PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA
I. PERCOBAAN
Pembuatan Minyak Kemiri
II. TUJUAN
1. Siswa dapat mengetahui cara pembuatan minyak kemiri
2. Siswa dapat membuat minyak kemiri dengan metode soxhlet
Massa Raffinat = F – Mk
= 75 gr – 29, 2032 gr
= 45, 7968 gr
NERACA MASSA
Diketahui :
S --->Massa Pelarut ( N-hexane ) = 196,44 gr
F--->Massa Umpan ( Biji Kemiri ) = 75 gr
R--->Massa Raffinat ( Biji Kemiri yg sudah diambil ekstraknya ) = 45, 7968 gr =
45,8 gr
D ---> Distilat ( Sisa Distilasi berupa N-hexan ) 175 mL
Ditanya : Tabel neraca massa?
Jawab :
“ Tahap Ekstraksi ”
E---> Ekstrak ( Hasil Proses Ekstraksi )
Masuk = Keluar
F+S=R+E
75 + 196,44 = 45,80 + E
E = 75 + 196,44 – 45,80
E = 225,64 gr
“ Tahap Distilasi ”
VolD = 175 mL ------- D = M
P=M/v
M=p.v
M = 0,6548 . 175
D = 114,59 gr ( Massa n-hexane yang keluar )
H---> Hasil Proses Distilasi yang akan dilanjutkan pada pengovenan
Masuk = Keluar
E=D+H
225,64 = 114,59 + H
H = 225,64 – 114,59
H = 111,05 gr
“ Tahap Pengovenan ”
N ---> N-hexane yang menguap saat pemanasan pada oven
Masuk = Keluar
H = N + Mk
111,05 = N + 29,2032
N = 111,05 – 29,2032
N = 81,8468 gr
N = 81,85 gr
a) Biaya Tetap
Hotplate : Rp. 2.000
Statif + klem : Rp. 500
Labu alas datar / bulat : Rp. 1.000
Selang : Rp. 200
Seperangkat alat destilasi : Rp. 2.000
Soxhlet : Rp. 2.000
Erlenmeyer : Rp. 300
Gelas Kimia : Rp. 300
Dudukan : Rp. 100
Reflux : Rp. 2.000
Termometer : Rp. 100 +
: Rp. 10.500 /hari
= Rp. 315.000/bulan
Sewa tempat = Rp. 1.500.000/bulan +
= Rp. 1.815.000/bulan
c) Biaya Tenaga
Karyawan : @1.600.000 / bulan x 1 orang = Rp.1.600.000
Promosi : Rp. 100.000/bulan
d) Biaya Produksi
Rp. 1.600.000 + 100.000 + 1.815.000 + 530.000 = Rp. 4.045.000 /bulan
VIII. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil percobaan dan analisis data dapat kita ketahui
bahwa dalam ekstraksi atau pembuatan minyak kemiri dengan metode soxhlet
ini memiliki banyak keuntungan selain penggunaannya yang sederhana dan
mudah juga dapat menghasilkan minyak kemiri lebih banyak dibanding metode
modern yang lainnya. Dalam percobaan ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti dalam penentuan suhu yang baik, pemotongan buah kemiri,
pembungkusan buah kemiri dengan kertas saring, pemasangan alat yang benar
dan tepat, juga ketelitian dalam melakukan proses ekstrasi maupun destilasi.
Pada percobaan ini ada 2 proses yang dilakukan yaitu proses ekstrasi
dengan soxhlet dan proses destilasi, pada proses ekstraksi hasil berupa cairan
berwarna agak kekuningan yang merupakan campuran/larutan n-hexane dan
minyak kemiri yang didapat. Pada proses ekstraksi sebernarnya diperbolehkan
lebih dari 2 jam untuk mendapatkan hasil ekstraksi/minyak yang lebih maksimal.
Setelah dilakukan ekstrasi, hasil yang didapat kemudian dilakukan proses
destilasi sederhana untuk memisahkan kandungan minyak dengan n-heksan.
Pada proses destilasi didapatkan 2 hasil yaitu air dan minyak kemiri. Minyak
kemiri yang telah didapat merupakan minyak kemiri murni dan memiliki bau
menyengat khas kemiri.
Dalam percobaan ini buah kemiri yang digunakan adalah 75 gr dengan
pelarut n-hexane 300ml yang memiliki massa jenis 0,6548 gr/ml. Minyak kemiri
yang didapat adalah 32 ml dengan massa jenis 0,9126 gr/ml sehingga didapat
massa minyak sebanyak 29,2032 gr, massa raffinat sebanyak 45,7968 gr.
Dengan Xf sebesar 0,66 didapat massa minyak kemiri yang terbawa bersama
raffinat sebanyak 20, 2968 gr, rendemen produksi minyak kemiri sebesar 59 % ,
rendemen produksi minyak kemiri terhadap umpan sebesar 38,94 %, dan persen
minyak kemiri(mk) dalam raffinat sebesar 44,3193 %.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil percobaan, analisis data dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa ektraksi/ pembuatan minyak kemiri dengan metode soxhlet
memiliki keuntungan yang lebih banyak dibanding dengan metode modern yang
lain, namun ekstraksi dengan metode ini juga dibutuhkan ketelitiaan dan kehati-
hatian.
Pada percobaan ini digunakan umpan sebanyak 75 gr dengan pelarut n-
hexane 300 ml yang memiliki massa jenis 0,6548 gr/ml, sehingga menghasilkan
minyak kemiri sebanyak 32 ml dengan massa jenis 0,9126 gr/ml, massa minyak
sebanyak 29,2032 gr. Dengan Xf sebesar 0,66 didapat massa minyak kemiri
yang terbawa bersama raffian sebanyak 20, 2968 gr, rendemen produksi minyak
kemiri sebesar 59 % , rendemen produksi minyak kemiri terhadap umpan
sebesar 38,94 %, dan persen minyak kemiri (mk) dalam raffinat sebesar 44,3193
%.
X. DAFTAR PUSTAKA
http://skitsemarang.blogspot.co.id/2017/03/laporan-praktikum-ekstraksi-minyak-
kemiri.html?m=1
http://anggrainiputry17.blogspot.com/2016/01/ekstraksi-minyak-kemiri-dengan-
metode.html?m=1
http://praktikumminyak-kemiri.blogspot.com/2016/02/laporanpraktikum-kejuruan.html?m=1
Laporan Praktikum
UKK Minyak Kemiri
Senin, 20 Februari 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet.
Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk
simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi
adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai
pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya
adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap
atau mempunyai titik didih yang rendah.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Seperti mengekstraksi minyak
kemiri. Dengan cara pemanasan, sehingga uap pelarut yang timbul setelah dingin secara kontiniu
akan membasahi sampel kemiri, dan secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam
labu dengan membawa senyawa minyak kemiri yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa minyak pada labu distilasi yang diuapkan sehingga pelarut tersebut dapat
diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat
padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Untuk pelarut pada
ekstraksi minyak kemiri digunakan pelarut nonpolar karena pelarut tersebut dapat mengikat
senyawa yang juga nonpolar.
B. Tujuan
Pembuatan ekstrak minyak kemiri sesuai prosedur yang benar dan mengetahui kandungan
minyak kemiri Serta menghitung randemen minyak hasil ekstraksi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minyak Kemiri
Kemiri (aleuritas moluccana)adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan
rempah –rempah. Kemiri terutama ditanam untuk bijinya, yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan
Indonesia. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamiayang juga memeiliki kandungan
minyak yang hampir sama. Inti biji kemiri mengandung 60 –66% minyak.
Minyak kemiri terutama megandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mongering ini biasa digunakan
untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapisi kertas agar anti air. Bahan sabun, bahan campuran
isolasi, pengganti karet dan lain –lain. Dalam penulisan lontar, biji kemiri yang telah dibakar digunakan untuk
menghitamkan tulisan pada lebaran – lembaran lontar. Kemiri mempunyai sifat untuk mengatasi dan
mengobati peyakit diare, disentri,sakit perut, sembelit, demam, dan juga sariawan. Manfaat kemiri disebabakan
karena kandungan yangada di dalamnya sepertisponin, falvonoida,danpolifenol. Komponen tersebut merupakan
komponen yang baik bagi manusia.Terdapat kandungan gi di dalam kemiri seperti protein, lemak, dan
juga karbohidrat. Kandungannya yang penting di dalam kemiri adalah vitamin, asam sulfate, serta foto sentrol yang
bias membantu menghambat terjadinya pembentukan kolesterol.
B. Ekstraksi
1. Pengertian Proses Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat ke dalam komponen – komponennya
berdasarkan perbedaan kelarutannya dengan mengguankan zat pelarut atau solvensebagai pemisah atau “ separating
agent” dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak bercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satunpelarut ke pelarut yang lain.
Apabila komponen yang dipisahhkan berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan pelindihan
atau ”LEACHING”, sedangkan istilah “ EKSTRAKSI” umum dipakai jika soluter berada dalam fase cair. Seringkali
campuran bahan padat dan cair ( misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode
pemisahan mekanisn atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur
secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat – sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah.
Berikut adalah istilah –istilah yang umumnya digunakan dalam proses ekstraksi
Bahan ekstraksi : campuran bahan yang akan diekstraksi
Pelarut : cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi
Ekstrak : bahan yang dipisahkan dari bahan ekstaksi ( hasil)
Larutan ekstrak: pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
Rafiant :bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya ( residu)
Ekstraktor : alat ekstraksi
Ekstraksi padat –cair: ekstraksi dari bahan padat
Ekstraksi cair –cair: ekstraksi dari bahan cair
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet.
Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk
simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi
adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai
pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya
adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap
atau mempunyai titik didih yang rendah.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Seperti mengekstraksi minyak
kemiri. Dengan cara pemanasan, sehingga uap pelarut yang timbul setelah dingin secara
kontiniu akan membasahi sampel kemiri, dan secara teratur pelarut tersebut dimasukkan
kembali kedalam labu dengan membawa senyawa minyak kemiri yang akan diisolasi
tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa minyak pada labu distilasi yang diuapkan
sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair
atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan
pelarut yang diinginkan. Untuk pelarut pada ekstraksi minyak kemiri digunakan pelarut
nonpolar karena pelarut tersebut dapat mengikat senyawa yang juga nonpolar.
B. Tujuan
Pembuatan ekstrak minyak kemiri sesuai prosedur yang benar dan mengetahui kandungan
minyak kemiri Serta menghitung randemen minyak hasil ekstraksi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minyak Kemiri
Kemiri (aleuritas moluccana)adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan
rempah –rempah. Kemiri terutama ditanam untuk bijinya, yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan
Indonesia. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamiayang juga memeiliki kandungan
minyak yang hampir sama. Inti biji kemiri mengandung 60 –66% minyak.
Minyak kemiri terutama megandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mongering ini biasa digunakan
untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapisi kertas agar anti air. Bahan sabun, bahan campuran
isolasi, pengganti karet dan lain –lain. Dalam penulisan lontar, biji kemiri yang telah dibakar digunakan untuk
menghitamkan tulisan pada lebaran – lembaran lontar. Kemiri mempunyai sifat untuk mengatasi dan
mengobati peyakit diare, disentri,sakit perut, sembelit, demam, dan juga sariawan. Manfaat kemiri disebabakan
karena kandungan yangada di dalamnya sepertisponin, falvonoida,danpolifenol. Komponen tersebut merupakan
komponen yang baik bagi manusia.Terdapat kandungan gi di dalam kemiri seperti protein, lemak, dan
juga karbohidrat. Kandungannya yang penting di dalam kemiri adalah vitamin, asam sulfate, serta foto sentrol yang
bias membantu menghambat terjadinya pembentukan kolesterol.
B. Ekstraksi
1. Pengertian Proses Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat ke dalam komponen – komponennya
berdasarkan perbedaan kelarutannya dengan mengguankan zat pelarut atau solvensebagai pemisah atau “ separating
agent” dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak bercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satunpelarut ke pelarut yang lain.
Apabila komponen yang dipisahhkan berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan pelindihan
atau ”LEACHING”, sedangkan istilah “ EKSTRAKSI” umum dipakai jika soluter berada dalam fase cair. Seringkali
campuran bahan padat dan cair ( misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode
pemisahan mekanisn atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur
secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat – sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah.
Berikut adalah istilah –istilah yang umumnya digunakan dalam proses ekstraksi
Bahan ekstraksi : campuran bahan yang akan diekstraksi
Pelarut : cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi
Ekstrak : bahan yang dipisahkan dari bahan ekstaksi ( hasil)
Larutan ekstrak: pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
Rafiant :bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya ( residu)
Ekstraktor : alat ekstraksi
Ekstraksi padat –cair: ekstraksi dari bahan padat
Ekstraksi cair –cair: ekstraksi dari bahan cair
Untuk cara kerjanya (mekanisme kerja), hal yang pertama yang harus dilakukan yaitu
dengan menghaluskan sampel (untuk mempercepat proses ekstraksi, karena luas permukaannya
lebih besar, jadi laju reaksi libih cepat berjalan) kemudian sampelnya dibungkus dengan kertas
saring (agar sampelnya tidak ikut kedalam labu alas bulat ketika diekstraksi), setelah itu
dimasukkan batudidih (untuk meratakan pemanasan agar tidak terjadi peledakan) ke dalam labu
alas bulat. Kemudian kertas saring dan sampel dimasukkan kedalam timbal, dan timbalnya
dimasukkan kedalam lubang ekstraktor. Setelah itu pelarut dituangkan kedalam timbal dan
disana akan langsung menuju ke labu alas bulat. Kemudian dilakukan pemanasan pada pelarut
dengan acuan pada titik didihnya (agar pelarut bisa menguap), uapnya akan menguap melalui
pipa F dan akan menabrak dinding - dinding kondensor hingga akan terjadi proses), dengan kata
lain terjadi perubahan fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kemudian kondensasi (pengembunan
pelarut akan bercampur dengan sampel dan mengekstrak (memisahkan/mengambil)senyawa
yang kita inginkan dari suatu sampel. Setelah itu maka pelarutnya akan memenuhi sifon, dan
ketika pada sifon penuh kemudian akan dislurkan kembali kepada labu alas bulat. Proses ini
dinamakan 1 siklus, semakin
banyak jumlah siklus maka bisa di asumsikan bahwa senyawa yang larut dalam pelarut juga
akan semakin maksimal.
1.Titik didih pelarut harus lebih rendah dari pada senyawa yang kita ambil dari sampelnya
karena akan berpengaruh pada struktur senyawanya (ditakutkan strukturnya akan rusak oleh
pemanasan).
2.Pelarut harus inert (tidak mudah bereaksi dengan senyawa yang kita ekstrak)
3.Posisi sifon harus lebih tinggi dari pada sampelnya (karena ditakutkan, nanti pada sampel yang
berada diposisi atas tidak terendam oleh pelarut.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
Peralatan :
1. Cawan Petri
2. Neraca Digital
3. Labu leher
4. Hotplate
5. Pompa air dengan Selang
6. Unit Ekstraksi Chamber
7. Timbangan
8. Statif dengan Klem
9. Batu didih
10. Gelas ukur
11. Corong kaca
12. Kertas saring
Bahan :
1. Biji Kemiri
2. N – Hexane
3. Tissue
4. Air
B. Prosedure Kerja
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Siapkanlah peralatan dan bahan praktikum yang dibutuhkan di atas meja kerja
b. Timbang biji kemiri dengan timbangan catat massanya, kemudian biji kemiri di haluskan dengan
lempung
c. Bentuklah kertas saring menyerupai selongsong dan pastikan tidak ada kebocoran pada kertas
saring
d. Masukkan kemiri yang telah halus kedalam selonsong/ kertas saring, kemudian timbang kembali
massanya
2. Merangkai Alat Ekstraktor
a. Tegakkan labu leher dua diatas pemanas hotplate mengunakan statif dan klem.
b. Pasang soxhlet dengan posisi tegak lurus dan leher soxhlet dijepit menggunakan klem yang di
beri lapisan tissue.
c. Masukkan selongsong berisi kemiri halus kedalam soxhlet
d. Diatas soxlet dipasangi alat pendingin. Aliran air pendingin masuk dan aliran air pendingin
keluar di hubungkan pada selang pompa air. Pastikan selang untuk air masuk terpasang pada
bagian bawah pendingin sedangkan selang air keluar terpasang pada bagian atas pendingin.
e. Ambil N – Hexane menggunakan gelas ukur sebanyak 250 ml lalu di masukkan kedalam labu
leher.
f. Kemudian masukkan batu didihke dalam labu leher dan tutup lubang leher tersebut.
g. Pastikan tidak ada kebocoran baik itu alat soxhlet maupun pendingin air.
3. Proses Ektraksi
a. Lakukan pengecekan K3 pra operasi
b. Pertama, nyalakan pendingin air. Air akan dipompa dari bawah lalu keluar dari atas.
c. Setelah pendingin berjalan dengan normal, nyalakan pemanas dengan kisaran suhu 70 -80 0c
(sesuai dengan titik didih pelarut ) sampai pelarut mendidih dan uapnya mengembun.
d. Pelarut Hexane yang menguap akan melewati pendingin, sehingga pelarut mengembun pada titik
embunnya menghasilkan tetesan yang jatuh pada soxhlet.
e. Proses ektraksi dilakukan 2 jam atau proses telah selesai ditandai dengan warna pelarut sudah
bening.
f. Banyaknya siklus pelarut dan minyak yang jatuh juga mempegaruhi kualitas minyak. Semakin
banyak siklus yang terjadi semakin banyak minyak yang terekstrak.
4. Perlakuan Akhir
a. Jika pelarut sudah bening atau siklus yang jatuh banyak, maka proses ekstraksi telah berhasil.
b. Hentikan pemanasan namun pendingin tetap harus berjalan.
c. Setelah alat soxlet dingin, barulah matikan aliran pendingin.
d. Angkat bungkusan yang berisi padatan ampas kemiri dari soxhlet dan keringkan, kemudian
timbang berat bubuk kemiri.
e. Ambil labu leher yang berisi campuran minyak dan pelarut untuk di murnikan dengan distilasi.
f. Tagani limbah ampas kemiri dengan membungkus ampas kedalam plastik bening dan diberi
label.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Pada praktikum ekstraksi di dapat berbagai informasi pada tabel sebagai berikut:
Dari percobaan isolasi minyak kemiri yang telash dilakukan dapat dianalisa bahwa
minyak kemiri dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi biji kemiri yang telah dihaluskan
dengan metode soxhlet.Lalu setelah diekstraksi ,dilanjutkan dengan proses destilasi untuk
memisahkan minyak kemiri yang terdapat didalam pelarut.
Biji kemiri yang akan diekstrak harus digerus dulu sampai halus karena untuk
mempermudah minyak nabati yang ada di dalam biji kemiri terekstrak oleh pelarut yang
digunakan. Ini berhubungan dengan ukuran partikel yang semakin kecil sehingga memperluas
bidang sentuh agar lebih mudah terekstrak. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana. N-heksana
digunakan sebagai pelarut karena memiliki tingkat kepolaraan yang relatif sama dengan minyak
yang akan diekstrak yaitu sama-sama merupakan senyawa non polar.
Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Pada saat proses ekstraksi akan
mengalami proses sirkulasi maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh
minyak yang lebih banyak. Kemudian metode ekstraksi ini memiliki keuntungan dan kerugian.
Dimana keuntungannnya yaitu menggunakan penyari yang sedikit sebabpenyari itu juga yang
akan digunakan kembali untuk mengulang percobaan ,sedangkan kerugiannya tak dapat
menggunakan bahan yang mempunyai tekstur yang keras dan pengerjaannya rumit dan agak
lama,karena harus diuapkan dievaporator untuk memperoleh ekstrak kental. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan,sampel,waktu ekstraksi,tipe dan kuantitas
pelarut dan suhu pelarut.
Setelah ekstraksi dilanjutkan dengan proses pemisahan pelarut dari minyak dengan cara
destilasi,dimana pelarutnya akan menguap terlebih dahulu karena memiliki titik didih yang lebih
rendah
Untuk cara kerjanya (mekanisme kerja), hal yang pertama yang harus dilakukan yaitu
dengan menghaluskan sampel (untuk mempercepat proses ekstraksi, karena luas permukaannya
lebih besar, jadi laju reaksi libih cepat berjalan) kemudian sampelnya dibungkus dengan kertas
saring (agar sampelnya tidak ikut kedalam labu alas bulat ketika diekstraksi), setelah itu
dimasukkan batudidih (untuk meratakan pemanasan agar tidak terjadi peledakan) ke dalam labu
alas bulat. Kemudian kertas saring dan sampel dimasukkan kedalam timbal, dan timbalnya
dimasukkan kedalam lubang ekstraktor. Setelah itu pelarut dituangkan kedalam timbal dan
disana akan langsung menuju ke labu alas bulat. Kemudian dilakukan pemanasan pada pelarut
dengan acuan pada titik didihnya (agar pelarut bisa menguap), uapnya akan menguap melalui
pipa F dan akan menabrak dinding - dinding kondensor hingga akan terjadi proses), dengan kata
lain terjadi perubahan fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kemudian kondensasi (pengembunan
pelarut akan bercampur dengan sampel dan mengekstrak (memisahkan/mengambil)senyawa
yang kita inginkan dari suatu sampel. Setelah itu maka pelarutnya akan memenuhi sifon, dan
ketika pada sifon penuh kemudian akan dislurkan kembali kepada labu alas bulat. Proses ini
dinamakan 1 siklus, semakin
banyak jumlah siklus maka bisa di asumsikan bahwa senyawa yang larut dalam pelarut juga
akan semakin maksimal.
1.Titik didih pelarut harus lebih rendah dari pada senyawa yang kita ambil dari sampelnya
karena akan berpengaruh pada struktur senyawanya (ditakutkan strukturnya akan rusak oleh
pemanasan).
2.Pelarut harus inert (tidak mudah bereaksi dengan senyawa yang kita ekstrak)
3.Posisi sifon harus lebih tinggi dari pada sampelnya (karena ditakutkan, nanti pada sampel yang
berada diposisi atas tidak terendam oleh pelarut.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
Peralatan :
1. Cawan Petri
2. Neraca Digital
3. Labu leher
4. Hotplate
5. Pompa air dengan Selang
6. Unit Ekstraksi Chamber
7. Timbangan
8. Statif dengan Klem
9. Batu didih
10. Gelas ukur
11. Corong kaca
12. Kertas saring
Bahan :
1. Biji Kemiri
2. N – Hexane
3. Tissue
4. Air
B. Prosedure Kerja
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Siapkanlah peralatan dan bahan praktikum yang dibutuhkan di atas meja kerja
b. Timbang biji kemiri dengan timbangan catat massanya, kemudian biji kemiri di haluskan dengan
lempung
c. Bentuklah kertas saring menyerupai selongsong dan pastikan tidak ada kebocoran pada kertas
saring
d. Masukkan kemiri yang telah halus kedalam selonsong/ kertas saring, kemudian timbang kembali
massanya
2. Merangkai Alat Ekstraktor
a. Tegakkan labu leher dua diatas pemanas hotplate mengunakan statif dan klem.
b. Pasang soxhlet dengan posisi tegak lurus dan leher soxhlet dijepit menggunakan klem yang di
beri lapisan tissue.
c. Masukkan selongsong berisi kemiri halus kedalam soxhlet
d. Diatas soxlet dipasangi alat pendingin. Aliran air pendingin masuk dan aliran air pendingin
keluar di hubungkan pada selang pompa air. Pastikan selang untuk air masuk terpasang pada
bagian bawah pendingin sedangkan selang air keluar terpasang pada bagian atas pendingin.
e. Ambil N – Hexane menggunakan gelas ukur sebanyak 250 ml lalu di masukkan kedalam labu
leher.
f. Kemudian masukkan batu didihke dalam labu leher dan tutup lubang leher tersebut.
g. Pastikan tidak ada kebocoran baik itu alat soxhlet maupun pendingin air.
3. Proses Ektraksi
a. Lakukan pengecekan K3 pra operasi
b. Pertama, nyalakan pendingin air. Air akan dipompa dari bawah lalu keluar dari atas.
c. Setelah pendingin berjalan dengan normal, nyalakan pemanas dengan kisaran suhu 70 -80 0c
(sesuai dengan titik didih pelarut ) sampai pelarut mendidih dan uapnya mengembun.
d. Pelarut Hexane yang menguap akan melewati pendingin, sehingga pelarut mengembun pada titik
embunnya menghasilkan tetesan yang jatuh pada soxhlet.
e. Proses ektraksi dilakukan 2 jam atau proses telah selesai ditandai dengan warna pelarut sudah
bening.
f. Banyaknya siklus pelarut dan minyak yang jatuh juga mempegaruhi kualitas minyak. Semakin
banyak siklus yang terjadi semakin banyak minyak yang terekstrak.
4. Perlakuan Akhir
a. Jika pelarut sudah bening atau siklus yang jatuh banyak, maka proses ekstraksi telah berhasil.
b. Hentikan pemanasan namun pendingin tetap harus berjalan.
c. Setelah alat soxlet dingin, barulah matikan aliran pendingin.
d. Angkat bungkusan yang berisi padatan ampas kemiri dari soxhlet dan keringkan, kemudian
timbang berat bubuk kemiri.
e. Ambil labu leher yang berisi campuran minyak dan pelarut untuk di murnikan dengan distilasi.
f. Tagani limbah ampas kemiri dengan membungkus ampas kedalam plastik bening dan diberi
label.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Pada praktikum ekstraksi di dapat berbagai informasi pada tabel sebagai berikut:
Dari percobaan isolasi minyak kemiri yang telash dilakukan dapat dianalisa bahwa
minyak kemiri dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi biji kemiri yang telah dihaluskan
dengan metode soxhlet.Lalu setelah diekstraksi ,dilanjutkan dengan proses destilasi untuk
memisahkan minyak kemiri yang terdapat didalam pelarut.
Biji kemiri yang akan diekstrak harus digerus dulu sampai halus karena untuk
mempermudah minyak nabati yang ada di dalam biji kemiri terekstrak oleh pelarut yang
digunakan. Ini berhubungan dengan ukuran partikel yang semakin kecil sehingga memperluas
bidang sentuh agar lebih mudah terekstrak. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana. N-heksana
digunakan sebagai pelarut karena memiliki tingkat kepolaraan yang relatif sama dengan minyak
yang akan diekstrak yaitu sama-sama merupakan senyawa non polar.
Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Pada saat proses ekstraksi akan
mengalami proses sirkulasi maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh
minyak yang lebih banyak. Kemudian metode ekstraksi ini memiliki keuntungan dan kerugian.
Dimana keuntungannnya yaitu menggunakan penyari yang sedikit sebabpenyari itu juga yang
akan digunakan kembali untuk mengulang percobaan ,sedangkan kerugiannya tak dapat
menggunakan bahan yang mempunyai tekstur yang keras dan pengerjaannya rumit dan agak
lama,karena harus diuapkan dievaporator untuk memperoleh ekstrak kental. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan,sampel,waktu ekstraksi,tipe dan kuantitas
pelarut dan suhu pelarut.
Setelah ekstraksi dilanjutkan dengan proses pemisahan pelarut dari minyak dengan cara
destilasi,dimana pelarutnya akan menguap terlebih dahulu karena memiliki titik didih yang lebih
rendah
Diposting oleh Djembatan ilmU di 22.39
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Djembatan ilmU
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2017 (1)
o ▼ Februari (1)
Laporan Praktikum UKK Minyak Kemiri
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.