Anda di halaman 1dari 10

Aktivitas Anti-Inflamasi dan Penyembuhan Luka

Menggunakan Kaempferia galanga L. (Kencur)

Disusun oleh :
????????????????????????????

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 SUB BAB 1...............................................................................................2
2.2 SUB BAB 2...............................................................................................3
BAB III METODE...................................................................................................1
METODE.............................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Rimpang Kencur..................3


Tabel 2.2 Hasil Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.) secara GC-MS..................................................................3

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)..........................................2

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kaempferia galanga L. (Kencur) merupakan salah satu tumbuhan asli
Indonesia yang telah dimanfaatkan secara empiris sebagai pengurang rasa
sakit dan telah menunjukkan berbagai aktivitas termasuk efek anti-inflamasi,
analgesik, dan antioksidan, karena kandungan metabolit sekunder. (Umar et
al., 2021 dan Wang SY et al., 2021). Hasil studi telah mengidentifikasi
kandungan etil-p-etoksisinamat (EPMC) dan flavonoid dalam ekstrak etanol
K. galanga L. Skrining fitokimia terhadap K. galanga L. menunjukkan
adanya: kaempferol; EPMC dan etil sinamat, yang bersifat antiinflamasi dan
aktivitas antinosiseptif lebih baik daripada indometasin sebagai COX
inhibitordan aspirin; kuinon dan terpene; polifenol dan flavonoid. Telah
dilaporkan dalam penelitian lain bahwa diarylheptanoids dapat diisolasi dari
K. galanga dan dinyatakan memiliki efek potensial untuk pengobatan
penyakit yang berhubungan dengan inflames (Wahyuni et al., 2021).
Sebuah studi uji klinis ekstrak K. galanga L. telah dilakukan dan
menyimpulkan bahwa ekstrak tersebut dalam pemberian oral (dosis 160
mg/hari, selama 10 hari) memiliki efektivitas yang sama dengan meloksikam
untuk pengobatan osteoarthritis lutut. (Syahruddin et al., 2017). Sementara
itu, uji klinis lain dari ekstrak K. galanga topikal pada 16 pasien dengan
stomatitis aphthous berulang telah menunjukkan hasil yang baik dalam
mengurangi ukuran ulkus dan nyeri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah kandungan Kaempferia galanga L. (Kencur)?
2. Apakah Kandungan Kaempferia galanga L. (Kencur) dapat berfungsi
sebagai Anti-Inflamasi dan Penyembuhan Luka?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kandungan Kaempferia galanga L. (Kencur).
2. Mengetahui manfaat Kandungan Kaempferia galanga L. (Kencur) sebagai
Anti-Inflamasi dan Penyembuhan Luka.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SUB BAB 1


1. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia L.
Jenis : Kaempferia galanga L.

Gambar 2.1 Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)


2. Morfologi Kaempferia galanga L.
Kencur merupakan terna tahunan, berbatang basal tidak begitu
tinggi, lebih kurang 20 cm dan tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal,
berwarna hijau dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang. Bentuk
daun jorong lebar sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung
runcing, pangkai berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas
tidak berbulu, sedangkan bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun
pendek, berukuran 3-10 cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-
3,5 cm, berwarna putih. Jumlah daun tidak lebih dari 2-3 lembar dengan
susunan berhadapan.
Bunga tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang
sari panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau
putih keunguan. Bunga tersusun setengah duduk, mahkota bunga
berjumlah 4-12 buah dengan warna putih lebih dominan. Tanaman kencur
berbeda dengan famili Zingiberaceae lainnya, yaitu daunnya merapat ke
permukaan tanah, batangnya pendek, akar serabut berwarna coklat
kekuningan, rimpang pendek berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul,
bagian luarnya atau kulit rimpangnya berwarna coklat mengkilat, memiliki
aroma yang spesifik, bagian dalamnya berwarna putih dengan daging
lunak, dan tidak berserat.

2
3. Habitat dan Distribusi
Geografis Kencur adaptif di daerah berketinggian 50-600 m di atas
permukaan laut yang bersuhu 25oC-30oC. Kencur menghendaki 5-9 bulan
basah dan 5–6 bulan kering per tahun. Intensitas cahaya matahari idealnya
penuh (100%) atau ternaungi sampai 25%-30% hingga tanaman berumur 6
bulan. Syarat lainnya adalah drainase tanah baik, tekstur tanah lempung
sampai lempung liat berpasir, kemiringan lahan kurang dari 3%,
kemasaman tanah 5,5–6,5 (Pujiharti, 2012).
4. Kandungan Kimia Kaempferia galanga L.
Rimpang kencur paling banyak mengandung alkaloid dan minyak
atsiri, yang terdiri atas sineol, asam sinamat, etil ester, kamphene,
paraeumarin dan asam anisat (Gendrowati, 2013).
Tabel 2.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Rimpang Kencur

No Uji Fitokimia Hasil


1 Alkaloid ++++
2 Minyak Atsiri +++
3 Saponin +++
4 Tanin ++++
5 Flavonoid ++++
6 Fenolik +++
7 Steroid/Triterpenoid -
8 Glikosida ++++
Kandungan kimia aktif dari minyak atsiri yang diperoleh dari
analisis gas kromatografi dan spektrofotometri massa adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Hasil Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.) secara GC-MS

No Area % Senyawa Kimia


1 0,71 Alpha-Pinene
2 1,67 Camphene
3 2,09 Beta-Pinene
4 0,50 Myrcene
5 3,42 (+)-3-Carene
6 0,37 1-Limonene
7 65,98 Ethyl Cinnamate
8 1,61 Hexadecane
9 23,65 Ethyl p-methoxycinnamate

2.2 SUB BAB 2


Kurkuminoid merupakan bahan aktif penting yang bertanggung jawab
atas aktivitas biologis dari kencur. Aktivitas utama kurkuminoid adalah
sebagai antiinflamasi. Gugus-gugus hidroksi pada kurkumin sangat penting
peranannya dalam aktivitas antiinflamasi (Majeed, 1995). Kurkumin memiliki
kemampuan untuk menghambat aktivasi mediator nyeri yaitu melalui ikatan
dengan enzim siklooksigenase-2 dan lipooksigenase (Bengmark, 2006).
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan

3
yang disebabkan trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat
mikrobiologi. Inflamasi dapat juga diartikan sebagai usaha tubuh untuk
mengaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat
iritan dan mengatur perbaikan jaringan. Tanda-tanda inflamasi adalah
kemerahan, bengkak, panas dan nyeri. Banyak obat kimia yang digunakan
untuk mencegah inflamasi trsebut, salah satunya ialah obat modern yang
biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah obat golongan AINS
(Antiinflamasi Non Steroid) (Hasanah, et al., 2011).
Radang atau inflamasi merupakan respon protektif setempat yang
ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan pada jaringan yang berfungsi untuk
menghancurkan, mengurangi, atau melokalisasi (sekuster) baik agen
pencedera maupun jaringan yang cedera itu. Tanda-tanda pokok peradangan
akut mencakup pembengkakan/edema, kemerahan, panas, nyeri, dan
perubahan fungsi. Hal-hal yang terjadi pada proses radang akut sebagian
besar dimungkinkan oleh pelepasan berbagai macam mediator kimia, antara
lain amina vasoaktif, protease plasma, metabolit asam arakhidonat dan
produk leukosit (Erlina, et al., 2007). Terapi topikal merupakan salah satu
metode pengobatan yang sering digunakan dalam bidang dermatologis,
contohnya salep yang merupakan sediaan semi solid yang dapat digunakan
pada kulit maupun mukosa. Kelebihan dari sediaan salep ini adalah
mempunyai bentuk yang lunak, halus, homogen, dan mudah dioleskan,
sehingga dapat digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi,
sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan
pelumas pada kulit, sebagai pelindung untuk kulit (mencegah kontak
permukaan kulit dengan larutan berair) dan sebagai obat luar (Asmara et al.,
2012).
Mekanisme pertahanan fisiologis utama yang dikenal sebagai
peradangan membantu melindungi tubuh dari rangsangan berbahaya,
mengakibatkan pembengkakan atau edema jaringan, rasa sakit, atau bahkan
kerusakan sel. Tujuan utama mekanisme ini adalah untuk memperbaiki dan
mengembalikan jaringan yang rusak ke keadaan sehat. Gangguan sel terjadi
selama proses peradangan yang mengarah pada pelepasan asam arakidonat,
selanjutnya mengalami dua jalur metabolisme yang dikenal sebagai
cyclooxygenase. (COX) dan jalur lipoksigenase (LOX). Jalur COX terdiri
dari cyclooxygenase-1 (COX-1) dan cyclooxygenase2 (COX-2), sedangkan
5-lipoxygenase (5-LOX), 12-lipoxygenase (12-LOX), dan 15-lipoxygenase
(15-LOX) adalah contoh jalur LOX. Produk dari jalur COX adalah
prostaglandin (mediator peradangan akut) dan tromboksan, sedangkan yang
dari jalur LOX adalah leukotrien dan asam lemak hidroperoksi (Mueller, et
al., 2010).

4
BAB III
METODE

Kaempferia galanga L. diidentifikasi dan spesimen disimpan di Institut


Teknologi Bandung (ITB) Bandung, Indonesia. Tumbuhan diekstraksi
menggunakan metode maserasi dingin (selama 3×24 jam pada suhu ruang). Etanol
70% digunakan sebagai pelarut. Itu kelebihan pelarut dihilangkan menggunakan
rotary evaporator (Buchi®, R-220, pada suhu 40–45°C) menjadi ekstrak
kental.15,16 CMC (dilarutkan dalam ddH2O) disiapkan sebagai pelarut ekstrak
dan sebagai bahan yang diaplikasikan pada kontrol negatif. EEKG dilarutkan
dalam 2% (b/b) garam natrium karboksimetilselulosa (CMC, Merck®, Nomor
CAS: 9004-32-4, C4888). Konsentrasi ekstrak dalam 2% CMC adalah: 0,5%, 1%,
2%, dan 4% (b/b). Ekstrak disediakan di semi formula gel padat.
Sebanyak 35 ekor tikus Wistar jantan digunakan dalam penelitian in vivo
ini. Tikus dikelompokkan secara acak menjadi 7 kelompok (n=5), yaitu:
kelompok kontrol normal (Normal), kelompok kontrol negatif (NegCon),
kelompok Triamcinolone acetonide (TRA), kelompok uji 1 (T1), kelompok uji 2
(T2), kelompok uji 3 (T3), dan kelompok uji 4 (T4). Setiap kelompok terdiri dari
5 ekor tikus. Tikus dalam kontrol normal kelompok tidak diberikan induksi ulkus
mukosa mulut dan tidak diberikan pengobatan/pemberian apapun. mukosa mulut.
Tikus dalam kelompok NegCon dulu diobati dengan CMC 2% sedangkan tikus
pada kelompok TRA diobati dengan Triamcinolone acetonide 0,1% secara oral-
base (Kenalog dalam basis oral, Taisho®). Tikus pada kelompok T1, T2, T3, dan
T4, diberi perlakuan EEKG 0,5%, EEKG 1%, 2% EEKG, dan 4% EEKG, masing-
masing. Semua tikus kelompok TRA dan EEKG (T1 - T4) dibius dengan
ketamine intraperitoneal (80 mg/kg) dan xylazine (10 mg/kg) untuk memfasilitasi
prosedur induksi ulkus mukosa mulut. Antisepsis dilakukan dengan obat kumur
larutan chlorhexidine gluconate 0,2% dalam bola kapas steril dan sekali pakai
sebelum proses induksi. Induksi dari ulkus mukosa mulut menggunakan bola
kapas berdiameter 10 mm, dalam spuit tanpa jarum yang dibasahi dengan asetat
70%. asam sebanyak 100 mikroliter, dioleskan pada bagian ventral lidah tikus
selama 2 menit (modifikasi dari Kang and Kim, 2018; Miao dkk, 2019; Idrus et al,
2019).26,27,34 Teknik induksi distandarisasi untuk semua hewan dan dilakukan
oleh operator yang sama.
Triamcinolone acetonide (TRA) dalam basis oral (Kenalog® dalam basis
oral, Taisho) digunakan sebagai bahan pembanding, karena umumnya digunakan
dalam terapi stomatitis konvensional. TRA dioleskan secara topikal pada ulkus
mukosa mulut tikus sekali sehari, serta EEKG dalam beberapa konsentrasi,
menurut kelompok tikus. Setelah percobaan selesai, tikus ditidurkan
menggunakan natrium pentobarbital yang overdosis. Lidah tikus itu diambil
sebagai sampel dan ditempatkan dalam wadah tertutup (tabung 5 mL), kemudian
disimpan dalam freezer −20°C hingga waktu berikutnya. Prosedur percobaan.
Sebagian kecil jaringan lidah diambil kemudian disimpan dalam wadah vial berisi
Formaldehyde 10% (Indokimia®), untuk pewarnaan jaringan dan pemeriksaan
histopatologi. Selanjutnya, tikus mati dimasukkan dalam kotak pembeku
kemudian dikirim ke insinerator khusus untuk memusnahkan hewan penelitian.

1
DAFTAR PUSTAKA

Umar MI, Asmawi MZ, Sadikun A, Altaf R, Iqbal MA. Review: phytochemistry
and medicinal properties of Kaempferia galangal L. (Zingiberaceae)
extracts. Afr J Pharm Pharmacol. 2011;5(14):1638–1647.
doi:10.5897/AJPP11.388

Wang SY, Zhao H, Xu HT, et al. Kaempferia galanga L.: progresses in


phytochemistry, pharmacology, toxicology and ethnomedicinal uses. Front
Pharmacol. 2021;12:675350. doi:10.3389/fphar.2021.675350

Wahyuni IS, Sufiawati I, Nittayananta W, Levita J. Identification of ethyl para-


methoxycinnamate and kaempferol in the ethanol extract of Kaempferia
galanga L. rhizome as biomaterial for drug candidate using
spectrophotometric and chromatographic analysis. Mater Sci Forum.
2021;1028:371–376. doi:10.4028/www.scientific.net/MSF.1028.371

Syahruddin AN, Dahlan CK, Taslim NA. The effects of Kaempferia galanga L.
extract on pain, stiffness and functional physic in patient with knee
osteoarthritis: double blind randomized clinical trial. Int J Sci Healthcare
Res. 2017;2(4):37–43

Wahyuni IS, Sufiawati I, Nittayananta W, Levita J. Anti-Inflammatory Activity


and Wound Healing Effect of Kaempferia galanga L. Rhizome on the
Chemical-Induced Oral Mucosal Ulcer in Wistar Rats. Journal of
Inflammation Research 2022:15 2281–2294

Anda mungkin juga menyukai