Anda di halaman 1dari 4

Konsep Kesadaran Berlembaga

Aristoteles mengemukakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon),


manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Dimanapun
manusia berada ia selalu mendapatkan dirinya dalam berbagai organisasi, baik itu formal
ataupun informal. Mulai dari menjadi bagian dari keluarga, menjadi bagian dari kelompok
pertemanan, menjadi bagian dari masyarakat suatu negara atau bahkan RT, sampai dengan
karyawan organisasi di suatu perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan sosialnya, manusia
akan selalu memerlukan keterlibatan dalam organisasi
Menurut John R. Schermerhorm pengertian organisasi adalah gabungan orang-orang
yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
organisasi terdapat susunan orang yang diberi tugas dan wewenang yang berbeda-beda
yang di sebut stuktur organisasi. Sedangkan menurut James D. Mooney Organisasi adalah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Dari dua pendapat
tersebut dapat disimpulkan organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara
formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Namun, yang menjadi dasar dalam keseluruhan perbuatan seseorang dalam berorganisasi
adalah kesadaran.
Menurut Hasibuan, kesadaran adalah sikap seseorang yang sukarela menaati semua
peraturan dan sadar akan tanggung jawabnya. Kesadaran kemudian akan mengantar manusia
mengenali tindakan atas perbuatannya sendiri serta mengenal tujuan mengapa ia harus
melibatkan diri kedalam sebuah lembaga.
Manusia merupakan makhluk monodualistis artinya selain sebagai makhluk individu,
manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup berdampingan dan
saling membutuhkan dengan manusia lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk
mampu bekerjasama dengan orang lain sehingga tercipta sebuah kehidupan yang damai.
Sadar atau tidak manusia selalu hidup saling berinteraksi, saling tolong-menolong dan
bekerjasama hingga kepada tahap pengaktualisasian diri. Dengan hal tersebut, lembaga
kemudian merupakan manifestasi dari kondisi seseorang dalam mengaktualisasikan diri
sebagai makhluk monodualistis untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Abraham Maslow dalam Teori Hirarki Kebutuhan, salah satu kebutuhan
manusia adalah adanya Kebutuhan social . Merupakan kebutuhan berdasarkan rasa memiliki
dan dimiliki agar dapat diterima oleh orang - orang sekelilingnya atau lingkungannya.
Kebutuhan tersebut berdasarkan kepada perlunya manusia berhubungan satu dengan yang
lainnya.
Bentuk organisasi :
a. Organisasi berdasarkan tujuannya :
 Organisasi profit, yaitu organisasi yang tujuannya berorientasi pada profit.
 Organisasi non-profit, yaitu organisasi yang tujuannya tidak berorientasi pada profit.
b. Organisasi berdasarkan keabsahannya :
 Organisasi formal, organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan orang atau masyarakat
yang memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan
hubungan antara otoritasnya, serta kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya,
dan memilki kekuatan hukum.
 Organisasi non-formal, organisasi non formal tidak akan terlihat dan akan selalu
mengikuti keberadaan dari organisasi formal. Perbedaan mendasar antara organisasi
formal dan organisasi non formal adalah organisasi non formal tidak memiliki sistem
pembagian wewenang dan tanggung jawab yang dijalankan dalam struktur organisasi,
serta tidak memiliki peraturan tertulis yang harus disepakati bersama.
c. Organisasi berdasarkan sifatnya :
 Independent, tidak mempunyai keterikatan
 Dependent, mempunyai keterikatan
d. Organisasi berdasarkan bentuk :
 Taktis, memiliki masa waktu jangka pendek, misalnya kepanitiaan
 Teknis, memiliki masa waktu jangka panjang

.
Kesadaran Berorganisasi tentu saja dipengaruhi beberapa hal baik dari dalam maupun luar diri
seorang individu, jika dari luar individu biasnya berkorelasi erat dengan lingkungan yang sering
dijumpai seorang individu namun ada pula faktor yang mempengaruhi kesadaran berlembaga
seseorang

1. Regulasi, meskipun terkesan sangat bias namun regulasi – regulasi yang ditetapkan
dapat mempengaruhi kesadaran berlembaga seseorang, dimana ketika seseorang
merasa regulasi yang ada sanagt menyulitkan orang-orang cenderung lebih acuh untuk
bergabung dalam Lembaga tertentu.
2. Opini Publik, tidak dapat dipungkiri bahwa opini public juga mempengaruhi kesadaran
berlembaga seseorang dimana sekarang banyak sekali Lembaga – Lembaga yang
diniali negative oleh publik sehingga ini juga berimbas kepada anggota dalam Lembaga
tersebut menjadikan orang – orang yang melihat opini publik ini yang berdampak
signifikan pada suatu Lembaga, kesadaran untuk berlembaga akhirnya menurun.
3. Persaingan antar Lembaga, dalam suatu organisasi atau Lembaga tentu saja pasti
banyak perbedaan pendapat sehingga menimbulkan konflik ataupun persaingan antar
Lembaga terkadang persaingan antar Lembaga berdampak negative pada
keberlangsungan Lembaga apalagi Lembaga yang kalah dalam persaingan.
4. Tekanan dari petinggi Lembaga, tentu saja semua orang tidak suka di tekan oleh para
petinggi namun dalam suatu Lembaga tidak jarang ditemukan bahwa petinggi – petinggi
dalam suatu Lembaga menggunakan kekuasaan dengan semena – mena untuk
menekan para bawahan sehingga para bawahan merasa sangat tidak nyaman untuk
berlembaga akibat banyak oknum yang menggunakan kekuasaan unruk menekan para
bawahan.
5. Perubahan demografi, kesadaran berlembaga dapat dipengaruhi oleh perubahan
demografi, seperti pergeseran usia penduduk, pertumbuhan populasi warga, atau
preferensi konsumen. Organisasi harus menyadari tren demografis ini dan
menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan dan kelompok yang beragam.
6. Perubahan Sosial dan Budaya, suatu Lembaga haru memahami nilai social dan budaya
telah berubah dan memastikan bahwa praktik nilai mereka tetap relevan dan sesuai
dengan harapan yang telah berupa

Faktor internal dari seseorang juga mempengaruhi kesadaran berlembaga karena selain
lingkungan tentusaja diri individu juga berperan penting dalam memahami kesadaran
berlembaga beberapa faktr tersebut adalah

1. Motivasi dan komitmen,Tingkat motivasi dan komitmen seseorang terhadap Lembaga


dapat mempengaruhi kesadaran berlembaga. Individu yang memiliki motivasi yang
tinggi untuk mencapai tujuan organisasi dan memiliki ikatan emosional dengan
organisasi cenderung memiliki kesadaran organisasi yang lebih kuat.
2. Pengetahuan dan pemahaman, Kesadaran berlembaga dipengaruhi oleh pengetahuan
dan pemahaman individu tentang lembaga, termasuk tujuan, nilai-nilai, dan proses
operasionalnya. Semakin banyak orang memahami lembaga, semakin besar kesadaran
mereka tentang peran dan tanggung jawab mereka dalam mencapai tujuan bersama.
3. Kemampuan interpersonal, Kesadaran lembaga dipengaruhi oleh kemampuan
seseorang untuk berkomunikasi dengan baik, bekerja sama, dan membangun hubungan
yang baik dengan orang lain. Kemampuan interpersonal yang kuat memungkinkan
seseorang untuk berpartisipasi aktif, berkontribusi, dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama.
4. Komitmen terhadap pembelajaran dan pertumbuhan, Orang-orang yang selalu
berkomitmen untuk belajar dan berkembang cenderung memiliki kesadaran berlembaga
yang lebih tinggi. Mereka juga lebih siap untuk memperluas pengetahuan dan
keterampilan mereka dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan dan
lembaga mereka.
5. Empati dan Kolaborasi, Kemampuan seseorang untuk berempati dan bekerja sama
dengan orang lain dalam kelompok dapat mempengaruhi kesadaran kelompok. Orang-
orang yang mampu memahami pendapat dan kebutuhan orang lain serta bekerja sama
secara efektif akan lebih sadar tentang apa yang mereka lakukan untuk tujuan bersama.

Terdapat pula hal hal yang menjadi tantangan untuk kesadaran berlembaga yaitu

1. Perbedaan nilai dan kepentingan, Ada kemungkinan bahwa perbedaan nilai dan
kepentingan di antara anggota organisasi dapat menghambat kemajuan kesadaran
kolektif. Ketika perbedaan ini menyebabkan konflik atau ketegangan, anggota mungkin
lebih cenderung memprioritaskan kepentingan pribadi daripada tujuan dan kepentingan
organisasi secara keseluruhan.
2. Resistensi terhadap perubahan, Beberapa anggota organisasi mungkin enggan atau
takut untuk berubah, yang dapat menghambat kemajuan kesadaran organisasi yang
diperlukan untuk menghadapi tantangan baru. Hal ini dapat menghambat kemajuan
kesadaran organisasi.

Anda mungkin juga menyukai