Anda di halaman 1dari 9

Qawaid al-Kulliyah al-Muttafaq Alaih Bainal Mazahib

Disusun Oleh:

Kelompok VI

- Mutiara Nala Sari (212032038)

- Lisandrawati Laiya (212032020)

Dosen Pengampuh : Dr. Dulsukmi Kasim,Lc,M.HI

Mata Kuliah :Qawaidh Al-Fiqhiyyah

INSTIUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SULTAN AMAI GORONTALO

HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS: SYARIAH

2022
I

PENDAHULUAN

A .Latar Belakang

Kaidah ‫ان أَ ِوا ْلغُ ْر ُم ِبا ْلغُ ْن ِم‬ ُ ‫“ اَ ْل َخ َرا‬Sesuatu yang keluar dari sesuatu berupa
َّ ‫ج ِبال‬
ِ ‫ض َم‬
barang,manfaat,atau hasil,adalah milik pembeli sebagai ganti yang wajib padanya
berupa tanggungan kepemilikan”

Kaidah ‫س ِت ْع َمالُهُ ح َُر َم ِإ ِت َخاذُ ُه‬ َ ‫ َماح َُر َم أَ ْخذُ ُه ح َُر َم ِإ ْع‬sesuatu yang
ْ ‫طا ُء ُه َو َماح َُر َم ِف ْعلُ ُبهُ َو َماح َُر َم ِإ‬
haram kepada orang lain,atau mengambilnya,dari orang lain hukumnya sama
saja,karena yang diminta dari seseorang muslim adalah menghilangkan
kemungkaran,kerusakan,dan segala yang diharamkan.

Kaidah ini mendukung permasalahan-permasalahan yang muncul dalam


kehidupan sehari-hari beragam macamnya.Tentunya ini mengharuskan agar
didapati jalan keluar untuk menyelesaikan penyelesaiannya.

B . Rumusan Masalah

1. Bagaimana makna kaidah?


2. Bagaimana dalil/landasan dari kaidah?
3. Bagaimana contoh aplikasi dan implementas kaidah?
4. Bagaimana cabang kaidah/Pengembangan kaidah/Pengecualian kaidah?
II

PEMBAHASAN

A .Kaidah “alkharaaj bidaman awi alghurmu bilgumni”

1 .Makna Kaidah

‫ان أَ ِوا ْلغُ ْر ُم بِا ْلغُ ْن ِم‬ ُ ‫اَ ْل َخ َرا‬


َّ ‫ج بِال‬
ِ ‫ض َم‬

“Berhak mendapatkan sesuatu (hasil) disebabkan karena keharusan


mengganti kerugian”

Makna dari kaidah ini adalah “Sesuatu yang keluar dari sesuatu berupa
barang,manfaat,atau hasil,adalah milik pembeli sebagai ganti yang wajib padanya
berupa tanggungan kepemilikan.Sesungguhnya sesuatu yang biasanya ditanggung
manusia dan apabila dia rusak,maka kerusakannya ini kembali padanya.Terhadap
sesuatu ini dikatakan bahwa ia berada dalam tanggungannya.Sebagai imbalan dari
hal ini,maka manfaat-manfaatnya khusus untuknya,baik dia memanfaatkannya
secara tersendiri atau beserta dengan hasilnya.

2 .Dalil/Landasan Kaidah

➢ Hadis Nabi

‫سلَّ َم فَ َر َّد ُه‬


َ ‫علَ ُي ِه َو‬ ‫صلَّى ه‬
َ ‫ُّللا‬ َ ‫ع ْي ابا فَحَا‬
َ ‫ص َمهُ اِلَى النَّ ِب َّي‬ َ ‫ُّللا اَنْ ُي ِق ْي َم ث ُ َّم َو َج َد ِب ِه‬
‫اث َء ه‬ َ ‫ع ْبدااقَا َم ِع ْن َد ُه َم‬
َ َ‫اِنَّ َرج اًُلاِ ْبتَا ع‬
‫ان‬ َّ ‫خ بِال‬
ِ ‫ض َم‬ ُ ‫اَ ْلج ََرا‬:‫ستَ ْع َم َل ع ًَُلمى‬ ْ ‫َارسُ ْو ُل هللاِ فَقَ ِدا‬ َّ ‫علَيُ ِه فَقَا َل‬
َ ‫الر ُج ُل ي‬ َ

Artinya :

“Bahwa seorang laki-laki menjual seorang budak,maka budak itu bermukim


ditempat pembeli dalam beberapa hari,kemudian si pembeli itu mendapatkan cacat
pada budak tersebut,dan melaporkan kepada Nabi SAW,maka Nabi
mengembalikan budak itu pada laki-laki itu: “Wahai Rasul”,ia(pembeli)
mengerjakan (mengambil manfaat) terhadap budaku”.Rasul bersabda: “Hak

mendapatkan hasil itu disebabkan keharusan mengganti kerugian” (HR.Imam


Syafi’i,Imam Ahmad,Abu Daud,Tirmidzi,Nas’iy,Ibnu Majah dan Ibn Hibban)

3 .Contoh Aplikasi dan Implementasi Kaidah

➢ Contoh Aplikasi (penerapan kaidah)


a. Seseorang yang membeli sepeda motor seharga Rp 6.000.000,-dengan
syarat tidak ada cacatnya dan bila ada cacat boleh dikembalikan dan
akan menerima uangnya kembali.Tetapi setelah beberapa hari,baru
diketahui bahwa sepeda motor itu cacat,maka sepeda motor itu
dikembalikan kepada penjual dan penjual mengembalikan uang pembeli
dengan utuh Rp 6.000.000,-maka apabila pada waktu itu penjual
meminta ganti rugi kepada pembeli karena telah memakai sepeda motor
itu,tuntutan itu tentu saja tidak dapat dikabulkan,sebab pemanfaatan
pemakaian sepeda motor itu sudah diimbangi dengan pemakaian
(penggunaan) uang Rp 6.000.000,-yang sudah dibayarkan.

4 .Pengembangan Kaidah dan Pengecualian

➢ Pengembangan Kaidah
- Kaidah Cabang
‫الغرم بالغنم‬
“Resiko itu sejalan dengan manfaat”
Contohnya: Seekor binatang dikembalikan oleh pembelinya dengan alasan
cacat.Si penjual tidak boleh meminta bayaran atas penggunaan binatang
tadi.Sebab,penggunaan binatang tadi sudah menjadi milik hak pembeli.

➢ Pengecualian Kaidah
(1) Apabila seorang anak laki-laki dan seorang saudara laki-laki.Jika ia
terlibat perkara dan terkena denda,saudara laki-lakinya yang wajib
membayarnya.Tetapi anak laki-lakinya yang menerima warisan,apabila
ia nanti meninggal dunia.
(2) Apabila seorang perempuan mempunyai seorang anak laki-laki,sebelum
ia mati dimerdekakan budaknya.Jika pada suatu ketika bekas budak itu
terlibat dalam suatu perkara dan terkena denda,maka yang harus
membayar dendanya yakni saudara laki-laki perempuan yang
membebaskannya.Tetapi bila bekas budak itu meninggal dunia,maka
yang mewarisi harta peninggalannya adalah anak laki-laki dari
perempuan yang membebaskannya.

B .Kaidah “maa haruma-akhdzuhu haruma-i’thoohu wamaa haruma-fi’luhu-


haruma tholabuhu wamaa-haruma-isti’maaluhu haruma-ittikhhadzhu”

1 .Makna Kaidah

ُ‫ستِ ْع َمالُهُ ح َُر َم إِتِ َخاذُه‬ َ ‫َماح َُر َم أَ ْخذُهُ ح َُر َم إِ ْع‬
ْ ِ‫طا ُءهُ َو َماح َُر َم فِ ْعلُبُهُ َو َماح َُر َم إ‬

sesuatu yang haram kepada orang lain,atau mengambilnya,dari orang lain


hukumnya sama saja,karena yang diminta dari seseorang muslim adalah
menghilangkan kemungkaran,kerusakan,dan segala yang diharamkan.Semua yang
dilarang dalam syariat Islam,maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk meminta
kepada orang lain untuk melakukannya.Karena yang diminta dari seorang muslim
adalah mencegah terjadinya kerusakan dimuka bumi.Diantara kerusakan dimuka
bumi adalah perbuatan yang diharamkan.
2 .Dalil/Landasan Kaidah

a. Al-qur’an
➢ QS.al-Maidah:2

ِ ‫اْلش ِْم َوا ْلعُد َْو‬


‫ان‬ ِ ْ ‫علَى‬ َ َ‫علَى ا ْلبِ َّر َوالتَّ ْق َوى َو ََلتَع‬
َ ‫اوا‬ َ ‫اونُوا‬
َ َ‫َوتَع‬

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan


taqwa,dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa”

➢ QS.Yasin:12

‫صي ْٰنهُ فِ ْْٓي ِا َم ٍام ُّمبِي ٍْن‬


َ ْ‫ارهُ ْۗ ْم َوكُ َّل ش َْيءٍ اَح‬
َ َ‫اِنَّا نَحْ ُن نُحْ ي ِ ا ْل َم ْو ٰتى َونَ ْكت ُُب َما قَ َّد ُم ْوا َو ٰاث‬

“Sungguh,kamilah yang menghidupkan orang-orang mati,dan kamilah


yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka (tinggalkan).dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab yang
jelas (Lauh Mahfuz)

3 .Contoh Aplikasi dan Implementasi Kaidah

➢ Contoh Aplikasi (penerapan kaidah)


a. Tidak boleh mengambil suap dan juga tidak dibolehkan
memeberikannya.
b. Demikian juga dengan riba,tidak dibolehkan untuk berinteraksi
dengannya,baik dalam bentuk mengambil atau memberikan
c. Tidak dibolehkan bagi orang yang diberi wasiat untuk memakan sedikit
pun dari harta anak yatim,sebagaimana juga tidak dibolehkan
mengambil untuk dirinya sendiri.Namun apabila dia takut kehilangan
harta anak yatim karena orang yang zhalim,maka dia dapat memberikan
sedikit darinya untuk menyelamatkan sisanya.
4 .Pengembangan Kaidah dan Pengecualian

➢ Pengembangan Kaidah
- Kaidah Cabang
‫ماحرم إستعماله حرم إتجاذ‬
“Haram hukumnya memiliki alat-alat yang melalaikan”

Contohnya: Haram hukumnya memiliki alat-alat yang


melalaikan.Sebab keharaman menggunakan alat tersebut baik yang
berbentuk musik ataupun permainan.

➢ Pengecualian Kaidah
(1) Menyuap hakim untuk mendapatkan hak,Jika hakim tersebut menahan
atau mencegah seseorang untuk mendapatkan haknya,maka dibolehkan
menyuapnya.Dalam ini,yang dikenakan dosa adalah hakim karena
mengambil suap
(2) Seorang pewasit boleh memberikan sesuatu kepada orang yang
dikhawatirkan akan merampas harta anak yatim.Lantas bagi seorang
qadhi(hakim) harus mengambil alih atas harta anak yatim tersebut dan
diharamkan bagi pemerintah untuk mengambil sesuatu darinya
III

PENUTUP

Kesimpulan

Kaidah pertama ‫ان أَ ِوا ْلغُ ْر ُم ِبا ْلغُ ْن ِم‬ ُ ‫ اَ ْل َخ َرا‬adalah sesuatu berupa
َّ ‫ج ِبال‬
ِ ‫ض َم‬
barang,manfaat,atau hasil,adalah milik pembeli sebagai ganti yang wajib padanya
berupa tanggungan kepemilikan.Sesungguhnya sesuatu yang biasanya ditanggung
manusia dan apabila dia rusak,maka kerusakannya ini kembali padanya.

Kaidah kedua ُ‫ستِ ْع َمالُهُ ح َُر َم ِإتِ َخاذُه‬ َ ‫ َماح َُر َم أَ ْخذُهُ ح َُر َم ِإ ْع‬adalah
ْ ‫طا ُءهُ َو َماح َُر َم فِ ْعلُبُهُ َو َماح َُر َم ِإ‬
sesuatu yang haram kepada orang lain,atau mengambilnya,dari orang lain
hukumnya sama saja,karena yang diminta dari seseorang muslim adalah
menghilangkan kemungkaran,kerusakan,dan segala yang diharamkan.Semua yang
dilarang dalam syariat Islam,maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk meminta
kepada orang lain untuk melakukannya.Karena yang diminta dari seorang muslim
adalah mencegah terjadinya kerusakan dimuka bumi.
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, A. 2021. Kaidah-kaidah fikih (Jakarta, prenadamedia group)

Anda mungkin juga menyukai