(Dengan Pemanasan)
1. Memipet 10 ml minyak murni ke dalam gelas kimia.
2. Memipet 10 ml NaOH, lalu menambahkan 10 ml etanol 95% dimasukkan ke
dalam gelas kimia yang berisi mimyak. Aduk hingga homogen.
3. Memanaskan campuran tersebut sampai terjadi perubahan (menggumpal) pada hot
plate yang telah panas (sambil mengaduk-aduk menggunakan batang pengaduk).
Mengamati hasil yang terjadi.
4. Menambahkan 0,5 ml larutan NaCl jenuh.
5. Dinginkan larutan dan cetak ke dalam cetakan.
6. Dan amati selama 3 hari.
E.DATA PENGAMATAN
NO Perlakuan Pengamatan
1. Mendinginkan campuran antara 30 Larutan menjadi larut dan panas serta
gram NaOH dan 100 ml aquadest. suhunya naik.
F.DATA PERHITUNGAN
Modal Tetap
1. Timbangan kecil Rp. 50.000,-
2. Nampan (30 buah) Rp. 300.000,-
3. Sarung tangan (100 buah) Rp. 200.000,-
4. Alat – alat pelengkap Rp. 1.297.500,-
Modal Kerja
Subtotal = Rp.585.909,-
TC = FC + VC
= Rp. 26.192.000,- +Rp. 880.513.500-
= Rp. 906.705.500,-
HPP = Rp. 453.352,75,-
𝐁𝐄𝐏 (𝐮𝐧𝐢𝐭) = 79 𝐮𝐧𝐢𝐭
Pada percobaan kali ini yaitu pembuatan sabun mandi padat, dengan tujuan agar
mahasiswa dapat membuat sabun mandi atau sabun cuci tangan dalam bentukan padatan
serta dapat menganalisa ekonomi produk agar bisa di pasarkan. Proses pembuatan sabun
yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khusunya trigliserida dengan alkali
yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan
garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Saponifikasi
dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya
menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na
(sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan
alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.
Ketika kita memasukkan NaOH ke dalam air untuk dilarutkan, pada awalnya air
akan menjadi keruh. Namun, setelah kita aduk berkali-kali hingga larut, air yang semula
keruh menjadi bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH telah larut dalam air.
Pada saat kita mencampurkan larutan NaOH ke dalam minyak, pastikan minyak tersebut
sudah mendidih karena proses saponifikasi pada sabun. membutuhkan suhu sekitar 80 –
100 °C untuk menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan
yang disebut alkali - basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat
melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa
anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul
sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan
organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air.
Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran
berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air.
H. KESIMPULAN
1. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang
disebut alkali -- basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat
melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa
anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul
sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-
bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan
dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam
menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air.
3. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol
dan sabun mentah.
4. Titik akhir proses saponifikasi adalah trace. Trace merupakan suatu kondisi pada saat
cairan yang diaduk (minyak sawit) mulai mengental. Pada saat ini biasanya
ditambahkan pengharum, pewarna dan zat-zat aditif lainnya.
5. Sabun yang masih mengandung gliserol akan menghambat terbentuknya buih atau
busa.