Mutlak : Relatif :
- Disproporsi safalopelvik - Gemelli
- Catat rahim (bekas SC atau - Grande multi Sravida
miomektomi) - Letak sungsang (bokong
- Letak lintang sempurna)
- Hydramnion - Kelainan posisi
- Insuffisiensi plasenta
- Placenta previa
PROSEDUR :
1. Induksi sebaiknya dilakukan pagi hari untuk memperoleh
pengawasan yang lebih baik
2. Siapkan cairan Dextrose 5 % 500 cc berisi 5 IU oksitosin.
3. Pasang saluran infus pada lengan bawah dengan jarum No. 20
G.
4. Tetesan permulaan dibuat dengan kadar oksitosin 4 tetesan
permenit
5. Timbulnya kontraksi rahim dinilai setiap 15 menit. Bila his masih
1
lemah dapat dinaikan 4 tetesan lagi, demikian seterusnya sampai
teteson maksimal 36 tetes/menit Bila sudah maksimal, his masih
belum baik, tidak ada gunanya menambah tetesan dan induksi
sebaiknya dihentikan dan dimulai kembali keesokan harinya
setelah semalam istirahat, atau persalinan diselesaikan dengan
36 tetesan sesuai indikasi.
6. Bila his timbul secara teratur dan adekuat tetesan dipertahankan,
bila his terlalu kuat dan sering, tetesan dapat diturunkan.
7. Pasien yang diinduksi harus diawasi, secara cermat untuk
kemungkinan ruptura uteri iminen (RUI) maupun gawat janin,
8. Drips oksitosin sebaiknya tetap dipertahankan sampai 1 jam
setelah placentanya lahir.
9. Selama berlangsungnya induksi jika terjadi penyulit pada ibu
maupun janin, induksi dihentikan dan dilakukan Rujukan Ke RS
Pemerintah.
Keterangan :
Istilah induksi dipergunakan untuk merangsang proses persalinan pada
ibu yang sudah inpartu disebut akselerasi/stimulasi persalinan. Kontra
indikasi relatif diatas tetap tidak dianjurkan untuk induk, tetapi dapat
dipakai pada akselerasi dengan pengawasan ketat.
6. Bagan Alir Lakukan induksi pada pagi hari
Pasang infus
7. Unit Terkait Poli KIA, Puskesmas PONED, Poskesdes dan Bidan Desa
2
3