Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

KONSELING LINTAS BUDAYA


Dosen Pengampu: Putu Agus Indrawan, S.Pd, M.Pd

“BUDAYA DAERAH MAUMERE”

OLEH:
1. ELISABETH SRI SULASTRI (1801160001)
2. EMILIUS Y. LUKAS (1801160070)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2019
Maumere adalah salah satu kota yang terdapat di pulau Flores. Maumere
merupakan ibukota dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat
Maumere terdiri atas berbagai suku yang berbeda, diantaranya adalah suku Sikka-
Lela yang mendominasi di bagian barat, Suku Krowe di bagian tengah, dan Suku
Tana Ai di bagian timur. Ketiga suku besar ini masing-masing memegang teguh
adat istiadat dan budaya yang diturunkan dari nenek moyang.

A. Budaya Dan Nilai Yang Terkandung Didalamnya

Secara umum, budaya yang tampak dalam masyarakat Maumere yaitu:

1. Menegur sapa

Budaya ini tumbuh subur di lingkungan masyarakat pedesaan. Namun


sayangnya, di masyarakat perkotaan sudah mulai memudar. Contoh dari
budaya ini adalah ketika ada orang asing ataupun orang yang tidak dikenal
masuk ke suatu kampung, warga desa selalu menyapa dan menanyakan
kemana tujuan anda. Sebagai seorang anak yang lahir dan besar di kampung,
hal ini merupakan hal yang selalu terjadi. Budaya menegur sapa ini juga
dibawa ketika misalnya kita berada di tempat rantau, maka sebagai sesama
orang yang berasal dari Maumere harus saling menegur sapa dan berbahasa
daerah. Jika tidak, maka akan dikatakan sebagai orang yang sombong dan
akan dijauhi.

Nilai yang terkandung didalam budaya ini ialah kita sebagai makhluk
sosial harus saling bertegur sapa kepada siapapun.

2. Budaya gotong-royong

Gotong royong merupakan hal yang sangat umum dijumpai dalam


masyarakat Maumere. Di pedesaan, kami orang Maumere biasanya saling
bergotong royong untuk membangun rumah, menanam pagi, memanen padi,
mengumpulkan uang untuk anak sekolah, sampai melayat di rumah orang
yang meninggal. Semua hal diatas dilakukan dengan kesadaran dan keikhlasan
untuk membantu sesama tanpa mengharapkan ataupun diberi imbalan.
Nilai yang terkandung didalam budaya ini ialah kebersamaan,
kekompakan, dan juga saling bekerja sama.

3. Budaya menenun

Tenun ikat merupakan sebuah karya yang membutuhkan waktu yang lama.
Meskipun di tengah hiruk pikuk budaya globaliasi sekarang, sangat tidak sulit
untuk menemukan penjual tenun ikat di pasar-pasar. Sebagian besar warga
Maumere menggunakan sarung sebagai selimut untuk tidur dan juga sebagai
bahan sandang, karena itu menenun sendiri masih merupakan salah satu hal
yang membudaya khususnya pada suku Sikka-Lela. Selain sarung untuk
perempuan, terdapat juga hasil tenun yaitu kain Lipa untuk laki-laki dan
sembar/selempang.

Nilai yang terkandung didalam budaya ini ialah nilai sosial, ekonomis,
maupun budaya.

4. Belis

Belis atau mahar untuk meminang gadis adalah satu hal wajib yang harus
dilakukan sebelum gadis tersebut menikah. Harga total dari belis tidak sedikit,
melainkan sangat mahal. Jika belis yang diminta oleh keluarga gadis tidak
dipenuhi oleh keluarga laki-laki, maka pasangan ini tidak akan bisa menikah.

Nilai yang terkandung didalamnya ialah nilai historis dan nilai budaya.
Nilai sejarah karena belis merupakan peninggalan tradisi dari nenek moyang,
sedangkan nilai budaya karena belis selalu dilakukan dalam tradisi perkawinan
masyarakat Maumere.

5. Tarian Hegong sebagai Penyambutan

Tarian Hegong ini merupakan salah satu tarian kebesaran masyarakat


Maumere di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sejarah tentang Tarian
Hegong ini masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa sumber
mengatakan bahwa tarian ini awalnya merupakan tarian adat dan sering
ditampilkan di upacara-upacara adat masyarakat Maumere. Selain itu tarian ini
juga digunakan sebagai tarian penyambutan tamu penting yang datang kesana.
Ketika suatu rombongan penting atau orang besar datang ke suatu wilayah
di Maumere, maka wajib disambut dengan tarian Hegong. Biasanya tarian
Hegong dibarengi dengan penyambutan secara adat (menggunakan bahasa
adat daerah) dan huler wair yaitu memercikkan air kepada rombongan
menggunakan jenis daun tertentu saja yang sudah dibasahi dengan air. Huler
wair bermakna untuk memberikan kesejukan bagai air kepada orang yang
diperciki air tersebut. Huler wair juga diberikan kepada pasangan yang baru
saja menikah lalu hendak masuk ke dalam rumah, maka sebelum memasuki
pintu besar rumah akan diperciki air dan dibarengi dengan kata-kata adat.

Nilai yang terkandung didalam tarian Hegong :

Setiap gerakan dan babak yang ditampilkan dalam Tari Hegong ini tentu
memiliki arti atau makna tersendiri. Hal tersebut bisa kita lihat dari
pertunjukannya. Pada babak pertama dibuka dengan gerakan berirama cepat
dan sentakan kaki, menggambarkan semangat para penari. pada babak kedua,
para penari membuat lingkaran dimana penari wanita dikelilingi penari pria,
menggambarkan jiwa kaum lelaki dalam mempertahankan dan melindungi
kaum wanita. Pada babak ke tiga biasanya merupakan gerakan kreasi yang
menggambarkan kerjasama antara pria dan wanita. Sedangkan pada babak
akhir, salah seorang penari pria diangkat keatas menggambarkan bahwa dia
sedang memantau musuh atau lawan dan penari yang dibawah
menggambarkan kesiagaan mereka dalam menghadapi serangan.

6. Tidak menyebut nama orang yang lebih tua

Dalam budaya masyarakat Mumere, memanggil orang yang lebih tua


dengan menyebut namanya merupakan hal yang tidak etis. Selain itu, jika
memanggil orang yang statusnya lebih tinggi dalam keluarga dengan sebutan
tidak pantas dapat dikenakan sanksi adat.

Nilai yang terkandung didalam budaya ini ialah kita harus saling
menghormati dan juga saling menghargai.
B. Cara Menerapkan Budaya Dalam Dunia Bimbingan Konseling

Cara menerapkan budaya diatas dalam layanan Bimbingan Konseling


yaitu dengan cara melakukan bimbingan kelompok. Dalam proses layanan
bimbangan kelompok, seorang guru Bk harus bisa membuat siswanya
mempunyai sikap saling menghormati dan saling menghargai, bersikap ramah,
kompak, dan saling bekerja sama. Cara menumbuhkan sikap tersebut bisa
dilaukakan dengan memperkenalkan tarian Hegong kepada siswanya, karena
dalam tarian Hegong memiliki begitu banyak arti yang bermakna.

Seorang guru Bk juga harus membantu siswanya agar siswa tersebut bisa
mempertahankan dan meneruskan budaya mereka yang telah diwarisi para
leluhur mereka.

Anda mungkin juga menyukai