Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Disusun Oleh

Nama : Mihra Ayu Amelia

Stambuk : 230120048
Kata Pengantar

Segala puji milik Allah yang Esa. Berkat limpahan karunia nikmatNya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Sejarah Lahirnya
Pancasila” ini dengan baik.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Saya menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini karena keterbatasaan pengetahuan, dengan hal ini kami harap kritik
dan saran dari pembaca dapat memperluas topik makalah ini bagi saya.

Terima kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila Bapak
Drs, Afandi Tobing M.Si yang telah memberikan tugas ini menjadikan
pengetahuan yang bermanfaat bagi saya serta bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
…………………………………………………………

Daftar isi………………………………………………………………..

Bab I
Pendahuluan……………………………………………………………

1.1 Latar Belakang……………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….

Bab II Pembahasan……………………………………………………..

2.1 Sejarah Pergerakan Indonesia…………………………………….

2.2 Menuju Kemerdekaan……………………………………………...

2.3 Lahirnya Pancasila…………………………………………………

2.4 Lahirnya Negara Indonesia………………………………………...

Bab III Penutup………………………………………………………...

Kesimpulan
…………………………………………………………….

Saran……………………………………………………………………

Daftar Pustaka………………………………………………………….
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia


memiliki latar belakang dan sejarah yang panjang. Jauh sebelum dirumuskan dan
diajukan oleh Ir. Soekarno sebagai dasar negara di sidang BPUPKI pada tanggal 1
Juni 1945,4 pada dasarnya nilai-nilai pancasila sebenarnya sudah tertanam dalam
diri bangsa Indonesia.5 Pancasila merupakan semangat hidup bangsa Indonesia,
sebagai bangsa yang majemuk dan penuh dengan keberagaman, baik dari suku,
adat istiadat, ras dan agama. Tidak hanya sebagai dasar negara, pancasila juga
menjadi ruh dari bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus tetap
hidup dan tetap mengalir di setiap sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara
di Negara Kesatuan Republik Indonesia

Nilai-nilai yang tertanam dalam pancasila dan merupakan


kekayaan dari bangsa Indonesia, baik kekayaan kerohanian, kepribadian serta
wawasan kebangsaan yang terpendam jauh dalam sejarah. Sehingga ketika Dr.
Radjiman Wediodiningrat, selaku ketua Badan dan Penyelidikan Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) meminta kepada sidang untuk mengemukakan
dasar (negara) Indonesia merdeka, para pendiri negara berusaha melihat dan
menerobos jauh kebelakang hingga kejayaan Nusantara dan atas pengajuan Ir.
Soekarno pada waktu itu terbentuklah rumusanrumusan pancasila yang pada
puncaknya disebutkan dalam pembukaan UUD 1945.6 Pancasila yang merupakan
dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sesuatu yang final dan
tidak bisa diganggu gugat atau dirubah oleh siapapun, karena semua nilai yang
terkandung dalam jiwa bangsa Indonesia sudah terangkum dalam pancasila,
seperti keberagaman agama, nilai-nilai sosial, kultur dan budaya serta semangat
juang bangsa Indonesia untuk memerdekan Indonesia dan menjadikan Indonesia
sebagai negara yang bermartabat di mata dunia.

Akhir-akhir ini pancasila dan Islam ketika di pertemukan seakan menjadi


dua hal yang saling bertentangan, pancasila seakan jauh dari Islam begitu pula
ketika berbicara Islam seakan kita tidak nasionalis dan mendiskreditkan pancasila
sebagai suatu hal yang bertentangan dengan Islam. Padahal secara historis
perumusan pancasila dilakukan oleh cendikiawan-cendikiawan muslim yang pada
waktu itu mempunyai jabatan kenegaraan di samping presiden Soekarno.
Penyebutan kata hikmah dalam sila ke-4 seakan menjadi tolak ukur idealisme
kepemimpinan di Indonesia yang dicita-citakan oleh para pendiri Negara
Republik Indonesia. Secara eksplisit Al-Qur’an telah menjelaskan di dalam Surat
Al-Baqoroh ayat 269 ketika seorang mendapat Hikmah maka dia akan mendapat
kebaikankebaikan yang banyak, dengan artian hikmah tidak hanya bisa kita
artikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu tentang sisi lain dari sesuatu
tersebut. Dalam kajian filsafat Islam, hikmah adalah posisi atau derajat
pencapaian spritualitas sesorang terhadap Tuhannya, sehingga ketika dia sudah
mendapat derajat hikmah dia akan menjadi pribadi yang istimewa di sisi Tuhan.
Dan berangkat dari keistimewaan tersebut dia berhak untuk menjadi wakil rakyat
dalam berbagai macam kepemimpinan di Negara Republik Indonesia. Makna
hikmat yang terkandung dalam rumusan pancasila mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan sistem pemerintahan di Indonesia, karena hal tersebut
berkaitan dengan keTuhanan yang sejatinya merupakan bagian dari jiwa bangsa
Indonesia, akan tetapi minimnya pembahasan mengenai hikmat dan pengenalan
hikmat membuat banyak dari bangsa Indonesia masih belum mengerti dan
memahami apa sejatinya hikmat yang dimaksud dalam rumusan pancasila
tersebut. Nilai-nilai hikmat harus diterapkan di Indonesia terutama dalam
kepemimpinan yang ada di Indonesia supaya para pejabat, para wakil-wakil
rakyat tidak hanya bisa menjalankan tugas dan jabatannya melainkan dia ingat
bahwa sejatinya dia adalah hamba Tuhan Yang Maha Esa yang akan
mempertanggung jawabkan apa yang telah dia perbuat nanti di akherat. Berangkat
dari latar belakang pemikiran di atas serta adanya indikator-indikator yang
menunjukkan adanya peranan hukum Islam dalam perumusan pancasila terutama
dalam sila ke-4 yang merupakan dasar dari demokrasi pancasila. Maka penelitian
ini mencari jawaban atas nilai-nilai demokrasi pancasila serta implikasi nilai
demokrasi pancasila dalam model kepemimpinan di Indonesia. Jenis penelitian ini
termasuk dalam kategori penelitian hukum yang bersifat normatif.

Bahan sekunder penelitian hukum normatif yaitu berupa penelitian


kepustakaan yang mana digunakan untuk memperoleh bahan-bahan berupa
dokumen hukum, baik berupa peraturan perundang-undangan, peraturan
pemerintah, keputusan/peraturan Menteri, yurispendensi, jurnal-jurnal, hasil
penelitian, publikasi ilmiah, buku-buku yang berkaitan dengan pokok
permasalahan yang diteliti. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada
teori-teori, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, jurnal hukum,
laporan-laporan serta referensi yang relevan.7 Adapun pendekatan yang akan
digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang

pendekatan historis (historical approach), dan pendekatan konseptual (conceptual


approach).8 Berdasarkan tipe penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah yuridis normatif, maka untuk mendapatkan data yang objektif, jenis data
yang dibutuhkan adalah data sekunder. Data ini diambil dengan cara penelitian
kepustakaan (Library Research). Data sekunder yang diambil meliputi bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder. Korelasi Antara Demokrasi Pancasila
dengan Islam Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat sesuai dengan aturan Undang-
Undang, adapun pejabat-pejabat dalam pemerintahan hanya semata-mata wakil
dari rakyat dalam mengatur sistem pemerintahan dalam negara. Semua yang
terdapat dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
berdasarkan hukum bukan berdasarkan pada kekuasaan karena negara Indonesia
adalah negara hukum. Pasal 1 ayat (2) secara eksplisit menjelaskan bahwa sejak
awal bernegara pemerintahan Indonesia bedasarkan faham demokrasi, yaitu
pemerintahan negara, dimana rakyat berpengaruh di atasnya atau lebih dikenal
dengan istilah pemerintahan rakyat.9 Ada beberapa paham demokrasi yang pernah
dilaksanakan oleh Indonesia, yaitu demokrasi liberal, demokrasi terpimpin dan
sekarang demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila ialah “kerakyatan yang
dipimpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”,
yang merupakan sila keempat dari dasar negara pancasila sebagaimana tercantum
dalam alenia empat pembukaan UUD 1945.10 Pancasila dirumuskan dalam
sidang BPPKI oleh mayoritas tokoh-tokoh muslim Indonesia yang kapasitas dan
kualitas keagamaannya sangat kuat sehingga istilah-istilah yang termaktub dalam
pancasila ataupun naskah pembukaan UUD 1945 banyak menggunakan istilah-
istilah bahasa arab yang seakan di Indonesiakan seperti, daulat, adil dan makmur
yang terdapat di alenia dua pembukaan UUD 1945.

Begitu pula dalam sila keempat dari pancasila juga menggunakan kata
yang diambil dari bahasa arab yaitu hikmat dan permusyawaratan. Hal ini seakan
menunjukkan bahwa hukum Islam sebagaimana yang dijadikan pijakan oleh
tokoh-tokoh Islam juga mempunyai peranan penting. Dan kata itu seakan
menunjukkan bahwa perumusan Pancasila dan dasar-dasar negara tidak lepas dari
teori-teori hukum Islam yang sudah mendarah daging dalam diri tokoh-tokoh
Islam pada waktu, walaupun kajian dan pembahasan mengenai hal tersebut jarang
sekali untuk bisa temui.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kepemimpinan demokrasi?

2. Apa yang dimaksud Implikasi Nilai Demokrasi Pancasila Dalam Model


Kepemimpinan di Indonesia Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945?

3. Apa yang dimaksud kepemimpinan Pancasila?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah dengan judul Demokrasi Dalam Konteks


Kepimpinan Pancasila adalah untuk Untuk mengetahui bagaimana kita dapat
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar
mengetahui saja namun melaksanakannya dalam kehidupan.
Bab II

Pembahasan

2.1 Kepemimpinan Demokrasi

Salah satu bentuk demokrasi yang dinilai paling ideal bagi Indonesia
kedepan adalah Demokrasi Pancasila. Pancasila adalah dasar dan pandangan
hidup bangsa dan negara Indonesia, karena itu sudah semestinya demokrasi
Indonesia berbasis pada Pancasila. Demokrasi merupakan cara bukan tujuan,
maka logikanya suatu bentuk demokrasi tidak dapat diterapkan secara kaku dan
“dogmatis” jika diperkirakan mengganggu hasil-hasil positif perkembangan
negara yang telah dicapai. Willy Eicher (1997, 210) berpendapat bahwa
demokrasi bukanlah suatu nilai statis disuatu tempat di depan kita lalu kita
bergerak kesana untuk mencapainya. Bagi Eicher demokrasi adalah suatu nilai
dinamis, karena nilai esensialnya adalah proses kearah yang lebih maju dan lebih
baik dibanding dengan yang dialami oleh suatu masyarakat atau negara. Dalam
suatu masyarakat atau negara yang terpenting adalah terdapat proses terus
menerus secara dinamis dalam gerak perkembangan dan pertumbuhan kearah
yang lebih baik.

Kepemimpinan pancasila adalah kepemimpinan yang berkeTuhanan Yang


Maha Esa, menjungjung tinggi nilai-nilai kemanuasian, menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa, berprinsip demokrasi dan keadilan sosial. Pertama pemimpin
yang takut akan Tuhan

Kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang


memiliki karakteristik sebagai berikut, menganggap bawahan sebagai
makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dalam kepentingan dan tujuan pribadi
dari pada bawahannya; senang menerima saran,
Pemimpin pada hakekatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan dan juga mempengaruhi sesamanya untuk bekerjasama dalam
mencapai tujuan. Dan pemimpin yang demokratis merupakan pemimpin yang
mempunyai gaya kepemimpinan yang di mana pemimpin suatu organisasi
maupun kelompok menerima pendapat atau saran dari setiap anggotanya untuk
menentukan suatu keputusan bersama dalam organisasi demi mencapai suatu
tujuan.

Biasanya pemimpin demokratis menganggap dirinya sebagai pengontrol,


pengawas, dan pengatur dari sebuah organisasi dan memberi kebebasan bagi
orang lain untuk mengemukakan pendapat. Selain itu, peran seorang pemimpin
adalah untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil bersama telah
dilakukan/dijalankan oleh bawahannya.

Kepemimpinan yang demokratis pada umumnya mengedepankan rakyat,


sesuai dengan slogan “Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”, di mana setiap
tujuan dan keputusan yang diambil adalah untuk kepentingan rakyat. Seperti yang
diterapkan oleh Indonesia.

Demokrasi Pancasila adalah sebuah konsep demokrasi yang memiliki landasan


nilai dalam Pancasila, yaitu dasar negara Indonesia. Konsep demokrasi pancasila
merujuk pada sistem politik yang diterapkan di Indonesia, di mana demokrasi
dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Pancasila. Demokrasi
Pancasila mengutamakan kedaulatan rakyat sebagai prinsip utama. Kekuasaan
politik berada di tangan rakyat dan diwujudkan melalui pemilihan umum yang
demokratis. Rakyat memiliki hak untuk memilih pemimpin mereka dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik.

Ciri-ciri kepemimpinan yang demokratis :


1. Wewenang pimpinan tidak mutlak (Dalam mengambil keputusan, dapat
dipengaruhi oleh bawahan dalam bentuk masukan pada saat musyawarah).
2.Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan (Dalam membuat dan
mengambil keputusan, dilakukan terlebih dahulu musyawarah antara atasan dan
bawahan hingga mencapai kesepakatan).
3. Komunikasi antara pimpinan dan bawahan berjalan dengan baik (Dalam
melakukan komunikasi tidak terhalang rasa takut, malu, dsb yang disebabkan oleh
jabatan).
4. Adanya kebebasan mengemukakan pendapat (Bawahan mempunyai hak untuk
mengemukakan pendapat mereka secara bebas sesuai dengan asas demokrasi).
5. Pimpinan membagi wewenang kepada bawahannya (Tidak semua tugas dan
tanggungjawab harus diemban oleh pemimpin seorang, melainkan boleh
dibagikan kepada bawahan selama masih dalam batas wajar).

Dari pengertian dan ciri-ciri kepemimpinan yang demokratis di atas, maka


kita juga dapat mengimplementasikan dengan bertindak secara adil dan benar saat
mengambil keputusan bersama, tidak mengambil keputusan sendiri, memberikan
kesempatan untuk berpendapat dan menerima apapun pendapat orang tersebut,
menjunjung kesetaraan, berkomunikasi baik dengan orang lain juga berhubungan
dengan memberikan kesempatan untuk berpendapat.

Hal-hal tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita,


sebagai seorang pemimpin atau hanyalah sebagian dari masyarakat Indonesia.
Seperti contohnya, ketika kita terlibat dalam sebuah organisasi, kita mempunyai
hak untuk mengemukakan pendapat kita sesuai dengan asas demokrasi dan kita
juga berkewajiban untuk menghargai pendapat yang dikemukakan oleh orang
lain.

2.2 Implementasi Nilai Demokrasi Pancasila

Implikasi Nilai Demokrasi Pancasila Dalam Model Kepemimpinan di


Indonesia Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 paragraf ketiga alenia
pertama, ada sebuah pengakuan yang rendah hati yang mewakili suara hati
seluruh bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan Indonesia tidak hanya diraih oleh
perjuangan manusia belaka, melainkan ada kekuatan besar, kekuatan di atas
segala kekuatan yang membuat Indonesia merdeka, kekuatan itu adalah kekuatan
Tuhan, dan pengakuan tersebut berbunyi “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha
Kuasa”. Begitu pula dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal
28 E ayat (1), (2) dan yang berbunyi: (1) Setiap orang bebas memeluk Agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara
dan meninggalkannya, serta berhak kembali. (2) Setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan
hati nuraninya.21 Dan Bab XI tentang Agama pasal 29 ayat (1) dan (2) berbunyi;
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa (2) Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.22 Tidak hanya itu,
“Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi sila pertama dari rumusan pancasila yang
merupakan dasar Negara Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Tuhan
hadir dalam sejarah panjang kebangsaan Indonesia. Di balik keyakinan yang
beragam yang menjadi bagian sejarah bangsa Indonesia, bangsa Indonesia
meyakini Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai kekuasaan yang begitu besar,
sehingga ketika Indonesia mendapatkan kemerdekaannya bangsa Indonesia harus
rendah hati.

Implementasi Demokrasi Pancasila dalam perwujudan sikap bekerja tanpa


diperintah, tanggungjawab tanpa disuruh, dan disiplin tanpa diawasi merupakan
konsep kongkrit dalam memimpin dan menjalankan sebuah organisasi atau
lembaga. Konsep ojo rumongso iso nanging iso rumongso atau ojo nduweni roso
rumongso iso dapat diperluas artinya menjadi janganlah diri kita ini, memiliki
rasa atau sikap “merasa bisa”, contohnya adalah jika ada suatu pekerjaan, kita
langsung terima karena kita merasa bisa, tapi sebenarnya kita tidak mampu
mengembannya. Ini disebabkan karena kita berfikiran biar nanti dikerjakan
dengan orang lain yang lebih ahli, atau yang penting kita mendapat nilai lebih
dihadapan pimpinan kita. Hal inilah yang membuat celaka bagi kita sendiri,
maupun lembaga kita. Amanah yang diberikan merupakan tanggung jawab kita
untuk menjaganya dengan sebaik-

2.3 Kepemimpinan Pancasila

Pancasila yang berisi lima ideologi terwujud sebagai satu kesatuan dan
saling melengkapi untuk memban gun peradaban. Peradaban di mana setiap
kegiatan dilakukan berdasar pada iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kita percaya bahwa ada zat yang maha agung yang selalu memerhatikan
tindak tanduk yang kita lakukan. Zat tersebut yang sejatinya membuat kita untuk
selalu memberikan rasa hormat pada sesama manusia di setiap kegiatan yang
dilakukan, membuat kita untuk bertingkah laku baik dan benar bagi seluruh
anggota lingkungan di setiap kesempatan.

Rasa saling menghormati memunculkan kebersamaan yang akan menjadi


kekuatan bangsa. Kebersamaan menghadirkan rasa untuk rela berkorban secara
positif pada sesama demi tercapainya tujuan dan pandangan yang sama.
Kebersamaan yang dipimpin dengan mengedepankan kepentingan negara dan
bangsa membuat masyarakat tidak mudah untuk terpecah belah.

Melalui pemimpin itulah kita memiliki peran dan fungsi yang membentuk
nilai tambah dan kontribusi pada bangsa dan negara. Suatu peradaban sempurna;
yang kesehariannya selalu bersandar pada Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
memiliki rasa peduli pada anggotanya, yang mengedepankan kebersamaan; dan
yang memimpin berdasarkan kepentingan umum.

Pancasila merupakan satu kesatuan ideologi digambarkan dalam bentuk


perisai yang melindungi peradaban. Pendiri negeri seakan memahami bahwa
perjalanan membentuk peradaban tidaklah mudah, tantangan akan selalu ada
untuk menggoyahkan peradaban. Tidak semua perkembangan yang ada di dunia
adalah baik untuk masuk ke dalam peradaban.

Pancasila hadir untuk memilih dan memilah hal-hal baik yang dapat
mempertahankan peradaban bangsa. Pancasila hadir untuk menolak hal-hal buruk
yang tidak sesuai dengan ideologi peradaban bangsa Indonesia.

Perisai Pancasila diterakan pada dada Burung Garuda, hewan mitologi


yang diceritakan sebagai burung yang sempurna dan merupakan raja dari segala
burung. Tatapan tegas terpancar dari mata Burung Garuda yang memberikan
kesan melihat jauh ke depan dan fokus pada pencapaian. Bentangan sayap yang
lebar menghadirkan kesan keinginan untuk mengayomi dan melindungi. Ekornya
menjuntai dan “mekar” yang memperlihatkan kesiapan untuk merespons apa yang
akan terjadi. Bagian ekor menunjukan kondisi Burung Garuda yang selalu siap
siaga mengantisipasi berbagai kondisi.

Burung Garuda dengan perisai Pancasila di dada merupakan visualisasi


harapan pendiri negeri yang menginginkan peradaban dibangun berlandaskan
Pancasila. Peradaban yang dibangun oleh masyarakat yang tegas melihat dan
fokus pada masa depan; yang dibangun oleh masyarakat yang dapat mengayomi
dan memberikan kedamaian; dibangun oleh masyarakat yang waspada dalam
menghadapi perubahan yang senantiasa terjadi; peradaban yang dapat bertahan
dalam kondisi dan situasi apapun. Peradaban yang diarahkan oleh pemimpin
dengan semangat Pancasila.

Pancasila tidak lekang oleh waktu dan tetap relevan dengan berbagai
kondisi. Ideologi Pancasila sejatinya menjadi fondasi kepemimpinan dan tidak
boleh ditinggalkan. Ideologi Pancasila membuat kepemimpinan memiliki karakter
yang sesuai dengan cita-cita pendiri negeri. Penguatan Pancasila harus menjadi
program organisasi dan terus ditanamkan untuk memunculkan generasi Pancasila.
Generasi yang memiliki urat nadi Pancasila dengan segala tindakan berdasar pada
Saat ini seorang pemimpin dituntut untuk memberikan keputusan secara cepat dan
tepat. Hal tersebut sebagai dampak dari kondisi ketidakpastian yang semakin
sering dialami oleh organisasi.

Organisasi mengembangkan pemimpin dengan berbagai konsep


kepemimpinan. Organisasi mengembangkan pemimpin dengan cita rasa
internasional. Namun organisasi jangan lupa untuk melengkapi pemimpin dengan
ideologi Pancasila.

Inilah sedikit pemikiran penulis terhadap Pancasila. Kita sebagai pejuang


Pancasila saat ini diberi tugas untuk membangun pejuang Pancasila untuk masa
depan. Mempersiapkan generasi berideologi Pancasila menjadi tugas dan program
yang berkelanjutan. Pancasila akan abadi, namun tanpa penghayatan akan menjadi
tidak bermakna bagi peradaban.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi
dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia,
nilai-nilai Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang
harusnya mampu diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab apabila
Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral
dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga akan
mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
bangsa Indonesia.

Saran

Diharapkan agar semua masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja namun
melaksanakannya dalam kehidupan. Dan penerapan pendidikan karakter harus
ditanamkan sejak dini agar kelak nilai Pancasila akan melekat dalam karakter dan
kepribadian tiap individu dalam bermasyarakat agar senantiasa tercipta bangsa
Indonesia yang damai.
Daftar Pustaka

Arief F. (1992). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha


Nasional. Danim, S. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.
Penerbit Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hartatik,
et.al. (2001). Sari-sari piwulangan Basa Jawi Pepak. Surabaya: CV. Pustaka
Agung Harapan. Hendra Nurtjahjo. (2006). Filsafat Demokrasi, Jakarta: Bumi
Aksara. Santoso, Imam Budhi. (2010). Nasihat Hidup Orang Jawa. Yogyakarta:
Diva Press Soliha, Euis dan Hersugondo. (2008). Kepemimpinan yang Efektif dan
Perubahan Organisasi. Subroto, Suro & Tofani, Abi. –. Mumpuni Basa Jawi
Pepak. Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan. Syamsuddin Haris (1994).
Demokrasi di Indonesia, Gagasan dan Pengalaman, Jakarta: LP3E

Anda mungkin juga menyukai