Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR JAWABAN

NAMA / KELAS : Zulfikar saepurohman / B


NPM : 180310220105
MATA KULIAH : Pengantar Sejarah Indonesia
TANGGAL : Rabu, 14 Desember 2022
NAMA DOSEN : Dra. Rina Adyawardhina, M.Si

1. Kapitulasi Kalijati pada 8 Maret 1942 menandakan dimulainya pendudukan


militer Jepang di seluruh wilayah Indonesia. Jepang menerapkan kebijakan
terhadap rakyat Indonesia dengan dua prioritas, pertama menghapus pengaruh-
pengaruh Barat di kalangan rakyat; kedua memobilisasi rakyat di hampir semua
lini kehidupan (Ricklefs, 2008: 425). Hal yang melatar belakangi munculnya
kebijakan tersebut berawal dari Perjanjian Kalijati merupakan perjanjian yang
dibuat oleh Jepang dan Belanda di Indonesia, tepatnya di Kecamatan Kalijati,
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang karena pada tanggal 5 Maret 1942, Jepang telah menguasai Batavia.
Alasan lainya dikarnakan Keterlibatan Jepang dalam perang Asia Pasifik
membuat Jepang membutuhkan tenaga kerja yang besar dalam memenuhi
kebutuhan perang.Oleh karena itu, Jepang membentuk Peta, Djawa Hokokai,
Keibodan, dan Heiho untuk keperluan perang Asia Pasifik. Dalam hubungan
aspek politik, untuk membantu orang jepang mengatur negeri, maka Jepang
mencari pemimpin pemimpin politik guna untuk membantu memobilisasikan
rakyat.Pertama-tama dengan menghapus organisasi politik dari pengaruh
penjajahan sebelumnya.
Selain itu, hal yang melatar belakangi kekuasaan jepang di Indonesia
dikarnakan tentara Jepang pada saat itu telah menguasai seluruh pulau Jawa. Oleh
karena itu, Belanda menyerah tanpa syarat ke Kalijati, Subang, Jawa Barat.
Setelahnya Kesatuan administratif yang beranggotakan keluarga-keluarga
dibentuk dengan nama tonari gumi yang dipimpin oleh tonari gumitjo. Penyaluran
distribusi, pengawasan mata-mata menjadi tanggung jawab tonari gumitjo,
sehingga pemerintahan berjalan semakin lancar. Kesatuan beberapa kampung atau
yang disebut ku dipimpin oleh kutjo (lurah). Secara vertikal kedudukan teratas di
kotji Djimu Kjoku (Daerah Otonom) dipimpin oleh seikosikikan (Panglima
besar), Gunseikan (wakil panglima besar di Jakarta), Tjokan (Gubernur) dan
Sjutjokan (Residen).
Untuk merebut simpati rakyat Indonesia, Jepang menampilkan dirinya sebagai
saudara tua yang membebaskan Indonesia dan wilayah jajahan lainnya dari
cengkeraman kekuatan kolonial Barat. Maka, Jepang mempropagandakan gerakan
Tiga A, serta Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Selain itu, Jepang merombak
sistem pemerintahan dari pusat ke daerah, membuka kesempatan pendidikan bagi
semua orang, tidak hanya kalangan bangsawan demi kepentingan jepang dalam
segi ekonomi politik maupun militer, hal lain yang mengatur dalam kebijakan
yang tercantum diwajibkan pula mengibarkan bendera Jepang, menggunakan
sistem penanggalan Jepang, meneriakkan Kimigayo pada hari libur. . dan
merayakan hari lahir Kaisar Hirohito.
Dalam mengerahkan rakyat Indonesia, Jepang telah melakukan banyak upaya,
mulai dari upaya menguntungkan rakyat Indonesia hingga upaya brutal. Untuk
membantu mengisi kesenjangan tenaga kerja di militer Jepang, Jepang mendirikan
organisasi seperti Seinendan, Keibodan, Heiho dan lebih buruk lagi, Romusha,
yang tidak lebih dari kerja paksa.

Sumber rujukan
- https://bimbinganalumniui.com/blog/kebijakan-pemerintah-jepang-di-
indonesi/
- Prinada, Y., DH, A. and Raditya, I.N. (2022) Kebijakan Jepang Pada Masa
penjajahan Dari militer Hingga Sosial, tirto.id. Tirto.id. Available at:
https://tirto.id/kebijakan-jepang-pada-masa-penjajahan-dari-militer-
hingga-sosial-gvQ3 (Accessed: December 21, 2022)

2. Sejak awal kedatangannya, Jepang menunjukkan perhatian yang sungguh-


sungguh terhadap Islam di Indonesia dengan menerapkan kebijakan Nippon’s
Islamic Grassroot Policy, yaitu kebijakan politik Jepang atas umat Islam untuk
mengeksploitasi tokoh-tokoh muslim dan ulama hingga ke tingkat desa (Benda,
1980:139). Selain itu, pada akhir Maret 1942 didirikan Kantor Urusan Agama
atau Shumubu, 22 November 1943 dibentuk Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia), dan pada akhir 1944 didirikan Hizbullah, sejenis organisasi militer
bagi pemuda-pemuda muslim Indonesia. Menurut pendapat saya pribadi hal itu
terjadi dikarnakan jepang pada saat itu melihat dominasi pemerintahan Indonesia
bermayoritaskan umat islam Jepang menyadari kekuatan partai politik Islam yang
tetap aktif hingga masa pendudukan Jepang, yaitu salah satunya Partai Sarekat
Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (IIP), dengan merebaknya
organisasi islam dimasyarakat seperti Muhammadiyah di Yogyakarta, Ikatan
Islam di Bandung dan Nahdlatul Ulama di Surabaya, tiga ormas terakhir akhirnya
membangun sarananya. perjuangan pemersatu pada tahun 1937, Majelis Islam
Indonesia A'la (MIAI). Semua organisasi ini, menurut militer Jepang, akan
menjadi penghalang penjajahan Jepang di Indonesia. Amengingat status Timur
Tengah di pihak Sekutu, orientasi umat Islam Indonesia pun sangat dipengaruhi
oleh perubahan di Timur Tengah. Namun, karena itu Jepang mencoba yang
terbaik untuk memilih pendekatan yang unik terhadap Muslim Indonesia.
Sebagai penggantinya, dan dengan harapan dapat mengerahkan potensi umat
Islam, didirikanlah Shumubu - Departemen Agama yang dipimpin oleh Kolonel
Horie, pada akhir Maret 1942. Shumubu, yang awalnya dipimpin oleh militer
Jepang, gagal beroperasi sesuai rencana. dikarena tidak mampu memobilisasi
umat islam, umat Islam sendiri pada saat itu sulit diperintah oleh pihak luar.
Untuk itu Kolonel Horei digantikan oleh Hoesein Djajadiningrat, tetapi karena ia
ahli agama Islam, ia tidak pernah memimpin organisasi kemasyarakatan Islam dan
tidak berpengaruh terhadap umat beragama Islam. Dengan demikian, terjadi
perombakan Shumubu lagi, menggantikan Presiden Shumubu dengan K.H.
Hasyim Asy’ari. Baru saja keluar dari tahanan karena menolak melakukan
saikerei terkait Tokyo, operasional sehari-hari dipercayakan kepada wakilnya,
Wahid Hasyim.
Melalui pimpinan NU, Jepang berharap Shumubu tidak hanya dapat
memobilisasi massa umat Islam tetapi juga logistik. Tapi sangat diplomatis soal
Gunseikan mengakui Ulama. Berdasarkan kebutuhan Ulama memahami budaya
Jepang dan segala tatanan kehidupan Jepang. Gunseikan secara tidak langsung
membutuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap Jepang. Juga, untuk cinta akan
ada pengorbanan untuk Jepang. Hal hal tersebut merupakan upaya Jepang dalam
menciptakan kondisi baru, mendepolitisasi Muslim Indonesia. Memadamkan
kesadaran politik Indonesia merdeka, membangkitkan kesadaran baru,
mengarahkan kembali kecintaan organisasi ini tidak hanya pada Islam tetapi juga
pada kemenangan perang atas Jepang dengan slogan “Commonwealth with the
Great East” Asian.
Selanjutnya kebijakan kebijakan tersebut direspon oleh umat Islam Indonesia
sebagai kesempatan dalam pengembangan intelektual dan mobilisasi pergerakan
untuk memberontak, Sikap umat Islam setelahnya terbagi menjadi dua, yaitu sikap
keras terhadap perang yang diungkapkan oleh ulama dan sikap lunak yang
diungkapkan oleh tokoh Islam melalui organisasi. Cara-cara keras yang
ditunjukkan oleh ulama menyebabkan pemberontakan lokal, seperti yang terjadi
pada tahun Tengku Abdul Jalil di Aceh. Dia mengatakan Jepang berencana
meniponisasi Indonesia mengeksploitasinya dan lebih buruk daripada Belanda.
Perangpun pecah pada bulan Agustus 1942. Jepang awalnya ingin
menyelesaikannya dengan damai, sehingga mengirimkan utusan tetapi tidak
berhasil, jadi Jepang melakukan serangan mendadak di pagi hari saat Jepang tiba.

Sumber rujukan
- Build beautiful (no date) Neliti. Available at: https://www.neliti.com/
(Accessed: December 21, 2022).
- Nailufar, N.N. (2020) Perjanjian Kalijati, Ketika Belanda serahkan
Indonesia Ke Jepang Halaman all, KOMPAS.com. Kompas.com.
Available
at:https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/14/180000169/perjanjian-
kalijati-ketika-belanda-serahkan-indonesia-ke-jepang?page=all (Accessed:
December 21, 2022).

Anda mungkin juga menyukai