Anda di halaman 1dari 4

MASTITIS

No. Dokumen : 445/VII- /PKM-


PDK/ SOP/1/2018

SOP No. Revisi :0


Tanggal Terbit : 07 Januari 2018
Halaman : 1/3
PUSKESMAS
Agus Susanto, S.Kep
PANDAUKE 19810807 200312 1 003
1. Pengertian Mastitis adalah suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan penanganan terhadap
pasien dengan mastitis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 445/ /SK/PKM-PDK/ /2018 tentang
Layanan Klinis
4. Referensi https://www.scribd.com/doc/314440856/Sop-Mastitis

5. Prosedur A. Alat
 Lampu
 Kasa Steril
 Sarung tangan steril
 Bisturi
B. Langkah -langkah
1. Tanyakan keluhan seperti nyeri didaerah payudara
Gejala klinis :

 Demam disertai menggigil


 Mialgia
 Nyeri didaerah payudara
2. Factor resiko
 Primipara
 Stress
 Tehnik meneteki yang tidak benar, sehingga proses
pengosongan payudara tidak terjadi dengan baik
 Pemakaian kutang yang terlalu ketat
 Penghisapan bayi yang kurang kuat, dapat menyebabkan
statis dan obstruksi kelenjar payudara
 Bentuk mulut bayi yang abnormal (ex: cleft lip or palate),
dapat menimbulkan trauma pada putting susu
 Terdapat luka pada payudara

1
3. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan tanda vital : nadi meningkat (takikardi)
 Pemeriksaan payudara :
- Payudara bengkak
- Lebih teraba hangat
- Kemerahan dengan batas tegas
- Adanya rasa nyeri
- Unilateral
- Dapat pula ditemukan luka pada payudara
4. Diagnosis klinis mastitis
Berdasarkan tempatnya, mastitis dapat dibedakan menjadi 3
macam, antara lain :

 Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola


mammae
 Mastitis ditengah payudara yang menyebabkan abses
ditempat itu
 Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar-kelenjar
yang menyebabkan abses antara payudara dan otot-otot
dibawahnya
5. Penatalaksanaan
a. Memberikan informasi kepada para ibu menyusui sebagai
upaya pencegahan terjadinya mastitis, dengan melakukan
perawatan payudara yang baik, pemberian laktasi yang
adekuat, dan membersihkan sisa air susu yang ada dikulit
payudara.
b. Melakukan pencegahan terjadinya komplikasi abses dan
sepsis dengan cara: bedrest, Pemberian cairan yang cukup,
tetap dianjurkan untuk laktasi dan pengosongan payudara.
c. Lakukan kompres hangat.
d. Lakukan massage pada punggung untuk merangsang
pengeluaran oksitosin agar ASI dapat menetes keluar.
e. Bila sudah terjadi abses : dapat dilakukan insisi/sayatan untuk
mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan
pipa/handscoen drain agar nanah dapat keluar. Sayatan
sebaiknya dibuat sejajar dengan duktus laktiferus untuk
mencegah kerusakan pada jalannya duktus tersebut.
f. Memberikan farmakoterapi :
- Obat penghilang rasa sakit
- Obat anti inflamasi

2
- Obat antibiotic
- Pemberian antibiotic berdasarkan hasil kepekaan kultur
kuman yang diambil dari air susu sehingga keberhasilan
terapi dapat terjamin.
- Namun karena kultur kuman tidak secara rutin dilakukan,
maka secara empiris pilihan pengobatan pertama pada
stafilokokus aureus sebagai penyebab terbanyak dan
streptokokus yaitu dengan :
 Amoxicillin : 875 mg, 2x sehari; atau
 Cephalexin : 500 mg, 4x sehari; atau
 Ciprofloxacin : 500 mg, 2x sehari; atau
 Clindamicin : 300 mg, 4x sehari; atau
 Trimethroprim/sulfamethoxazole: 160 mg/800 mg, 2x
sehari.
6. Konseling dan edukasi
a. Memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien,
suami dan keluarga mengenai pemberian laktasi dengan baik
dan benar, dampak dari pemberian laktasi yang tidak sesuai.
b. Memberikan motivasi dengan pemompaan payudara.
c. Menjaga kebersihan payudara dan putting susu ibu.
d. Menjaga kebersihan mulut dan hidung bayi ( sumber utama
masuknya kuman jika ada luka pada putting susu ibu)
7. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan terapi ke dalam rekam
medik
6. Bagan Alir
Anamnesa

Pemeriksaan Fisik

Diagnosa

Terapi

Konseling dan Edukasi

Dokumentasi

7. Unit Terkait Puskesmas, poli KIA, pustu, polindes

3
4

Anda mungkin juga menyukai