Anda di halaman 1dari 3

“MENGKAJI BUDAYA BUKU GUA DALAM MASYARAKAT ADAT WOLOWEA

SEBAGAI UPAYA MEMBENDUNG PENGARUS SISTEM EKONOMI


NEOLIBERALISME DALAM BIDANG PERTANIAN”

Yohanes Marianus Tenga

GAMBARAN UMUM

Hampir semua krisis sosial ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia dapat
dipahami dalam bingkai sistem ekonomi neoliberalisme.1 Neoliberalisme dari kata ‘neo’ dan
‘liberalisme’. Neo berarti reaktualisasi atau revitalisasi kembali ajaran, paham dan gerakan
lama. Sementara liberalisme adalah paham yang memperjuangkan terciptanya kebebasan
tiap-tiap individu tanpa dikurangi oleh siapa pun.2

David Harvey sebagaimana dikutip oleh Robertus Wardi menjelaskan bahwa


neoliberalisme merupakan paham yang memperjuangkan kebebasan seseorang dalam
mekanisme pasar yang didasarkan pada pemihakan akan hak milik individu, pasar bebas dan
perdagangan bebas. Sementara peranan pemerintah pertama dan utama adalah menjamin
kebebasan individu, khususnya dalam aktivitas dan kegiatannya di pasar.3

Sistem ekonomi neoliberalisme mulanya berkembang di Inggris pada abad 19. Sistem
tersebut mengalami perkembangan karena didasari oleh ideologi laissez-faire. Laissez-faire
merupakan paham dalam sistem perekonomian yang memberikan ruang bagi kebebasan
individu dengan menafikan intervensi dari pihak lain termasuk pemerintah. 4 Paham laissez-
faire memahami masyarakat bukan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan yang nyata tetapi
semata-mata merupakan kumpulan individu.5

Salah satu keyakinan mendasar dari pengusung sistem ekonomi neoliberalisme ialah
bahwa setiap individu dari kodratnya berasa untuk berbisnis dan mengeksploitasi sumber
kekayaan alam di bumi.6 Karenanya setiap orang harus dibiarkan berkompetisi secara bebas

1
Dr. Alexander Jebadu, Dalam Moncong Neoliberalisme (Kritik Kenabian terhadap Penyelewengan
Pembangunan dengan Sistem Ekonomi Pasar Bebas Tanpa Kendali Era Otonomi Daerah di Indonesia)
(Maumere: Penerbit Ledalero, 2021), hlm. 190.
2
Robrertus Wardi, Menggugat Neoliberalisme Sebuah Kritik George Soros (Jakarta: Penerbit Asia Media, 2017),
hlm. iii.
3
Ibid.
4
Ibid., hlm. 19.
5
Ibid.
6
Dr. Alexander Jebadu, op. cit., hlm. 178.
sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya akan memberikan
kemakmuran bagi semua orang. Akibatnya, sistem ekonomi neoliberalisme menggagaskan
bahwa pembangunan tidak boleh direncanakan oleh siapa pun termasuk pemerintah.
Sebaliknya ia harus dibiarkan berjalan secara alamiah dengan menaati hukum pasar yakni
hukum “penawaran dan permintaan”.7

Dalam skripsi ini saya hendak menelaah secara lebih mendalam pengaruh sistem
ekonomi neoliberalisme dalam bidang pertanian pada masyarakat adat Wolowea, Kecamatan
Boawae Kabupaten Nagekeo. Pengaruh sistem ekonomi neoliberalisme dalam bidang
pertanian disebut dengan istilah liberasi pertanian.

Wiryono sebagaimana dikutip oleh Ach Faidy Suja’ie1 dan Nian Riawati menjelaskan
bahwa liberasi pertanian merupakan bentuk keterbukaan terhadap “transnasionalisasi”
ekonomi dalam proses industri pertanian mulai dari bibit, pupuk, teknologi, obat-obatan
untuk hama dan penyakit tanaman, modal kerja, bantuan tenaga ahli sampai dengan produk
akhir.8 Pendukung liberalisasi pertanian berkeyakinan bahwa, penerapan teknologi pada
sektor pertanian beras akan mampu meningkatkan produksi beras secara besar-besaran dalam
waktu singkat, sebagai jawaban atas semakin meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat
dunia.9 Disisi lain para kritikusnya menganggap liberalisasi pertanian di Indonesia merupakan
kegagalan dari proses pembangunan ekonomi yang ditandai dengan adanya ketimpangan dan
ketidakmerataan dalam penataan agraria.10

Menurut para ahli ekonomi ideologi sistem ekonomi neoliberalisme merupakan ilusi
karena ia bertentangan dengan kenyataan bahwa kekayaan planet bumi terbatas dan sedang
menuju proses untuk habis.11 Sistem ekonomi neoliberalisme sesungguhnya merupakan siasat
untuk memperkaya segelintir orang dan dengan demikian memperlebar jurang antar orang
kaya dan miskin.

Oleh karena itu, dalam skripsi ini saya hendak menelaah sejauh mana sistem ekonomi
neoliberalisme mempengaruhi aktivitas pertanian masyarakat adat Wolowea dan sejauh mana
budaya buku gua mampu mempertahankan aktivitas pertanian masyarakat Wolowea di
tengah arus sistem ekonomi neoliberalisme. Karena itu, rumusan masalah dari skripsi ini

7
Ibid.
8
Ach Faidy Suja’ie dam Nian Riawati, “Liberalisasi Pertanian Versus Kesejahteraan Petani: Upaya Mencari Jalan
Tengah”, Jurnal Pamator, 12:2 (Oktober 2019), hlm. 134.
9
Ibid., hlm. 133.
10
Ibid., hlm. 133-134.
11
Dr. Alexander Jebadu, op. cit., hlm. 151.
ialah: Bagaimana sistem ekonomi neoliberalisme mempengaruhi aktivitas pertanian
masyarakat adat Wolowea? Dan bagaimana budaya buku gua mampu mempertahankan
aktivitas pertanian masyarakat Wolowea di tengah arus sistem ekonomi neoliberalisme?

Anda mungkin juga menyukai