Anda di halaman 1dari 3

Sekar Kinanthi

PPG Prajabatan – P. Ekonomi UKSW 2022

Memasuki area sekolah yang cukup luas dan teduh, mata langsung disambut hangat oleh
berbagai pajangan yang ada di lorong-lorong menuju ruang yang dituju. Tembok sekolah yang
dicat putih bersih kontras dengan hasil karya peserta didik. Ada lukisan batik motif
Cendrawasih, motif Komoro, Parang, Sidomukti, Sekar Jagad, kain Ulos, tenun Toraja, tenun
pandai sikek. Di sisi lain terdapat berbagai topeng seperti topeng Bali Rangda, wayang golek,
mahkota manik Dayak Borneo, dan masih banyak lagi. Sekilas pemandangan ini adalah hal
biasa yang tentunya banyak bangunan lain menerapkan memajang berbagai kekhasan
Indonesia. Tetapi di sekolah, pemajangan hasil karya khas nusantara ini memiliki makna yang
begitu mendalam.

Pajangan hasil karya khas nusantara di berbagai sudut sekolah menjadi sebuah symbol. Sekolah
ingin menunjukkan pada siapapun pengunjungnya bahwa sekolah ini menghargai proses kreatif
kebudayaan bangsa Indonesia. Lebih jauh, sekolah merasa bangga hadir di tengah-tengah
warna-warni kebudayaan Indonesia yang sangat berlimpah. Sekolah juga memberikan
sentuhan estetika bagi lingkungannya dengan tanpa sedikitpun meninggalkan budaya. Itulah
kesan pertama ketika kita melihat segala pajangan khas nusantara ini.

Jika ditilik lebih lanjut, pemajangan hasil karya khas nusantara ini memiliki visi dan misi yang
berproyeksi pada kehidupan peserta didik di masa depan. Sekolah bukan hanya memberikan
kampanye verbal tentang kekayaan kebudayaan Indonesia. Melainkan dengan langsung
memberikan bukti nyata, bahwa ini lah Indonesia yang memiliki beragam keindahan
kebudayaan. Indonesia terbentuk dari berbagai budaya yang amat berbeda-beda. Budaya yang
berbeda-beda ini berpadu menjadi satu yang kita kenal dengan Indonesia. Maka dengan ini,
sekolah memberikan pengalaman bagi indera peserta didik dalam memaknai
kebhinekatunggalikaan. Peserta didik hampir setiap hari melewati, memandang, dan bahkan
sesekali mungkin berhenti sejenak untuk memahami apa yang terdapat dalam hasil karya khas
nusantara itu. Sekolah tentunya berharap peserta didik dapat menemukan cara untuk dapat
memaknai bhineka tunggal ika. Bahkan peserta didik nantinya bisa hidup dalam
kebhinekatunggalikaan tanpa terkecuali, setiap hari.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, tentunya tidak lepas dari Pancasila sebagai dasarnya.
Maka sekolah juga harus membudayakan peserta didik untuk dapat menghayati nilai-nilai
Pancasila dimulai dari lingkungan sekolah. Penghayatan sila pertama cukup dapat terlihat
dengan mudah, yakni dengan adanya sikap spiritualitas dan religiusitas. Terwujud dengan
aktivitas ibadah wajib bersama maupun berdoa sebelum memulai kegiatan apapun di sekolah.
Peserta didik maupun guru dan staff di sekolah bersama-sama saling bergotong royong untuk
menggelar acara halal bi halal pasca hari raya idul fitri, hingga acara penyambutan malam natal
tiba. Semua tergerak tanpa terkecuali untuk saling membantu. Sekolah memberikan
pengalaman peserta didik bahwa bagi pemeluk agama lain, ini bukan soal perayaan tetapi soal
penghargaan bagi sesame yang sedang dalam kekhidmatan merayakan hari sucinya.

Pembiasaan sikap ringan tangan di sekolah menjadi wujud nyata penghayatan sila kedua.
Peserta didik dibiasakan untuk saling menolong teman maupun warga sekolah yang sedang
dalam kesulitan baik itu sakit, terkena musibah, dan lain sebagainya. Sekolah mengadakan
kegiatan bakti sosial di sekitar lingkungan sekolah. Pengalaman ini dapat menumbuhkan rasa
kemanusiaan peserta didik, karena mereka terjung ke lapangan secara langsung. Peserta didik
melihat fenomena secara nyata dan bersikap empati terhadap hal itu.

Penghayatan sila ketiga di sekolah terwujud dengan adanya acara malam keakraban. Sekolah
memberikan pengalaman bagi peserta didik untuk mengenal temannya lebih jauh. Peserta didik
dapat mengetahui bagaimana latar belakang keluarga temannya, dimana rumahnya, hingga
bagaimana kesehariannya. Diharapkan melalui kegiatan ini peserta didik bisa saling mengerti,
memahami, menghargai, dan menghormati segala perbedaan yang ada di antara mereka.
Sehingga lebih jauh, peserta didik dapat menciptakan sendiri kerukunan sesama.

Musyawarah kelas, rapat OSIS, pengambilan suara/voting menjadi perwujudan sila keempat
di sekolah. Peserta didik belajar untuk menyelesaikan berbagai persoalan, masalah, dan
perbedaan pendapat yang menyangkut banyak orang dengan melakukan musyawarah untuk
mencapai kata mufakat. Melalui proses musyawarah pibadi peserta didik dilatih untuk dapat
menghormati siapapun yang berpendapat, tidak memaksakan kehendak pribadinya,
mempertanggungjawabkan keputusannya, hingga dapat mengutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi.

Terakhir bagi penghayatan sila kelima, sekolah membiasakan peserta didik untuk bekerja
dalam kelompok. Melalui kegiatan ini peserta didik belajar untuk dapat bekerja sama
menyelesaikan tugas yang diberikan. Antar peserta didik dapat memahami siapa yang lebih
ahli dalam apa. Sehingga mereka bisa membagi tugas secara adil yang bukan berarti semua
sama.

Anda mungkin juga menyukai