Anda di halaman 1dari 10

JENIS DAN AHLI WARIS

Oleh kelompok 6: Rena Zulfaidah (210102030043), Nor Paizah (210102030039),


Kardila (210102030085)
Mahasiswa: Jurusan Hukum tata Negara, Fakultas Syariah, Universitas Islan
Negeri Antasari Banjarmasn, 2023.

A. PENDAHULUAN

Kata Ahli Waris berasal dari dua kata yaitu Ahli dan Waris, kata

Ahli menurut Kamus Bahasa Indonesia berarti orang yang faham sekali

dalam Bidang Ilmu.1 Sedangkan kata Waris keturunan yang berhak.2

Ahli Waris adalah orang-orang yang berhak atas harta warisan


yang ditinggalkan oleh pewaris.3
Dalam Buku Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sajuti Thalib
memberi definisi, ahli waris adalah orang yang berhak mendapat bagian dari
harta peninggalan.
Dalam literatur lain ahli waris diartikan, seorang atau beberapa
orang yang merupakan penerima harta warisan. Ahli waris juga diartikan
orang yang berhak atas harta warisan yang ditinggalkan oleh orang yang
meninggal.
Menurut Kompilasi Hukum Islam ahli waris adalah orang yang

pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan

perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena

hukum untuk menjadi Ahli Waris.4

1
Hamzah Ahmad, Kamus Pintar Bahasa Indonesia (Surabaya: Fajar Mulya, 1996), 13.

2
Ahmad, 41.

3
Hajar M, Hukum Kewarisan Islam (Pekanbaru: Alaf Riau, 2007), 32.

4
Himpunan Perundang-Undangan, Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Fokus Media, 2007),

1
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, ahli waris adalah
seorang atau beberapa orang yang berhak menerima warisan disebabkan
adanya hubungan kerabat dan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam
dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

A. Dasar Ahli Waris Dan Bagiannya Dalam Islam

Dalam Islam, orang yang menjadi ahli waris dan bagiannya telah
diatur dalam surat An-Nisa Ayat 11 – 14:

‫ظنْ ْ ْلظ‬ ‫ظًْ ْنق ظيِ ْلْ ْس ْل‬ َ ‫كظنْ ْسِا‬ ‫اظثََيثْل ْلْ ْ ِنظ ْل‬ ُ ِ ْ ْ ‫ظمثْ ْ َحظ ْل‬ ِ ِ ً‫ظنْ ْ َلوظثْلك ْلَ ًَِْ ّْٰللاظ ِ ْ ْ ق ْل‬ ِ َ ‫يَ ِصْ ْ َُ َّٰللاظ ف‬
‫ظك َِْل ْل ْل يْْْ ِ ظ‬ ‫ظكث ِ ْْْاْلبظنْل ْل ْل ْْْسظث نُِ ْْْ َ ظ ْل‬ ‫ْلسيْْْ ْل‬ ‫كظكثِاظً ْل‬ ‫سظمْْْ ْل‬
‫سظكْْْ ْل وْل ظ ْل‬ ‫ثثنْل ْلتْْْ ِنظنْل ْل َ ْْْنق ظث َ َ ْلثْْْ ْل‬
‫كظنْ ْسِاظ قْ ّْٰللاظيْل َُْ ْظنظ قْ ْ ظ‬‫ظك ْلْ ْاظ ْل‬ ‫ظًْ ْساْل ظ ْلْ ْ ْل‬ ‫سظكْ ْ ْل وْل ظثِا ْل‬ ‫ظم قسْ ْ ْل‬ ِ ََ َ ‫ظكث ِ ْ ْاْظ ِ ُمن َ ْلسْ ْسظث تْ ْا‬ ‫ِ َُْ ْ ِ ُح ْل‬
‫ظمْ ْنظ‬ ِ ََ ‫َل‬
َ ‫ظًْ ْساْل ظ ْلْ ْ ظثِسْ ْ ْل بظنْل ِاَ ِ ُمْ ْ ِ ظث تْ ْا‬ ‫كظنْ ْسِا ْل‬ ‫نظ ْل‬ ‫َل‬
َ ْ َْ ‫ظك ْلك َِ ْلثْ ْ ظثْل ْلْ ْ م َظنْل ِاَ ِ ُمْ ْ ِ ظث ث ت‬ ‫ْلك ْلْ ْا ق‬
‫ظكْْْْا ََكاْل ظثْليت َ ّْْْْٰللاظ‬ ‫ِظك ِصْْْْ قِْظيت ِصْْْْوظ ِ ْل ْْْْس َلظثْلكظ ْليْْْْ ْنظ مظث ْلْْْْس َ ًَّٰللا ْل‬
‫ظكثْل ْلنْْْْس َ ًَ كّٰللا ْلظَ ْل‬ ‫ْلعْْْْا ْل‬
‫ك ِ سْْْْْْسظ ْل ُِ سْْْْْْس‬ ‫ظًْْْْْْساْل ظ ْل‬ ‫ظمْْْْ ْنْل ظ ف ِظظثِاق ظ ف ْل ْل‬ ُ ِ ِ‫ُظ ْل َُّْْْْْْٰللاظيْليعْْْْْْسظظنْل ِ ي ْل ْْْْْْظ‬ َ ‫ثْلقْْْْ ْ ْل‬

Artinya: 11. Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang


(pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-
laki sama dengan dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semua
perempuan yang berjumlah lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga
dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja,
maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua
ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak
mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka
ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu.

56.

2
Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana.

‫ظم قسسظ‬ ‫ظك ْلاظنْل ْل َُ َّٰللاظث ت َ َع ِظ‬‫ظك ْلاظكظنْلسِاظًْلساْل ظ ْل َ نق ْل‬ ‫ْلك ْل َُّٰللاظيِ َ ظ ْلمسظكْل ْل وْل ظثْلز ْلكث َج َُّٰللاظثِاظ قّٰللاظيْلَُنظ ق َ نق ْل‬
‫ظك ْلاظكظ‬ ‫ظم قسسظكْل ْل ًتَّٰللاظثِاظ قّٰللاظيْلَُنظ ق َُّٰللا ْل‬ِ ‫ظك ْل َ نق ظث ت َ َع‬ ‫ِظك ِص قِْظيت ِص نْل ظ ِ ْل س َلظثْلكظ ْلي ْنظ ْل‬ ‫ظمنظ ْلعا ْل‬ ِ ‫كْل ْل ًنْل‬
‫ظكثِاظًْلساْلظظ‬ ‫ص اْل ظ ِ ْل س َلظثْلكظ ْلي ْنظ ْل‬ َ َ ‫ِظك ِص قِْظك‬ ‫ظم قسسظكْل ْل ًتَّٰللاظ ِ ُمنظ ْلعا ْل‬ ‫ت‬ ‫ْل‬
ِ َ‫ظك ْلاظن ْل َ نق ظث ث َسن‬ ‫نْلسِاظًْلساْل ظ ْل َُّٰللا ْل‬
‫ََظنْلسِاظًْلسيَ َل ثظثْلظًثْل ْل ظ‬ َ ‫ظكث ِ اْظ ِ ُمن َ ْلسسظث تا ك‬ ‫ظك ْل َلظثْلخظثْلكظثَس ظنْل ِ َُ ِ ُح ْل‬ ‫ثظ ْلً م ْلِظثْل ِكظثم ْل ثْلب ق‬ َ َ‫ْلَ َجحظيت ْل‬
‫كظك ِصقظِظ‬ ‫غ ْل ظ َم ْلس ْ َُظ ْل‬ ٍۙ
‫صىظ ِ ْل س َلظثْلكظ ْلي ْنظ ْل‬‫ِظك ِص قِْظيت م‬ ‫ِظمنظ ْلعا ْل‬ ِ ‫ش ْل ًْلس َ ظنِىظث ث ت َن‬ َ ‫ِمن مظذ ِكْل ظنْل َ ّٰللاظ‬
‫ك ِ ّٰللاظ ْل ِ ّٰللاظ‬
‫ظك ف َظ ْل‬ ‫ِ ُمنْل ظ ف ِظ ْل‬
Artinya: 12. Dan bagianmu (suami-suami) adalah dua seperdua dari
harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai
anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang
mereka buat atau (dan setelah dibayar) hutangnya. Para istri memperoleh
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak.
Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau
(dan setelah dibayar) hutang-hutangmu. Jika seseorang meninggal, baik
laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu)
atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari
kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu
itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang
sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah
dibayar) hutangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris).
Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.

ْ ‫ك ِ ْلك ظ َ اَك َظ ق ِ ظ كظ ْلك ْلم نظ ظي َ ِط ع ِ ظ ق ْل ظ ْلك ْلَ س َ ْل َ ظ ي َ ا ِس َ ظ ْلج ن ق س‬


‫ت ظ ك ْل ج ِ يظ ِم ن ظ ك ْلح ت ِ ْل س ظ‬

3
‫ثْل ْلي ْل س ََ ظ ْلس س ِ ِا ي ْلن ظ ن ِ ْل س ظ كظ ْلك ذم ْل ِ ْلك ظث ي ْل َز ظث ع ْل ِظ ّٰللاَظ‬
Artinya: 13. Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barang siapa taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Dan itulah kemenangan yang agung.

‫ك ْلثُظ تم ِ نظ‬ ‫س ْل ظۥَظ ْلكيْلتْلعْلاقظ َ اَك ْل َظۥظيَا ِس َظيْلسَثظ م ْلس ِاثظنِ ْل ْل‬
‫سظك ْل ظۥَظ ْل‬ َ َ‫ّللْلظ ْلك ْل‬
‫صظٱ قظ‬
ِ ‫ْلك ْلمنظيْلع‬

Artinya:14. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya


dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke
dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang
menghinakan.

B. Ahli Waris Dalam Hukum Islam

1. Ahli waris nasabiyah yaitu ahli waris yang mendapatkan warisan karena
hubungan darah.
2. Ahli waris sababiyah yaitu ahli waris yang mendapat warisan karena
adanya perkawinan yang sah atau karena memerdekakan budak

Orang yang berhak menerima harta waris dari seseorang yang


meninggal sebanyak 25 orang yang terdiri dari 15 orang dari pihak laki-
laki dan 10 orang dari pihak perempuan. Golongan ahli waris dari pihak
laki, yaitu:5

a. Anak laki-laki
b. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu) dari pihak anak laki-laki, terus
ke bawah, asal pertaliannya masih terus laki-laki
c. Bapak
d. Kakek dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum terputus

5
Dwi Putra Jaya Jaya, Hukum Kewarisan di Indonesia (Bengkulu: Zara Abadi, 2020). 86-
87.

4
dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki seibu sebapak
f. Saudara laki-laki sebapak saja
g. Saudara laki-laki seibu saja
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu sebapak
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak saja
j. Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak
k. Saudara laki-laki bapak (paman) yang sebapak saja
l. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu
sebapak
m. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang sebapak saja
n. Suami
o. Laki-laki yang memerdekakannya (mayat)

Apabila 15 orang laki-laki tersebut di atas semua ada maka, maka


yang mendapat harta warisan hanya 3 orang saja, yaitu:

a. Bapak
b. Anak laki-laki
c. Suami

Golongan dari pihak perenpuan, yaitu:

a. Anak perempuan
b. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawag, asal
pertaliannya dengan yang meninggal masih terus laki-laki
c. Ibu
d. Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki
e. Saudara perempuan seibu sebapak
f. Saudara perempuan yang sebapak
g. Saudara perempuan seibu
h. Saudara perempuan seibu
i. Isteri

5
j. Perempuan yang memerdekakan si mayat

Apabila 10 0rang tersebut di atas ada semuanya, maka yang dapat


mewarisi dari mereka itu hanya 5 orang saja, yaitu:6

a. Isteri
b. Anak perempuan
c. Anak perempuan dari anak laki-laki
d. Ibu
e. Saudara perempuan seibu sebapak

Sekiranya 25 orang tersebut di atas dari pihak laki-laki dan dari


pihak perempuan semuanya ada, maka yang pasti mendapat hanya salah dari
dua suami isteri, ibu dan bapak, anak laki-laki dan perempuan.

Anak yang berada dalam kandungan ibunya juga mendapatkan


warisan dari keluarganya yang meninggal dunia sewaktu dia masih berada
di dalam kandungan ibunya. Sabda Rasulullah Saw. “apabila menangis anak
yang baru lahir, ia mendapat pustaka.” (HR. Abu Dawud) Beberapa hak
yang bersangkutan dengan harta waris. Sebelum dilakukan pembagian harta
waris terdapat beberapa hak yang harusd didahulukan. Hak-hak tersebut
adalah:7

a. Hak yang bersangkutan dengan harta itu, seperti zakat dan sewanya
b. Biaya untuk mengurus mayat, seperti harga kafan, upah menggali
kubur, dan sebagainya. Sesudah hak dan yang pertama tadi
diselesaikan, sisanya barulah dipergunakan untuk biaya mengurus
mayat.
c. Hutang yang ditinggalkan oleh si mayat.
d. Wasiat si mayat. Namun banyaknya tidak dari sepertiga dari harta

6
Jaya, 87–88.
7
Jaya, 88.

6
peninggalan si mayat.

C. Ahli Waris dalam Hukum Perdata

Ahli waris menurut undang-undang ini digolongkan menjadi beberapa

golongan dengan pengertian apabila golongan pertama tidak ada maka

golongan kedua yang berhak menerima sedangkan golongan yang lain tidak

berhak dan begitu seterusnya. Pada masalah ini Prof. Subekti membagi tiga

golongan ahli waris di antaranya adalah.8

1. Ahli waris golongan ke-1

a. Anak;anak baik yang sah maupun tidak sah, beserta keturunannya

dan seterusnya dalam garis lurus ke bawah.

b. Suami atau isteri

2. Ahli waris golongan ke-2

a. Orang tua (ayah dan ibu)

b. Saudara-saudara (sekandung atau sebapak atau seibu saja, saudara

sebapak atau seibu bersama dengan saudara sekandung, mempunyai

cara pembagian tersendiri.

3. Ahli waris golongan ke-3

a. Keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas, baik dari pihak ibu

maupun dari pihak ayah. Yaitu kakek dan nene dari pihak ayah dan

ibu.

b. Harta warisan dibagi dua (kloving) terlebih dahulu, separuh diberikan

8
Jaya, 89–90.

7
kepada pancar ayah dan separuh diberikan kepada pancar ibu.

8
PENUTUP

Ahli waris adalah seorang atau beberapa orang yang berhak menerima
warisan disebabkan adanya hubungan kerabat dan perkawinan dengan pewaris,
beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
Orang yang berhak menerima harta waris dari seseorang yang meninggal
sebanyak 25 orang yang terdiri dari 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang
dari pihak perempuan yang telah disebutkan di atas.
Sekiranya 25 orang tersebut di atas dari pihak laki-laki dan dari pihak
perempuan semuanya ada, maka yang pasti mendapat hanya salah dari dua suami
isteri, ibu dan bapak, anak laki-laki dan perempuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hamzah. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya, 1996.

Himpunan Perundang-Undangan, Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Fokus Media,


2007.

Jaya, Dwi Putra Jaya. Hukum Kewarisan di Indonesia. Bengkulu: Zara Abadi,
2020.

M, Hajar. Hukum Kewarisan Islam. Pekanbaru: Alaf Riau, 2007.

10

Anda mungkin juga menyukai