Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU 1

MEMBUAT JURNAL/RESUME
MATERI ADAPTIF
Fasilitator: Aswin Naiu, SE, MM

Nama Peserta : MUNIF SAHRUL AMIN

No. Daftar Hadir : 28

Instansi : RUTAN Kelas IIB BINTUNI

Jabatan : PENJAGA TAHANAN PRIA

NIP : 200110122022031002

Angkatan : 113

Buatlah Resume Materi Pelatihan Adaptif disusun berdasarkan Tujuan Pembelajarn dan
diakhiri dengan analisis dan simpulan pada alinea ter akhir

Tulis minimal 4 halaman di MS Word ukuran kertas A4, huruf arial 11 spasi 1.15, margin kiri
dan kanan 2.5 cm, atas bawah 2.5 cm, selanjutnya Msword rubah ke pdf kemudian upload ke
LMS paling lambat hari selasa tanggal 19 Juli 2022 jam 18.00 Wita

Kriteria Penilaian :

1. Sistematika penulisan dan kerapihan sesuai layout

2. Disusun berdasarkan tema materi

3. Analisis dan simpulan

4. Pengecekan plagiasi

5. Ketepatan waktu mengupload di LMS


RANGKUMAN

Arti kata adaptif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) – Belakangan ini
penggunaaan kata-kata dalam ucapan dan keterangan makin luas dan banyak menggunakan
kata-kata yang jarang digunakan. Sehingga membuat kita kadang tidak tau maksud dari kata-
kata tersebut. Seperti penggunaan kata adaptif.

Penggunaan kata-kata tersebut bisa saja Anda lihat di dunia nyata maupun di dunia maya seperti
di sosial media Instagram, Facebook, Twitter atau di aplikasi berbasis chat seperti Line, BBM,
WhatsApp dan lain sebagainya.

Namun apakah kamu mengetahui definisi kata adaptif yang sebenarnya supaya kamu paham
dalam membaca kalimat yang mengandung kata tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dan arti
kata adaptif berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online adalah:

Arti kata adaptif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah adap.tif [a] mudah
menyesuaikan (diri) dng keadaan

Perkembangan teknologi yang teramat cepat memaksa kita beradaptasi dengan cepat pula.
Perilaku adaptif tidak hanya berarti harus mampu menghadapi modernisasi atau bahkan
mengambil manfaat darinya. Manusia yang adaptif juga tercermin dari bagaimana ia bersikap
dan merespon sikap orang lain yang bermacam-macam. Respon seseorang ketika ia bertemu
dan bersosialisasi dengan orang yang baru ia kenal dapat menggambarkan kemampuannya
dalam beradaptasi terhadap perubahan hubungan sosial. Kemampuan ini sangat penting dalam
mempertahankan kinerja terbaik dalam bekerja di instansi manapun.
Sudah sangat banyak penelitian mengenai mengapa seseorang terdorong untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, baik dari sudut pandang biologis ataupun sosial. Seorang professor
psikologi dari Amerika, David O’Keefe Sears, mengemukakan pendapat yang sangat menarik
tentang mengapa seseorang berusaha beradaptasi dengan lingkungannya. Pertama,
menurutnya setiap individu merupakan sumber informasi yang berharga bagi individu lain.
Sehingga pada hakikatnya interaksi sosial antar manusia merupakan proses pertukaran
informasi.

Pada pekerjaan sehari-hari, khususnya sebagai ASN Kementerian Keuangan, proses pertukaran
informasi terjadi sangat masif dan begitu mudah. Pembelajaran tidak melulu soal pendidikan dan
pelatihan formal, baik secara konvensional maupun daring. Bentuk upaya dalam menggali
pengetahuan lebih dalam tentang suatu teknis pekerjaan tidak hanya dengan mengikuti diklat
teknis atau short course. Pembelajaran bisa saja terjadi karena interaksi sosial antar pegawai di
suatu unit kerja. Seorang pegawai bisa saja mendapatkan informasi yang berharga dari rekan
kerjanya hanya karena obrolan santai saat istirahat makan siang. Atasan langsung dapat
menjalankan konsep knowing-your-employee dengan berolahraga bersama di akhir pekan. Serta
begitu banyak kegiatan-kegiatan lain yang memfasilitasi terjadinya pertukaran informasi.
Lalu bagaimana peran adaptasi dalam proses mendapatkan informasi?Seseorang tentu tidak
begitu mudahnya membagikan informasi ataupun pengalamannya kepada semua orang yang ia
kenal. Maka di sanalah perilaku adaptif berperan penting. Untuk memperoleh pengetahuan
tentang sesuatu yang tidak kita ketahui, perlu terlebih dahulu mendapatkan kepercayaan dari
orang yang memiliki informasi tersebut. Kepercayaan itu tidak diperoleh hanya dengan
berkenalan dan beraktifitas bersama di kantor, tetapi membutuhkan proses adaptasi untuk saling
mengenal satu sama lain. Kemampuan beradaptasi juga diperlukan dalam menjalin komunikasi
yang baik satu sama lain. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana menyesuaikan gaya bahasa
dalam berkomunikasi. Setiap orang memiliki kecenderungan dan ketertarikan terhadap cara
berbicara dan gaya bahasa tertentu. Maka sangat penting untuk memahami cara komunikasi
seseorang dengan harapan akan terjalin komunikasi yang lancar dan menarik. Dengan begitu,
proses pertukaran informasi akan berjalan lebih mudah di antara dua individu yang saling
berinteraksi.

Alasan yang kedua mengapa seseorang beradaptasi dengan lingkungannya adalah karena
secara sosial manusia ingin diterima oleh orang lain dan sedapat mungkin menghindari celaan.
Dorongan untuk diterima dalam suatu lingkungan baru timbul dari naluri alamiah manusia sebagai
makhluk sosial. Seperti halnya di kantor misalnya, seorang pegawai baru ataupun yang baru
mutasi harus berusaha beradaptasi dengan lingkungan kantornya. Bukan hanya bertujuan untuk
menjalin hubungan sosial yang baik saja, melainkan demi kepentingan kelancaran pekerjannya
di kantor tersebut. Tidak dapat dipungkiri, ASN tidak lagi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa
berkolaborasi dengan pegawai lain. Walaupun setiap pegawai memiliki tugas yang berbeda
dengan pegawai lain, akan tetapi dalam usahanya untuk mencapai target yang telah ditetapkan
ia tetap saja harus bersinergi dengan rekan kerjanya.
Pada berbagai kesempatan, Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI menyampaikan
pentingnya kolaborasi dan sinergi pada internal Kementerian Keuangan. Misalnya saja pada
acara pelantikan 25 pejabat di lingkungan Kemenkeu pada 12 Maret 2021 yang lalu. Sri Mulyani
mengatakan bahwa teamwork adalah penting sekali di lingkungan Kemenkeu. Beliau juga
menambahkan bahwa sejatinya tidak ada lagi tempat bagi ego individual dan ego unit. Pada
kesempatan lain Menteri Keuangan juga memberi arahan bahwa tidak ada lagi silo-silo di internal
Kemenkeu.
Berbagai pesan Menteri Keuangan tersebut pada praktiknya memerlukan soft skill yang baik di
dalam diri setiap ASN Kemenkeu. Tidak ketinggalan, perilaku adaptif juga mengambil perannya
sebagai salah satu kemampuan penunjang dalam bekerja. Untuk mewujudkan sinergi antar seksi
misalnya, diperlukan hubungan yang baik antar pegawai yang bersangkutan. Hubungan tersebut
terjalin apabila individu yang terlibat di dalamnya mampu menciptakan komunikasi yang baik.
Pada proses tersebutlah kemampuan beradaptasi dibutuhkan dalam berinteraksi antar rekan
kerja dengan kepribadian yang berbeda-beda.
Sebagai ASN Kemenkumham, kita seringkali dihadapi pada keadaan di mana kemampuan
beradaptasi dengan cepat sangat diperlukan. Misalnya ketika terjadi mutasi pegawai antar unit
kerja. Baik pegawai yang mengalami mutasi, maupun pegawai di unit kerja yang menerima
pegawai mutasi sama-sama harus beradaptasi dengan perubahan interaksi sosial yang mungkin
saja terjadi. Walaupun usaha yang lebih besar memang harus dilakukan oleh pegawai yang
mengalami mutasi dan memasuki lingkungan kantor baru. Dirinya harus mampu berbaur dengan
cepat dan sedapat mungkin diterima baik oleh sesama pegawai di lingkungannya. Pada suatu
lingkungan, tentu terdapat ketentuan ataupun norma tertentu yang mesti dipatuhi, khususnya
yang mengatur tentang hubungan sosial antar pegawai. Maka penerimaan secara sosial sangat
tergantung bagaimana pegawai baru tersebut mampu memahami dan mematuhi apa yang telah
menjadi nilai atau kebiasaan pada lingkungan tersebut.
Sejatinya, perilaku adaptif memerlukan beberapa kemampuan yang perlu dilatih terus menerus.
Salah satunya adalah kemampuan komunikasi yang tidak hanya menuntut mahir dalam
berbicara, akan tetapi juga pandai membaca ketertarikan orang lain serta mampu menjadi
pendengar yang baik. Selain itu, perilaku adaptif sangat erat kaitannya dengan berpikir kreatif
dalam memecahkan masalah. Perkembangan zaman menyebabkan perbedaan cara pandang
manusia terhadap berbagai hal. Dibantu dengan teknologi, kreativitas yang tinggi tentunya dapat
membantu menyelesaikan masalah yang kian kompleks. Kemampuan tersebut di atas tentunya
sangat bermanfaat agar dapat memberikan kinerja terbaik.

Perilaku adaptif merupakan suatu tingkat dimana individu mampu berperilaku sesuai standar
kebebasan personal dan standar dalam merespon lingkungan seperti yang diharapkan oleh
kelompok budaya dan usia tertentu (Sattler, 1992). Perilaku adaptif merupakan performansi tipikal
seseorang dalam aktivitasnya sehari-hari yang memerlukan kecakapan sosial dan personal
(Markusic, 2012). Menurut Rahayu (2010), perilaku adaptif adalah kemampuan seseorang untuk
mampu menyesuaikan diri dengan norma atau standar yang berlaku di lingkungannya. Jika
seseorang mampu berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungannya, maka dapat
dikatakan bahwa individu tersebut mempunyai perilaku adaptif yang baik. Tidak semua orang
mampu berperilaku secara adaptif karena perilaku adaptif dipengaruhi oleh lingkungan,
intelegensi, kecerdasan emosi dan dukungan sosial.

Istilah perilaku adaptif telah lama digunakan oleh Binet pada tahun 1909 dan Doll pada tahun
1953 (Keller, 1988). Skala yang dirancang untuk menilai perilaku adaptif adalah Vineland Social
Maturity Scale yang dikembangkan pada tahun 1930-an oleh direktur Vineland Training School,
Edgar Doll. Doll menciptakan bentuk catatan baku yang dirancang untuk menilai tingkat
perkembangan seseorang baik dalam mengamati kebutuhan praktisnya maupun dalam
menerima tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku adaptif dapat diukur dengan
menggunakan skala perilaku adaptif yang meliputi aspek communication, occupation, self
direction, socialization, dan locomotion. Perilaku adaptif dalam lingkungan sekolah merupakan
kemampuan untuk menerapkan keterampilan belajar di kelas (Hardman, Drew, & Egan, 1987).
Siswa yang tidak mampu menerapkan keterampilan belajar di kelas akan memiliki prestasi belajar
yang kurang.

Perilaku adaptif adalah sebuah perilaku yang sehat sesuai dengan tuntutan situasi dan bentuk
respon yang diberikan. Istilah lain dari perilaku adaptif yang sering dipakai adalah kompetensi
sosial (Social competency), Perkembangan sosial (Social maturity), Kapasitas adaptif (Adaptive
capacity) dan Ketepatanan menyesuaikan diri (Adaptive fitting).

Pengertian Perilaku Adaptif Menurut Beberapa Ahli

Perilaku adaptif adalah kematangan diri dan sosial seseorang dalam melakukan kegiatan umum
sehari-hari sesuai dengan usia dan berkaitan dng budaya kelompoknya.(Kelly,1978;
Patton,1986; Reynolds,1987). Sedangkan menurut AAMD (the American Association on Mental
Deficiency, 1983), Perilaku adaptif adalah tingkat kemampuan/kefektifan seseorang dalam
memenuhi standar kemandirian pribadi & tanggung jawab sosial yang diharapkan untuk usia
dan budaya kelompoknya.

Menurut MEYERS, dkk (1979) perilaku adaptive adalah adaptive behavior at the very legt refers
to a subject's typically exhhibited competenciens in adjustment to the culture as expected for
hi/her age level, in or out of school. To be adaptive in behavior presupposes that one possesses
the potential to be adaptive, but the degree and quality of actual adaptive behavior are not
idential with potential.

Konsep Perilaku Adaptif

 Keamampuan seseorang untk mengatasi secara efektif terhadap keadaan-keadaan yg


tengah terjadi dalam masyarakat lingkungannya.
 Merupakan keamampuan sesorang untuk dapat melakukan: kebebasan pribadi
(personal independence) dan kemampuan beradaptasi secara pribadi (personal
adaption) --- (Nihira, 1969)
 Merupakan kemampuan untuk melakukan: fungsi otonomi (funcutional autonomy);
tanggung jawab sosial (social responsibility); kemampuan penyesuaian terhadap orang-
perorang (interpersonal adjusment) --- (Lambert & Nicoll,1976)
 Merupakan bentuk kemampuan seseorang yg berkaitan dengan: fungsi kemandirian
(independent functioning) untuk mencapai keberhasilan melaksanakan tugas sesuai
dengan usia dan harapan masyarakat sekitar. Seperti membersikan diri, menggunakan
toilet, makan, berpakaian, bepergian dan sebagainya. Dan tanggung jawab pribadi
(personal responsibility). Serta mampu memantau perilaku pribadinya dan dapat
menerima semua resiko/tanggung jawab atas pengambilan suatu keputusan: tercermin
dalam pembuatan keputusan dan pemilihan tingkah laku. Tanggung jawab sosaial
(social responsibility) seperti menerima tanggung jawab sebagai anggota
kelompok/masyarakat dan melaksanakan tingkah laku yang sesuai dengan harapan
kelompok/masyarakat: penyesuaian sosial terhadap lingkungan, perkembangan
emosional, kemandirian ekonomi, tanggungjawb sebagai warganegara --- (Leland,
1978).

Ada dua hal pokok dalam perilaku adaptif, yaitu:

1) Personal living skills --- menyangkut keterampilan menolong diri (makan, berpakaian,
pergi kekamar mandi) – keterampilan sensorimotor – memelihara barang milik sendiri.
2) Social living skills --- menyangkut keterampilan sosial (keterampilan menilai lingkungan
secara tepat, berhubungan dng tata krama), menggunakan pengetahuan yang telah
dimiliki dalam kehidupan sehari-hari (memahami arah untuk bepergian, menggunakan
uang) dan keterampilan menyesuaikan diri dengan lingkungan terdekat.

Area Spesifikasi Perilaku Adaptif

1) Menolong diri (self-help) dan penampilan diri(personal appearance).


2) Perkembangan fisik (physical development): ketrampilan motorik kasar dan halus.
3) Komunikasi (communication): bahasa reseptif dan ekspresif.
4) Keterampilan personal dan sosial (personal, social skills): keterampilan bermain,
berinteraksi, partisipasi dalam kelompok,dan sebagainya.
5) Keberfungsuian/fungsi kognitif (cognitive functioning): pra akademik (mengenal warna,
bentuk, dan sebagainya), membaca, menulis, fungsi angka, waktu, uang dan lain-lain.
6) Merawat Kesehatan (health care) dan kesejahteraan personal (personal welfare).
7) Kecakapan konsumen (consumer skills)
8) Keterampilan domestik (domestic skills): merawat pakaian, keterampilan memasak,
membersihkan rumah, dan sebagainya.
9) Orientasi kemasyarakatan (community orientation): keterampilan bepergian,
menggunakan telepon, dan sebagainya.
10) Keterampilan vokasional (vocational skills): keselamatan kerja, kebiasaan dan sikap
kerja.

Pada akhirnya, perilaku adaptif bukanlah kemampuan yang diperoleh secata instan.
Melainkan dibutuhkan latihan terus-menerus serta pengalaman dalam berinteraksi sosial.
Semakin sering seseorang berinteraksi sosial dengan banyak orang semakin terasah
kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemudahan dalam belajar dan
memperoleh informasi pada zaman sekarang hendaknya dimanfaatkan untuk mengembangkan
kemampuan adaptasi dan kreativitas. Kesampingkan dahulu rasa gengsi ataupun malu ketika
ingin bertanya dan belajar dengan sesama rekan kerja. Berhenti mengeluh tentang
perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi. Berlatihlah terus-menerus dan jadikan
pengalaman sebagai pelatih yang mengajarkan bagaimana menghadapi masalah dan tantangan
ke depannya. Karena sesungguhnya diri kita dibentuk dari apa yang kita lakukan berulang kali
(Aristoteles).

Anda mungkin juga menyukai