Anda di halaman 1dari 57

Ke - 95 Dalil 1

KE - 95 DALIL LUTHER
(1517)

Naskah dimuat dalam Academia.edu oleh


Ebenhaizer Nuban Timo tetapi tanpa nama
penulis dalam naskah.

Sumber:
https://www.academia.edu/28083216/95_dalil_Luther_pdf

Layout dalam
format
A5PDF14 oleh
Zakaria Ngelow
17 Maret 2022
2 Ke - 95 Dalil
Ke - 95 Dalil 3

DAFTAR ISI

Latar belakang Sejarah 3

Ke-95 Dalil 14

Analisis ke-95 Dalil 34

Lampiran-lampiran 44

1. Surat Penghapusan Hukuman Error! Bookmark


not defined.4

2. Instruksi Uskup Agung Albrecht kepada agen-


agennya 50

LATAR BELAKANG SEJARAH

Tindakan Luther menerbitkan 95 dalil mengenai


penjualan surat penghapusan hukuman dicetuskan oleh
kegiatan Johann Tetzel di perbatasan kerajaan Sachsen
dalam tahun 1517. Tetapi dalam Gereja Barat
penghapusan hukuman itu sudah lama menjadi
masalah.

Masalah itu merupakan salah satu hasil timbulnya


kebiasaan melakukan pengakuan dosa, mula-mula
sebagai perbuatan spontan, yang sukarela, di hadapan
sesama orang percaya, kemudian secara teratur, di
hadapan seorang imam, sebagai sakramen yang wajib
4 Ke - 95 Dalil

dipraktekkan. Kebiasaan tersebut lahir di kalangan para


biarawan di bagian timur Kekaisaran Romawi. Dalam
abad ke-4 Basilios ”Agung”, uskup Caesarea (di
Kapadosia, Asia Kecil) menyuruh para anggota
kelompok biarawan yang ia pimpin agar setiap malam
saling mengaku dosanya dan agar kemudian masing-
masing menetapkan apa yang harus dilakukan
temannya untuk menunjukkan penyesalannya atas dosa
itu. Kebiasaan itu meluas ke kalangan warga jemaat dan
diterima juga di Eropa Barat. Mula-mula pengakuan
dosa bukan perbuatan wajib, dan boleh juga dilakukan
terhadap seorang sesama warga bukan imam. Tetapi
pada tahun 1215 Konsili Lateran IV mengatur
prakteknya: semua warga wajib melakukan pengakuan
dosa paling tidak satu kali setahun, di depan seorang
imam; hanya imam itu juga yang berwenang
mengucapkan rumus pengampunan dan menetapkan
hukuman yang harus mereka tanggung karena dosanya.
Dalam menetapkan hukuman, imam memakai buku
yang mengandung daftar dosa bersama hukuman yang
harus dikenakan kepada pelakunya.

Sementara itu, berkembanglah juga teologi


pengakuan dosa. Pengakuan iman itu mencakup empat
unsur: penyesalan yang sungguh-sungguh di hati
(contritio cordis), pengakuan iman dengan mulut
(confessio oris), pernyataan pengampunan (absolutio),
dan pelaksanaan perbuatan tertentu yang diwajibkan
oleh imam agar orangnya dapat membuktikan
kesungguhan penyesalannya (poenitentia) dan
memberi kepuasan (satisfactio) kepada Allah.
Perbuatan penyesalan itu bisa ringan, bisa berat. Untuk
menyatakan penyesalan atas dosa yang ringan cukuplah
Ke - 95 Dalil 5

umpamanya mengucapkan Doa Bapa Kami sekian kali.


Tetapi untuk dosa yang berat, hukumannya juga berat,
umpamanya orang harus berziarah ke kota yang jauh,
misalnya ke Roma, atau ke Santiago di Compostela atau
ke tempat suci yang lain. Bahkan imam dapat
menyatakan bahwa dosa itu begitu besar, sehingga
hukumannya bakal berlangsung terus hingga di dalam
api penyucian.

Lama-lama tercipta kemungkinan untuk melunasi


hukuman dengan membayar sejumlah uang kepada
perbendaharaan gereja atau paroki, alihalih
melaksanakan kewajiban yang sangat memberatkan.
Berdasarkan pembayaran itu, hukuman atau sebagian
hukuman itu dihapuskan. Maka sesungguhnya
”penghapusan” itu tidak meniadakan hukuman, tetapi
menggantikannya dengan hukuman lain (yaitu
pembayaran ”denda”. Penggantian hukuman itu
menghasilkan keuntungan bagi gereja, sebab dengan
demikian diperolehnya sumber pendapatan tambahan.
Tentu penyesalan atas dosa tetap menjadi syarat
pengampunan.

Selain hukuman yang harus dijalani dalam kehidupan


ini, hukuman yang bakal diderita di masa depan,
khususnya dalam api penyucian, juga dapat dilunasi
dengan pembayaran uang. Di banyak tempat
ditawarkan kesempatan memperoleh pernyataan lunas
itu. Umpamanya, dalam gereja-gereja tertentu,
khususnya yang terletak di tempat istimewa, seperti
ketujuh gereja utama kota Roma, dan/atau yang
memiliki benda-benda istimewa peninggalan orang
Santo, bahkan Kristus sendiri (relikui). Dalam gereja S.
Petrus di Roma terdapat kubur Rasul Petrus,
6 Ke - 95 Dalil

sedangkan dekat gereja S. Giovanni in Laterano (S.


Yohanes dalam Lateran) berdirilah ”tangga istana
Pilatus”, yang konon pada tahun 326 dibawa dari
Yerusalem ke Roma oleh Helena, Ibunda Kaisar
Constantinus Agung, dan sampai sekarang (2016) tetap
berada dalam gedung di seberang gereja S. Giovanni
dalam Lateran, yang selama Abad Pertengahan
merupakan gereja utama di Roma. Kalau Jerman
sendiri, dalam gereja istana raja Sachsen1 di Wittenberg
tersimpan ribuan relikui, di antaranya serpihan kayu
yang konon berasal dari salib Kristus. Barangsiapa
masuk gerejanya dan membawa hormat pada relikui itu
sambil melakukan perbuatan devosi, dia memperoleh
penghapusan hukuman. Sebagai barang bukti orang
mendapat surat berisi spesifikasi penghapusan
hukuman yang telah diperoleh. Penghapusan itu tidak
hanya berlaku juga bagi hukuman yang harus dijalani di
masa depan, termasuk di api penyucian, tetapi bisa juga
diperoleh bagi orang lain, yang sudah meninggal dunia.
Luther sendiri, ketika berkunjung ke Roma untuk
membicarakan masalah Ordonya (1510-1511),
menggunakan kesempatan itu untuk berkunjung ke

1 Sesungguhnya, penguasa Sachsen itu tidak disebut ”raja”, tetapi


menyandang gelar Kurfürst (Inggris ”Elector”), artinya ”pangeran
pemilih”, yang diberikan kepada ketujuh penguasa yang tiap kali
seorang kaisar meninggal dunia berkumpul untuk memilih seorang
kaisar (Jerman) yang baru. Di samping ”kepangeranan” Sachsen
dengan ibukota Wittenberg, ada juga Herzogtum (Inggris: ”duchy”)
Sachsen, dengan ibukota Leipzig. Pada tahun 1546 Herzog Sachsen,
Moritz, yang notabene beragama Protestan, bersekutu dengan
Kaisar Charles V melawan Pangeran Johann Friedrich, dan diganjar
dengan bagian terbesar wilayahnya ditambah jabatan Kurfürst.
Wilayah dan jabatan tersebut dipegangnya juga sesudah tahun 1551,
ketika ia berubah haluan dan menyelamatkan Protestantisme
Jerman dengan menyerang dan mengalahkan kaisar.
Ke - 95 Dalil 7

ketujuh gereja tersebut di atas, dan merayap naik


tangga istana Pilatus. Luther berbuat begitu bukan
untuk dirinya sendiri, melainkan demi keselamatan
kakeknya, Heine Luder, yang baru saja meninggal dan
diduganya berada dalam api penyucian.

Pada awal abad ke-16, praktek mengejar penghapusan


dosa sudah benarbenar melampaui batas yang wajar
dan sedang merongrong sakramen pengakuan dosa
sendiri. Pada zaman itu ditawarkan kesempatan tak
terhitung untuk memperolehnya. Di pihak lain,
permintaannya juga besar sekali. Di mana-mana di
Eropa Barat zaman akhir Abad Pertengahan ditandai
oleh ketakutan akan maut. Orang merasa berdiri di tepi
jurang neraka, yang dari mimbar dan pada dinding
gedung gereja digambarkan sebagai tempat yang serba
ngeri. Api penyucian juga sangat disegani, karena di
sana pun orang disiksa, dan lamanya siksaan itu tidak
dapat diketahui. Bagi manusia zaman itu, kematian
mendadak merupakan mimpi buruk, sebab, jika ia
tertimpa kematian begitu saja, ia tidak akan
mempunyai kesempatan mempersiapkan diri dengan
mengaku dosanya dan menerima sakramen orang yang
di sakratulmaut. Allah tidak dikenal sebagai Yang Maha
Murah, tetapi sebagai Hakim yang mengganjar kita
sesuai dengan perbuatan kita. Oleh sebab itu, bagi
banyak orang (termasuk bagi Luther muda), menjalani
hukuman atas dosa bukan pernyataan kasih kepada
Allah yang melalui sakramen menyatakan kerelaan-Nya
untuk mengampuni, melainkan cara mengatasi rasa
takut akan hukuman yang bersifat sementara atau
malah abadi. Penyesalan mereka tidak muncul dari
kasih kepada Tuhan, melainkan dari rasa takut.
8 Ke - 95 Dalil

Selain itu, kesempatan menggantikan perbuatan


penyesalan yang nyata dengan pembayaran sejumlah
uang cenderung melonggarkan ikatan antara sakramen
pengakuan dosa pada umumnya dan penyesalan karena
dosa pada khususnya. Ikatan itu bahkan makin longgar
oleh kemungkinan menebus hukuman orang lain.
Luther sendiri harus berurusan dengan kenyataan itu
setelah di samping jabatannya sebagai mahaguru
teologi ia menjadi pastor di Wittenberg. Adakalanya,
setelah mendengarkan pengakuan dosa orang tertentu,
ia mengenakan hukuman atas dosanya, orangnya
menyatakan hukuman itu tidak usah ia jalani sebab ia
sudah memiliki surat penghapusan hukuman. Hati
Luther lebih-lebih disakiti oleh pengalaman seperti itu
karena ia sendiri justru mengalami pergumulan besar
karena dosanya dan baru saja menemukan jalan keluar
dalam percaya kepada kasih Allah yang mengampuni
orang yang menyesali dosanya. Maka sudah sejak tahun
1513 ia mulai mengeritik praktek pemberian
penghapusan hukuman, mula-mula di depan
mahasiswanya, kemudian juga di mimbar gereja
(khotbah melawan surat penghapusan hukuman, 1516).

Sekitar tahun 1510 Paus Yulius II (1506-1513), seorang


pencinta kesenian, merencanakan pembangunan
gedung gereja yang harus menjadi gereja induk Gereja
sedunia, atau paling tidak Gereja Barat. Tentu gereja
tersebut harus berdiri di atas makam Paus yang
pertama, yaitu Rasul Petrus. Sesungguhnya, di tempat
itu sudah berdiri gedung gereja, yaitu Basilika S. Petrus
yang didirikan pada zaman Kaisar Konstantinus (424
M). Tetapi keadaan basilika itu sudah buruk dan gaya
bangunannya tidak sesuai dengan selera zaman
Ke - 95 Dalil 9

modern, yaitu Renaissans. Maka begitu Yulius naik


takhta, ia segera menyuruh membongkar gerejanya dan
memulai pembangunan gereja yang baru. Karena
ukuran gedung sangat besar, dan karena para
pengganti Yulius masing-masing mempunyai selera
sendiri, pembangunannya merupakan proses yang
berkepanjangan; barulah pada tahun 1626 gereja S.
Petrus yang baru itu selesai.

Tentu proyek tersebut menelan biaya yang luar biasa


besar mahalnya, sedangkan pendapatan Paus terbatas
saja. Maka dicari cara-cara mengumpulkan dana
tambahan. Salah satu caranya ialah penjualan
indulgentia, surat penghapusan hukuman, khususnya
hukuman yang bakal diderita dalam api penyucian
(purgatorium) oleh mereka yang boleh berharap akan
masuk surga tetapi yang menurut keyakinan yang
berlaku pada zaman itu harus lebih dahulu menebus
dosa-dosanya dalam api penyucian.

Maka Paus memutuskan menggunakan cara itu untuk


mendanai pembangunan gereja S. Petrus yang baru. Ia
menyatakan bahwa yang menyumbangkan uang untuk
pembangunan gereja itu akan menerima penghapusan
hukuman yang telah dikenakan kepadanya oleh gereja,
termasuk hukuman yang bakal diderita dalam api
penyucian. Kiat tersebut berlaku untuk seluruh Eropa
Barat dan Tengah. Di masing-masing daerah diangkat
seorang komisaris yang mengelola proyeknya di
wilayahnya sendiri. Untuk Jerman Utara ditemukan
calon yang tepat, yaitu Albrecht Uskup Agung
Magdeburg merangkap uskup Halberstadt. Ia ingin
menjadi juga Uskup Agung Mainz. Hukum Gereja
melarang penumpukan jabatan seperti itu, tetapi Paus
10 Ke - 95 Dalil

bersedia saja memberi dispensasi dari ketentuan itu


dengan syarat Albrecht segera menyetor sejumlah besar
uang ke dalam perbendaharaan pusat Gereja. Albrecht
tidak memiliki uang sebanyak itu, sehingga ia terpaksa
meminjamnya pada bank. Maka disepakati bahwa
Albracht akan mengelola proyek pengumpulan dana di
Jerman. Untuk itu ia boleh menahan sebagian hasilnya
untuk melunasi hutangnya di bank, sedangkan
selebihnya akan dikirim ke Roma. Albrecht pun
mengangkat sejumlah agen (commissarius), yang akan
berjalan keliling untuk di mana-mana memperkenalkan
penghapusan hukuman yang khusus itu kepada rakyat
yang berkumpul dalam gereja. Salah seorang di
antaranya ialah Johann Tetzel (sek. 1465-1519).

Sekitar pertengahan tahun 1517 Tetzel datang ke


Sachsen. Raja Friedrich ”yang Bijak” melarang dia
menjajakan surat-surat penghapusan hukuman di
wilayah kekuasaannya, yang kira-kira seluas Jawa
Tengah. Alasannya, proyek Albrecht menyaingi
”proyek” Friedrich sendiri, yaitu koleksi relikui di
ibukotanya, yang juga menghasilkan uang lewat
pemberian surat pengLatar belakang sejarah 7

hapusan hukuman kepada para pengunjung. Selain itu,


Friedrich, selaku salah seorang pembesar Jerman, tidak
senang kalau begitu banyak uang mengalir dari Jerman
ke Roma. Tetapi Tetzel yang licik bermarkas di salah
satu kota kecil di seberang perbatasan, Jüterbog, yang
letaknya tiga puluh kilometer dari Wittenberg. Rakyat
Friedrich berbondong ke sana, termasuk juga warga
jemaat Luther. Dengan demikian, tugasnya sebagai
gembala jiwa dipersulit, sebab ada saja warga jemaat
yang setelah mengaku dosanya tidak mau
Ke - 95 Dalil 11

melaksanakan hukuman yang dikenakan kepada


mereka atau bahkan melepaskan kelakuannya yang
berdosa, karena, katanya, mereka sudah memperoleh
surat penghapusan hukuman dari Tetzel.

Luther menegur jemaatnya dalam khotbah, tetapi ia


menganggap perlu juga menyatakan keberatan
terhadap Uskup Albrecht sendiri dan mengangkat
masalahnya dalam lingkungan kaum teolog se-Jerman.
Oleh karena itu, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku
pada zaman itu, ia menerbitkan sejumlah theses, dalil-
dalil, berkaitan dengan masalah itu. Bahasanya bahasa
Latin, maka theses itu tidak diarahkan kepada rakyat,
tetapi kepada masyarakat cendekiawan, khususnya
kaum teolog. Peristiwa itu berlangsung pada tanggal 31
Oktober. Agaknya hari itu yang dipilih karena tiap-tiap
tahun pada tanggal 1 November dalam gereja-istana
dibawakan khotbah tentang penghapusan hukuman
yang dapat diperoleh dengan bantuan relikui-relikui
yang telah dikumpulkan oleh Raja Friedrich. Theses
tersebut terlampir juga pada surat Luther tertanggal 31
Oktober kepada Uskup Agung Albrecht, yang berisi
permintaan agar Albrecht menarik kembali instruksi
yang telah diberikannya kepada Tetzel. Dalam
hubungan in perlu dicatat bahwa Albrecht termasuk
para petinggi kekaisaran: dia termasuk keluarga von
Hohenzollern (yang di kemudian hari menghasilkan
raja-raja Prusia yang pada tahun 1871-1918 juga
menjadi Kaisar Jerman) dan adalah adik Kurfürst
Brandenburg, negara tetangga Sachsen di sebelah
utara; selaku Uskup Agung Mainz dia sendiri juga
menjadi Kurfürst, sebab ia merangkap penguasa
duniawi di wilayah keuskupanagung itu (sama seperti
12 Ke - 95 Dalil

di wilayah Halberstadt dan Magdeburg). Jadi, tindakan


dan surat Luther merupakan perbuatan cukup berani.

Akan tetapi, penjualan surat penghapusan hukuman


sudah dipersoalkan di kalangan luas di Jerman. Maka
dalam waktu singkat dalil Luther diterjemahkan ke
dalam bahasa daerah (bahasa Jerman) sehingga dapat
dibaca juga oleh orang banyak. Berkat penemuan seni
cetak yang telah terjadi setengah abad sebelumnya, baik
naskah Latin maupun naskah terjemahan segera
tersebar ke seluruh Jerman.

Dengan demikian masalah kaum teolog menjadi


masalah umum, yang tidak dapat tidak memancing
reaksi pimpinan gereja. Harus diperhatikan bahwa
penerbitan ke-95 dalil merupakan upaya membenahi
gereja dari dalam. Di dalamnya Luther tidak
meragukan wewenang Paus dan keabsahan sakramen
pengakuan dosa. Akan tetapi, disebabkan reaksi kaku
dan keras dari pihak pimpinan gereja di Roma dan
sebagian kaum teolog di Jerman (khususnya kaum
Dominikan, rekan se-ordo Tetzel) sesudah duatiga
tahun saja perselisihan paham intern berubah menjadi
kelahiran lembaga gereja yang tidak lagi membawahi
Roma. Gereja Roma tetap menamakan diri Gereja
Katolik, tetapi pada hakikatnya gereja yang lahir dari
Reformasi juga menuntut status ”katolik” itu. Maka
peristiwa penyebaran lembar berisi dalil-dalil tersebut
menghasilkan serangkaian perkembangan yang
belakangan disebut Reformasi Gereja dan yang ikut
menentukan keadaan Gereja Am hingga kini.
Ke - 95 Dalil 13

Catatan

Kisah pemasangan ke-95 dalil pada pintu gereja-istana


di Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517 untuk
pertama kali dicatat dalam tahun 1546 oleh
Melanchthon, rekan dan sahabat akrab Luther. Pada
1961 salah seorang ahli sejarah Katolik, Iserloh,
menyangkal historisitas kisah itu. Muncullah
perdebatan yang hingga kini belum selesai tuntas.
14 Ke - 95 Dalil

KE - 95 DALIL

Mukadimah

Karena cinta akan kebenaran dan kegemaran akan


menjelaskannya, apa yang tertulis di bawah ini hendak
diperdebatkan di Wittenberg, dengan diketuai Bapak
yang Mutabir Martin Luther, Master Ilmu-Ilmu Umum
dan Ilmu Teologi yang Suci, mahaguru biasa Ilmu
Teologi di sana. Maka ia meminta agar mereka yang
tidak dapat hadir dan bertukar pikiran dengan kami
secara lisan berbuat begitu juga tanpa hadir, dengan
surat. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kita. Amen.

1 - 4. Pertobatan menurut Injil meliputi seluruh


kehidupan

1. Tatkala Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus


berkata: ”Bertobatlah” dst.,2maka Ia menghendaki
supaya seluruh kehidupan orang percaya merupakan
pertobatan.

2. Perkataan ini tidak boleh dianggap menyangkut


pertobatan dalam rangkasakramen3 (yaitu pertobatan
dalam pengakuan, dan penyilihan4 yang dilaksanakan
oleh pelayanan para imam).

3. Kendati demikian, maksudnya bukan juga


pertobatan batiniah semata.Yang batiniah bahkan tiada

2 Bnd Mat. 4:17.


3 Latinnya: de penitentia sacramentali.
4 Satisfactio. Sulitlah menemukan istilah yang tepat dalam bahasa

Indonesia. Arti harfiah: ”berbuat secukupnya”, terjemahannya:


”pemberian kepuasan”.
Ke - 95 Dalil 15

artinya jika tidak menghasilkan pelbagai perbuatan


lahiriah yang mematikan daging.

4. Oleh sebab itu, hukuman5 tetap ada selama


kebencian terhadap dirinya6ada (yaitu pertobatan
batiniah yang sungguh-sungguh), yaitu sampai orang
masuk ke dalam kerajaan surga.

5 - 7 Mengenai kuasa Paus untuk mengampuni dosa


dan menghapus hukuman

5. Paus tidak mau dan tidak punya kuasa untuk


menghapuskan hukumanapa pun, kecuali yang telah
dikenakannya atas wewenangnya sendiri atau atas
wewenang hukum Gereja.7

6. Paus tidak punya kuasa untuk mengampuni


kesalahan apa pun, kecualidengan menyatakan dan
mengukuhkan bahwa kesalahan itu sudah diampuni
oleh Allah; atau, paling-paling, ia dapat mengampuni
perkara-perkara yang termasuk hak khususnya. Jika
hal-hal ini diremehkan, kesalahannya tinggal tetap
seluruhnya.7

7. Allah sama sekali tidak mengampuni kesalahan


siapa pun tanpa serentakmembuat dia tunduk dalam
segala hal dengan rendah hati kepada wakilNya, yaitu
imam.
5 Pena.
6 Odium sui, kebencian terhadapi diri sendiri, yaitu terhadap
manusia lama. 7 Canones.
7 ”Hal-hal ini” dapat diartikan sebagai ”hak-hak istimewa Paus”, atau

sebaliknya, sebagai ”pembatasan hak-hak istimewa itu sebagaimana


dirumuskan dalam dalil ini”. Melihat isi dalil ketujuh mungkin arti
yang kedua yang benar.
16 Ke - 95 Dalil

8 - 29 Mengenai penghapusan hukuman untuk mereka


yang sudah mati

8. Hukum disiplin Gereja8 hanya berlaku bagi


orang-orang yang hidup; sekali-sekali tidak
diperbolehkan mengenakannya kepada orang yang
akan mati.

9. Oleh sebab itu, Roh Kudus yang bertindak dalam


diri Paus berbuat baikkepada kita, apabila ia ini dalam
keputusannya selalu mengecualikan hal kematian dan
hal keterpaksaan.

10. Adalah tindakan bodoh dan jahat apabila imam-


imam tertentu membuathukuman-hukuman disiplin
gereja9 berjalan terus bagi mereka yang hendak mati,
sampai ke dalam api penyucian.

11. Benih lalang itu, yakni hal mengubah hukuman


disiplin gereja10 menjadi hukuman di api penyucian,
ternyata telah ditabur ketika uskup-uskup sedang
tidur.11

12. Dahulu kala hukuman-hukuman disiplin gereja12


dikenakan bukan sesudah, melainkan sebelum
pengampunan,13 sebagai cara menguji apakah
penyesalan itu sungguh-sungguh.

8 Canones penitentiales.
9 Penitentias canonicas.
10 Pena canonica.
11 Bnd. Mat. 13: 24dyb., khususnya Mat. 13:25.

12 Penae canonicae.
13 Yaitu oleh imam, dalam sakramen pengakuan dosa. Dalam rumus

sakramen itu, kata-kata ego absolvo te (aku mengampuni engkau)


diucapkan setelah hukuman atas dosa ditetapkan.
Ke - 95 Dalil 17

13. Orang-orang yang hendak mati, dengan


kematiannya itu terlepas darisegala-segalanya;14 dan
mereka sudah mati bagi undang-undang disiplin gereja,
karena secara hukum undang-undang itu sudah tidak
berlaku lagi bagi mereka.

14. Kurang sempurnanya kesucian dan kasih pada


orang yang hendak matitak dapat tidak membawa serta
rasa takut yang besar, dan makin kurang kesucian dan
kasih itu, makin besar rasa takut.

15. Rasa takut dan ngeri ini sendiri (belum kusebut


hal-hal lain) sudahmerupakan siksaan api penyucian,
karena dekat sekali dengan rasa ngeri akibat putus asa.

16. Rupanya perbedaan antara neraka, api


penyucian, dan surga sama dengan perbedaan antara
keputusasaan, hampir putus asa,15 dan kepastian.1617.
Rupanya perlu bahwa makin berkurang rasa ngeri,
makin bertambah kasih pada jiwa-jiwa yang ada dalam
api penyucian.

18. Rupanya juga tidak terbukti dengan alasan-alasan


rasional atau alasanalasan alkitabiah bahwa mereka itu
tidak sempat memperoleh pahala atau menambah
kasih.

19. Rupanya tidak juga terbukti bahwa mereka, se-


kurang-kurangnya mereka semua, merasa pasti dan

14 Maksudnya: bebas dari segala kewajiban dan hukuman yang telah


dikenakan kepada mereka oleh gereja.
15 Probe desperatio, harfiah: ”hampir keputusasaan”.
16 Securitas, kepastian, keamanan, rasa aman, yaitu tentang rahmat

dan keselamatan..
18 Ke - 95 Dalil

yakin mengenai keselamatan mereka, sekalipun kita17


sendiri merasa sangat pasti.18

20. Jadi, Paus, dengan menyatakan ”penghapusan


sepenuhnya segala hukuman” tidak memaksudkan
semua hukuman begitu saja, tetapi hanya yang telah
dikenakan oleh dirinya sendiri.

21. Oleh karena itu, sesatlah pemberita-pemberita


penghapusan bukuman19yang mengatakan bahwa
dengan penghapusan20 yang diberikan oleh Paus maka
manusia dilepaskan dan diselamatkan dari tiap-tiap
hukuman.2122. Bahkan ia tidak membebaskan jiwa-jiwa
di api penyucian dari hukuman apa pun22 yang
menurut hukum gereja seharusnya mereka
tanggung23dalam hidup ini.

23. Seandainya pembebasan penuh dari segala


hukuman24 sungguh-sungguh dapat diberikan kepada
seseorang, maka pastilah itu hanya diberikan kepada
orang-orang yang paling sempurna, yakni kepada amat
sedikit orang saja.

17 Orang yang masih hidup.


18 Mengenai hal keselamatan mereka.
19 Indulgentiarum predicatores, seperti Tetzel.

20 Yaitu penghapusan hukuman: indulgentia.


21 Ab omni pena solvi et salvari.
22 Nullam penam remittit.

23 Solvunt, dari kata kerja solvere = menguraikan; dalam hal utang:

membayar, melunasi.
24 Remissio

penarum. 26
Remissio.
Ke - 95 Dalil 19

24. Oleh sebab itu, bahagian terbesar rakyat tak


dapat tidak tertipu denganjanji yang tidak membeda-
bedakan dan muluk-muluk, yaitu bahwa hukuman
mereka telah ditebus.

25. Kuasa atas api penyucian yang dimiliki oleh Paus


pada umumnya,dimiliki juga oleh setiap uskup dan
setiap pastor di wilayah keuskupan dan parokinya
masing-masing.

26. Paus berbuat sangat baik karena memberi


pembebasan26 pada jiwa-jiwa itu bukan berdasarkan
kuasa-kunci (yang tidak dimilikinya),25 melainkan
melalui doa syafaat.

27. Hanya anggapan manusia saja yang diberitakan26


oleh mereka yang berkata, begitu mata uang berbunyi
di peti, segera jiwa terbang ke luar.2728. Yang pasti, bila
mata uang berbunyi di peti, kelobaan dan ketamakan
bisa bertambah. Akan tetapi, hasil doa syafaat gereja
hanya bergantung pada kehendak Allah semata-mata.

29. Siapa yang tahu, apakah semua jiwa di api


penyucian ingin ditebus;28mengingat apa yang
diceritakan mengenai Santo Severinus dan Santo
Paskalis.29

25 Yaitu: sejauh menyangkut hal pembebasan dari hukuman dalam api


penyucian.
26 Hominem predicant, harfiah: ”mereka memberitakan manusia”.
27 Keluar dari api penyucian.

28 Redimi.
29 Menurut dongeng yang tersebar luas dalam Abad Pertengahan,

kedua orang santo ini diberi kesempatan untuk keluar lebih dahulu
dari api penyucian, tetapi dengan demikian kemuliaan mereka di
surga akan berkurang. Mereka menolak. Tetapi Luther juga
20 Ke - 95 Dalil

30 - 40 Mengenai penghapusan hukuman bagi mereka


yang masih hidup

30. Tidak seorang pun yang tahu dengan pasti bahwa


penyesalannya sungguh-sungguh, apalagi bahwa ia
akan mendapat pengampunan penuh.3031. Orang yang
sungguh-sungguh memperoleh penghapusan hukuman
sama-sama langka dengan orang yang sungguh
bertobat. Artinya: amat langka. 32. Orang yang percaya
bahwa keselamatan mereka sudah dijamin oleh surat-
surat pengampunan, akan dihukum untuk selama-
selamanya bersama dengan pengajar-pengajar mereka.

33. Kita harus waspada sekali terhadap mereka yang


berkata bahwa pengampunan yang diberikan oleh Paus
itu adalah pemberian Allah yang tidak ternilai, yaitu,
yang olehnya manusia diperdamaikan dengan
Allah.3134. Sebab, anugerah-anugerah pengampunan
itu hanya menyangkut hukuman penyilihan yang
dikenakan dalam sakramen,32 yang ditetapkan oleh
manusia.33

memberi contoh lain, yang lebih serius, yaitu Paulus (Roma 9:3) dan
Musa (Kol. 32:32).
30 Penghapusan: dari hukuman atas dosa. Di sini Luther masih

memegang cara berpikir Gereja Abad Pertengahan.


31 Dengan perkataan lain: orang harus waspada terhadap pandangan

seolah surat penghapusan hukuman tidak hanya menghapuskan


akibat dosa, melainkan juga dosa itu sendiri. Sebab, dengan
demikian jasa surat-surat tsb. disamakan dengan jasa Kristus.
Agaknya ada penjaja surat penghapusan hukuman yang berani
memberitakan padangan itu.
32 Penas satisfactionis sacramentalis, yaitu yang dikenakan dalam

sakramen pengakuan dosa.


33 Jadi, surat-surat tsb. hanya menghapuskan hukuman atas dosa yang

ditetapkan oleh imam sesudah pengakuan dosa, dan tidak


Ke - 95 Dalil 21

35. Bukan ajaran Kristenlah yang diberitakan oleh


mereka yang mengajarbahwa orang yang mau membeli
surat penghapusan hukuman agar menebus jiwa [orang
lain], atau yang mau membeli surat-surat pengakuan
dosa,34 tidak perlu menyesal.

36. Setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh


menyesal sudah memilikipembebasan penuh dari
hukuman dan dari kesalahannya. Pembebasan penuh
itu patut diterimanya juga tanpa surat-surat
penghapusan hukuman. 37. Setiap orang Kristen,
apakah ia masih hidup atau sudah mati, sudah
berpartisipasi sepenuhnya dalam segala harta Kristus
dan segala harta Gereja, yang dianugerahkan
kepadanya oleh Allah juga tanpa surat-surat
penghapusan hukuman.35

38. Namun, pengampunan36 dan partisipasi37 yang


diberikan oleh Paus sekali-kali tidak boleh dipandang

menghapuskan hukuman Allah atas dosa itu, apalagi dosa itu


sendiri.
34 Surat-surat pengakuan dosa: ajaran Gereja yang resmi menyatakan:

sebagaimana perbuatan-perbuatan penyesalan yang dilakukan


sesudah pengakuan dan pengampunan dosa dalam sakramen
pengakuan dosa tidak bisa lepas dari penyesalan yang
sungguhsungguh, begitu juga pembayaran uang yang mengganti
perbuatan-perbuatan tsb. harus disertai penyesalan yang sejati.
35 Harta Kristus: jasa karya Kristus yang menghasilkan keselamatan

orang yang percaya kepadanya. Harta Gereja: menurut keyakinan


Gereja Katolik Roma, Gereja menguasai jasa Kristus tsb. dan juga
jasa yang berupakan hasil perbuatan-perbuatan baik orang-orang
santo, dan Gereja dapat membagikannya kepada mereka yang
membutuhkannya untuk mengimbangi dosa mereka dan
melengkapi jasa mereka sendiri.
36 Pembebasan dari siksaan api penyucian.
37 Yaitu: hal mengambil bagian dalam jasa tersebut.
22 Ke - 95 Dalil

rendah, karena (seperti telah kukatakan)38hal tersebut


merupakan pernyataan pengampunan ilahi.

39. Sangat sulit bagi ahli-ahli teologi yang paling


pandai sekalipun, untuk didepan rakyat memuji-muji
kelimpahan penghapusan hukuman dan serentak juga
menganjurkan penyesalan yang sungguh-sungguh.

40. Penyesalan yang sungguh-sungguh, mencari dan


menyukai hukuman,tetapi kelimpahan penghapusan
membuat – atau setidak-tidaknya dapat membuat –
orang malas serta membenci hukuman itu.

41 - 52 Penghapusan hukuman dan perbuatan amal

41. Pengampunan yang diberikan oleh Takhta


Rasuli39 harus diberitakan dengan hati-hati, agar
jangan pada rakyat timbul salah paham seakan
pengampunan itu patut lebih dihargai daripada amalan
kasih yang lain.

42. Harus diajarkan kepada orang Kristen: Paus tidak


bermaksud agar pembelian surat penghapusan
hukuman bagaimanapun juga sebanding dengan
amalan belas kasihan.

43. Perlu diajarkan kepada orang Kristen: orang yang


berderma kepada seorang miskin atau memberi
pinjaman kepada seseorang yang berkekurangan,
berbuat lebih baik daripada kalau ia membeli surat
penghapusan hukuman.

38Bnd. dalil yang ke-6.


39Veniae apostolicae, harfiah: pengampunan rasuli. Takhta Rasuli =
Paus.
Ke - 95 Dalil 23

44. Sebab, dengan amal kasih maka kasih itu


bertambah besar dan manusiamenjadi lebih baik,
sedangkan dengan penghapusan itu ia tidak menjadi
lebih baik, tetapi hanya lebih bebas daripada hukuman.

45. Perlu diajarkan kepada orang Kristen:


barangsiapa melihat orang berkekurangan, tetapi
melalaikan orang itu seraya mengeluarkan uangnya
untuk membeli surat penghapusan, ia tidak
memperoleh penghapusan hukuman dari Paus, bahkan
sebaliknya, ia mendatangkan murka dari Allah atas
dirinya.

46. Perlu diajarkan kepada orang Kristen: kalau


mereka tidak berkelebihan,wajiblah mereka
menyimpan apa yang perlu untuk rumah tangganya
dan sekali-kali tidak memboroskannya untuk surat
penghapusan.

47. Perlu diajarkan kepada orang Kristen: pembelian


surat penghapusanadalah perbuatan sukarela, bukan
perbuatan wajib.

48. Perlu diajarkan kepada orang Kristen: dalam


memberikan penghapusanhukuman, Paus lebih banyak
mengharapkan doa mereka yang ikhlas bagi dirinya
sendiri40 daripada kerelaan mereka untuk
mengeluarkan uang baginya.

49. Perlu diajarkan kepada orang Kristen:


Penghapusan hukuman dari pihakPaus hanya berguna
jika mereka tidak menaruh kepercayaannya padanya,

40 Bagi Paus.
24 Ke - 95 Dalil

tetapi sangat merugikan jika karenanya mereka


menanggalkan takut kepada Allah.

50. Perlu diajarkan kepada orang Kristen:


Seandainya Paus mengetahuipemerasan yang
dilakukan oleh para pemberita penghapusan hukuman,
ia lebih suka basilika Santo Petrus terbakar menjadi
abu daripada didirikan dengan kulit, daging, dan
tulang-tulang dombanya.

51. Perlu diajarkan kepada orang Kristen bahwa Paus


akan, dan memangharus, bersedia untuk memberi
mereka uang dari kantongnya sendiri – jikalau perlu
dengan menjual basilika Santo Petrus pun – mengingat
begitu banyak di antara mereka yang dipancing
uangnya oleh sementara penjaja surat-surat
penghapusan hukuman.

52. Sia-sialah untuk mengharapkan keselamatan dari


surat-surat penghapusan hukuman, sekalipun
komisarisnya,41 bahkan Paus sendiri, memperta ruhkan
jiwanya untuk surat-surat itu.

53 - 55 Mengenai cara Gereja memperkenalkan


penghapusan hukuman

53. Orang-orang yang menyuruh menghentikan


[pemberitaan] Firman Allahdalam gereja-gereja lain,

41 Commissarius, komisaris (agen) yang diangkat oleh Paus untuk


mengelola proyek penjualan surat penghapusan hukuman. Biasanya
dia salah seorang petinggi gereja di wilayah yang bersangkutan.
Dalam hal surat penghapusan hukuman yang dijual di Jerman Utara
pada tahun 1517, yang diangkat menjadi Commissarius ialah Uskup
Agung Albrecht
Ke - 95 Dalil 25

demi pemberitaan penghapusan hukuman, adalah


musuh Kristus dan Paus.44

54. Firman Allah dihinakan, apabila dalam satu


khotbah disediakan waktuyang sama atau malah lebih
banyak untuk hal penghapusan hukuman daripada
untuk Firman itu.

55. Maksud Paus sudah tentu begini: bilamana


penghapusan hukuman (halyang sangat kecil)
dirayakan dengan bunyi satu lonceng dan dengan satu
perarakan serta upacara, maka Injil (hal yang sangat
besar) harus diberitakan dengan memakai seratus
lonceng, dengan seratus perarakan, dan seratus
upacara.

56 - 68 Harta Gereja yang sejati ialah Injil

56. Harta Gereja yang darinya Paus membagikan


penghapusan hukuman,tidak cukup disebut dan
dikenal di kalangan umat Kristus.45

57. Nyatalah bahwa harta itu tentu bukan harta duniawi,


sebab harta semacam itu tidak akan dihadiahkan
dengan begitu mudah, malah oleh banyak penjaja
akan dikumpulkan semata.46

58. Harta itu bukan juga jasa Kristus dan orang-orang


Santo, sebab jasa itutanpa Paus senantiasa
menghasilkan anugerah untuk manusia batiniah, dan
salib, kematian, serta neraka untuk manusia
lahiriah.47
26 Ke - 95 Dalil

59. Santo Laurentius telah berkata bahwa harta Gereja


ialah orang-orangmiskin anggota Gereja, tetapi ia
memakai ungkapan itu menurut idiom zamannya.48

60. Tidaklah gegabah kiranya bila kita berkata bahwa


kuasa-kunci Gerejalah

sendiri, bersama dengan salah seorang petinggi gereja


yang lain. Ada juga sub-commissarius, di antaranya
Johann Tetzel. Lihat W.J. Kooiman, Martin Luther,
terbitan BPKGM, babVII.
44 Maksudnya: setiba mereka di salah satu kota, para
penjaja surat penghapusan hukuman menyuruh
semua gedung gereja ditutup kecuali gereja tempat
mereka sendiri berkhotbah, agar semua orang
mengalir ke sana.
45 Bnd. catatan pada dalil yang ke-37.
46 Dalil ini bernada ironis.
47 Manusia lahiriah dan batiniah bukanlah dua (jenis)
orang, melainkan kita sendiri dilihat dari dua segi.
Bnd mis. Roma 7.
48 Laurentius: seorang diaken di jemaat Roma, sek. th
250. Ketika ia ditangkap (258), ia mau dipaksa untuk
menyerahkan harta Gereja. Lalu Laurentius
mendatangkan anggota-anggota jemaat yang miskin:
mereka itulah harta gereja.
Ke - 95 Dalil 27

(yang diberikan kepadanya berkat jasa Kristus) yang


merupakan harta tersebut.

61. Sebab sudah jelas bahwa untuk membebaskan


dari hukuman-hukumandan memberi pengampunan
dalam perkara tertentu wewenang Paus saja sudah
mencukupi.42

62. Harta Gereja yang sebenarnya ialah Injil yang


maha suci tentang kemuliaan dan rakhmat Allah.

63. Tetapi memang masuk akal bila harta itu sangat


dibenci, sebab membuatorang yang terdahulu menjadi
orang yang terkemudian.43

64. Sebaliknya, masuk akal bila harta penghapusan


hukuman sangat menyenangkan, sebab membuat
orang yang terkemudian menjadi yang terdahulu.

65. Jadi, harta Injil adalah jala yang dahulu kala


dipakai untuk menangkaporang kaya.

66. Harta penghapusan hukuman adalah jala yang


dewasa ini dipakai untukmenangkap kekayaan orang.

67. Penghapusan hukuman yang digembar-


gemborkan oleh para penjaja itusebagai anugerah yang
terbesar, memang boleh dianggap begitu, melihat laba
yang dihasilkannya.

68. Akan tetapi, sebenarnya penghapusan hukuman


itu merupakan anugerah yang paling kecil

42 Yaitu perkara-perkara yang hanya boleh ditangani oleh Paus (casus


reservatus, bnd. dalil ke-6).
43 Bnd. Mat. 20:16.
28 Ke - 95 Dalil

dibandingkan dengan rahmat Allah dan cinta kepada


salib.44

69 - 80 Cara yang lazim dipakai dalam


memperkenalkan penghapusan hukuman
bertentangan dengan Injil

69. Uskup-uskup dan pastor-pastor diwajibkan


menyambut komisariskomisaris yang menjual
penghapusan hukuman dari Paus dengan segala
hormat.

70. Tetapi mereka lebih wajib lagi untuk memasang


segenap mata dan telinga, jangan-jangan orang-orang
itu memberitakan impiannya sendiri alihalih pesan
Paus.

71. Barangsiapa membantah kebenaran penghapusan


hukuman oleh Pausitu, terkucil dan terkutuk45 dia.

72. Tetapi barangsiapa berwaspada terhadap


kesewenang-wenangan dankelancangan tuturan
penjaja penghapusan hukuman itu, terpujilah ia.

73. Sama seperti Paus dengan sewajarnya


menyambar dengan kilatnya46orang yang memakai
bermacam-macam akal untuk mendatangkan rugi pada
penjualan surat-surat penghapusan hukuman,

74. Demikian pula, bahkan lebih lagi, ia bermaksud


menyambar dengankilatnya orang yang menjadikan
44 Bnd Mat 10:38. Kita bisa menerjemahkan juga: cinta (Kristus) yang
dinyatakan pada kayu salib.
45 Anathema et maledictus.
46 Kilat = hukuman Gereja, pengucilan.
Ke - 95 Dalil 29

penghapusan hukuman itu sebagai kedok untuk


mendatangkan rugi kepada kasih dan kebenaran yang
suci.

75. Tolollah sekiranya orang menganggap


penghapusan hukuman oleh Paussedemikian besar,
hingga dapat melepaskan manusia sekalipun dia –
sesuatu yang mustahil – memperkosa Bunda Allah.

76. Berlawanan dengan itu kami berkata bahwa


penghapusan hukumanoleh Paus itu tidak juga dapat
melenyapkan dosa ringan yang paling kecil sekalipun
sejauh menyangkut kesalahan yang ditimbulkan
olehnya.

77. Bila orang berkata, ”Seandainya Santo Petrus


sendiri yang menjadi Paussekarang, ia pun tidak dapat
memberi anugerah-anugerah yang lebih besar”,
perkataan itu merupakan hujat terhadap Santo Petrus
dan Paus.

78. Berlawanan dengan itu kami berkata bahwa Paus


yang sekarang ini,sama seperti tiap-tiap Paus lain,
memang mempunyai anugerah-anugerah yang lebih
besar, yakni Injil, kekuatan rohani,47 karunia
penyembuhan, dan seterusnya, sesuai 1 Korintus 12.

79. Berkata bahwa salib yang dihiasi lambang Paus


yang ditegakkan di tempat yang menonjol di dalam

47 Virtutes, sesuai dengan naskah 1 Kor. 12:30 dalam Vulgata (Alkitab


bahasa Latin yang lazim dipakai zaman itu).
30 Ke - 95 Dalil

gedung gereja itu48 sama nilainya dengan salib Kristus,


adalah hujat.

80. Uskup-uskup, pastor-pastor, dan ahli-ahli


Theologia yang membiarkanorang mengucapkan hal-
hal seperti itu dalam khotbahnya kepada rakyat,
haruslah mempertanggungjawabkan hal itu kelak.

81 - 91 Kritik yang sudah didengar di kalangan kaum


awam

81. Pemberitaan penghapusan hukuman yang


melampaui batas itu menyebabkan orang terpelajar
sekalipun sukar membela kehormatan Paus terhadap
fitnahan, apalagi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
tajam dari pihak kaum awam.

82. Misalnya, ”Mengapa Paus tidak mengosongkan


saja api penyucian karena kasih yang maha suci dan
terdorong oleh keadaan gawat jiwa-jiwa – alasan yang
serba adil – jika dibebaskannya jiwa yang tak terbatas
jumlahnya karena uang, benda najis itu, untuk
pembangunan basilika – alasan yang serba sepele?”

83. Begitu juga: ”Mengapa tetap diadakan misa


pemakaman49 dan misa peringatan orang mati, dan
mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan
orang mendapat kembali, dana-dana yang telah
dicadangkan untuk misa itu, sedangkan dipandang

48 Sebagaimana dilakukan bilamana penghapusan mulai diberitakan


dalam gedung gereja itu.
49 Exequiae.
Ke - 95 Dalil 31

pelanggaran jika orang masih mendoakan orang yang


sudah ditebus?”50

84. Begitu juga: ”Ini betul-betul suatu jenis kebaikan


yang baru dari pihakAllah dan Paus, bilamana mereka,
karena uang, mengizinkan orang yang fasik dan yang
memusuhi mereka, untuk menebus jiwa yang saleh dan
mencintai Allah, sedangkan mereka tidak menebusnya
dengan kasih yang cuma-cuma karena keadaan gawat
jiwa itu”.

85. Begitu juga: ”Mengapakah peraturan-peraturan


berhubung dengan pertobatan yang dalam praktek –
a.l. oleh karena tidak dipakai lagi – sudah lama
ditiadakan dan sudah mati, masih tetap dilunaskan
dengan uang berhubung dengan pemberian
penghapusan hukuman, seolah peraturanperaturan
tersebut masih betul-betul berlaku?”51

86. Begitu juga: ”Mengapa Paus, yang harta bendanya


kini melebihi kekayaan hartawan-hartawan52 yang
paling besar, tidak lebih suka membangun basilika
Santo Petrus yang cuma satu itu dengan uangnya

50 Bilamana seseorang mati, keluarganya atau temannya dapat


membayar sejumlah uang tersebut kepada gereja tertentu agar di
sana dibacakan Misa khusus, umpamanya seminggu sekali, demi
keselamatan orang mati itu selama waktu yang disepakati.
51 Maksudnya: orang yang berada dalam api penyucian karena

melanggar peraturan-peraturan disiplin Gereja yang sekarang sudah


tidak berlaku lagi, mesti juga ditebus lagi oleh orang yang hidup
sekarang.
52 Crassis. Crassus adalah seorang negarawan Romawi dalam abad ke-

1 sM, yang kekayaannya sudah menjadi peribahasa.


32 Ke - 95 Dalil

sendiri daripada dengan uang orang percaya yang


miskin?”

87. Begitu juga: ”Apakah gerangan yang dihapuskan


atau dibagikan Pauskepada mereka yang, karena
penyesalannya yang sempurna, bagaimanapun sudah
berhak menerima penghapusan dan partisipasi
penuh?”53

88. Begitu juga: ”Bukankah lebih baik bagi Gereja


sekiranya Paus, sepertikini dilakukannya hanya satu
kali,54 seratus kali sehari memberikan penghapusan
hukuman dan partisipasi itu kepada tiap-tiap orang
percaya?” 89. Kalau memang Paus dengan
menghapuskan hukuman lebih banyak mencari
keselamatan jiwa-jiwa daripada uang mereka,
mengapakah ia mencabut surat-surat dan
penghapusan-penghapusan hukuman yang telah
diberikan lebih dahulu, meski tetap sama-sama
ampuh?”

90. Menindas dengan kekerasan saja alasan-alasan


orang awam yang sangattajam serta cerdas itu, dan
tidak menghilangkannya dengan memberi
pertanggungjawaban, berarti menyerahkan Gereja dan
Paus kepada cemoohan musuh serta membuat orang
Kristen bersedih hati.

91. Tetapi kalau penghapusan hukuman diberitakan


menurut maksud danpikiran Paus, segala persoalan

53 Bnd dalil 36-38 dan catatan kaki pada dalil ke-38.


54 Yaitu dengan mengeluarkan bulla tentang penghapusan hukuman
yang kini dijajakan oleh Tetzel dkk.
Ke - 95 Dalil 33

tadi dapat dipecahkan dengan gampang, bahkan


menjadi tidak ada sama sekali.

92 - 95 Mengenai nabi palsu dan salib Kristus

92. Enyahlah segala nabi yang menyatakan kepada


umat Kristus, ”Damai,damai”, padahal damai tidak
ada.55

93. Terpujilah perbuatan segala nabi yang


menyatakan kepada umat Kristus, ”Salib, salib”,
padahal salib tidak ada.

94. Orang-orang Kristen harus diajak agar berupaya


mengikuti kepala mereka, Kristus, melalui hukuman,
kematian, dan neraka,

95. Dan agar dengan demikian mereka yakin akan


masuk surga bukannyadengan merasa aman dan
tenteram, melainkan dengan menanggung banyak
sengsara.63

55Bnd Yeremia 6:14; Yehezkiel


13:10,16. 63 Bnd. Kis. 14:22.
ANALISIS KE-95 DALIL56

1. Penghapusan hukuman

Luther mengecam penampilan para penjaja surat


penghapusan hukuman oleh karena mereka berbuat
seakan oleh surat itu manusia diperdamaikan dengan
Allah (33). Mereka menyebut surat itu ”anugerah Allah
yang terbesar”, bahkan menyatakan bahwa ”salib yang
mereka tegakkan di tempat penjualan sama nilainya
dengan salib Kristus”. Yang paling parah, mereka
menipu orang percaya dengan memberitakan
keselamatan semu (92). Di sini pesan Luther sama
dengan pesan Yeremia, yang mengecam nabi-nabi
palsu yang menipu raja dan rakyat Yehuda.57 Tetapi,
Luther mengecam juga para pembeli suratnya: mereka
tidak sungguh-sungguh menyesali dosanya (40),
mereka tidak takut akan Allah, (49) dan oleh karena itu
mereka akan dihukum untuk selama-selamanya
bersama dengan pengajar-pengajar mereka (32).

Dalam pada itu, Luther pada tahun 1517 belum


menolak ide penghapusan hukuman sendiri. Akan
tetapi, ia membatasi jangkauannya. Penghapusan itu,
apakah dibeli dengan uang atau diperoleh dengan cara
lain, tidak menjadikan manusia lebih baik (44) dan
tidak membantunya memperoleh keselamatan (52).
Sebaliknya, yang menjadi sarana keselamatan ialah
pemberitaan Injil (62), penyesalan sungguh-sungguh
(40), perbuatan kasih (41-43). Dengan demikian,

56 Bagian ini merupakan ringkasan dan saduran pasal bersangkutan


dalam K. Exalto, Luthers 95 stellingen tegen de aflaat, ’s-
Gravenhage 1967, hlm. 38-51.
57 Yer. 6:16b dan 8:11b.
Analisis ke-95 Dalil 35

Luther menolak pandangan yang terdapat dalam


Instruksi untuk para agen penjualan surat penghapusan
hukuman, dan yang diperkuat oleh pemberitaannya
oleh para penjaja, yaitu bahwa penghapusan hukuman
(yang mereka tawarkan kepada yang membayar
sejumlah uang) dapat diperoleh terlepas dari
penyesalan hati dan pengakuan mulut, contritio cordis
dan confessio oris dalam teologi sakramen pengakuan
dosa

(bnd. dalil 39, 40).58

2. Api penyucian

Di kemudian hari, teologi Protestan menyangkal


adanya api penyucian. Pada tahun 1517 Luther belum
maju sejauh itu. Kendati demikian, ia merongrong
teologi api penyucian yang berlaku pada zamannya.
Jiwa-jiwa yang berada di dalamnya ”hampir putus asa”
(dalil 16, cat. kaki), tetapi bilamana dalam jiwa itu kasih
bertambah, artinya, jika jiwa itu sungguh-sungguh
menyesal, rasa takut menjadi berkurang dan surga
terbuka baginya (17, bnd. 87).

Luther mengurangi peranan api penyucian juga dari


sudut lain. Gereja menyatakan bahwa hukuman yang
dikenakan oleh imam harus ditebus sampai dalam api

58 Lihat sesudah ini, Lampiran 2, Instruksi. Instruksi bagi para


komisaris memang menyatakan bahwa pengampunan dosa hanya
dapat diperoleh jika orang bersangkutan selain membayar sejumlah
uang juga mengikuti sakramen pengakuan dosa (Instruksi, awal
hlm. 111). Tetapi untuk ketiga ”anugerah utama” lainnya (surat
penghapusan hukuman, partisipasi dalam semua harta Gereja dan
pengampunan penuh semua dosa bagi jiwa-jiwa dalam api
penyucian orang tidak usah lebih dahulu mengaku dosanya di depan
imam (Instruksi, awal hlm. 116, diulangi di bagian bawah halaman
itu).
penyucian, tetapi Luther menyebut itu ”tindakan yang
bodoh dan jahat” (10). Sebab, orang yang hendak mati
sudah tidak lagi terjangkau oleh undang-undang
disiplin gereja (13). Sesungguhnya dengan demikian api
penyucian itu sudah tidak relevan lagi. Luther memang
mengalihkannya dari alam baka ke dalam masa kini.
Bila orang yang di sakratulmaut merasa takut lantaran
kurang sempurnanya kesucian dan kasih mereka, rasa
takut itu sudah seperti siksaan api penyuciaan, sebab
sudah mirip rasa ngeri akibat putus asa (14, 15; lihat
juga di bawah ini, butir 4). Sebaliknya, jika jiwa itu
saleh, jika yang hendak mati itu mengasihi Allah dan
berlindung pada-Nya, api penyucian sudah tidak ada
lagi, sebab kesalehan, kasih dan perlindungan itu
menciptakan suasana surga dan menghantar orang itu
ke dalam surga.

Dengan demikian, Luther meniadakan wewenang


imam dalam hal hukuman di api penyucian. Ia malah
menyatakan bahwa kematian mengakhiri baik
hukuman yang dikenakan oleh gereja maupun
hukuman yang datang dari Allah (4). Pada saat
kematian, semua hukuman, apakah dari gereja atau
dari Allah, berhenti dan orang percaya langsung boleh
menikmati kedekatan dengan Tuhannya di dalam
surga. Ajaran Luther itu sungguh merupakan amanat
pembebasan bagi orang yang hidup pada zaman itu.
Mereka tidak perlu lagi merasa tertekan karena
ancaman hukuman di api penyucian. Ajaran itu
membatasi juga kuasa gereja atas hati nurani. Rasa
takut orang banyak pada zaman itu terhadap kematian
dan terhadap hukuman yang akan datang sesudah
kematian itu tidak dapat lagi dibenarkan dan dibuat
lebih seru lagi oleh ajaran gereja (lihat selanjutnya butir
5 Pendahuluan ini).
Analisis ke-95 Dalil 37

3. Kedudukan dan wewenang Paus

Dalam ke-95 dalil Luther tidak juga menyerang


langsung kedudukan Paus dalam Gereja. Paus memang
berwenang membebaskan orang percaya dari
hukuman-hukuman tertentu dan mengampuni mereka
dalam perkara tertentu (6, 61). Ia tidak berwenang
mengampuni kesalahan, namun ia dapat memberitakan
dan meneguhkan pengampunan itu (6). Ia malah
dikatakan berwenang dalam hal hukuman yang diderita
orang dalam api penyucian, walau sebenarnya
wewenang itu juga dimiliki setiap imam (25).

Luther tidak juga mempersalahkan Paus karena


kelakuan Tetzel yang sudah kelewat batas itu. Berulang
kali ia nyatakan, Paus tidak mengetahui apa yang
dilakukan oleh bawahannya (50, 51, 55, 77). Asal saja
”penghapusan hukuman diberitakan menurut maksud
dan pikiran Paus, segala 22 Analisis ke-95 Dalil

persoalan tadi dapat dipecahkan dengan gampang,


bahkan menjadi tidak ada sama sekali” (91). Namun,
dalam ke-95 dalil itu tersirat celaan, yaitu dalam daftar
pertanyaan kritis yang dikemukakan oleh orang
banyak. Paus itu kaya. Maka mengapa pula ia tidak
membiayai pembangunan gereja S. Petrus dari
kantongnya sendiri? (86) Ia dinyatakan berwenang
melepaskan semua jiwa yang tersiksa dalam api
penyucian: maka mengapa ia tidak berbuat begitu? (82)
Dan seterusnya (82-89). Luther belum mengemukakan
pertanyaan itu atas namanya sendiri; ia hanya meminta
pimpinan Gereja menanggapinya, agar ia dapat
membela pimpinan itu terhadap kritik rakyat (81).
Untuk sementara, ia masih percaya akan menerima
jawaban yang memadai (91). Tetapi tanggapan itu tidak
boleh tidak berupa pernyataan bahwa praktek
pengeluaran surat penghapusan hukuman
bertentangan dengan Injil dan dengan ajaran gereja
sendiri.

Sementara itu, Luther memang menunjukkan batas-


batas wewenang Paus. Dalam hal penghapusan
hukuman di api penyucian, wewenangnya itu tidak
melebihi wewenang seorang uskup atau pastor,
pendeknya wewenang sembarang imam. Wewenang itu
pun terbatas saja, sebab hanya berupa kemungkinan
mengarahkan doa kepada Allah agar sudi meringankan
atau menghapuskan hukuman orang tertentu,
sedangkan Allah tetap bebas mengabulkan doa itu (25,
26). Jadi, Luther menolak pandangan seakan Paus
(seperti juga tiap-tiap imam berdasarkan wewenang
yang diberikan kepadanya oleh Paus) menjadi
pengantara di hadapan Allah dan seakan ia berwenang
membagi-bagikan jasa yang telah diperoleh Kristus dan
orang Santo kepada yang membutuhkannya. Paus, dan
tiap-tiap imam, bertugas memberitakan Injil (62) yang
berisi amanat pengampunan dosa (38). Injil
pengampunan dosa itulah yang merupakan harta
Gereja yang sebenarnya; dalam pemberitaannya
terlaksanalah kuasa kunci yang memang dimiliki Gereja
(60). Dengan demikian pada asasnya dalam dalil-
dalilnya Luther sudah membongkar konstruksi yang
mendasari struktur Gereja Roma dan menggambarkan
garis besar struktur Gereja yang bakal dianut dan
dipraktekkan dalam Protestantisme.

4. Penyesalan

Selama Abad Pertengahan, dalam Gereja Barat


penyesalan semakin menjadi urusan yuridis. Imam
Analisis ke-95 Dalil 39

yang mendengarkan pengakuan dosa bertindak sebagai


hakim lebih daripada sebagai gembala jiwa. Pengakuan
dosa telah menjadi sakramen, artinya tindakan yang
mendatangkan keselamatan. Hanya, keselamatan itu
hanya diperoleh lewat pernyataan penyesalan hati,
dalam perkataan dan perbuatan. Pada zaman Gereja
Lama orang menjalani hukuman, baru memperoleh
pengampunan (12). Tetapi di kemudian hari imam
menganugerahkan pengampunan dulu, baru ia
mengenakan hukuman. Selain itu, jangkauan hukuman
itu diperluas, sehingga dapat juga berlaku sesudah
kematian (api penyucian, dalil yang ke-11). Dengan
demikian, penyesalan bukan lagi urusan hati,
melainkan perkara yuridis.

Luther ingin kembali ke keadaan semua, bahkan ke


Perjanjian Baru, yang menyatakan apa itu penyesalan
yang sejati (dalil 1). Penyesalan yang diadjarkan oleh
Kristus itu bukan tindakan gereja (2), melainkan
kegiatan batin (3a), ”kebencian” diri sendiri (4).
Dengan demikian, manusia kembali menjadi individu
yang berhadapan dengan Allah, yang bertanggung
jawab atas keadaan dan perbuatannya, dan menyesali
kesalahannya. Namun, manusia itu tidak terkurung
dalam kesepian batinnya, dan penyesalannya tidak
tetap tinggal kegiatan batin saja. Manusia itu warga
persekutuan gereja, dan melalui Gereja itu ia
mendengar berita pengampunan (6, 7). Penyesalannya
menyatakan diri dalam pelbagai perbuatan lahiriah
yang ”mematikan daging” (3b). Namun, penyesalan itu
bukan serangkaian perbuatan tersendiri, melainkan
sifat hidup yang berkesinambungan (1), yang tetap
menemani manusia hingga ajalnya (4). Dengan
perkataan lain, penyesalan itu bukan sekadar salah satu
unsur kehidupan seorang Kristen; sebaliknya,
kehidupan Kristen adalah penyesalan.

5. Theologia crucis (teologi salib)

Tanggapan Luther terhadap penjualan surat-surat


penghapusan hukuman, dan amanat pembebasan yang
disampaikannya kepada orang percaya,
dilatarbelakangi pola pemikiran teologis yang telah
dikembangkannya selama tahun-tahun sebelumnya.

Gereja telah menampung hukuman ilahi ke dalam


undang-undang hukumnya sendiri. Dengan demikian,
hukuman ilahi itu bertambah berat sekaligus menjadi
lebih ringan. Bertambah berat, sebab dianggap berlaku
juga sesudah kematian, yaitu dalam api penyucian,
yang tak tentu lamanya. Menjadi lebih ringan, karena
dalam undang-undang hukum gereja itu hukuman
neraka hanya berlaku bagi sejumlah kecil dosa yang
sangat berat. Api penyucian bukan neraka, dan
hukuman di dalamnya bagaimanapun akan berakhir.

Sebaliknya, Luther menjadi yakin bahwa hukuman


atas dosa ditentukan dan dilaksanakan oleh Allah
sendiri. Orang berdosa tidak berhadapan dengan
gereja, melainkan dengan Allah yang hidup. Dengan
demikian, neraka menjadi kemungkinan yang nyata.
Untuk menghindarinya, manusia harus mengalami
kengerian neraka selagi ia masih di bumi ini, bukan
untuk sesaat saja, tetapi sepanjang hidup. Oleh karena
ia menyadari hukum Allah menyatakannya bersalah,
orang percaya tidak dapat tidak merasakan hukuman
Allah, berupa salib, kematian, dan neraka. Keyakinan
Luther itu sering tampak dalam dalil-dalilnya; terdapat
sejumlah istilah yang merujuk ke 24
Analisis ke-95 Dalil 41

”pengalaman neraka” itu. Yaitu: ”pertobatan batiniah”


(3, 4), ”hukuman” (4, 94), ”mematikan daging” (4),
”kebencian terhadap dirinya” (4), ”salib” (58, 68),
”kematian” (58, 94), ”neraka” (58, 94), ”menanggung
banyak sengsara” (95). Semua itu harus ditanggung
sepanjang hidup (4), semua itu bahkan adalah
kehidupan Kristen.

Semua itu juga ditanggung dengan sukarela. Seorang


Kristen tidak berusaha menebus hukuman itu,
sebagaimana ditawarkan kepadanya oleh Gereja. Itulah
alasan pokok yang membuat Luther menolak
pemberian surat penghapusan hukuman: surat itu
menawarkan kesempatan menghindari hukuman dan
sengsara yang justru harus ditanggung oleh yang ingin
masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Itulah makna dalil
yang ke-40: ”Penyesalan yang sungguh-sungguh
mencari dan menyukai hukuman, tetapi kelimpahan
penghapusan membuat – atau setidak-tidaknya dapat
membuat – orang menjadi malas serta membenci
hukuman itu”. Menawarkan surat penghapusan
hukuman berarti menggoda orang, menyesatkan orang.
Oleh karena itu, Luther mengecam para penjual surat
penghapusan. Damai yang mereka tawarkan adalah
damai semu (92). Damai sejati hanya ditemukan
bilamana orang menanggung salibnya (93), artinya
hukuman, kematian, dan neraka.

Jadi, Luther bersikeras mempertahankan keharusan


menerima dan menanggung hukuman. Ia berbuat
begitu karena ia tidak mau memisahkan Injil, Kabar
Keselamatan, dari Hukum Allah, yang mengancamkan
hukuman. Sebab, Injil, yang menjanjikan keselamatan
dan damai dengan Allah, tidak menenangkan manusia
yang menerimanya. Sebaliknya, manusia itu dibuatnya
gelisah, sebab justru ketika mendengar Injil manusia
menyadari dosanya dan ketidakmampuannya untuk
berdamai dengan Allah. Makin jauh amanat Injil
meresap dalam dirinya, makin rela dia menanggung
hukuman dan makin bergairah ia untuk berjuang
melawan dosa itu, ”mematikan manusia lama”. Jadi,
kasih kepada Allah yang dibangkitkan dalam dirinya
oleh Injil itu yang membuatnya rela ”membenci
dirinya” dan ”mematikan daging”, bahkan menyukai
hukuman (40). Maka Injil itu adalah harta Gereja yang
sebenarnya (62), menghibur manusia melebihi
pemberitaan penghapusan hukuman yang paling luas
pun (55, 78), sebab Injil itulah yang membuat semua
orang percaya, hidup atau mati, berpartisipasi
sepenuhnya dalam semua harta Kristus dan Gereja,
yang dianugerahkan kepadanya oleh Allah juga tanpa
surat-surat penghapusan hukuman (37).

Ke-95 dalil Luther membawa pembaharuan juga dari


sudut lain. Tekanan atas penghapusan hukuman
membuat manusia memusatkan perhatian pada dirinya
sendiri, dan melupakan sesamanya. Lebih penting
baginya bagaimana ia dapat lolos dari hukuman
ketimbang bagaimana sesamanya dapat lolos dari
kemelaratan atau dari kesulitan yang lain. Maka, kata
Luther, membeli surat penghapusan hukuman
bukannya perbuatan terpuji, yang mendatangkan
anugerah Allah, melainkan perbuatan yang dapat saja
mendatangkan murka Allah atas pembelinya (41, 42,
45). Maka oleh penolakan terhadap ajaran gereja
tentang penghapusan hukuman, yang kemudian meluas
menjadi penolakan terhadap ajaran gereja Abad
Pertengahan mengenai pembenaran manusia pada
umumnya, orang percaya dibuat berkiblat pada sesama
manusianya, mengasihi dan melayani sesama manusia
Analisis ke-95 Dalil 43

itu, pertama keluarga sendiri, kemudian juga orang


berkebutuhan (46, 45).

Kesimpulan

Dalam ke-95 dalil kita belum menemukan salah satu


pokok ajaran yang kemudian menjadi unsur inti
kepercayaan Gereja Reformasi, yaitu kepastian orang
percaya tentang keselamatan. Dalam dalilnya ini Luther
memang menonjolkan dan memuji-muji rahmat Allah.
Namun, dalil 30 masih berbunyi: ”Tidak seorang pun
yang tahu dengan pasti bahwa penyesalannya sungguh-
sungguh, apalagi bahwa ia akan mendapat
pengampunan penuh”. Di kemudian hari Luther
menjadi yakin bahwa kepastian itu malah merupakan
unsur pokok kepercayaan Kristen. Pada waktu itu ia
beberapa kali mengeritik dalil-dalil karangannya
sendiri itu karena belum menolak kesalehan Abad
Pertengahan dengan cukup tegas. Namun, pada
asasnya ke95 dalil sudah mengandung teologi dan
kesalehan khas Reformasi. Oleh karena itu, wajarlah
kalau gereja-gereja Protestan tiap-tiap tahun
memperingati peristiwa yang berlangsung pada tanggal
31 Oktober 1517 di kota Wittenberg.
LAMPIRAN-LAMPIRAN:

Dalam lampiran ini dimuat dua dokumen, yang satu


pernyataan yang diserahkan kepada orang banyak,
yang kedua instruksi yang hanya untuk kalangan
sendiri, yaitu untuk para agen (komisaris dan sub-
komisaris) surat penghapusan hukuman.

Lampiran 1: Surat penghapusan hukuman

Dokumen tertanggal Augsburg, 15 April


1517.59Diterjemahkan dari bahasa Latin.

Albrecht, dengan anugerah Allah dan Takhta Rasuli


Uskup Agung Magdeburg dan Mainz, Primat dan
Kanselir Kekaisaran Romawi yang Kudus, di Jerman,
Anggota dewan Pemilih Raja, Pengurus Gereja-gereja di
Halberstadt, Markgraf Brandenburg, Herzog Stettin
[...]

Kepada khalayak pembaca dan tiap-tiap orang yang


akan membaca surat ini mengucapkan selamat dalam
Tuhan.

Bersama ini kami mengumumkan bahwa

Tuan kita yang maha suci Leo X,60 yang oleh


pemeliharaan ilahi kini menjadi Paus, telah memberi
dan menganugerahkan kepada semua orang yang

59 Naskah Latin dalam: Jakob Vogel, Leben des päpstlichen Gnaden-


Predigers Johann Tetzel, Leipzig 1727, 165-169.
60 Leo X, Paus 1513-1521.
Analisis ke-95 Dalil 45

percaya kepada Kristus, dari kedua jenis kelamin, yang


sesuai dengan petunjuk kami turun tangan untuk
membantu pemugaran gedung Basilik S. Petrus, yang
tertinggi di antara para Rasul,61 di Roma, penghapusan
genap dan anugerah-anugerah serta kemudahan lain,
yang orang yang percaya kepada Kristus itu dapat
peroleh sendiri, sesuai dengan isi surat rasuli yang telah
disusun perihal itu.

Lagi pula, Paus dengan penuh kemurahan merelakan


di dalam Tuhan dan menyetujui mereka memilih
seorang imam yang mereka anggap orang yang tepat
untuk kepadanya melakukan pengakuan dosa, boleh
seorang imam sekulir, boleh juga salah seorang anggota
ordo pengemis.62 Imam itu, setelah mendengar
pengakuan dosa mereka dengan cermat, dapat dan
boleh mengampuni mereka sepenuhnya setiap kali
mereka memintanya, sambil menyuruh mereka
melakukan penyesalan yang membawa keselamatan,
dan tidak kurang juga baik selama hidupnya maupun
ketika menghadapi ajalnya –

61 Princeps apostolorum.
62 Ordo Fransiskan, Dominikan dll.
46

walau saat itu mereka tidak meninggal dunia –


menjanjikan kepada mereka penghapusan dan
pengampunan penuh semua dosanya.

Semua itu diberikan bagi dosa-dosa dan perbuatan


yang keterlaluan yang dilakukan oleh orang yang telah
memilih imam yang bersangkutan, bahkan juga bagi
dosa mana pun, betapapun berat dan besarnya,
termasuk bagi kasus yang hanya boleh diselesaikan oleh
Takhta Suci. Juga bagi tindakan disiplin gereja,
termasuk yang ditanggung seseorang atas dorongan
orang lain, atas kesepakatan kedua belah pihak, bahkan
juga bagi tindakan disiplin yang dikenakan pada waktu
wilayah yang bersangkutan kena interdict.63Begitun
pula bagi dosa-dosa yang menurut peraturan hanya
boleh diuraikan oleh Takhta Suci.

Akan tetapi, semua itu tidak berlaku bagi kejahatan


berikut: persekongkolan melawan diri Paus,
pembunuhan uskup atau petinggi gereja yang lain,
perbuatan kekerasan terhadap mereka atau terhadap
petinggi gereja yang lain. Tidak juga bagi pembuatan
surat palsu atas nama Paus dan penyelundupan senjata
serta barang terlarang lainnya ke negeri orang
khalaik.64Tidak juga berkaitan dengan hukuman dan
sensur yang orang tanggung karena mereka telah
mengimpor dari negeri orang khalaik ke negeri Kristen

63 Larangan mengadakan ibadah, melayankan sakramen-sakramen,


dst., yang dikenakan pada sesuatu wilayah atau negara, misalnya
bilamana rajanya menentang Paus atau tokoh gereja yang lain.
64 Yang dimaksud terutama: ke Turki, yang sejak tahun 1389 telah

menjadi ancaman besar bagi negara-negara Kristen di Eropa,


bahkan di Eropa Barat.
batu tawas seperti yang ditemukan dalam tambang di
Tolfa yang dimiliki oleh Paus.65

Selain itu, imam tersebut dapat dan boleh juga


mengubah janji mana pun yang telah mereka berikan,
umpamanya janji berziarah ke tempat kediaman para
Rasul66 dan Santiago de Compostela, dengan
menyeberangi laut, menjadi perbuatan saleh yang lain.
Tetapi hal ini tidak berlaku bagi kaul masuk golongan
rohaniwan dan untuk tidak kawin.

Tuan kita yang maha suci itu merelakan juga semua


penderma tersebut bersama orangtua mereka yang
telah meninggal dunia dalam status pengasihan75 untuk
selama-lamanya berpartisipasi dalam doa-doa, doa
syafaat, sedekah, puasa, sembahyang, misa, ibadah
yang biasa diadakan pada jam28 Lampiran 1: Surat
penghapusan hukuman

jam tertentu, latihan rohani, peziarahan, dan semua


harta rohani lainnya yang telah berlangsung dan
mungkin bakal berlangsung di dalam seluruh gereja
yang kudus dan am di bumi ini67 dan oleh semua
anggotanya. Dan oleh sebab yang telaten Philippus

65 Tolfa: kota kecil di sebelah utara Roma, dengan tambang tawas yang
dikelola oleh Paus. Eksploitasi tambang tersebut, yang baru
ditemukan sekitar tahun 1460, menghasilkan keuntungsn besar bagi
perbendaharaan Takhta Suci. Sebelumnya batu tawas harus diimpor
dari Asia Kecil, artinya dari Kerajaan Otoman (Turki). Ekspor batu
tawas merupakan unsur penting dalam ekonomi Turki. Maka yang
menghindari larangan mengimpornya tidak hanya merugikan
gereja, tetapi juga membantu negara yang pada waktu itu
mengancam Eropa Barat.
66 Roma, yang menurut tradisi pernah menjadi tempat tinggal

Petrus dan Paulus. 75 Artinya: dalam keadaan mengasihi Tuhan


dan sesamanya manusia.
67 ”Gereja di bumi ini”: ecclesia militans.
Kessell, imam68 telah menunjukkan bahwa dirinya
layak menerimanya karena menyumbang sebagian
hartanya untuk gedung Basilika dari yang tertinggi di
antara para Rasul dan untuk pemugarannya yang
sangat perlu itu, sesuai dengan maksud Tuan kita yang
maha suci, Sri Paus, dan dengan peraturan kami
berhubung dengan harta yang harus disumbangkan,
maka ia telah menerima dokumen ini dari kami sebagai
barang bukti.

Oleh karena itu, berdasarkan kuasa rasuli yang


dipercayakan kepada kami dan yang kami jalankan di
negeri ini, melalui dokumen ini kami mengizinkan dan
melimpahkan kepadanya agar ia dapat memanfaatkan
dan menikmati semua anugerah dan penghapusan
hukuman tersebut.

Dikeluarkan di Augsburg, di bawah meterai yang telah


kami tetapkan untuk itu, pada tanggal 15 bulan April,
Anno Domini 1517.

Rumus pengampunan, tiap-tiap kali, sepanjang hidup:

Semoga Ia mengasihani, dst.69 Semoga Tuhan kita


Yesus Kristus mengampuni engkau berdasarkan karya
amal yaitu penderitaan-Nya. Atas wewenang Dia dan
wewenang Rasuli yang diserahkan kepada kami di
negeri ini dan diberikan kepada engkau: Aku

68 Orang yang telah menerima eksemplar surat penghapusan hukuman


yang mendasari naskah ini; nama dan statusnya (imam) diisi di sini.
Mula-mula tertulis ”Keschel”, tetapi kemudian tulisan itu diubah
menjadi Kessell.
69 Misereor tui ... Rumus lengkapnya: ”Semoga Allah yang Maha Kuasa

mengasihani engkau, mengampuni dosamu, dan membawa engkau ke


dalam kehidupan kekal.” Itulah kata-kata yang diucapkan dalam
bagian pertama Misa, sesudah Confiteor. 79 Excommunicatio.
membebaskan engkau dari semua dosamu. Dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Amen.

Rumus pengampunan dan penghapusan penghapusan,


satu kali dalam kehidupan ini, dan pada saat
menghadapi ajalnya.

Semoga Ia mengasihani, dst. Semoga Tuhan kita Yesus


Kristus mengampuni engkau berdasarkan karya amal
yaitu penderitaan-Nya. Aku pun, atas wewenang Dia
dan wewenang Rasuli yang diserahkan kepada kami di
negeri ini dan diberikan kepada engkau: aku
membebaskan engkau, pertama, dari setiap ketentuan
pengucilan79 besar atau kecil, sekiranya engkau dikenai
olehnya, selanjutnya juga dari semua dosamu, sambil
menganugerahkan kepadamu juga pengampunan
penuh semua dosamu, dan membebaskan Lampiran 1:
Surat penghapusan hukuman 29

engkau juga dari siksaan dalam api penyucian, sejauh


terjangkau oleh kuasa kunci Ibunda kita Gereja yang
Kudus. Dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus.
Amin.
2. Instruksi Uskup Agung Albrecht von
Hohenzollern kepada agenagennya

Dalam: Walther Köhler, Dokumente zum Ablassstreit,


Mohr, Tübingen, 1934, hlm. 104-124 (110-116).
Diterjemahkan dari bahasa Latin. Dokumen ini tidak
bertanggal tetapi diduga disusun pada tahun 1517.70

[...] [110] Di sini menyusullah keempat anugerah utama


yang direlakan oleh surat71 rasuli. Tiap-tiap orang dapat
saja dengan mudah memperoleh salah satu darinya
bagi dirinya. Para pengkhotbah wajib berupaya
secermat-cermatnya berhubung dengan keempat
kemurahan tersebut seraya mewartakannya kepada
orang percaya dengan se-efektif mungkin, dan sedapat
mungkin menjelaskannya kepada mereka.

Anugerah yang pertama ialah pengampunan


sepenuhnya semua dosa. Tidak ada satu pun anugerah
yang dapat disebut lebih besar daripada yang ini, oleh
sebab olehnya orang berdosa yang kehilangan anugerah
ilahi mendapat pengampunan penuh dan kembali
menikmati anugerah Allah. Lagi pula, melalui
pengampunan dosa itu dihapuskanlah hukuman yang
harus dijalani dalam api penyucian karena keagungan
Allah telah disakiti; hukuman api penyucian tersebut
malah sama sekali ditiadakan. Harus diakui bahwa
manusia tidak sanggup memberi apa pun yang
membuatnya layak menerima anugerah sebesar itu,
sebab hal itu merupakan pemberian Allah dan
anugerah yang tak ternilai. Namun, kami menetapkan
aturan berikutnya agar orang yang percaya kepada

70 Instruksi asli tertulis dalam bahasa Latin. Naskahnya dapat juga


dibaca di Internet bersama terjemahannya dalam bahasa Inggris..
71 Bulla.
Kristus diundang untuk menerimanya dengan lebih
mudah. [111]

Pertama, barangsiapa menyesal dalam hati dan telah


mengaku dengan mulut, atau setidak-tidaknya
bermaksud hendak mengaku dosanya pada waktu yang
tepat, biarlah ia mengunjungi ketujuh gereja yang
ditunjukkan untuk itu, yaitu yang di dalamnya dipasang
lambang kepausan,72 seraya di setiap gereja
mengucapkan lima kali Doa Bapa Kami dan lima kali
doa Ave Maria, untuk menghormati kelima luka Tuhan
kita Yesus Kristus yang telah mengerjakan pelepasan
kita, ataupun satu kali Miserere,73 sebab Mazmur itu
paling tepat untuk memperoleh pengampunan dosa.
[...] Dan jika orang yang bersangkutan begitu lemah,
sehingga mereka tidak sanggup datang ke Lampiran 2:
Instruksi kepada penjual penghapusan hukuman 31

gereja tersebut, imam yang mendengar pengakuan dosa


mereka, atau orang yang menentukan perbuatan
penyesalan yang harus mereka lakukan akan
menunjukkan salah satu altar di tempat yang tepat, atas
kebijaksanaannya sendiri. Bilamana orang-orang
seperti itu mengunjungi altar itu dan berdoa dekat
dengannya atau di hadapannya, mereka menjadi layak
menerima penghapusan hukuman seolah mereka telah
mengunjungi tujuh gereja. Akan tetapi, mereka yang
berbaring di tempat tidur74 boleh diberi gambar saleh

72 Mahkota Paus (di atas) bersama kedua kunci Kerajaan Allah, yang di
sebelah kanan berwarna emas (melambangkan kuasa menjalin dan
membebaskan di surga) dan yang di sebelah kiri berwarna perak
(melambangkan kuasa yang sama di bumi), bnd. Mat. 16:1819. Di
perisai di tengah, setiap Paus menempatkan lambangnya sendiri.
73 Naskah Mazmur 51.
74 Karena sakit atau tidak berdaya.
dan di hadapannya atau dekat dengannya mereka akan
mengucapkan beberapa doa menurut kebijaksanaan
orang yang menentukan perbuatan penyesalan.
Seharusnya doa-doa itu mencukupi untuk memberi
kepuasan sebagai ganti perkunjungan ke tujuh gereja.
Tetapi bilamana seseorang, pria atau wanita, karena
alasan atau sebab tertentu, minta dibebaskan dari
perkunjungan gereja-gereja atau altar-altar tersebut,
orang yang menentukan perbuatan penyesalan dapat
mengizinkannya, setelah mendengar alasan atau sebab
itu. Namun, yang bersangkutan harus mengimbangi
perkunjungan itu dengan sumbangan yang lebih besar.
[...]

Adapun sumbangan yang dimasukkan ke dalam peti


uang, mereka yang menentukan besarnya perbuatan
penyesalan dan yang mendengar pengakuan dosa,
setelah menjelaskan kepada yang mengaku dosanya
kehebatan pengampunan penuh dan pemberian serupa
itu, harus lebih dahulu bertanya kepadanya berapa
banyak uang atau berapa banyak harta duniawi yang
lain yang menurut suara hati mereka harus disisihkan
untuk memperoleh pengampunan dan pemberian yang
serba penuh itu. Alasannya, supaya sesudahnya mereka
dapat dengan lebih mudah dibujuk untuk memberi
sumbangan. Maka, karena kedudukan manusia
sungguh beranekaragam, [112] dan tidak dapat kita
nilai untuk kemudian membebankan uang sumbangan
tertentu, maka pada hemat kami pada garis besarnya
kita dapat membedakan jumlah sumbangan itu sebagai
berikut:

– Raja, Ratu, dan putra-putri mereka, uskup agung


serta uskup-uskup, danpembesar lainnya yang
berkumpul di tempat-tempat ada salib didirikan atau
berada di sana dengan cara lain hendaknya membayar
paling tidak dua puluh lima florin mas sebagaimana
beredar di wilayah sungai Rhein.75– Kepala biara,
rohaniwan tinggi yang menjabat dalam gereja induk
keuskupan,76 bangsawan yang menyandang gelar Graf,
Baron,87 dan bangsawan 32 Lampiran 2: Instruksi
kepada penjual penghapusan hukuman

tinggi lainnya serta istri-istri mereka harus membayar


sepuluh florin yang sama per orang.

– Pembesar gereja yang lain, yang berkedudukan


lebih rendah, bangsawanrendahan dan pemerintah
tempat-tempat yang ternama, serta semua orang lain
yang biasanya mendapatkan lima ratus florin mas
setahun, apakah dari pendapatan yang mantap atau
dari barang perdagangan atau dengan cara lain, harus
membayar enam florin.

– Warga lain dan pedagang yang biasanya


mendapatkan 200 florin, harus membayar tiga florin
serupa.

– Warga lain lagi, pedagang dan tukang-tukang,


yang mempunyai penda-patan dan berkeluarga, satu
florin serupa juga. – Yang lain, yang lebih rendah lagi,
setengah florin. [...]

– Dan mereka yang tidak mempunyai uang, biarlah


mereka berdoa danberpuasa [113] sebagai ganti
sumbangan, sebab seharusnya Kerajaan Surga tidak

75 Pada zaman itu setiap kota penting dan setiap wilayah yang
ekonominya sudah berkembang mengeluarkan mata uang sendiri
(setelah diberi hak berbuat begitu oleh pemerintah pusat).
76 Cathedrales, katedral-katedral (cathedra =

mimbar uskup). 87 Inggris: counts, barons.


hanya terbuka bagi orang kaya, tetapi juga bagi orang
miskin. – Seorang istri memang tidak dapat berbuat
sekehendaknya dengan harta suaminya bertentangan
dengan kemauan dia. Kendati demikian, dalam hal ini
ia dapat memberi sumbangan dari hartanya sendiri
yang telah dibawanya masuk ke dalam perkawinan itu,
atau dari objek-objek pribadinya, atau yang tersedia
baginya dari sumber lain yang sahih, kendati suaminya
tidak setuju. Tetapi sekiranya ia tidak memiliki apa-
apa, atau dicegah oleh suaminya, biarlah ia berdoa
sebagai ganti sumbangan. Kami mengehendaki agar
ketentuan ini berlaku juga bagi anak-anak lelaki yang
masih termasuk keluarganya. Akan tetapi, sekiranya
wanita miskin dan putra-putra yang masih termasuk
keluarganya berhasil meminta atau memperoleh
dengan cara lain pungutan dan sumbangan itu dari
orang-orang lain yang kaya dan saleh, mereka wajib
memasukkan sumbangan yang telah diraihnya ke
dalam peti uang. Tetapi jika memang bagi mereka tidak
terbuka jalan untuk mendapat sumbangan itu, mereka
boleh mengejar semua anugerah tersebut di atas, baik
bagi dirinya maupun bagi orang yang sudah meninggal
dunia, melalui doa dan sembahyang. [...]

Anugerah utama yang kedua ialah surat pengakuan


dosa77 yang menghasilkan kemurahan maha besar dan
amat meringankan, serta belum pernah terdengar di
masa lalu, yang akan tetap berlaku dan kuat seusai
masa delapan tahun yang ditetapkan dalam bulla kami.

77 Confessionale, harfiah: yang menyangkut pengakuan dosa. Agaknya


yang dimaksud di sini surat yang diperoleh dengan melakukan
pengakuan dosa dan menyumbangkan sejumlah uang, yang dimuat
dalam Lampiran 1.
Sebab naskah bulla itu berbunyi, ”Mereka akan
berpartisipasi di dalamnya sekarang dan untuk
Lampiran 2: Instruksi kepada penjual penghapusan
hukuman 33

selama-lamanya”.78 Maka para pengkhotbah dan


mereka yang mendengarkan pengakuan dosa wajib
untuk sedapat-dapatnya menjelaskan dan memuji-muji
isi serta makna bulla tersebut. [...]

[115] Anugerah utama yang ketiga ialah kesempatan


berpartisipasi dalam semua harta yang dimiliki Gereja
Am. Inilah cakupannya: mereka yang memberi
sumbangan untuk gedung gereja tersebut, bersama
dengan orangtua mereka yang telah meninggal, yang
telah mati dalam status pengasihan, sekarang dan
untuk selama-lamanya berpartisipasi dalam semua doa,
doa syafaat, sedekah, puasa, sembahyang, peziarahan
mana pun, termasuk yang ke Tanah Suci, tempat-
tempat peziarahan di kota Roma,79 misa, ibadah yang
biasa diadakan pada jam-jam tertentu, latihan rohani,
dan semua harta rohani lainnya yang telah berlangsung
dan mungkin bakal berlangsung di dalam seluruh
gereja yang kudus dan am di bumi ini80 dan oleh semua
anggotanya.81 Partisipasi itu diperoleh orang percaya
begitu mereka membeli surat penghapusan hukuman.
Para pemberita dan mereka yang mendengarkan
pengakuan dosa wajib menekankan kemurahan itu
dengan sekuat tenaga sambil mendorong orang percaya

78 Lihat juga Lampiran 1.


79 Latin: stationes, tempat-tempat khusus yang disinggahi peziarah
yang berkunjung ke kota Roma, umpamanya makam Rasul Petrus
dan Rasul Paulus, dll.
80 ”Gereja di bumi ini”: ecclesia militans.
81 Bnd. Lampiran 1.
agar tidak lalai membeli kemurahan tersebut dan surat
pengakuan dosa itu. [116]

Kami menyatakan pula bahwa untuk memperoleh


kedua anugerah utama tersebut82 orang tidak usah
melakukan pengakuan dosa atau melakukan kunjungan
ke gereja-gereja dan altar-altar. Cukuplah mereka
membeli surat pengakuan dosa. Jika ada yang telah
memperoleh anugerah yang pertama berdasarkan
surat-surat yang telah mereka dapat pada kesempatan
lain, mereka itu masih juga perlu didorong agar
membeli surat kami ini karena dalam surat kami
diberikan tiga anugerah besar yang tidak terdapat
dalam surat lain yang diberikan sebelumnya, yaitu
pembebasan dari tindakan disiplin termasuk yang
ditanggung seseorang atas dorongan orang lain, atau
tanpa dorongan orang, kemungkinan memilih sendiri
imam yang mendengarkan pengakuan dosa kita dan
kemudian melayankan ekaristi. Selain itu, surat kami
membuka kemungkinan untuk mengubah janji
[melakukan peziarahan] ke seberang laut, ke tempat
kediaman para Rasul83 dan ke Santiago de Compostela,
serta janji untuk tidak kawin atau masuk golongan 34
Lampiran 2: Instruksi kepada penjual penghapusan
hukuman

rohaniwan yang tidak dinyatakan dengan resmi,


menjadi perbuatan lain.84Hanya, perubahan itu perlu

82 Agaknya yang dimaksud ialah anugerah (2) dan (3).


83 Roma, yang menurut tradisi pernah menjadi tempat tinggal Petrus
dan Paulus.
84 Agaknya yang dimaksud janji dan kaul yang belum diucapkan secara

khidmat dan resmi di depan umum, tetapi baru merupakan niat.


Bnd. Lampiran 1.
dilakukan dalam batas kurun waktu delapan tahun
yang telah ditentukan untuk gedung gereja S. Petrus.

Anugerah utama yang keempat ialah pengampunan


penuh semua dosa bagi jiwa-jiwa dalam api penyucian.
Pengampunan itu dilimpahkan dan diberikan oleh Paus
[...] bagi jiwa-jiwa yang berada dalam api penyucian,
dengan jalan melakukan doa syafaat. Caranya, orang
hidup memasukkan sumbangan ke dalam kotak
sebanyak orang itu harus memberi atau melakukan
bagi dirinya sendiri.85 Akan tetapi, kami mengehendaki
agar dalam hal pemberian sumbangan untuk orang
mati agen-agen kami bertindak dengan bijak, dan
menentukan dengan penuh perhatian terhadap siapa
dari mereka akan diperlakukan kebijakan khusus.

Lagi pula, orang yang memasukkan sumbangan untuk


jiwa-jiwa tersebut ke dalam kotak tidak usah menyesal
dalam hati dan mengaku dosa dengan mulut. Sebab,
anugerah yang demikian berdasarkan status
pengasihan orang mati itu pada saat kematiannya dan
sumbangan orang hidup semata, sebagaimana
dijelaskan dari naskah bulla. Para pemberita wajib
berusaha sedapat-dapatnya untuk menyatakan
anugerah tersebut dengan se-efektif mungkin. Sebab,
anugerah itu pasti akan menjadi pertolongan bagi jiwa-
jiwa orang mati, dan akan juga membawa hasil luar
biasa dan bertimbun-timbun demi kemajuan urusan
gedung gereja S. Petrus. [...]

[Selanjutnya Instruksi memberi keterangan rinci


mengenai sejumlah istilah dan kasus.
85 Bnd. daftar di atas (hlm. 112). Kurang jelas siapa yang dimaksud
dengan ”orang itu”: orang hidup yang membayar uang, atau orang
mati yang untuknya uang itu dibayarkan.

Anda mungkin juga menyukai