Penulis:
PONOROGO
2024
Abstract
In the era when the idea of similarity, equality and pluralism are disseminated in diversified
area, one might face difficulty to distinguish one civilization from the other. Now capitalism is
the most dominant system of economic in the world and even developed into a civilization that
has a worldveiw. Capitalism also used to be claimed and accepted as universal system that could
be applied to the whole world. In response to this state of mind, it is imperative that capitalism
be studied and identified from its very basic concept, i.e worldview perspective, and then
compared it with Islam. This paper is a preliminary attempt to identify capitalist worldview and
prove that it differs fundamentally from the worldview of Islam. The capitalist vision on religion,
world, life style, justice, freedom of thought, wealth, economic activities which are influenced by
Western worldview is diametrically different from Islamic. Islamic worldviews are critical of
capitalism, highlighting aspects that are considered detrimental and not in line with the principles
of Islamic values. From this perspective, capitalism is seen as a system that has serious social
impacts, increases economic inequality, and exhibits questionable business ethics.
Abstrak
Dalam era dimana faham kesamaan, kesetaraan dan pluralisme disebarkan kedalam
berbagai bidang, orang mungkin akan menemukan kesulitan untuk membedakan satu peradaban
dengan peradaban lain. Kini kapitalisme adalah sistem ekonomi yang paling dominan di dunia
dan bahkan dikembangkan menjadi peradaban yang memiliki worldview sendiri. Kapitalisme
juga sering diklaim dan diterima sebagai sistem universal yang dapat diterapkan ke suluruh
dunia. Dalam merespon cara berpikir ini, kapitalisme perlu dikaji dan diidentifikasi dari
konsepnya yang paling mendasar yakni dari perspektif worldview, dan kemudian dibandingkan
dengan Islam.1 Pandangan islam bersifat kritis terhadap kapitalisme, menyoroti aspek-aspek
yang dianggap merugikan dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip nilai Islam. Dari perspektif
ini, kapitalisme dipandang sebagai sistem yang memiliki dampak sosial yang serius,
meningkatkan kesenjangan ekonomi, dan menunjukkan etika bisnis yang meragukan.2
1
Hamid Fahmi Zarkasyi, “Worldview Islam dan Kapitalisme Barat,” Tsaqafah 9, no. 1 (April 2013): 1.
2
Muthia Zhafirah Ali, “SISTEM EKONOMI KAPITALISME,” March 17, 2019, 1.
Pengertian dan Sejarah Kapitalisme
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip kepemilikan
pribadi atas alat-alat produksi dan distribusi. Dalam sistem kapitalisme, individu atau perusahaan
swasta memiliki dan mengoperasikan alat-alat produksi untuk mencari keuntungan. Hal ini
berbeda dengan sistem ekonomi seperti sosialisme, di mana alat-alat produksi dimiliki dan
dioperasikan oleh negara atau secara kolektif. Di bawah kapitalisme, keputusan mengenai
investasi, produksi, dan distribusi barang dan jasa sebagian besar ditentukan oleh pasar melalui
hukum permintaan dan penawaran. Keuntungan, yang dihasilkan dari perbedaan antara harga
jual dan biaya produksi, menjadi dorongan utama bagi para pelaku ekonomi.3
Revolusi Industri, yang dimulai di Inggris pada pertengahan abad ke-18, menjadi
momentum penting dalam perkembangan kapitalisme. Selama periode ini, terjadi pergeseran
signifikan dari ekonomi yang berbasis pertanian dan kerajinan tangan menjadi ekonomi yang
berbasis industri dan manufaktur. Inovasi teknologi, seperti mesin uap dan proses produksi
massal, memungkinkan produksi barang secara skala besar dan efisien, yang memperkuat dasar
ekonomi kapitalis.4
Pada abad ke-19 dan ke-20, kapitalisme terus berkembang dan menjadi sistem ekonomi
dominan di banyak negara di dunia. Pertumbuhan industri dan perluasan pasar global mendorong
kapitalisme hingga ke wilayah baru. Namun, pertumbuhan ini juga menimbulkan tantangan,
termasuk ketimpangan ekonomi dan sosial, yang memicu kritik dan munculnya teori-teori
ekonomi alternatif.
Kapitalisme juga sangat bergantung pada konsep pasar bebas, di mana keputusan
mengenai investasi, produksi, dan harga barang dan jasa ditentukan oleh pasar tanpa intervensi
pemerintah yang berlebihan. Pasar bebas menciptakan lingkungan di mana persaingan antar
perusahaan dapat berkembang, mendorong mereka untuk inovatif dan efisien demi menarik
konsumen dan memaksimalkan keuntungan. Pasar ini diatur oleh hukum permintaan dan
penawaran, yang secara otomatis menyesuaikan harga berdasarkan jumlah barang yang tersedia
dan keinginan konsumen untuk membelinya.5
Peran pemerintah dalam kapitalisme sering kali dibatasi untuk menjaga ketertiban,
melindungi hak kekayaan, dan menjaga keadilan pasar. Pemerintah bertindak sebagai pengawas
untuk memastikan bahwa pasar beroperasi dengan adil dan transparan, mencegah monopoli, dan
melindungi konsumen dari praktik bisnis yang tidak etis. Namun, tingkat intervensi pemerintah
dapat bervariasi tergantung pada model kapitalisme yang diadopsi oleh negara tersebut.6
5
S. Kurniawan, I. D., & Lahir, “Sistem Kapitalisme Negara Sebagai Alternatif Sistem Ekonomi Kerakyatan
Berdasarkan Pancasila,” Jurnal Ilmiah Edunomika, 2017, 84–99.
6
N. Masykuroh, “Sistem Ekonomi Kapitalis, Sosial Dan Islam,” Alqalam, 2005, 101.
pendorong kuat untuk pertumbuhan ekonomi, meningkatkan standar hidup, dan pengembangan
teknologi di banyak bagian dunia.
Kapitalisme juga mengandalkan mekanisme pasar untuk alokasi sumber daya yang
efisien. Pasar bebas, diatur oleh hukum permintaan dan penawaran, memungkinkan sumber daya
dialihkan ke tempat-tempat di mana mereka paling dihargai. Ketika sumber daya dialokasikan
dengan cara ini, efisiensi maksimum dicapai, meningkatkan produktivitas keseluruhan ekonomi.
Melalui pasar, kapitalisme memfasilitasi proses di mana barang dan jasa dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, memastikan bahwa sumber daya tidak terbuang
percuma.7
Namun, kapitalisme juga memiliki sisi lain yang sering dikritik, yaitu ketidaksetaraan
ekonomi. Sistem ini cenderung menghasilkan akumulasi kekayaan yang signifikan di tangan
sejumlah kecil individu atau perusahaan, sementara banyak orang lainnya mungkin tidak
merasakan manfaat pertumbuhan ekonomi secara merata. Ketidaksetaraan ini bisa berdampak
pada stabilitas sosial dan ekonomi dan menjadi tantangan bagi pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.
Pada era globalisasi, kapitalisme telah memainkan peran penting dalam menghubungkan
pasar dan ekonomi di seluruh dunia. Ini telah menciptakan jaringan perdagangan dan investasi
global yang luas, membuka peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi. Namun, globalisasi juga
membawa tantangan, termasuk persaingan meningkat untuk produsen lokal dan potensi
eksploitasi di pasar tenaga kerja. Globalisasi telah mengubah cara kapitalisme memengaruhi
pembangunan ekonomi, baik secara positif maupun negatif.8
Terakhir, konsep pembangunan berkelanjutan telah menjadi semakin penting dalam diskusi
tentang kapitalisme. Ini melibatkan upaya untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
merusak lingkungan atau mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Kapitalisme
berkelanjutan mencoba menggabungkan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan
7
K. ( Parakkasi, I., & Kamiruddin, “Analisis Harga Dan Mekanisme Pasar Dalam Perspektif Islam,” . . LAA MAISYIR :
Jurnal Ekonomi Islam 5 (1) (2018): 107–20.
8
Adiwarman Karim, “Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer,” Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
lingkungan dengan pencarian keuntungan. Ini menandai pergeseran dalam pemikiran kapitalis
tradisional dan menunjukkan adaptasi sistem dalam menghadapi tantangan global modern.
1. Dari segi hak milik yang menyadarkan hak pemilikan kepada swasta untuk dijadikan sebagai
alat produksi, distribusi dan penukaran.
2. Dari segi kebebasan ekonomi yang tidak terbatas dan tidak ada campur tangan dari negara.
Sehingga menimbulkan pemikiran untuk mendapatkan harta dengan cara yang curang atau tidak
adil seperti judi dan pelacuran.
3. Dari segi monopoli yang sangat memuja persaingan sehingga menimbulkan terjadinya merger
beberapa bisnis kecil menjadi satu sehingga menjadi monopoli atau kartel. Akibatnya sistem
ekonomi seperti akan membunuh persaingan bebas dan juga menyebabkan terjadinya inflasi.
4. Dari segi kekayaan yang kepemilikan alat-alat produksi oleh individu atau swasta maka
otomatis perbedaan akan muncul. Perbedaan hak yang sangat mencolok antara majikan dan
pekerja akan menyebabkan masyarakat terbelah menjadi dua kelompok yang bersaing dan saling
menjatuhkan satu dengan yang lain.9
Kapitalisme yang lahir dari pemikiran masyarakat feodal kini telah menjadi senjata
ampuh negara maju untuk memajukan perekonomian mereka. Sementara itu kapitalisme juga
telah membunuh perekonomian negara berkembang atau negara-negara miskin. Konsep
kapitalisme yang sudah mendunia memang tidak bisa dihindari oleh negara-negara maju
dan negara-negara dunia ketiga. Tanpa disadari kapitalisme telah menjadi sebuah ancaman besar
bagi masyarakat negara-negara berkembang. Kapitalisme telah menjadi neo-Imperialisme yaitu
penjajahan dengan konsep baru yang lebih modern.Kapitalisme dan Liberalisme di antara
fondasi ilmu ekonomi adalah perlindungan hak milik pribadi (property right) yang merupakan
juga fondasi atas prinsip kebebasan (liberty) yang dikemukakan oleh John Locke. Ia mengklaim
bahwa civil societydibentuk untuk perlindungan atas hak milik pribadi. Prinsip kebebasan
tersebut melahirkan juga doktrin kebebasan ber-usah (free enterprise), kebebasan bekerja
yang melahirkan pekerja bebas (free labour).
9
Muthia Zhafirah Ali, “SISTEM EKONOMI KAPITALISME,” 3.
atau ekonomi liberal. Prinsip-prinsip itu ternyata prinsip liberalisme memang membuktikan
diri mampu mendorong perkembangan ekonomi dan sistem kapitalisme. 10 Dampak kapitalisme
terhadap sosial dan ekonomi sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada implementasinya
di berbagai konteks. Di bawah ini adalah penjelasan rinci mengenai dampak kapitalisme pada
aspek sosial dan ekonomi:
1. Kesenjangan Ekonomi
- Positif: Kapitalisme dapat mendukung sistem pendidikan melalui investasi swasta dan inovasi
pendidikan.
- Negatif: Akses terhadap pendidikan seringkali tidak merata. Pendidikan berkualitas dapat
menjadi mahal, membatasi akses bagi mereka yang kurang mampu. Ini dapat memperkuat
kesenjangan pendidikan dan sosial.
3. Kesejahteraan Sosial:
- Positif: Beberapa negara kapitalis sukses memiliki sistem kesejahteraan yang baik,
memberikan perlindungan kepada masyarakat yang rentan.
- Negatif: Di negara lain, kapitalisme dapat merusak sistem kesejahteraan, membatasi akses ke
layanan dasar seperti perawatan kesehatan dan perumahan.
1. Pertumbuhan Ekonomi:
- Positif: Kapitalisme sering dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Ini menciptakan
peluang bisnis, investasi, dan inovasi yang mendorong perkembangan ekonomi.
- Negatif: Pertumbuhan ekonomi yang tidak berkelanjutan dapat merusak lingkungan dan
menciptakan eksternalitas negatif seperti polusi.
- Positif: Kapitalisme mendorong inovasi dan efisiensi karena persaingan antarperusahaan. Ini
menciptakan produk dan layanan baru dan meningkatkan kualitas hidup.
10
Choirul Huda, “EKONOMI ISLAM DAN KAPITALISME,” Economica 7, no. 1 (December 5, 2016): 34–35.
- Negatif: Saat mencari keuntungan, perusahaan dapat mengabaikan keberlanjutan dan dampak
lingkungan, yang dapat merugikan masyarakat dan ekosistem.
Dalam kesimpulannya, dampak kapitalisme terhadap aspek sosial dan ekonomi sangat
tergantung pada konteks dan bagaimana prinsip-prinsip kapitalisme diimplementasikan dan
diatur. Evaluasi holistik dan pembahasan mengenai implementasi kebijakan dan regulasi dapat
membantu meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan kontribusi positif kapitalisme
bagi masyarakat.11
1. Amerika Serikat: Merupakan negara dengan sistem ekonomi kapitalis yang kuat, di mana
sebagian besar keputusan ekonomi diambil oleh pasar dan swasta. Namun, pemerintah juga
terlibat dalam mengatur dan memantau aktivitas ekonomi.
2. Kanada: Sistem ekonomi Kanada mirip dengan Amerika Serikat, dengan sektor swasta yang
dominan dan pemerintah yang memiliki peran dalam mengatur dan menyediakan layanan sosial.
3. Inggris: Sebagai salah satu negara yang mendukung paham ekonomi kapitalis, Inggris
memiliki sektor swasta yang kuat, meskipun pemerintah juga terlibat dalam regulasi dan
memberikan layanan publik.
4. Jerman: Negara ini menganut model ekonomi sosial pasar, yang menggabungkan prinsip-
prinsip kapitalisme dengan elemen kesejahteraan sosial. Sebagian besar keputusan ekonomi
diambil oleh sektor swasta, tetapi ada peran pemerintah yang cukup signifikan.
Perlu dicatat bahwa dalam praktiknya, banyak negara memiliki campuran sistem ekonomi, dan
pengaturan kapitalisme dapat bervariasi. Selain itu, faktor budaya, sejarah, dan hukum setempat
juga memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana sistem kapitalisme
diimplementasikan di masing-masing negara.12
11
Selu Margaretha Kushendrawati, “MASYARAKAT KONSUMEN SEBAGAI CIPTAAN KAPITALISME GLOBAL:
FENOMENA BUDAYA DALAM REALITAS SOSIAL,” Makara 10, no. 2 (July 12, 2006): 53–54.
12
Dicky Sumarsono, “SISTEM PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA DI DUNIA,” JURNAL AKUNTANSI DAN PAJAK 16,
no. 2 (January 20, 2016): 23–25.
global. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat mempengaruhi masa depan negara-negara
kapitalis:
3. Kesejahteraan Sosial:
- Adaptasi terhadap Perubahan Global: Negara-negara kapitalis akan terus dihadapkan pada
tantangan dan peluang global. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dalam
perdagangan internasional, geopolitik, dan dinamika ekonomi global akan menjadi kunci
keberhasilan.
5. Tantangan Lingkungan:
6. Ketidakpastian Global:
Masa depan negara-negara kapitalis sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk
beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi dinamika yang terus berubah. Kebijakan yang
bijaksana, investasi dalam sumber daya manusia, dan responsibilitas sosial dapat membentuk
arah positif bagi perkembangan ekonomi dan sosial di masa mendatang.13
13
Indah Piliyanti, “Menggugat Sistem Kapitalisme,” La raiba(jurnal ekonomi islam) 3, no. 1 (July 28, 2009): 50–52.
Daftar Pustaka