Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

A. Sejarah Singkat Desa Kalukubula


Pada zaman dahulu ada seorang pemburu, ia mengejar buruaannya yang
diduga sudah pergi menuju sebuah bukit disebelh timur, yaitu bukit Silonga, karena
sudah lama dan sudah jauh ia mengejar, akhirnya pemburu itu todak mau lagi
meneruskan pengejarannya. Ia menyuruh orang Silonga untuk mengejar binatang
buruannya itu.
Ada 2 orang silonga jagoan yang bersedia mengejar buruan tadi, seorang
diantaranya bernama Lanoa, melalui hutan belantaran namun keduanya tidak perna
merasa lelah. Tidak akan puas rasanya kalau mereka tidak menemukan binatang
buruan itu. Dengan tidak disangka-sangka mereka tiba pada sebuah padang
belantara, disitulah mereka sempat melihat jejak binatang buruan, lalu pengejaran
dilanjutkan terus. Setelah Lanoa, dari jarak jauh melihat binatang buruan itu sedang
beristirahat dibawah pohon kayu, lalu disiapkannya tombaknya, sekali tombak saja
robohlah binatang buruan itu.
Binatang buruan itu mereka bawa kesuatu tempat dibawah sebatang pohon
kayu besar yang sangat tinggi, Lanoa asyik memperhatikan pohon yang tinggi itu, ia
melihat dibawah pohon itu banyak sekali tumbuh kayu-kayu kecil yang hampir
serupa dengan pohon itu. “Apa namanya pohon ini ?” Tanya Lanoa , “Saya tidak
tahu, “ jawab temannya. Mereka merasa heran sekali melihat jenis kayu itu. Lanoa
ingin memakan buahnya tetapi ia takut jangan –jangan membahayakan, namun
demikian ia mencoba meminum airnya. Rasanya enak, air buah itulah yang menjadi
air minumnya, karena belum puas mereka mencoba pulah memakan dagingnya yang
putih warnanya, akhirnya Lanoa menamakan buah itu “ Kalukubula “.
Karena tertarik akan tempat itu, maka kedua orang itu tidak mau lagi pulang
ke kampungnya di Silonga. Di lembah yang sangat luas yang mereka namakan “
Kalukubula “ itu, mereka mulai membuka kebun. Sisa bekal dari Silonga berupa
setongkol jagung, mereka tanam dikebun yang baru dibuat itu.
Dari jauh disebelah timur, yaitu orang Lando melihat asap api mengepul di
lembah itu, seorang diantaranya bernama Ravulando berkata : “Coba lihat disebelah
barat dilembah itu, ada asap api, tentu ada orang disana.” Jawab temannya : “Saya
kira benar apa yang kau katakan itu.” Karena mereka yakin maka kedua orang
Lando itu segera berangkat menuju lembah sumber asap api itu. Setibanya disana,
Lanoa terkejut sambil bertanya : “Siapa gerangan kalian ini.” Jawab orang
itu :”Kami berasal dari Lando.” Lanoa menjelaskan bahwa mereka datang ditempat
itu karena mengejar babi buruan orang Pakuli. Dikatakannya bahwa pemburu itu
tidak mampu lagi mengejar buruannya karena sudah lelah. Lanoa menambahkan
bahwa buruan orang Pakuli itu datang di Silonga lalu dikejar terus oleh Lanoa dan
temannya sampai di lembah itu sehingga terbunuh dan dagingnya telah dimakan
pula oleh Lanoa dan temannya.
kemudian orang Tara dari sebelah utara, seorang diantaranya bernama
Tadabia, dan kemudian orang Pulu dari sebelah barat, seorang diantaranya bernama
Torivatu, kedatangan mereka karena alasan yang sama disebabkan karena melihat
asap api mengepul di lembah itu. Jadi ada 8 orang penghuni lembah “Kalukubula”
yaitu yang berasal dari Silonga, Lando, Tara dan Pulu. Mereka mulai membuka
tanah kebun dan ladang. Karena orang Silonga yang pertama datang ditempat itu
lagipula dianggap sebagai penghuni pertama, maka telah disepakati bersama bahwa
merekalah yang menentukan luas tanah yang akan dikerjakan oleh setiap orang. Jadi
Lanoa dan seorang lagi temannya itu yang berhak menentukan luas tanah yang akan
dibuat kebun atau ladang.
Lama kelamaan berdatanganlah orang-orang dari tempat yang jauh sehingga
lembah itu menjadi padat penduduknya. Setiap penghuni yang baru datang
diharuskan memberitahukan pada orang Silonga, orang Silonga itulah yang akan
menunjukan tempat atau tanah di sebelah mana yang akan mereka kerjakan sebagai
kebun. Dengan demikian setiap orang tidak bebas memilih tanah yang akan dibuat
kebun.
Nama “ Kalukubula “ diambil dari bahasa Ledo / Kaili, Kaluku berarti Kelapa
dan Bula berarti Putih. Jadi “ Kalukubula” artinya Kelapa Putih.
B. Peta Desa/Kelurahan/Kecamatan
Desa Kalukubula terletak dilembah (dataran rendah) pinggiran sungai Palu,
dengan luas wilayah ± 10.000 ha, adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kelurahan Birobuli selatan, dan Kelurahan petobo
Kecamatan Palu Selatan Kota Palu.
- Sebelah Timur: Desa Mpanau, Desa Lolu dan Desa Jono Oge Kecamatan
Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.
- Sebelah Selatan : Desa Kabobona Kecamatan Dolo Kabupten Sigi
- Sebelah Barat : Kecamatan Marawola (Sungai Palu).
C. Potensi Desa/Kelurahan/Kecamatan
Salah satu desa di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi yang memiliki
potensi tambang adalah Desa Kalukkubula. Desa Kalukubula memiliki potensi
bahan mineral bukan logam dan batuan, salah satunya pasir sungai yang
memberikan peluang kepada masyarakat untuk menambang. Adanya peluang
dikarenakan potensi yang ada dapat menjadi sumber mata pencahariaan sehari-hari.
Desa Kalukubula memiliki potensi sumber daya alam berupa sungai yang
terkandung mineral pasir cukup melimpah dengan ukuran setiap harinya terdapat
sebanyak 100 mobil dum truck mengadakan aktivitas pengangkutan pasir dengan
rata-rata kapasitas muatan setiap 5-6 M 3 perhari (Sumber: Kantor Desa Kalukubula,
2015). Keberadaan sungai memberikan peluang pemanfaatan sumberdaya bagi
masyarakat, yang dapat dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Pengelolahan penambangan pasir sungai di Desa Kalukubula yang terjadi
selama ini adalah penambangan rakyat karena masyarakat lokal sendiri yang
melakukan penambangan. Pertambangan pasir sungai ini dilakukan sebagai mata
pencaharian sehari-hari masyarakat setempat untuk menghidupi keluarganya. Usaha
penambangan rakyat di Desa Kalukubula harus mendapatkan Izin Pertambangan
Rakyat (IPR) dari pemerintah daerah setempat. Namun yang terjadi di Desa
Kalukubula pelaku penambangan pasir sungai tidak memiliki Izin Pertambangan
Rakyat (IPR) yang dipersyaratkan dalam UU Minerba.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan (Agustus 2014), dalam seharinya
kurang lebih 100 mobil keluar masuk lokasi pertambangan untuk membeli pasir,
diukur dengan banyaknya karcis yang keluar dari petugas pos pengawasan Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sigi yang bertugas memungut
retribusi.
Hasil pengamatan lapangan di atas, menggambarkan sebuah realita bahwa
pembelian pasir sungai dari para penambang di Desa Kalukubula sangat prospektif
didalam menopang kehidupan ekonomi dan sosial para penambang dan keluarganya.
Hal ini dibuktikan dengan tingginya mobilisasi mobil truck perharinya yang keluar
masuk lokasi pertambangan untuk membeli pasir. Sehingga usaha galian pasir di
Desa Kalukubula merupakan pekerjaan alternatif yang menjanjikan untuk ditekuni
karena cepat dan mudah dalam menghasilkan uang. Oleh sebab itu, sebagian
masyarakat setempat menggantungkan hidupnya dari sektor usaha pertambangan
pasir sungai yang ada di Desa Kalukubula baik sebagai mata pencaharian utama
maupun sebagai mata pencaharian tambahan.
Tingginya kebutuhan masyarakat akan pasir dari para penambang pasir yang
ada di Desa Kalukubula dengan indikasi terlihat pada mobilisasi keluar masuknya
mobil dum truck ke lokasi pertambangan untuk mengangkut pasir yang dibutuhkan
masyarakat hingga mencapai kurang lebih 100 mobil perhari dengan rata-rata setiap
mobil memuat 5-6 kubik pasir dengan harga jual pasir dari lokasi penambangan
sebesar Rp.120.000,- per truk, tentunya akan memberikan pengaruh pada
pendapatan yang diperoleh dari para pelaku usaha penambangan pasir yang ada di
Desa Kalukubuka.

Anda mungkin juga menyukai