Anda di halaman 1dari 1

Asal Usul Kata “DIRGAHAYU” dan Tradisi Pacuan Kuda Gayo

Se ap tanggal 17 agustus di Indonesia merupakan hari besar negara untuk memperinga


kemerdekaan negara republik Indonesia. Selama perayaan ulang tahun negara tersebut, sering
disematkan kata “DIRGAHAYU”. Lalu, tahukah kamu apa makna dari Dirgahayu?

Kata “Dirgahayu” berasal dari bahasa sanskerta yaitu “dirga” dan “hayu”. Kata “Dirga” bermakna
panjang atau lama, yang merujuk pada umur atau usia yang bertambah. Sedangkan kata “Hayu”
adalah bentuk arkaik dari kata “haya” yang berar hidup atau tetap hidup.

secara harfiah, "Dirgahayu" dapat diar kan sebagai "panjang umur" atau "hidup lama". sDalam ucapan
"Dirgahayu Republik Indonesia", maknanya adalah "Panjang Umur Republik Indonesia" atau "Selamat
Ulang Tahun Republik Indonesia".

Selama memperinga ulang tahun negara tersebut, banyak diadakan aneka perlombaan untuk
memeriahkan acara. Di tanoh Gayo, biasanya masyarakat mengadakan acara Pacuan Kuda tradisional
untuk memeriahkan acara 17’an. Lalu, tahukah kamu asal usul acara pacuan kuda tradisional di tanoh
Gayo ini?

Kabupaten Aceh Tengah dengan ibukotanya Takengon yang dikenal dengan berbagai sebutan
diantaranya "Negeri Diatas Awan", "Dataran Tinggi Tanoh Gayo" dan "Negeri Antara". Di negeri ini
berlangsung pesta rakyat gayo tahunan yang menampilkan pacuan kuda tradisional gayo. Tanpa perlu
promosi dan tanpa perlu komando, secara serentak masyarakat yang mendiami dataran nggi tanoh
gayo pada waktu tersebut turun membanjiri kota Takengon.

Menyaksikan pesta rakyat gayo dengan even pacuan kuda tradisional gayo berlangsung selama
sepekan. Kalau selama ini mereka hanya berkutat di lahan-lahan pertanian yang menjadi tempat mata
pencaharian, maka saat sekaranglah waktunya berleha-leha menikma hiburan tahunan. Uniknya
kuda-kuda yang dipacu masa itu adalah kuda yang juga berfungsi sebagai pembajak sawah.

Tempat yang dipilih waktu itu sebagai lokasi pacuan kuda adalah Gelenggang Musara Alun, persis
terletak dijantung kota Takengon ibukota Kabupaten Aceh Tengah. Kondisi lintasan tampak sangat
berbahaya. Disepanjang lintasan yang dibuat melingkar, hanya dibatasi oleh rotan.

Saat ini pacuan kuda tradisional sudah menjadi acara tahunan yang diadakan sebanyak dua kali dalam
setahun. Untuk memperinga ulang tahun kota Takengon dan memperinga HUT RI. Acara ini juga
sudah disesuaikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat dari tahun ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai