Anda di halaman 1dari 2

Tafsiran Ayat 13

Sekilas jika membaca ayat 13 ini, akan dipahami bahwa ini adalah sebuah narasi yang
menunjukkan sebuah konsekuensi yang harus di terima dari suatu perilaku yang tidak benar.
Seperti halnya ketika orang-orang yang telah di undang menolak untuk hadir, maka raja
memerintahkan agar setiap orang-orang yang ada di jalan-jalan di undang untuk menghadiri
pesta tersebut. Akan tetapi diantara tamu-tamu yang hadir dalam pesta itu, raja
memperhatikan bahwa ada yang datang dengan tidak berpakaian pesta (ayat 11). Kehadiran
tamu undangan ke pesta dengan tidak mengenakan pakaian pesta adalah bukti bahwa
ketidaksiapan dan ketidaklayakan untuk mengikuti acara pesta tersebut. Oleh karena
ketidaksiapan itulah yang membuat raja sebagai tuan rumah merasa kesal dan marah sehingga
mendatangankan hukuman dan penghakiman kepada orang-orang yang tidak berpakaian
pesta tersebut (ayat 13).

Konsekuensi dari ketidaksiapan tamu undangan tersebut adalah bukti penghakiman yang
akan dilakukan oleh raja sebagai tuan rumah pesta. Jika dilihat dari teks, terdapat dua model
penghakiman yang dilakukan oleh raja kepada tamu undangan yang tidak berpakaian pesta
yaitu kaki dan tangannya akan diikat kemudian dicampakkan kedalam kegelapan yang paling
gelap dan setelah itu akan merasakan ratapan dan kertakan gigi.

Konsekuensi pertama yaitu kaki dan tangannya akan diikat kemudian dicampakkan kedalam
kegelapan yang paling gelap. Jika perumpamaan ini dibaca secara alegoris, maka akan
dijumpai rujukan eksplisit mengikat kaki dan tangannya yang mengarah kepada situasi untuk
menahan atau melepaskan individu yang tidak mengenakan pakaian pesta. 1 Setelah kaki dan
tangannya diikat maka orang tersebut akan dicampakkan kedalam kegelapan yang paling
gelap. Majas hiperbola yang dipakai disini menunjukkan bahwa kegelapan yang paling gelap
yang dimaksud bukan hanya sekedar berada di ruangan gelap yang secara fisik manusia tidak
akan dapat melihat. Akan tetapi lebih dari itu yaitu kegelapan dalam batin, artinya merasa
sepi dan kosong.

Dikatakan diayat ini bahwa tamu yang tidak berpakaian pesta akan dimasukkan kedalam
kegelapan yang paling gelap (τὸ σκότος τὸ ἐξώτερον), biasanya diterjemahkan sebagai
“kegelapan bagian luar”2 yang mewakili pemahaman akan neraka. Dalam istilah harafiah
kegelapan dipahami sesuatu hal yang berada dibalik perayaan yang terang dengan kata lain
merujuk kepada kiamat. Seperti pendapat Gregory Spaugh yang mengatakan bahwa
1
Ruth Christa Mathieson, Matthew’s Parable Of The Royal Wedding Feast, (Atlanta: SBL Press, 1979), 79.
2
Mathieson, Matthew’s Parable, 165.
pemilihan frasa dalam ayat ini mengarah kepada konotasi apokaliptik yaitu kegelapan di luar
cahaya pesta perjamuan kawin tersebut. 3 Oleh karena itu lah kegelapan yang paling dalam
pada ayat ini adalah di peruntukkan bagi mereka yang berbuat dosa dan tersesat.

Setelah dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, penghakiman dilanjut dengan
ratapan dan kertakan gigi yang dirasakan oleh orang yang tidak berpakian pesta tersebut.
Gambaran kertakan gigi ini mengungkapkan bahwa ada emosi yang sangat kuat yang
dirasakan bersamaan dengan penderitaan, kesakitan dan kesusahan yang dialami.

Ungkapan ὁ κλαυθμὸς καὶ ὁ βρυγμὸς τῶν ὀδόντων (ratapan dan mengertakkan gigi)
merupakan ciri khas injil Matius yang diduga berasal dari Q. 4 Sebanyak enam kali akan
dijumpai frasa yang sama yaitu ratapan dan mengertakkan gigi dalam injil Matius (8:12,
13:42+50, 22:13, 24:51, 25:30). Frasa yang demikian tidak akan ditemukan dalam injil
manapun selain Lukas 13:28. Pemilihan kedua frasa ini adalah gambaran penderitaan yang
sangat sakit sehingga seolah-olah baik ratapan dan gertakan gigi bisa sekaligus dilakukan
bersamaan. Ratapan sama halnya pada situasi saat seseorang berteriak karena kepedihan hati
yang melambangkan kesedihan dan frustasi akibat tidak diikutsertakan di dalam pesta.

Inilah dua penghakiman yang dilakukan oleh raja kepada orang-orang yang hadir ke pesta
tanpa memakai pakaian pesta. Pengahakiman ini adalah bukti konsekuensi yang akan
diterima apabila tidak melakukan hal yang benar. Adapun tindakan penghakiman ini hendak
mendedikasikan dan menekankan bahwa dibutuhkan keseriusan dalam merespon panggilan
Allah5 dengan hati yang penuh dengan pertobatan. Seperti halnya keseriusan tamu undangan
dalam merespon undangan pesta raja dengan memakai pakaian pesta bukti kesiapan untuk
mengikuti pesta tersebut.

3
Mathieson, Matthew’s Parable, 166.
4
Mathieson, Matthew’s Parable, 168.
5
Donald A.Hagner, Word Biblical Commentary Volume 33B Matthew 14-28, (Dallas,Texas: Word Books
Publisher, 1995), 632.

Anda mungkin juga menyukai