Anda di halaman 1dari 32

EKSISTENSI, PERKEMBANGAN, DAN STRATEGI MENGHADAPI SISTEM

EKONOMI KAPITALISME DI INDONESIA PADA SAAT INI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia yang
diampu oleh dosen Meftahudin, S.E., M.M.

Disusun oleh:
FEBRU AKHMAD ALDY AL-AJIB
(2018100063)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas segala ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Eksistensi dan Perkembangan Sistem Ekonomi Kapitalis di Indonesia pada saat ini.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas dari mata kuliah
Perekonomian Indonesia yang diampu oleh dosen Meftahudin, S.E., M.M.

Makalah ini saya susun berdasarkan data-data & informasi yang saya peroleh dari berbagai
sumber seperti jurnal, artikel, maupun buku acuan serta berbagai teori-teori yang saya
dapatkan dari berbagai media informasi sebagai sumber materi penelitian. Makalah ini
disusun sedemikian rupa dengan tujuan agar dapat diterima dan dipahami oleh pihak yeng
bersangkutan serta pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu dapat terpenuhi serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca.

Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, saya selaku penyusun makalah ini tentu
tidak luput dari kesalahan, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat memotivasi
menuju ke arah perbaikan.

Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Saya mohon maaf atas segala kekurangan dan
kesalahan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 8
1.3 Tujuan 8
1.4 Manfaat 8
BAB II PEMBAHASAN 10
2.1 Implementasi Sistem Ekonomi Kapitalis secara Global 10
2.2 Konsep Kapitalisme di Indonesia 13
2.3 Eksistensi Kapitalisme di Indonesia saat ini 14
2.4 Perkembangan Kapitalisme di Indonesia saat ini 16
2.5 Strategi menghadapi Kepitalisme di Indonesia 18
BAB III PENUTUP 26
3.1 Kesimpulan 26
DAFTAR PUSTAKA 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem perekonomian yang memberikan
kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan
perekonomian seperti memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan
lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan
kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga
pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi. Dalam perekonomian kapitalis setiap
warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang
bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang
bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
Dalam berbagai paparan teoritis, kolonialisme, imperialisme, kapitalisme, dan globalisasi
merupakan fenomena-fenomena yang terkait.1 Imperialisme berarti politik untuk
menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk
sebagai imperium. Menguasai disini tidak berarti merebut dengan kekuasaan senjata,
tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur, agama, dan ideologi, asalkan
dengan paksaan. Dalam definisi lain, imperialisme dikatakan sebagai upaya perluasan
dengan paksaan wilayah satu negara dengan melakukan penaklukan teritorial yang
menjadi dasar pembentukan dominasi politik dan ekonomi terhadap negara-negara lain
yang bukan merupakan koloninya.
Dalam semua definisi imperialisme, ada beberapa konsep yang selalu muncul:
perluasan wilayah, penguasaan atau dominasi dengan paksaan (coercion), dan dominasi
politik, budaya, serta ekonomi. V.I. Lenin menyatakan bahwa kapitalisme mencakup
kapitalisme monopoli sebagai imperialisme untuk menemukan bisnis dan sumber daya
baru. Ketika monopoli kapital finansial mendominasi, memaksa negara dan korporasi
swasta bersaing untuk mengontrol sumber daya alam dan pasar. Kolonialisme sebagai
salah satu aspek prahistori moda produksi kapitalis. Selain itu, teori imperialisme
Marxist, dan teori dependensi yang terkait, menekankan pada hubungan ekonomi antar-
negara (dan didalam negara-negara), alih-alih hubungan formal politik dan militer.
Dengan begitu, imperialisme tidak selalu berupa satu hubungan kontrol yang formal satu

1
negara atas negara lain, melainkan eksploitasi ekonomi satu negara atas negara lain.
Dalam periodisasi

2
3

yang lazim, imperialisme dibagi menjadi dua periode. Yang pertama adalah imperialisme
kuno atau (ancient imperialism), yang intinya adalah prinsip gold, gospel, dan glory.
Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan
Portugis.
Periode kedua adalah imperialisme modern, yang intinya adalah kemajuan
ekonomi. Imperialisme modern muncul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran
membutuhkan banyak bahan mentah dan pasar yang luas. Para imperialis mencari
jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri
kemudian juga sebagai tempat penanaman modal bagi surplus kapitalis. Unsur
selanjutnya adalah kolonialisme. Kolonialisme merupakan pengembangan kekuasaan
sebuah negara atas wilayah dan manusia diluar batas negaranya, seringkali untuk
mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut.
Definisi kolonialisme menyatakan bahwa kolonialisme merupakan satu praktik dominasi
yang melibatkan subjugasi satu orang terhadap yang lain. Seperti imperialisme,
kolonialisme juga melibatkan kontrol politik dan ekonomi terhadap satu teritorial yang
dependen. Kolonialisme sangat sulit dibedakan dari imperialisme, satu-satunya
perbedaan hanya dapat dilihat dari etimologi kedua konsep tersebut. Istilah koloni
berasal dari kata Latin colonus, yang berarti 'petani'. Ini mengingatkan kita pada praktik
kolonialisme yang biasanya melibatkan proses pemindahan populasi ke satu wilayah, di
mana mereka akan tinggal di tempat tersebut secara permanen dan tetap
mempertahankan afiliasi politik dengan negara asalnya. Disisi lain, imperialisme berasal
dari kata Latin imperium, yang berarti 'memerintah'. Dengan demikian, imperialisme
lebih merupakan cara bagaimana satu negara menjalankan kekuasaan atas negara lain,
apakah melalui pembentukan koloni, kemakmuran, atau mekanisme kontrol tak
langsung. Sementara itu, kapitalisme secara umum mengacu pada satu sistem ekonomi
yang di dalamnya mencakup atau sebagian besar alat-alat produksi dimiliki secara privat
dan dioperasikan demi keuntungan. Selain itu, dalam sistem ini, investasi, distribusi,
pendapatan, produksi, dan penentuan harga barang-barang dan jasa ditentukan melalui
operasi ekonomi pasar.
Kapitalisme biasanya melibatkan hak-hak individu dan sekelompok individu yang
berperan sebagai "orang-orang legal" atau korporasi-korporasi yang memperdagangkan
barang- barang kapital, buruh, dan uang. Ada beberapa pengertian lain soal kapitalisme.
Yang pertama adalah kapitalisme merupakan sebuah sistem yang mulai terinstitusi di
Eropa pada masa abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu dimasa perkembangan perbankan
4

komersial Eropa, dimana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak


sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan
benda milik pribadi, terutama barang modal seperti tanah dan tenaga manusia, pada
sebuah pasar bebas dimana harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demi
menghasilkan keuntungan dimana statusnya dilindungi oleh negara melalui hak
pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada pihak yang sudah terikat
kontrak yang telah disusun secara jelas kewajibannya baik eksplisit maupun implisit
serta tidak semata-mata tergantung pada kewajiban dan perlindungan yang diberikan
oleh kepenguasaan feodal. Yang kedua, kapitalisme adalah teori yang saling bersaing
dan berkembang pada abad ke-19 dalam konteks Revolusi Industri, dan abad ke-20
dalam konteks Perang Dingin, yang berkeinginan untuk membenarkan kepemilikan
modal, untuk menjelaskan pengoperasian pasar semacam itu, dan untuk membimbing
penggunaan atau penghapusan peraturan pemerintah mengenai hak milik dan pasaran.
Ketiga, kapitalisme dianggap sebagai suatu keyakinan mengenai keuntungan dari
menjalankan hal-hal semacam itu. Keempat, kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi
yang mengatur proses produksi dan pendistribusian barang dan jasa dengan ciri- ciri:
sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu; barang dan jasa
diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang bersifat kompetitif; dan modal kapital
(baik uang maupun kekayaan lain) diinvestasikan kedalam berbagai usaha untuk
menghasilkan laba (profit). Kapitalisme sebagai "a mode of social organization
characterized by the domination of exchange relation". Lebih jauh lagi, hubungan
partikular antara yang abstrak dan yang konkret, atau antara gagasan-gagasan dan hal-
hal, yang relevan bagi materialisme historis sebagai satu moda analisis kapitalisme,
berakar pada hubungan nyata antara yang abstrak (relasi pertukaran) dan yang konkret
(pengalaman hidup individu, tenaga kerja, dsb.). Ada beberapa elemen kunci yang kerap
disebut dalam pendefinisian kapitalisme: sistem, modal (kapital), kepemilikan individu,
proses produksi, kompetisi, pasar bebas, investasi, dan profit. Kata-kata kunci ini
menjadi faktor determinan dalam implikasi-implikasi praktis operasi kapitalisme dan itu
akan terlihat dalam sejarah panjang perkembangan kapitalisme. Pada umumnya para
sejarawan ekonomi sepakat bahwa kapitalisme sebagai moda pengorganisasian
kehidupan sosial dan ekonomi tidak hanya dimulai disatu tempat didunia, dalam hal ini
Eropa Barat Laut, melainkan sejak tahap sangat awal, ketika masih dalam proses
pembentukan pada abad ke-16, yang melibatkan ekspansi keluar yang secara bertahap
melintasi wilayah-wilayah yang kian luas di dunia dalam satu jaringan pertukaran materi.
5

Jaringan pertukaran materi ini seiring waktu berkembang menjadi pasar dunia bagi
barang-barang dan jasa, atau bagi pembagian kerja internasional (division of labour).
Pada akhir abad ke-19, proyek satu ekonomi dunia yang kapitalistik telah
terbangun dalam arti bahwa lingkup hubungan-hubungan mencakup semua wilayah
geografis dunia. Abad ke-19 secara khusus mencuat sebagai waktu utama perkembangan
pembagian kerja internasional. Diperkirakan bahwa dalam tiap dekade pada abad ke-19,
perdagangan dunia tumbuh 11 kali lebih cepat dari produksi dunia, dan pada 1913, saat
Perang Dunia I, 33 persen produksi dunia diperdagangkan diluar batas nasional negara-
negara. Revolusi Industri yang terjadi hampir di seluruh masyarakat Barat, terutama pada
abad ke-19 dan awal abad ke-20 bersama berbagai perkembangan yang terkulminasi
menjadi transformasi dunia Barat dari masyarakat agriluktur menjadi satu sistem
masyarakat Industri-memunculkan satu sistem masyarakat di mana muncul birokrasi
ekonomi yang besar untuk melayani banyak kebutuhan industri dan sistem ekonomi
kapitalis yang baru muncul. Sasaran ideal dari sistem kapitalisme ini adalah pasar bebas,
dimana berbagai produk industri dapat ditransaksikan. Bagian dari dunia yang kini
disebut sebagai Dunia Ketiga, yakni Amerika Selatan, Afrika, Asia-terkecuali Jepang,
berpartisipasi secara penuh dalam pasar internasional. Pada 1913, Dunia Ketiga
menangkap 50 persen pasar dunia (bandingkan dengan 22 persen saat ini).
Praktik ekonomi kapitalistik terinstitusional di Eropa antara abad ke-16 dan ke-19
dan bentuk awal kapitalisme perdagangan (merchant capitalism) berkembang pada abad
pertengahan. Menurunnya feodalisme pada saat itu mengikis kekangan politis dan
religius tradisional dalam pertukaran-pertukaran kapitalis. Hal-hal yang menyulitkan
terjadinya akumulasi kapital, seperti tradisi dan kontrol, aturan-aturan aristokrasi, yang
mengambil alih kapital melalui denda secara sewenang-wenang, dan pajak, pada abad
ke-18-berhasil diatasi dan kapitalisme menjadi sistem ekonomi yang dominan di United
Kingdom dan pada abad ke-19 kapitalisme menjadi sistem ekonomi dominan di Eropa.
Setelah menguasai Eropa, kapitalisme secara bertahap menyebar dari Eropa, khususnya
dari Britania, melintasi batas-batas politik dan budaya. Pada abad ke-19 dan 20,
kapitalisme menyediakan perangkat-perangkat utama industrialisasi ke sebagian besar
penjuru dunia. Periode awal kapitalisme atau merchant capitalism atau merkantilisme ini
juga disebut sebagai kapitalisme perdagangan. Periode ini dikaitkan dengan penemuan-
penemuan oleh pedagang-pedagang lintas negara, terutama dari Inggris dan Negara-
Negara Dataran Rendah, kolonisasi Eropa terhadap Amerika, dan pertumbuhan pesat
perdagangan lintasnegara. Merkantilisme adalah sistem perdagangan demi profit,
6

meskipun sebagian besar komoditas masih diproduksi oleh metode produksi


nonkapitalis. Di bawah merkantilisme, para pedagang Eropa, dengan dukungan kontrol,
subsidi, dan monopoli negara, mendapatkan keuntungan dari pembelian dan penjualan
barang-barang. Tujuan merkantilisme adalah "the opening and well-balancing of trade;
the cherishing of manufacturers; the banishing of idleness; the repressing of waste and
excess by sumptuary laws; the improvement and husbanding of the soil; the regulation of
prices.”
Para perintis merkantilisme menekankan pentingnya kekuatan negara dan
penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari kebijakan ekonomi. Jika sebuah
negara tidak mempunyai bahan mentahnya, maka mereka mesti mendapatkan koloni
yang akan menjadi sumber bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni juga akan berperan
sebagai pasar barang jadi. Agar tidak terjadi kompetisi, koloni harus dicegah untuk
melaksanakan produksi dan dengan pihak lain. Dalam situasi ini, terwujudlah pembagian
kerja (division of labor) internasional. Seperti dikatakan oleh Immanuel Wellerstein, kita
menyebut pembagian kerja internasional ini sebagai ekonomi dunia kapitalis karena
kriteria definitifnya adalah produksi barang dan jasa untuk dijual di pasar yang tujuannya
adalah untuk memaksimalkan profit.
Dalam pasar kapitalistik, kekuatan permintaan dan penawaran yang tampaknya
netrallah yang menentukan harga satu produk dan dengan demikian memberi sinyal
kepada produsen apakah mereka mesti melakukan ekspansi produk, mengurangi output,
atau mengubah teknik produksi, mengurangi struktur biaya, dan sebagainya. Dengan kata
lain, melalui medium tangan tak terlihat (invisible hands) yang telah menjadi "global
invisible hand" pada akhir abad ke-19, aktivitas manusia dikoordinasikan secara rapi
melintasi batas-batas nasional. Dari uraian-uraian diatas, terlihat bahwa ada beberapa hal
yang selalu muncul dalam pembahasan kritis soal kolonialisme, imperialisme, dan
kapitalisme. Beberapa karakter tersebut adalah penguasaan, baik secara (coercion atau
non-coercion), eksploitasi (baik terhadap sumber daya alam dan manusia atau pada
pemikiran), keuntungan atau profit (bagi negara-negara pelaku, yang selalu berasal dari
Eropa Barat dan Amerika Utara), ekonomi (yang menjadi latar belakang pendorong), dan
hubungan yang sarat dengan ketidaksetaraan (satu atau sekelompok diuntungkan dan
yang lain dirugikan). Ketiga konsep tersebut dalam analisis yang fokus pada pendekatan
historis maupun analisis, kerap berkaitan satu sama lain. Itu bisa terlihat dari teori
periodisasi dibawah ini. Sejumlah ilmuwan yang fokus pada sistem dunia memunculkan
7

proposisi soal periodisasi perkembangan kapitalisme, yang didalamnya karakteristik


kapital inti dan hubungannya dengan wilayah periferal sangat beragam.
Perbedaan-perbedaan itu dilihat sebagai satu hasil dialektis dari kontradiksi-
kontradiksi yang ditimbulkan dalam tiap periode interaksi. Para ilmuwan Neo-Marxist,
seperti Samir Amin, Andre Gunder Frank, Ernest Mandel, Albert Szymanski, dan Harry
Magdoff, secara umum mengidentifikasi tahap prakompetitif merkantilis (1500-1800),
tahap kapitalis kompetitif (1800- 1880), tahap monopoli, imperialis (1880-1960), dan
beberapa ilmuwan bahkan mengidentifikasi satu tahap monopoli imperialis/kapitalis
lanjutan (yang dimulai oleh krisis pada 1968). Dalam tiap periode, periferi menjalankan
fungsi tertentu dalam melayani kebutuhan-kebutuhan esensial akumulasi di sentral.
Namun, kebutuhan-kebutuhan esensial ini berubah akibat hasil gemilang pelayanan
tersebut. Dan karena interaksi dialektis antara core dan periferi memunculkan tingkat
perbedaan perkembangan yang kian meningkat di core dan periferi dalam tiap periode,
core dan periferi terpisah kian jauh, menuju satu titik krisis dalam hubungan tersebut,
yang kemudian diatasi dengan mengubah struktur formalnya dan metode akstraksi
surplus dari core ke periferi.
Sementara itu, munculnya periodisasi ekspansi kapitalisme yang berbeda.
Periodisasi yang disebutnya sebagai periodisasi yang dikatakan merupakan periodisasi
yang "mengabaikan variasi geografis yang luas", ekspansi kapitalisme dapat dibagi
menjadi empat periode. Yang pertama adalah fase merkantilisme, transfer surplus
ekonomi melalui penjarahan dan perampasan yang disamarkan menjadi perdagangan
(1500-1800). Kedua, periode kolonial, transfer surplus ekonomi melalui syarat-syarat
pedagangan yang tak setara yang dilakukan melalui pembagian kerja internasional yang
dilakukan melalui kolonialisme (1800-1950). Yang ketiga adalah periode neo-kolonial,
transfer surplus ekonomi melalui developmentalism dan technological rents (1950-70).
Yang terakhir adalah pascaimperialisme, transfer surplus ekonomi dilakukan melalui
peonage (upaya membuat pengutang melakukan segala sesuatu bagi terutang) utang
(1970-saat ini). Tahap pascaimperialisme, pada akhir abad ke-20, ditandai dengan
pertumbuhan eksplosif perusahaan-perusahaan transnasional, yang memicu munculnya
postimperialism theory. 14Sejarah ekonomi Barat, selama akhir abad ke-19 dan
setelahnya, korporasi-korporasi menjelma menjadi organisasi ekonomi yang paling
efisien dalam lingkup transportasi, komunikasi, produksi, distribusi, dan pertukaran yang
semakin luas. Sementara itu, masih dalam kaitannya dengan periodisasi kapitalisme,
periodisasi kapitalisme itu sebagai bagian dari analisis makro sistem komunikasi massa.
8

Pembabakan sejarah atau perkembangan historis trend "pengembangan imperium",


yang pada dasarnya menggambarkan perkembangan dominasi, yang amat mirip dalam
perkembangan sejarah kapitalisme, kolonialisme, dan imperialisme, terutama dari
perspektif modernisasi. Trend pertama dalam pengembangan imperium adalah melalui
penaklukan militer, disebut sebagai kolonialisme militer. Yang kedua adalah penaklukan
oleh tentara salib Kristen, yang ia sebut sebagai kolonialisme Kristen. Yang berikutnya
adalah kolonialisme merkantilisme, yang ia sebut bertahan hingga pertengahan abad ke-
20. Satu elemen kunci yang sangat penting dalam kolonialisme merkantilisme, penemuan
mesin cetak oleh Johannes Gutenberg karena hal itu memungkinkan terjadinya
penyebaran pesan secara cepat dan lebih luas. Berakhirnya PD I dan PD II menandai
berakhirnya era kolonialisme militeristik dan menempatkan negara-negara industri
sebagai pemimpin jalur vital perdagangan dan praktik komersial global. Ini semua
membawa dunia pada periode keempat perkembangan imperium, yakni kolonialisme
elektronik. Periode ini diwarnai oleh ketergantungan less developed countries (LDC's)
pada Barat, yang terjadi karena ada ketergantungan perangkat keras komunikasi yang
vital dan perangkat lunak yang cuma diproduksi di barat. Selain itu, LDC's juga amat
bergantung pada Barat dalam hal kebutuhan para insinyur, teknisi, yang protokol-
protokol yang berkaitan dengan informasi, yang semuanya membentuk sekumpulan
norma-norma, niai, nilai, dan ekspektasi asing, yang dalam berbagai tingkat berbeda
mengubah budaya, kebiasaan, nilai-nilai dan proses sosialisasi domestik. Semua pemaran
ini disebut sebagai electronic colonialism theory (ECT). Modernitas dan
pascamodernitas merepresentasikan dua fase kapitalisme yang berbeda.
Pasca modernitas berhubungan dengan late capitalism atau satu fase kapitalisme
multinasional, "informational", dan "consumerist". Sementara itu, Harvey
mendeskripsikannya sebagai transisi dari Fordism ke akumulasi fleksibel. Gagasan yang
sama juga muncul dalam teori-teori "disorganized capitalism". Pascamodernitas dengan
demikian berhubungan dengan satu fase kapitalisme di mana produksi massa barang-
barang standar dan bentuk-bentuk pekerjaan yang berkaitan dengan hal itu, telah
digantikan oleh fleksibilitas: bentuk baru produksi. Periodisasi melibatkan lebih dari
sekadar menelusuri proses perubahan. Memproposisikan satu pergeseran sama artinya
dengan menentukan mana yang esensial dalam mendefinisikan satu bentuk sosial seperti
kapitalisme. Pergeseran epokal berkaitan dengan transformasi-transformasi dasar dalam
beberapa elemen konstitutif dasar satu sistem.
9

Dengan kata lain, periodisasi kapitalisme bergantung pada bagaimana kita


mendifinisikan sistem ini sejak awal. Dalam hal ini kita harus memahami bagaimana
konsep-konsep modernitas dan pasca-modernitas menjelaskan bagaimana orang
menggunakan konsep-konsep itu untuk memahami kapitalisme. Dalam kesimpulann
bahwa modernitas telah mati, digantikan oleh kapitalisme. Apa pun fokus dan
penggunaan istilahnya, baik imperialisme, kolonialisme, maupun kapitalisme, ada
beberapa kesamaan dan warna serta jenis penaklukan dalam periodisasi- periodisasi yang
digambarkan diatas. Secara umum, semua periodisasi dimulai dengan penaklukan militer
yang dilanjutkan dengan perdagangan sekaligus ekspansi geografis. Pada akhirnya,
periodisasi ditutup dengan hilangnya atau minimnya peran kekuatan koersif militer
dalam penaklukan dan dominasi. Era terakhir dalam tiap periodisasi selalu di warnai oleh
semakin dominannya unsur-unsur komunikasi dan media komunikasi dalam moda
penaklukan, penguasaan, dan dominasi yang lebih halus, yang melibatkan nilai-nilai,
norma-norma, dan hal- hal yang jauh dari kesan koersif. Periode terakhir, kolonialisme
elektronik sebagai satu periode dimana para kolonialis "seeks mind", sedangkan
kolonialisme masih "sought cheap labor". Secara implisit, ada pergeseran fokus
dominasi: dari sesuatu yang bersifat kasar, jelas terlihat, dan fisik menjadi sesuatu yang
halus, laten, dan psikis serta mental. Dominasi pada era ini amat sejalan dengan konsep
hegemoni Antonio Gramsci.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Implementasi Sistem Ekonomi Kapitalis secara Global?
2. Bagaimanakah konsep kapitalisme di Indonesia?
3. Bagaimanakah eksistensi kapitalisme di Indonesia saat ini?
4. Bagaimanakah perkembangan kapitalisme di Indonesia saat ini?
5. Bagaimanakah strategi menghadapi kapitalisme di Indoensia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Implementasi Sistem Ekonomi Kapitalis secara Global
2. Mengetahui konsep kapitalisme di Indonesia.
3. Mengetahui eksistensi kapitalisme di Indonesia saat ini.
4. Mengetahui perkembangan kapitalisme di Indonesia saat ini.
5. Mengetahui strategi menghadapi kapitalisme di Indonesia.
10

1.4 Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu, pengetahuan dan
informasi bagi penulis, khususnya ilmu perekonomian Indonesia.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang
eksistensi dan perkembangan kapitalisme di Indonesia saat ini.
2. Manfaat Teoritis
a. Makalah ini dapat menjadi bahan kajian bagi peneliti lainnya termasuk perguruan
tinggi, lembaga pendidikan lainnya, dan lembaga swadaya masyarakat untuk
memahami tentang eksistensi dan perkembangan kapitalisme di Indonesia saat
ini.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan motivasi bagi penelitian berikutnya
untuk meneliti ke tahap yang lebih lanjut tentang permasalahan yang ada.
c. Penelitian ini dapat berguna dan memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu
perekonomian Indonesia serta dapat memberikan pemahaman bagi penelitian
yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Implementasi Sistem Ekonomi Kapitalis secara Global


Pada saat ini, banyaknya modal (uang) yang terjadi dalam transaksi saham
internasional, obligasi dan mata uang. Penerapan teknologi komunikasi elektronik telah
menjadikan jumlah uang (modal) yang begitu besar dapat ditransfer ke seluruh dunia
dalam sekejap. Pergeseran terkombinasi pada sebagian besar pasar modal dalam satu hari
adalah equivalen (atau setara) dengan pergeseran dalam perdagangan internasional dalam
satu tahun. Kesamaannya adalah kebenaran transaksi dalam pasar uang utama. Tetapi
fakta yang berlainan ini mengindikasikan bahwa lebih dari 90% dari transaksi-transaksi
ini berbasis pada gerakan "mengambang" uang kertas, yakni, secara esensial bersifat
spekualtif. Persamaan tersebut benar untuk jumlah modal uang yang besar yang
diinvestasikan di pasar saham dunia. Semenjak "crash" pasar modal pada Oktober 1987,
jumlah uang kertas yang diinvestasikan di saham-saham perusahaan telah meningkat
lebih dari 25% di Itali dan Kanada, lebih dari 50% di AS, Jerman, dan Inggris serta lebih
dari 100% di Perancis. Ini telah menghasilkan peningkatan yang tak terprediksikan
dalam harga saham. Tentu, semakin tinggi harga suatu saham perusahaan semakin
rendah nilai relatif dividennya (pembagian keuntungan) dari produksi yang
didistribusikan kepada setiap pemegang saham.
Dalam realitasnya, hanya sedikit investor akhir-akhir ini yang membeli saham
dengan tujuan mendapat bagian keuntungan sebuah perusahaan yang dihasilkan melalui
produksi dan penjualan komiditinya. Poin dari jual beli di pasar modal adalah spekulasi,
menjual dan membeli saham di perusahaan-perusahaan (sembarangan perusahaan)
dengan harapan menghasilkan keuntungan yang cepat dengan memprediksikan bilamana
orang-orang lainnya akan membeli dan menjualnya besok, atau dalam lima menit
mendatang. Bagian yang terpenting dari uang kertas yang "mengambang" ini berisi apa
yang disebut sebagai modal "fiktif" atau "imajiner" yang berlawanan dengan realitas,
produktif, komoditi, dan modal. Obligasi pemerintah, contohnya, mewakili titel legal
atas sebuah bagian dari pendapatan pemerintah di kemudian hari, misalnya, dari sektor
perpajakan. Modal (uang) yang digunakan untuk belanja negara salah satunya diperoleh
dari penjualan obligasi dan obligasi itu diperjual-belikan oleh negara, misalnya, ia telah

11
menjadi pinjaman bagi pemegang obligasi tersebut. Tetapi karena pemegang obligasi
menerima bunga dari

12
13

pinjaman ini, dan dapat menjualnya sebagai komoditi, kemudian obligasi tersebut
berlaku sebagai modal.
Surat Pengakuan utang ini yang ditujukan untuk sebuah peminjaman (pemberian
utang) tapi ketika diperjual-belikan, surat ini membiakkan modal yang tak tampak
(annihiliated capital), yang berfungsi untuk dimiliki sebagai modal sejauh surat tersebut
bisa diperjual-belikan selayaknya sebuah komoditas dan bisa dirubah menjadi modal.
Saham dalam perusahaan- perusahaan bermodal gabungan adalah titel kepemilikan
modal yang riil. Mereka tidak bisa mengontrol modal yang ada karena modal tersebut
tidak bisa ditarik kembali sejak modal atau saham itu terikat dalam bangunan, mesin,
bahan mentah, dan sebagainya.Tetapi titel ini nampak menjadi kertas duplikat modal riil,
seolah-olah sebuah bill of lading (sebuah perintah pengambilan kargo DL) yang secara
simultan mencerminkann sebuah nilai dari kargo tersebut. Mereka menjadi nominal yang
mewakili modal tak-eksis. Dalam persaingan yang bebas, perusahaan yang besar akan
senantiasa "memakan" perusahaan yang kecil. Oleh karena itu, jumlah majikan akan
semakin berkurang, sebaliknya jumlah kaum buruh akan semakin banyak. Demikian
juga, jumlah perusahaan yang besar juga akan semakin sedikit, namun akumulasi
kapitalnya akan semakin besar. Jika jumlah buruh semakin banyak, maka akan berlaku
hukum upah besi (the iron wages law). Dengan demikian, nasib kaum buruh akan
semakin tertindas sedangkan para kapitalis akan semakin ganas dan serakah.
Perkembangan kapitalisme global di abad mutakhir ini sudah semakin canggih dan
kompleks. Keserakahan kaum kapitalis tidak hanya sampai pada pemerasan kaum buruh
dan pencaplokan pengusaha kelas teri, namun keserakahan mereka sudah menerobos dan
menjarah di banyak sektor yang lain, bahkan dengan dukungan berbagai fasilitas dan
lembaga yang mereka ciptakan sendiri. Kaum kapitalis tidak hanya ingin membesar,
tetapi mereka juga ingin membesar dengan cepat. Caranya ialah dengan menciptakan
lembaga perbankan. Fungsi utamanya adalah untuk mengeruk dana masyarakat dengan
cepat, sehingga dapat segera mereka manfaatkan untuk menambah modal perusahaannya
agar bisa menjadi cepat besar. Ternyata keberadaan lembaga perbankan ini masih
dianggap belum cukup, mereka terus mengembangkan kreatifitasnya. Akhirnya
ditemukanlah ide untuk menciptakan sebuah pasar yang unik, yang selanjutnya mereka
namakan sebagai pasar saham.
Dengan adanya pasar ini, mereka dapat dengan mudah untuk melempar kertas-
kertas sahamnya agar dibeli masyarakat, sehingga mereka segera mendapatkan
gelontoran modal yang mampu untuk membuat perusahaan mereka menjadi cepat
14

menggurita. Bagi modal yang secara aktual eksis sama halnya, dan tidak ada perpindahan
tangan jika duplikat ini dijual-belikan. Ini menjadi bentuk modal tanpa-bunga karena
tidak hanya membuahkan suatu pendapatan tertentu tetapi nilai modal yang
diinvestasikan didalamnya dapat dibayar ulang dengan penjualannya. Sejauh akumulasi
dari sekuritas ini mencerminkan sebuah ekspansi rel-rel kereta api, pertambangan, kapal
uap, dll., ekspansi sebuah proses reproduksi yang aktual. Tetapi sebagai sebuah duplikat
yang mana oleh mereka sendiri dapat dipertukarkan selayaknya komoditi, dan ,
sementara itu sirkulasi sebagai nilai modal, mereka impikan, dan nilai mereka dapat naik
dan turun secara cukup independen terhadap gerakan nilai modal aktual terhadap apa
yang mereka titelkan "Laba dan rugi yang merupakan hasil fluktuasi dalam harga dari
kepemilikan titel ini adalah alamiah dalam kasus tersebut semakin banyak hasil
dari gambling.". Begitu bermacamnya gunung-gunung modal ilusi tersebut yang telah
terjadi adalah terhalang oleh sebuah grafik. Nilai nasional kontrak masa depan (yakni,
perlindungan kontrakan terhadap dan mengantisipasi gerakan masa depan harga-harga
komoditi pertanian, indikasi pasar modal, jumlah tingkat bungan dan tingkat pertukaran
mata uang) yang diperdagangkan di seluruh perdagangan dunia telah mencapai jumlah
US$14 Triliun setiap tahun. Tentu, spekulator yang sama akan menggunakan dengan
baik tingkat yang sama dalam beberapa operasi yang sama suksesnya, sehingga laporan
yang aktual mengenai perdangan di masa yang akan datang mungkin seperlima atau
sepersepuluh jumlah ini. Tetapi sekalipun itu adalah sebuah grafik yang mengagetkan
jika dibandingkan dengan jumlah total modal riil, tidak termasuk real estate, ini secara
adalah kepemilikan-pribadi di seluruh dunia yang dihitung oleh Bank Chase Manhattan
sebanyak US$10 Triliun pada tahun 1993.
Pertumbuhan yang mengerikan jumlah uang kertas "mengambang" telah dipicu
oleh berbagai macam ekspansi hutang oleh negara, perusahaan dan rumah tangga yang
diperoleh melalui kredit bank yang terjadi sejak permulaan gelombang depresi panjang
pada awal 1970an. Sebab mendasar sistem spekulatif yang membengkak ini adalah
berbagai macam ekses kapasitas produktif (yakni, overproduksi aktual dan potensial dari
komoditi-komoditi) yang membelenggu sebagian besar industri di seluruh dunia. Modal
baru tetap saja terbentuk oleh profit yang dihasilkan setiap tahun yang tidak lama
kemudian menemukan kesempatan investasi yang cukup aman setidak-tidaknya pada
keuntungan rata-rata, yang mana itu sendiri tetap terdepresi dibandingkan level ia sendiri
selama permulaan "gelombang panjang ekspansi" dari akhir 1940- an sampai akhir 1960-
an.
15

Fakta bahwa modal ini tidak terinvestasi secara produktif lagi menghasilkan
gelombang depresi panjang (khususnya berkurangnya lahan kerja), yang mana berubah
menjadi over- akumulasi modal, transformasi yang terus tumbuh dari modal ini menjadi
kertas tanpa bunga dan, oleh karenanya, spekulasi dalam kertas ini. Aktivitas yang
spekulatif tidak hanya dilakukan oleh para "spekulator" profesional. Ia semakin
didominasi oleh sebagian besar bank-bank swasta besar dan perusahaan-perusahaan
transnasional.Tapi berbagai macam massa kepentingan yang diterima para spekulator
adalah dikurangi dari total nilai lebih yang diproduksi waktu itu. Oleh karenanya, fraksi
dari nilai lebih tersebut, modal riil, yang disediakan untuk investasi produksi saat itu
semakin menurun. Dus, dunia telah dicuci oleh modal illusi karena pemotongan modal
riil secara relatif, dan meningkat terus. Sementara begitu besar jumlah uang kertas
"mengambang" secara konstan menjelajahi bumi, berpindah dari satu pasar uang ke yang
lainnya selama 24 jam penuh, para pemiliknya dimana pasar uang ini berada mempunyai
berbagai macam kebijakan.

2.2 Konsep Kapitalisme di Indonesia


Sesungguhnya jejak kapitalisme di Indonesia dapat ditelusuri ketika Indonesia
mulai memasuki era pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru dimulai sejak
Bulan Maret 1966. Orientasi pemerintahan Orba sangat bertolak belakang dengan era
sebelumnya. Kebijakan Orba lebih berpihak kepada Barat dan menjahui ideologi
komunis.
Dengan membaiknya politik Indonesia dengan negara-negara Barat, maka arus
modal asing mulai masuk ke Indonesia, khususnya PMA dan hutang luar negeri mulai
meningkat. Menjelang awal tahun 1970-an atas kerja sama dengan Bank Dunia, Dana
Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB) dibentuk suatu
konsorsium Inter-Government Group on Indonesia (IGGI) yang terdiri atas sejumlah
negara industri maju termasuk Jepang untuk membiayai pembangunan di Indonesia. Saat
itulah Indonesia dianggap telah menggeser sistem ekonominya dari sosialisme lebih ke
arah semikapitalisme (Tambunan, 1998).
Memasuki periode akhir 1980-an dan awal 1990-an sistem ekonomi di Indonesia
terus mengalami pergeseran. Menilik kebijakan yang banyak ditempuh pemerintah, kita
dapat menilai bahwa ada sebuah mainstream sistem ekonomi telah dipilih atau telah
DIPAKSAKAN kepada negara kita. Isu-isu ekonomi politik banyak dibawa ke arah
libelarisasi ekonomi, baik libelarisasi sektor keuangan, sektor industri maupun sektor
16

perdagangan. Sektor swasta diharapkan berperan lebih besar karena pemerintah dianggap
telah gagal dalam mengalokasikan sumberdaya ekonomi untuk menjaga kesinambungan
pertumbuhan ekonomi, baik yang berasal dari eksploitasi sumberdaya alam maupun
hutang luar negeri (Rachbini , 2001).
Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti dengan
terjadinya transaksi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta yang sangat pesat,
mewarnai percaturan ekonomi Indonesia saat itu (Rachbini , 2001). Masa pembangunan
ekonomi Orde Baru-pun akhirnya berakhir. Puncak dari kegagalan dari pembangunan
ekonomi Orba ditandai dengan meledaknya krisis moneter, yang diikuti dengan
ambruknya seluruh sendi-sendi perekonomian Indonesia.
Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian
Indonesia tidak bergeser sedikitpun dari pola sebelumnya. Bahkan semakin liberal.
Dengan mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF, Indonesia benar-benar
telah menuju libelarisasi ekonomi. Hal itu paling tidak dapat diukur dari beberapa
indikator utama, yaitu (Triono, 2001):
1. Dihapuskannya berbagai subsidi dari pemerintah secara bertahap. Berarti, harga dari
barang-barang strategis yang selama ini penentuannya ditetapkan oleh pemerintah,
selanjutnya secara berangsur diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar.
2. Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate). Sesuai dengan
kesepakatan dalam LoI dengan pihak IMF, penentuan nilai kurs rupiah tidak boleh
dipatok dengan kurs tetap (fix rate). Dengan kata lain, besarnya nilai kurs rupiah
harus dikembalikan pada mekanisme pasar.
3. Privatisasi BUMN. Salah satu ciri ekonomi yang liberal adalah semakin kecilnya
peran pemerintah dalam bidang ekonomi, termasuk didalamnya adalah kepemilikan
asset-asset produksi. Dengan dijualnya BUMN kepada pihak swasta, baik swasta
nasional maupun asing, berarti perekonomian Indonesia semakin liberal.
4. Peran serta pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan perjanjian GATT.
Dengan masuknya Indonesia dalam tata perdagangan dunia tersebut, semakin
memperjelas komitmen Indonesia untuk masuk ke 'KUBANGAN' libelarisasi
ekonomi dunia atau kapitalisme global.

2.3 Eksistensi Kapitalisme di Indonesia saat ini


Untuk memahami apakah sebuah negara itu bercorak kapitalisme ataukah
sebaliknya yaitu sosialisme, maka indikator yang paling mudah untuk digunakan adalah
17

dengan melihat seberapa besar pihak-pihak yang menguasai sektor ekonominya. Jika
sektor-sektor ekonomi lebih banyak dikuasai oleh swasta, maka negara tersebut
cenderung bercorak kapitalisme dan sebaliknya, jika ekonomi lebih banyak dikendalikan
oleh negara, maka lebih bercorak sosialisme. Dengan menggunakan tolok ukur diatas,
kita dapat menelusuri sejauh mana cengkeraman kapitalisme telah menjalar ke Indonesia.
Sesungguhnya jejak kapitalisme di Indonesia dapat ditelusuri ketika Indonesia mulai
memasuki era pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru dimulai sejak Bulan
Maret 1966. Orientasi pemerintahan Orba sangat bertolak belakang dengan era
sebelumnya.
Kebijakan Orba lebih berpihak kepada Barat dan menjauhi ideologi sosialis.
Dengan membaiknya politik Indonesia dengan negara-negara Barat, maka arus modal
asing mulai masuk ke Indonesia, khususnya PMA (Penanaman Modal Asing) dan hutang
luar negeri mulai meningkat. Menjelang awal tahun 1970-an atas kerja sama dengan
Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB)
dibentuk suatu konsorsium lnter- Government Group on lndonesia (IGGI) yang terdiri
atas sejumlah negara industri maju termasuk Jepang untuk membiayai pembangunan di
Indonesia. Saat itulah Indonesia dianggap telah menggeser sistem ekonominya dari
sosialisme lebih ke arah semikapitalisme (Tambunan, 1998). Memasuki periode akhir
1980-an dan awal 1990-an sistem ekonomi di Indonesia terus mengalami pergeseran.
Menilik kebijakan yang banyak ditempuh pemerintah, kita dapat menilai bahwa ada
sebuah mainstream sistem ekonomi telah dipilih atau telah 'dipaksakan' kepada negara
kita.
Isu-isu ekonomi politik banyak dibawa ke arah libelarisasi ekonomi, baik
libelarisasi sektor keuangan, sektor industri maupun sektor perdagangan. Sektor swasta
diharapkan berperan lebih besar karena pemerintah dianggap telah gagal dalam
mengalokasikan sumberdaya ekonomi untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi, baik yang berasal dari eksploitasi sumberdaya alam maupun hutang luar
negeri. Pakto '88 dapat dianggap sebagai titik tonggak kebijakan libelarisasi ekonomi di
Indonesia. Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti
dengan terjadinya transaksi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta yang
sangat pesat, mewarnai percaturan ekonomi Indonesia saat itu. Masa pembangunan
ekonomi Orde Baru-pun akhirnya berakhir. Puncak dari kegagalan dari pembangunan
ekonomi Orba ditandai dengan meledaknya krisis moneter, yang diikuti dengan
ambruknya seluruh sendi- sendi perekonomian Indonesia.
18

Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian


Indonesia tidak bergeser sedikitpun dari pola sebelumnya. Bahkan semakin liberal.
Dengan mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF, Indonesia benar-benar
telah menuju libelarisasi ekonomi.

2.4 Perkembangan Kapitalisme di Indonesia saat ini


Kapitalisme di Indonesia adalah cangkokan dari Eropa yang dalam beberapa hal
tak sama dengan kapitalis yang tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya sendiri yakni
Eropa dan Amerika Utara. Indonesia yang saat ini menganut demokrasi pancasila tak
urung dari sistem kapitalis yang terus berkembang seiring dengan perkembangan
kapitalis rakyat Indonesia pun dapat menilai bagaimana kapitalisme menguntungkan
maupun merugikan bangsa ini.
Terdapat beberapa faktor internal yang jyga memengaruhi prematurnya sistem
kapitalis di Indonesia faktor perbedaan bentang alam Indonesia misalnya pulau Jawa
memiliki lahan pertanian dan pulau Sumatra memiliki lebih banyak lahan yang
mengandung SDA seperti besi dan minyak tanah dengan demikian mesin perindustrian
modern yang kini lebih berkembang di Pulau Jawa lebih tepat jika digunakan untuk
mengembangkan Pulau Sumatra.
Sampai saat ini kapitalis masih terus berkembang di Indonesia kekayaan sumber
daya indonesia di eksploitasi oleh negara negara lain. Selain itu terdapat banyak
fenomena yang menggambarkan bahwa kapitalis masih eksis di indonesia diantaranya
banyak pemilik modal yang mengeruk kekayaan untuk kepentingan sendiri sehingga
menyebabkan kesenjangan semakin besar antara kelas sosial yang ada.
Struktur kapitalis di Indonesia masih prematur atau rentan seiring berjalannya
waktu serta pengaruh yang datang darj luar maupun dalam indonesia.
Kapitalisme yang identik dengan industrialisasi masuk ke Indonesia dengan
perantara mesin-mesin moderen bagi perusahaan gula, karet, teh, minyak, arang dan
timah. Pada awalnya, industrialisasi dilakukan hanya terbatas di Jawa dan Sumatera.
Namun menurut Tan Malaka (2008), industrialisasi yang sesungguhnya di Indonesia
tidak akan pernah berhasil bila dilakukan di Jawa, pasalnya segala sumber daya alam
(bahan-bahan tambang seperti emas, besi, dan lain sebagainya), terletak di Sumatera dan
pulau Jawa seharusnya adalah pusat pertanian.
Kapitalisme awalnya tumbuh dan berasal dari Amerika Utara dan Eropa. Menurut
Tan Malaka (2008: 45), sistem kapitalisme di Indonesia masih dianggap muda karena
19

negara Indonesia baru menggunakan mesin untuk proses industri seperempat abad
belakangan ini. Hal ini dikarenakan penjajah yang terlalu lama mengeksploitasi sumber
daya alam Indonesia, sehingga warga Indonesia belum dapat meggunakan sumber daya
secara maksimal.
Kapitalisme di Indonesia pada masa sebelum Indonesia merdeka, berawal dari
kedatangan bangsa barat. Kedatangan VOC sampai pada masa diberlakukannya sistem
tanam paksa merupakan akar dari kapitalisme di Indonesia. Bangsa Belanda dalam hal
ini memposisikan diri mereka sebagai kaum borjuis dan bangsa Indonesia sebagai kaum
proletar. Rakyat Indonesia sebagai rakyat jajahan kemudian dijadikan pekerja dalam
pembangunan sarana-prasarana terkait dengan kepentingan Belanda, seperti
pembangunan jalan raya, pembangunan jalan kereta api, pelabuhan, dan sebagainya
(Soekarno 1930).
Setelah Indonesia mendapatkan hak untuk merdeka, tak lantas membuat
kapitalisme menghilang. Berkembangnya kapitalisme di Indonesia setelah kemerdekaan
dipengaruhi karena lemahnya keadaaan ekonomi pada saat itu. Oleh karena itu, pada
masa Orde Baru, Presiden Soeharto menerapkan kebijakan-kebijakan yang ditujukan
untuk pembangunan nasional dan kesejahteraan ekonomi. Dalam praktiknya, kebijakan
tersebut membuat kapitalisme di Indonesia semakin kuat. Pembangunan besar-besaran
membuat para investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya perusahaan-perusahaan asing
berebut untuk berinvestasi dan membuka cabang pabriknya di Indonesia adalah lantaran
biaya pekerja di Indonesia tergolong rendah bila dibandingkan dengan biaya pekerja dan
buruh di negara-negara lain. PT. Freeport merupakan contoh dari adanya sistem
kapitalisme yang berkembang di Indonesia. PT. Freeport membawa banyak sekali
peralatan-peralatan modern untuk industri pertambangan emas di Irian Jaya.
Dalam KTT APEC di Bogor tahun 1994, Presiden Soeharto menyatakan bahwa
siap atau tidak siap, Indonesia akan memasuki perdagangan bebas. Momentum inilah
yang menjadi cikal bakal perdagangan bebas di Indonesia hingga kini. Para investor
asing yang membanjiri pasar usaha Indonesia semakin mendesak para investor pribumi.
Persaingan serta sistem pemerintahan oligarki menjadi sebab terjadinya krisis ekonomi
dan inflasi di tahun 1997-1998, hingga akhirnya Presiden Soeharto mundur dari
jabatannya (Pusat Penelitian Politik, 2009), dan meninggalkan jejak-jejak kapitalisme di
Indonesia.
20

Sampai saat ini, kapitalisme masih terus berkembang di Indonesia. Kekayaan


sumber daya Indonesia masih dieksploitasi oleh negara-negara lain. Selain itu, masih
banyak para pemilik modal yang mengeruk kekayaan untuk kepentingannya sendiri,
sehingga menyebabkan kesenjangan yang semakin besar antara kelas-kelas sosial yang
ada.
Selain kesenjangan sosial, sistem kapitalisme juga menimbulkan perpindahan
penduduk. Penduduk yang awalnya berada di desa berpindah ke kota karena tingginya
tingkat kebutuhan tenaga kerja di kota-kota besar. Kapitalisme membuat kota-kota
sebagai pusat produksi kemudian terlihat seakan lebih menjajikan. Tan Malaka (2008)
mengatakan bahwa sesungguhnya kapitalisme di Indonesia mengalami penyimpangan.
Kota-kota di Indonesia bukan menjadi pusat ekonomi, melainkan menjadi sumber
ekonomi yang mengalirkan keuntungan bagi bangsa asing. Hal inilah yang menyebabkan
pertumbuhan kapitalisme di Indonesia tidak merata.
Susunan kapitalisme Indonesia selanjutnya terus berkembang, namun tidak secara
alami (Malaka, 2008: 48). Sampai saat ini, Indonesia belum dapat menghasilkan barang-
barang untuk penduduknya sendiri maupun untuk perdagangan luar negeri. Mesin-mesin
pertanian, keperluan rumah tangga, serta bahan-bahan produksi yang dipakai oleh rakyat
Indonesia mayoritas tidak dibuat oleh tangan sendiri (Malaka, 2008: 49). Bentuk-bentuk
kapitalisme di Indonesia saat ini adalah sebagai berikut:
1. Kapitalisme perdagangan, adalah sistem perekonomian di mana pengusaha
mengangkut hasil produksi dari suatu tempat ke tempat lain sesuai dengan
kebutuhan pasar.
2. Kapitalisme industri, yaitu sistem perekonomian yang memisahkan antara modal,
buruh dan manusia dengan mesin.
3. Sistem kartel, yakni sistem perekonomian di mana perusahaan-perusahaan besar
bersepakat dalam pembagian pasar internasional.
4. Sistem trust, yakni sistem ekonomi yang menggabungkan antara perusahaan besar
yang berkompetisi dengan tujuan mengontrol dan menguasai pasar.

2.5 Strategi Menghadapi Kapitalisme di Indonesia


Nama Indonesia tidak pernah lepas dari konstelasi dunia (global). Dalam sejarah
Indonesia, banyak bukti yang menunjukan bahwa Indonesia sering dikendalikan oleh
wacana “asing” yang kadang berwatak Imperialistik. Indonesia bukan hanya masuk
21

dalam wacana (Barat) akan tetapi juga masuk dalam cengkraman Kapitalisme yang
sangat hegemonik, mulai dari awal berdirinya hingga saat ini. Indonesia dijajah dan
dikendalikan, misalnya dalam aspek: social, politik, ekonomi, ideology, kebudayaan dan
seterusnya.
Gurita Imperalisme yang hegemonik, yang menelikung dan menjajah bangsa
Indonesia (juga negara berkembang/negara dunia ke-tiga) itu bernama kapitalisme
ekonomi. Dominasi kapitalisme ekonomi ini hampir menyeluruh dan total. Dari dulu
hingga kini, betapa banyak peristiwa dan sejarah di tanah air yang dicampurtangani
bahkan dibikin/direkayasa oleh kapitalisme ekonomi demi kepentinganya. Kita kadang
terperangah dan sama sekali tidak menyadari hal itu. Sebut saja diantaranya drama
politik PKI dan keruntuhan orde lama dimana terjadi konspirasi antara CIA dengan
Soeharto, ketergantungan ekonomi negara miskin terhadap kepentingan para pemodal
yang berasal dari negara kaya sehingga peranan pemerintah dalam negara miskin
cenderung mengalami perubahan fungsi, yaitu dari melayani dan melindungi
kepentingan rakyat menjadi melayani dan melindungi kepentingan para pemodal
International yang ingin atau telah menanamkan modalnya di negara-negara yang
bersangkutan. Pada tingkat yang paling ekstrim, kebijakan ekonomi pemerintah negara-
negara miskin justru secara terang-terangan mengambil posisi berlawanan dengan
aspirasi rakyat mereka sendiri. Dan masih banyak lagi persoalan yang memang menjadi
skenario kapitalisme ekonomi.
Maka, sebuah upaya untuk melakukan perubahan di tanah air, tanpa
mengaitkannya dengan struktur kapitalisme, tentu akan menemui jalan buntu. Soal upaya
demokratisasi tidak sekedar berhadapan dengan negara (kekuasaan), militer, elit politik,
elit ekonomi dan semacamnya, akan tetapi secara lebih luas dan lebih dalam akan
berhadapan dan membentur struktur kapitalisme yang dominatif dan hegemonis. Hal ini
sesuai dengan pesan Bung Karno kepada rakyat Indonesia “Perjuangan kamu lebih berat
dari pada perjuanganku, kalau aku berjuang musuh yang aku hadapi sangat jelas mereka
adalah orang Belanda yang menerapkan sistem koloniaisme di Indonesia akan tetapi
musuh yang kamu hadapi nanti berasal dari bangsa kamu sendiri”.
Di Indonesia yang pada awalnya menerapkan suatu sistem ekonomi yang tendens
ke arah sosialisme saat orde lama, berganti dengan politik developmentalisme yang
diterapkan oleh orde baru sebagai kompensasi atas terlibatnya kepentingan Amerika
dalam penggulingan orde lama. Sehingga kapitalisme adalah suatu pilihan dari sistem
yang diterapkan untuk mempercepat laju industrialisasi dari under developmentalisme
22

menuju negara developmentalis. Developmetalisme yang merupakan wajah baru dari


kapitalisme ekonomi ingin mendikte bangsa Indonesia lewat IMF (International
Monetery Fund) dan Bank Dunia lainnya yang merupakan konsorsium kapitalis. Hal ini
menjadi sangat berperan dalam menciptakan ketergantungan modal dengan memberikan
penalangan utang luar negeri kepada negara-negara berkembang dan berhak memberikan
ketentuan-ketentuan yang intervensionis terhadap kebijakan pembangunan negara-negara
berkembang.
1. Strategi penguatan sosial
Untuk memenangkan perlawan Kapitalisme Ekonomi kita harus mengukur
kekuatan-kekuatan masyarakat, termasuk umat Islam yang ada di Indonesia. Karena
umat Islam Indonesia mayoritas lebih dari 90% maka modal pokok dari adalah
“konsentrasi kekuatan Islam Indonesia bukan perpecahan kekuatan Islam di
Indonesia”. Kekuatan umat Islam Indonesia ini adalah kekuatan pokok dan lebih baik
jika kita dapat menguatkan masyarakat yang baragama lain, karena yang akan terjadi
adalah kekuatan seluruh bangsa Indonesia yang dipelopori oleh umat Islam dalam
melawan kapitalisme ekonomi. Dengan kekuatan inilah sebenarnya kekuatan yang
maha dasyat dengan modal semangat perjuangan yang tak akan terkalahkan sampai
matinya kapitalisme. Ada dua tahapan dalam membangun kekuatan ;
a. Membangun kekuatan sosial (macht vorming)
Macht vorming adalah pengorganisiran massa, oleh karena itu untuk membangun
kekuatan sosial harus ada “konsentrasi kekuatan” agar kekuatan ini dapat
dipersatukan maka segala pertentangan yang terdapat dalam “bangsa” dan
“rakyat” ini harus segera diselesaikan misalnya “pertentangan antar umat Islam
sebagaimana yang terjadi dalam partai Islam dan ormas Islam saat ini,
pertentangan antar suku padahal sama-sama muslimnya, pertentangan antar
agama‟, setelah kita selesai membangun kekuatan bangsa di Indonesia maka kita
akan membangun kekuatan dengan bangsa yang menentang kapitalisme ekonomi.
Penyatuan kekuatan inilah yang menjadi modal utama kita untuk ber melawan
kapitalisme ekonomi demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur serta
mencapai dasar/dasar dari perdamaian dunian yang kekal dan abadi. Hal ini
sesuai dengan Piagam madinah Pasal 18 (Setiap pasukan yang berperang bersama
kita harus bahu membahu satu sama lain).
b. Penyadaran sosial (macht wending)
23

Pada tingkatan ini manusia dengan kemampuan berfikirnya


mengaktualisasikan pada perilaku kehidupan di masyarakat. Sifat dasar manusia
yang ingin merdeka secara lahir dan bathin adalah power yang tiada habisnya
untuk melepaskan himpitan hidup yang menimpa diri manusia tersebut. Pada
prinsip yang ingin lepas dari himpitan dan penindasan inilah Mujahid dalam
melakukan penyadaran terhadap umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia
umumnya, supaya masyarakat sadar dan mau bergerak, membangkitkan semangat
untuk keluar lepas merdeka dari penjajahan kapitalisme ekonomi.
Pergerakan memang pasti lahir, pasti hidup walaupun obat tidur yang
bagaimana juga manjurnya walaupun terang-terang dirintangi oleh musuh dengan
rintangan yang bagaimanapun juga selama nasib kita masih nasib yang sengsara.
Memang pergerakan lahir karena pada hakekatnya dilahirkan oleh tenaga-tenaga
pergaulan hidup sendiri. Dengan tenaga kita sendiri dengan mempunyai bentukan
pergerakan yang seksama, konstruksi pergerakan yang harus cocok dan sesuai
dengan hukum-hukumnya masyarakat dan terus menuju kearah idealnya
masyarakat, yakni masyarakat yang selamat dan sempurna.
Oleh karena itu ketika penyadaran merupakan tahapan yang paling urgen,
penyadaran ini bisa kita lakukan terhadap seluruh elemen bangsa baik yang ada di
struktural maupun tidak.
2. Strategi penguatan ekonomi
Menurut Carla Poli, “Ekonomi berasal dari kata-kata Yunani, oikos dan nomos
yang terjemahnya adalah tata laksana rumah tangga.
Sedangkan menurut L. Robbins bahwa “Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia dalam hubungan dengan tujuan yang ingin dicapai dan
sumber daya yang mempunyai berbagai kemungkinan penggunaan.
Dilihat dari perjalanan sejarah, dalam terminologi ekonomi kapitalis,
pemerintah dilarang untuk campur tangan dalam masalah kegiatan ekonomi, dengan
alasan bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi hanya akan
menimbulkan effek negatif atas keefektifan penggunaan sumber daya dalam
masyarakat, karena efektifitas kegiatan ekonomi dalam pandangan mereka adalah;
membiarkan setiap individu masyarakat untuk mengambil keputusan ekonominya
sesuai dengan mekanisme pasar tanpa ada intervensi terhadap mekanisme tersebut.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka kaum ekonomi kapitalis sangat membatasi
peranan pemerintah hanya dalam batas; bagaimana pemerintah berusaha mendapatkan
24

pendapatannya untuk menutupi pengeluarannya yang sangat terbatas, yaitu dengan


suatu mekanisme membagi beban tersebut kepada individu masyarakat dengan pola
pembagian yang adil menurut mereka.
Runtuhnya Soviet sebagai sebuah kekuatan ekonomi, berakhirnya dominasi
komunis dalam sistim ekonomi di Cina, disisi lain ketidak mampuan sistim kapitalis
dalam menyusun tata ekonomi dunia baru, telah memunculkan rasa optimisme di
kalanagan sarjana-sarjana Islam akan segera wujudnya Islam sebagai sebuah sistim
alternatif yang memberikan solusi pemecahan permasalahan pembangunan
perekonomian dunia.
Konsep Islam sangat jelas dalam pembangunan, selain memberikan panduan
terhadap konsep pembangunan fisik, ekonomi Islam juga dengan tegas pembagunan
manusia sebagai pelaksana pembangunan juga di tekankan, termasuk hubungan antara
keduanya (Umer Chapra: 1993). Ada lima hal yang ditawarkan sebagai konsep dan
strategi dalam pembangunan ekonomi Islam dan sekaligus menjadi ukuran dalam
kebijakan ekonomi.
a. Pertama, pembangunan sumberdaya manusia, dalam konsep ini yang menjadi
fokusnya adalah bagaimana membangunan keadilan social dalam ekonomi,
reformasi konsep tenaga kerja, moral, pendidikan dan perilaku manusia sebagi
konsumen.
b. Kedua, adalah konsep kepemilikan dalam konsep ini ditekankan aturan
pembangunan dalam kepemilikan kekayaan, hubungan antara pengusaha, kecil,
menengah dan besar dan juga restrukturisasi sistim keuangan dan optimalisasi
peran zakat.
c. Ketiga adalah restrukturisasi ekonomi, yang berkaitan dengan persoalan
kebijakan fiscal dan moneter, dimana Islam telah memberikan aturan yang jelas,
selain itu permasalahan publik sector, moral hazard.
d. Keempat, perdangan luar negeri, salah satu solusi Islam yang ditawarkan adalah
selain barang-barang yang sudah jelas, juga mekanisme pembayarannya. Islam
menawarkan sistim dinar emas yang memiliki ukuran yang sama sehingga tidak
akan terjadi fluktuasi nilai mata uang.
e. Kelima adalah kebijakan politik ekonomi, karena semuanya akan terpulang dari
politicalwill pemerintah, dan Islam memberikan aturan dan norma yang jelas
dalam kebijakan politiknya.
25

Oleh sebab itu, penulis berpendapat bahwa untuk mebangun sebuah sistem
ekonomi yang kuat adalah tidak mudah dan memerlukan waktu yang panjang, sistem
pembangunan ekonomi Islam telah memiliki dasar dan konsep yang jelas untuk
menjadi sebuah sistem dan konsep ekonomi yang mapan dan kuat. Selain dasar
syariah yang sudah mendapat jaminan dari Allah SWT, sistem ekonomi Islam sangat
relevan diaplikasikan dalam kurun waktu yang tidak terbatas karena pada dasarnya
Islam telah memberikan solusi terhadap pemecahan mendasar manusia, yang
menjadi persoalan adalah konsistensi dan komitmen bersama untuk menerapkan
nilai-nilai ekonomi Islam agar wujud dalam diri kita, masyarakat, bangsa dan negara
bahkan dunia.

3. Strategi penguatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi
ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki
keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita
abaikan.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan
selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu
sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam
intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi
langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan
produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan
hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas
SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi global.
Sudah saatnyalah pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius
membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia
membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa
Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang
dimiliki dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun
perekonomian nasional.
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang
tidak pernah selesai. Menurut penulis ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa
orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja.
26

Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja.
Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya
standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan
mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang
ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi seyogyanya
kebijakan link and match mendapat tempat sebagai sebuah strategi yang
mengintegrasikan pembangunan ekonomi dengan pendidikan. Namun sayangnya ide
link and match yang tujuannya untuk menghubungkan kebutuhan tenaga kerja dengan
dunia pendidikan belum ditunjang oleh kualitas kurikulum sekolah yang memadai
untuk menciptakan lulusan yang siap pakai. Yang lebih penting dalam hal ini adalah
strategi pembangunan dan industrialisasi secara makro yang seharusnya berbasis
sumberdaya yang dimiliki, yakni kayanya sumberdaya alam (SDA). Kalau strategi ini
tidak diciptakan maka yang akan terjadi adalah proses pengulangan kegagalan karena
terjebak berkelanjutannya ketergantungan kepada utang luar negeri, teknologi, dan
manajemen asing. Sebab SDM yang diciptakan dalam kerangka mikro hanya semakin
memperkuat proses ketergantungan tersebut.
Bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan SDA, memiliki posisi
wilayah yang strategis (geo strategis), yakni sebagai negara kepulauan dengan luas
laut 2/3 dari luas total wilayah; namun tidak mampu mengembalikan manfaat sumber
kekayaan yang dimiliki kepada rakyat. Hal ini karena strategi pembangunan yang
diciptakan tidak membangkitkan local genuin. Yang terjadi adalah sumber kekayaan
alam Indonesia semakin mendalam dikuasai oleh asing. Sebab meskipun andaikata
bangsa ini juga telah mampu menciptakan SDM yang kualifaid terhadap semua level
IPTEK, namun apabila kebijakan ekonomi yang diciptakan tidak berbasis pada
sumberdaya yang dimiliki (resources base), maka ketergantungan ke luar akan tetap
berlanjut dan semakin dalam.
Oleh karena itu harus ada shifting paradimn, agar proses pembangunan
mampu mendorong terbentuknya berbagai keahlian yang bisa mengolah SDA dan
bisa semakin memandirikan struktur ekonomi bangsa. Supaya visi tersebut pun terjadi
di berbagai daerah, maka harus ada koreksi total kebijakan pembangunan di tingkat
makro dengan berbasiskan kepada pluralitas daerah. Dengan demikian harapannya
akan tercipta SDM yang mampu memperjuangkan kebutuhan dan penguatan
27

masyarakat lokal. Karena untuk apa SDM diciptakan kalau hanya akan menjadi
perpanjangan sistem kapitalisme ekonomi dengan mengorbankan kepentingan lokal
dan nasional.
Kenyataan menunjukkan banyak lulusan terbaik pendidikan masuk ke sektor-
sektor ekonomi yang justru bukannya memecahkan masalah ekonomi, tapi malah
memperkuat proses konsentrasi ekonomi dan konglomerasi, yang mempertajam
kesenjangan ekonomi. Hal ini terjadi karena visi SDM terbatas pada struktur pasar
yang sudah ada dan belum sanggup menciptakan pasar sendiri, karena kondisi makro
ekonomi yang memang belum kondusif untuk itu. Di sinilah dapat disadari bahwa visi
pengembangan SDM melalui pendidikan terkait dengan kondisi ekonomi politik yang
diciptakan pemerintah.
BAB III
PENUTUP

Dari hasil uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem ekonomi
kapitalis di Indonesia masih berlangsung sampai saat ini, karena ada beberapa faktor yang
tetap dilaksanakan oleh pemerintah, adalah sebagai berikut:

1. Dihapuskannya berbagai subsidi dari pemerintah secara bertahap. Berarti, harga dari
barang- barang strategis yang selama ini penentuannya ditetapkan oleh pemerintah,
selanjutnya secara berangsur diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar.
2. Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate). Sesuai dengan kesepakatan
dalam Lol dengan pihak IMF, penentuan nilai kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan
kurs tetap (fix rate). Dengan kata lain, besarnya nilai kurs rupiah harus dikembalikan
pada mekanisme pasar.
3. Privatisasi BUMN. Salah satu ciri ekonomi yang liberal adalah semakin kecilnya peran
pemerintah dalam bidang ekonomi, termasuk didalamnya adalah kepemilikan asset-asset
produksi. Dengan dijualnya BUMN kepada pihak swasta, baik swasta nasional maupun
asing, berarti perekonomian Indonesia semakin liberal.
4. Peran serta pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan perjanjian GATT. Dengan
masuknya Indonesia dalam tata perdagangan dunia tersebut, semakin memperjelas
komitmen Indonesia untuk masuk kubangan libelarisasi ekonomi dunia atau kapitalisme
global.
5. Sejarah telah mencatat bahwa penerapan agenda kapitalisme tidak pernah membawa
kebaikan kepada dunia. Kegagalan ini wajar, karena ideologi ini lahir sikap traumatik
terhadap agama, dan hanya bertujuan untuk menindas sesama manusia demi kepentingan
bisnis pemilik modal. Oleh karena itu, sudah seharusnya ideologi kapitalisme ini masuk
ke dalam museum sejarah kelam dunia, menyusul ideologi sosialisme yang telah masuk
sejak tahun 1990-an.

28
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Didin S., 2018, SDM Indonesia dalam Persaingan Global,


www.sebi.ac.id/articla.com.

Dinimadarina, Mukti, 2018, Perkembangan Kapitalisma di Indonesia,


http://dinimadarina.web.unej.ac.id/.

Idris, Handi Risza, 2018, Islam dan Pembangunan Ekonomi, www.sebi.ac.id/articla.com.

Mubyarto, 1999, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalisme menuju Kerakyatan, Aditya
Media, Jakarta.

Poli, Corla, 1994, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Malang: Gramedia, Cet. 11).

Wahid, Hasyim, dkk, 1999, Telikungan Kapitalisme Global Dalam Sejarah Kebangsaan
Indonesia, (Yogyakarta : LKiS)

29

Anda mungkin juga menyukai