wakil

bidang sarana dan prasarana atau petugas yang berkaitan dengan

penanganan sarana dan prasarana. Yang perlu diperhatikan dalam

penggunaan sarana dan prasarana adalah:

 Penyusunan jadwal penggunaan, harus dihindari benturan

dengan kelompok lainnya.

 Hendaklah kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan

prioritas pertama.

 Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal

tahun ajaran.
19

 Penugasan/penunjukkan personil sesuai dengan keahlian pada

bidangnya, misalnya: petugas laboratorium, perpustakaan,

operator komputer, dan sebagainya.

 Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah,

antara kegiatan intra kurikuler dengan ekstra kurikuler harus

jelas.

6) Penghapusan

Menurut Eka Prihatini, (2011:61) Barang-barang yang ada di

lembaga pendidikan, terutama yang berasal dari pemerintah tidak

akan selamanya bisa digunakan/dimanfaatkan untuk kepentingan

pendidikan, hal ini karena rusak berat sehingga tidak dapat

dipergunakan lagi, barang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan

keadaan dan kebutuhan. Dengan keadaan seperti diatas maka barang-

barang tersebut harus segera dihapus untuk membebaskan dari biaya

pemeliharaan dan meringankan beban kerja inventaris dan

membebaskan tanggung jawab lembaga terhadap barang-barang

tersebut.

e. Peningkatan Mutu Pendidikan

Dalam pembahasan ini, mutu menggambarkan sifat dasar

kebaikan, keindahan dan kebenaran. Bermutu berarti membuat sesuai

harapan pelanggan. Sallis dalam David (1996:24) memberikan definisi

mutu yaitu kepuasan terbaik dan tercapainya kebutuhan atau keinginan

pelanggan.
20

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mutu

adalah ukuran terhadap sesuatu yang diharapkan tercapai dari suatu produk

atau layanan bagi para pelanggan yang ada.

Kepuasan orang tua, masyarakat dan pihak terkait terhadap lulusan

yang berkualitas dan pelayanan madrasah yang baik merupakan kata kunci

mutu madrasah yang diandalkan. Dari sinilah, kesesuaian hasil dengan

kepuasan pelanggan merupakan indikator mutu sebuah madrasah.

Metodologi pendekatan manajemen mutu Deming adalah menggunakan

teknik sederhana pada output program perbaikan yang berkelanjutan.

Menurut Juran tentang mutu dalam Jerome S Arcaro (2005:9) adalah:

1) Meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir,

2) Perbaikan mutu merupakan proses berkesinambungan, bukan program

sekali jalan,

3) Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan

administrator,

4) Pelatihan masal merupakan prasyarat mutu,

5) Setiap orang di sekolah mesti mendapatkan pelatihan.

Selanjutnya dijelaskan juga Menurut Deming sebagaimana yang

dikemukakan Jerome S Arcaro (2005:5), ada beberapa prinsip pokok mutu

yang dapat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah:

1) Anggota dewan sekolah dan administrator harus menetapkan tujuan

mutu pendidikan yang akan dicapai,


21

2) Menekankan pada upaya pencegahan kegagalan pada siswa, bukannya

mendeteksi kegagalan setelah peristiwanya terjadi,

3) Asal diterapkan secara ketat, penggunaan metode kontrol dapat

membantu memperbaiki outcomes siswa dan administratif.

Transformasi menuju madrasah yang bermutu terpadu diawali

dengan mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu oleh komite

madrasah, administrator, staf, guru dan semua elemen madrasah.

Prosesnya diawali dengan mengembangkan visi dan misi mutu untuk

madrasah tersebut. Visi mutu difokuskan pada pemenuhan kebutuhan

pelanggan serta siswa untuk mendorong keterlibatan total semua elemen

madrasah dalam pelaksanaan program, mengembangkan sistem

pengukuran nilai tambah pendidikan, menunjang sistem yang diperlukan

staf dan siswa untuk mengelola agar tercapai perubahan yang diharapkan,

serta perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat

produk pendidikan menjadi lebih baik lagi. Ketika membicarakan mutu

pendidikan, seringkali yang dibicarakan adalah perbaikan peringkat

kenaikan kelas, nilai raport juga nilai kelulusan (Jerome S Arcaro,

2005:10).

Menurut Jerome S Arcaro, (2005:10). Mutu pendidikan yang

berkualitas akan mengalami kesulitan untuk mencapai harapan visi dan

misi bila tidak di barengi dengan lengkapnya sarana dan prasarana yang

memadai, dimana sarana dan prasarana tersebut merupakan penunjang

untuk tercapainya visi dan misi tersebut. Pertanyaan pun timbul, apakah
22

lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama madrasah telah memiliki

sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang pendidikan, atau

apakah pendidikan Islam khususnya madrasah telah memiliki manajemen

sarana dan prasarana yang baik, sehingga hal tersebut dapat membantu

kelancaran pembelajaran di madrasah. Hal inilah yang seringkali menjadi

kendala bagi setiap madrasah yaitu minimnya sarana dan prasarana atau

kurangnya manajemen sarana dan prasana untuk menunjang pendidikan

madrasah tersebut.

Juran dalam Jerome S Arcaro, (2005:10) Menegaskan bahwa cara

terbaik untuk menangani proyek besar adalah dengan membagi proyek ke

dalam bagian-bagian manajemen yang lebih kecil yang dapat dicapai

secara rasional. Pendekatan peningkatan kualitas tersebut prosesnya tidak

mesti mahal tetapi tepat, karena penggunaan uang yang tidak tepat tidak

akan menghasilkan kualitas yang tepat pula. Tiang penopang Total Quality

Management (TQM) menurut Bill Creech dalam Arcaro,31 adalah produk,

proses, organisasi, kepemimpinan, dan komitmen. Tiap program Total

Quality Management (TQM).

Harus memenuhi kriteria orientasi mutu dan pola pikir mutu,

berciri humanistik yang kuat, pendekatan desentralisasi dengan memberi

delegasi wewenang pada semua tingkat organisasi, serta penerapannya

secara utuh dan menyeluruh (holistik), sehingga metode, teknik dan piranti

Total Quality Management (TQM) dapat dilakukan disetiap bagian

organisasi (Jerome S Arcaro, 2005:10).


23

Peningkatan mutu madrasah hanya mungkin dapat terlaksana

manakala ada perencanaan yang terpadu dan berjangka panjang dalam

sebuah madrasah. Oleh karena itu, konsep sistem mutu menjadi bagian

integral dalam pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana dalam rangka

meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan (Jerome S Arcaro, 2005:10).

Menurut M. N. Nasution,( 2005:31) Sebuah sistem mutu harus

didesain dengan melibatkan langkah-langkah kegiatan tersebut, yaitu:

1) Mengetahui apa yang dilakukan,

2) Mempelajari, memperbaiki dan menyempurnakan metode dan prosedur,

3) Mencatat apa yang dilakukan,

4) Melakukan apa yang telah direncanakan untuk dilaksanakan,

5) Mengumpulkan bukti keberhasilan dan upaya yang telah dilakukan dan

menyebarluaskannya.

Menurut Mulyasa, (2004:227) Aktivitas manajemen kendali mutu

disekolah dapat terdiri:

1) Standar mutu produk,

2) Standar dalam proses pekerjaan,

3) Standar dalam prosedur kerja (model pembelajaran),

4) Pengukuran jaminan (standar tes),

5) Poin kendali (tes mapel yang dibuat oleh guru),

6) Prosedur kendali (validasi tes dan administrasi),

7) Proses kemampuan (jawaban pelajar atas permasalahan),

8) Proses aliran kegiatan belajar,


24

9) Pemeriksaan dan ujian,

10) Audit kualitas mutu,

11) Audit mutu proses,

12) Sistem pencatatan mutu,

13) Program penyediaan mutu,

14) Kendali mutu dengan statistik,

15) Biaya mutu, klasifikasi dari karakteristik tujuan.

Agar madrasah tetap bertahan dan mampu merespon kebutuhan

masyarakat pada setiap zaman, maka pengelola madrasah harus memiliki

strategi peningkatan kualitas dan cara pengukurannya yang efektif.

Strategi tersebut pada dasarnya bertumpu pada kemampuan memperbaiki

dan merumuskan visinya setiap zaman yang dituangkan dalam rumusan

tujuan pendidikan yang jelas. Tujuan tersebut selanjutnya dirumuskan ke

dalam pendidikan yang aplikabel, metode dan pendekatan yang

partisipatif, guru yang berkualitas, lingkungan pendidikan yang kondusif

serta sarana dan prasarana yang relevan dengan pencapaian tujuan

pendidikan sebagai alat untuk membantu atau menolong masyarakat agar

selalu eksis secara fungsional di tengah-tengah masyarakat sesuai ajaran

Islam (Abdul Rahman Saleh, 2005:4).

Dalam melaksanakan manajemen sarana dan prasarana, keberadaan

stakeholder (pihak terkait) memiliki peranan yang sangat menentukan.

Menurut Abdul Rahman Saleh, stakeholder adalah seluruh elemen yang

terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan dan pemberdayaan


25

madrasah, antara lain: pengurus yayasan, kepala madrasah, komite

madrasah, para guru, staf, para orang tua siswa, pemuka masyarakat,

kalangan birokasi pendidikan, pemuka agama dan masyarakat pada

umumnya (Abdul Rahman Saleh, 2005:4).

Peran stakeholder inilah, yang memegang peranan penting dan

menentukan terhadap berjalannya dengan baik manajemen sarana dan

prasarana dalam hal perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, evaluasi, serta

pengawasan manajemen sarana dan prasarana tersebut.

Dengan demikian pendidikan yang bermutu tidak hanya dapat

dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga

pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan internal (pendidik dan

tenaga kependidikan) serta pelanggan eksternal (orang tua, masyarakat,

dan pemakai lulusan), serta kebutuhan produk yang akan di hasilkan yaitu

peserta didik. Dengan sarana dan prasarana yang memadai diharapkan

dapat meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan tersebut (Abdul

Rahman Saleh, 2005:4).

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif.

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis


26

data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.

Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Yaitu dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden,

dokumen dan lain-lain.

2. Kehadiran Peneliti

Pada penelitia kualitatif, kehadiran peneliti atau dengan bantuan

orang lain adalah sebagai instrument utama dalam pengumpulan data. Hal

ini seperti yang dinyatakan oleh Lexy J. Meoleong bahwa kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti sebagai

perencana, pelaksanaan pengumpulan data, menganalisis data, penafsir

data dan sebagai pelapor hasil penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Jl. Tritura Gg. Askot, kelurahan

Tanjung Hilir, Kec. Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi

Kalimantan Barat.

4. Data dan Sumber Data

Menurut Lofland dalam bukunya Moleong. Lexy J, sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya

adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu

pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan,

sumber data tertulis, foto, dan statiskik. Teknik yang digunakan peneliti

sendiri sebagai berikut:


27

a) Kata-kata dan tindakan

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau

pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari

kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.

b) Sumber tertulis

Bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas

sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi,

dan dokumen resmi.

c) Foto

Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas besar sekali

manfaatnya. Hanya perlu diberi catatan khusus tentang keadaan dalam

foto yang biasanya, apabila diambil secara sengaja, sikap dan keadaan

dalam foto menjadi sesuatu yang sudah dipoles sehingga tidak

menggambarkan keadaan sebenarnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu:

a) Interview (wawancara)

Digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
28

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/

kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self- report, atau setidak-tidaknya pada

pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Teknik ini digunakan untuk menggali informasi yang berkaitan

denganinformasi yang telah tersimpan dan terdokumentasikan dalam

file dan berkas-berkas untuk dapat dijadikan sebagai rujukan

manejemen sarana dan prasarana pada masa yang akan datang.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan

dengan manajemen sarana dan prasarana yang dilakukan di MIS Darul

Ihsan, Kec. Pontianak Timur.

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa dokumen

pribadi dan dokumen resmi, namun tidak hanya itu saja, peneliti juga

mengumpulkan dokumentasi berupa foto-foto atau gambar yang

berkaitan dengan fokus penelitian yang telah ditentukan. Dengan

adanya dokumentasi dari sekolah menjadi salah satu penguat dari

wawancara dan observasi yang telah dilakukan.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan oleh

pihak MIS Darul Ihsan dalam manajemen sarana dan prasarana.

Wawancara yang dilakukan yaitu dengan kepala sekolah, guru, dan

siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan

tiga informan utama. Dalam penentuan tiga informan utama ini


29

penelit menentukan berdasarkan aspek penguasaan banyak informasi

yang akan peneliti peroleh dari ketiga informan utama tersebut

mengenai manajemen sarana dan prasarana. Adapun tiga informan

utama tersebut yaitu Bapak Kepala MIS Darul Ihsan, perwakilan tiga

guru, dan tiga siswa. Dengan menggunakan pertanyaan yang sama,

namun tetap sesuai konteks tupoksi yang dilaksanakan yaitu mengenai

fokus penelitian manajemen sarana dan prasarana pendidikan.

b) Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan yang dikutip dalam bukunya

Sugiono bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan. Observasi dilakukan untuk memperoleh

data-data yang berkaitan dengan bagaimana manajemen sarana dan

prasarana yang telah dilakukan di MIS Darul Ihsan dengan melakukan

pengamatan pada beberapa kegiatan yang sesuai dengan fokus

penelitian.

c) Dokumentasi

Peneliti melihat dokumen-dokumen yang dimiliki MIS Darul

Ihsan terkait dengan objek penelitian, mengenai sarana dan

prasarana. Dokumentasi yang diperoleh peneliti digunakan untuk

melengkapi data daninformasi yang telah tersimpan dan

terdokumentasikan dalam file dan berkas-berkas untuk dapat


30

dijadikan sebagai rujukan manejemen sarana dan prasarana pada

masa yang akan datang. Metode ini digunakan untuk memperoleh

data-data yang berkaitan dengan manajemen sarana dan prasarana

yang dilakukan di MIS Darul Ihsan, Kec. Pontianak Timur.

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa dokumen

pribadi dan dokumen resmi, namun tidak hanya itu saja, peneliti juga

mengumpulkan dokumentasi berupa foto-foto atau gambar yang

berkaitan dengan fokus penelitian yang telah ditentukan. Dengan

adanya dokumentasi dari sekolah menjadi salah satu penguat dari

wawancara dan observasi yang telah dilakukan.


31

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh et.al, (2005). Perencanaan dan Pengembangan Madrasah.


Jakarta: MP3A Departemen Agama RI.
Abdus Salam, (2014). Manajemen Insani dalam Pendidikan. Pustaka Pelajar
yogyakarta.
Bambang Ismaya, (2015). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Barnawi & M.Arifin, (2012). Manajemen Saranadan Prasarana sekolah.
Yogyakarta : Ar-ruzz, Media.
Barnawi, M. Arifin, (2014). Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
David F. Salisbury, (1996). Five Technologies Change Educations. New Jersey:
Prentice Hall.
DEPDIKNAS. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Direktorat tenaga kependidikan direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik
dan tenaga kependidikan departemen pendidikan nasional, (2007), Manajamen
Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah.
Eka Prihatini, (2011). Teori Administrasi Pendidikan.
Harsono, Hanifan, (2002). Implementasi kebijakan dan politik. Bandung: Mutiara
Sumber Widya.
Hendarman, (2015). Revolusi Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Indexs.
Jerome S Arcaro, (2005). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joko Susilo, Muhammad. (2009). Kurikulum tingkat satuan Pendidikan
manajemen pelaksanaan dan kesiapan Sekolah menyongsongnya. Yogyakarta:
PT. Bumi Aksara.
Kompri, ( 2014). Manajemen Sekolah Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
M. N. Nasution,( 2005). Manajemen Mutu Terpadu edisi kedua. Bogor: Ghalia.
Mulyasa, (2003). Menjadi Kepala Sekolah PROFESIONAL. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks
menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Setiawan, setiawan. (2004). Implementasi dalam birokrasi pembangunan.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sulistiyorini, (2006). Menejemen Pendidikan Islam, Surabaya: eLKAF.
32

Suryosubroto, (2010). Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Renika Cipta.


Syarifuddin Nurdin dan M. Basyaruddin Usman. (2003). Guru profesional dan
Implementasi Kurikulum, Jakarta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, (2011). Manajemen Pendidikan,
Bandung: Alfabeta.
Tim Prima Pena. (2007). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Gitamedia
Press.

Anda mungkin juga menyukai