Anda di halaman 1dari 26

KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SIDDIQ

DESKRIPSI NARATIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Sejarah Peradaban Islam”

Oleh:
Yessilya Ayu Nur (06020121073)
Nur ‘Izzah Maulidiya (06040121121)
Salsa Maulidiyah Putri (06040121125)

Dosen Pengampu:
Prof.Dr.H.Ah.Zakki Fuad,M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLA NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
A. Biografi Abu Bakar as-Siddiq
Abu- Bakar as-Siddiq merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW, yang
berasal dari suku Bani Taim bin Murrah bin Ka’ab. Khalifah pertama dan penerus
Rasulullah Saw ini, lahir di Mekkah kira-kira dua tahun setelah tahun gajah. Dan
memiliki nama asli ialah Abdullah ibn Utsman ( Abu Quhafah ) ibn Amr ibn Ka’ab
ibn Sa’d ibn Tamim ibn Murrah ibn Lu’ayy ibn Ghalib ibn Fihr al-Tamimi al-
Quraysi1. Dalam berbagai banyak riwayat lainnya, Bani Tamim terkenal dengan sifat
dermawannya, senang menolong, bertanggunga jawab, dan pemberani. Abu Bakar
mempunyai seorang ayah yang bernama Abu Quhafah yang semulanya bernama
Utsman ibn Amr. Sedangkan ia terlahir dari seorang ibu yang bernama Salma binti
Sakhr ibn Amr.
Telah banyak diketahui bahwa sebenarnya nama Abu Bakar ialah Abdul
Ka’ab, namun setelah memeluk agama islam Rasulullah Saw memanggilnya dengan
panggilan Abdullah. Beliau juga dikenal dengan berbagai julukan seperti berikut:2
 Al-Atiq yaitu nama lain dari Ka’bah ( bayt al-atiq) yang memiliki arti yang
suci dan terbebas, suci karena ia memiliki paras yang indah, dan terbebas
karena ia merupakan seorang yang terbebas dari api neraka seperti yang
dikatakan oleh Rasulullah Saw “ Engkau ialah hamba Allah yang terbebas
dari api neraka” oleh karenanya Abu Bakar di beri julukan al-Atiq .
 As-Siddiq yaitu yang jujur dan membenarkan, terkenal dengan julukan as-
Shiddiq karena beliau di dalam ucapannya dan tingkah lakunya selalu jujur,
dan juga mengakui serta membenarkan apa yang terjadi dan di sampaikan
oleh Rasulullah Saw.
 Ash-Shahib, yaitu yang berarti teman, kawan dan sahabat. Dikenal dengan
ash-shahib, karena Abu Bakar ash-Shiddiq ialah seorang teman yang sangat
tulus kepada nabi Muhammad seperti pada peristiwa ketika bersembunyi di
gua dari para kafir dan Abu Bakar setia menemaninya.
 Al-Atqa, julukan ini diberi oleh Allah kepada Abu Bakar karena Abu Bakar
merupakan orang yang bertaqwa. Seperti pada surat al-Lail ayat 17.
‫َو َس ُيَج َّنُبَها اَاۡلۡت َقۙى‬
Artinya: Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertaqwa.

1
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar as-Siddiq ( Jakarta: Penerbit Zaman, 2007), hal 20.
2
Masturi Irham & Muhammad Aniq, Abu Bakar Ash-Shiddiq: Syakhshiyatuhu Wa ‘Ashruhu ( Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2013 ), hal 22-27.
 Al-Awwah, julukan ini diberi pengertian sebagai orang yang takut kepada
Allah Swt. Abu Bakar dijuluki al-Awwah karena beliau terkenal dengan sifat
yang lemah lembut, kasih sayang, dan intensitas hatinya yang mudah terharu
dan menangis.
Adapun untuk gambaran ciri-ciri fisik Abu Bakar ini banyak para ulama yang
mendeskripsikan bahwa beliau ialah sosok yang berkulit putih dan memiliki tubuh
yang langsing, kedua pipinya tipis, agak sedikit membungkuk, lembut dan berwajah
ramping. 3
Jadi, dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa Abu Bakar merupakan
sosok sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Beliau juga memiliki banyak
julukan seperti al-Atiq, as-Siddiq, al-Atqa, dan al-Awwah. Abu bakar terkenal dengan
julukan as-Siddiq yang berarti jujur dan membenarkan, dan hal itu memang pantas
diterima oleh Abu Bakar karena beliau memang sosok yang sangat jujur dan
terpercaya, serta selalu membenarkan Raulullah. Sebagaimana dalam perstiwa isra’
mi’raj, yang pada saat itu banyak kalangan masyarakat Mekkah yang tidak percaya
bahwa Nabi Muhammad pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam. Namun, ketika
ditanya oleh para kaum Quraisy, Abu Bakar percaya dan membenarkan peristiwa
yang terjadi pada Rasulullah.
Tidak hanya itu, beliau juga memiliki wajah cerah, paras yang indah, dan
memiliki pribadi yang jujur, pemberani dan sangat amanah. Beliau memiliki ciri-ciri
fisik salah satunya ialah berkulit putih dan langsing. Hal tersebut bukanlah hanya
omongan semata, tapi juga kebenaran seperti yang disampaikan oleh Qais bin Abu
Hazim “ suatu ketika aku menemui Abu Bakar as-Siddiq. Ia adalah sosok yang
langsing dan putih”.
B. Konsep Dasar Pemerintah Abu Bakar
Kata khalifah memiliki arti yaitu “Niyabah ‘an al-ghairi” yaitu pengganti.
Khalifah juga dapat diartikan sebagai pengganti atau wakil, dan juga dapat diartikan
sebagai pemimpin. Dalam sistem kepemimpinan Islam, secara etimologi khalifah
memiliki makna yaitu pengganti Rasulullah Saw setelah wafat dalam kepengurusan
agama dan negara yang mampu menjalankan syari’at hukum islam dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan secara terminologi, khalifah ialah jabatan keagamaan yang
dipegang oleh Imam al-Azham ( penguasa tertinggi ) dalam mengurus permasalahan

3
Ibid, hal 27-28.
4
negara dengan syariat Allah. Khalifah berarti pemimpin, selain itu istilah dari
khalifah bisa juga disebut dengan Imam. Kata imam dalam al-Qur’an memiliki
beberapa arti yaitu nabi, pedoman, kitab, jalan lurus dan lainnya.
Kata khalifah sendiri juga merupakan kata pertama dalam al-qur’an yang
berkaitan dengan tugas atau tanggung jawab yang di emban manusia di bumi ini.
Sebagaimana yang tertulis dalam ayat ke-30 dari Q.S. al-Baqarah:
‫ٰۤل‬
‫َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِةِ اِّنْي َج اِع ٌل ِفى اَاْلْر ِض َخ ِلْيَفًةۗ َقاُلْٓو ا َاَتْج َع ُل ِفْيَها َم ْن ُّيْفِس ُد‬
‫ِفْيَها َو َيْس ِفُك الِّد َم ۤا َۚء َو َنْح ُن ُنَس ِّبُح ِبَحْمِد َك َو ُنَقِّد ُس َلَك ۗ َقاَل ِاِّنْٓي َاْع َلُم َم ا اَل َتْع َلُم ْو َن‬
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih
memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”
Dari pemaparan diatas, bisa dikatakan bahwa kata “khalifah” bisa berlaku bagi
setiap manusia yang beriman maupun yang kafir. Untuk mengetahui konsep khalifah
lebih jelas lagi, dapat dipahami beberapa pendapat tentang khalfah seperti dibawah
ini:5
 Berdasarkan Q.S. al-Baqarah ayat 30, yang menyatakan bahwa sesungguhnya
seorang khilfah mempunyai tugas yang positif yang dibebankan kepada Adam
dan anak cucunya di bumi ini. Begitu pula dengan pengangkatan seorang
khalifah sebagai penghormatan yang akan menjadi pemimpin manusia di
bumi.
 Menurut Muhammad Bakir al-Sadr, menyatakan bahwa terdapat 4 unsur yang
berkenaan dengan kehilafahan, diantaranya:
a. Manusia, dalam hal ini yang berperan sebagai khalifah.
b. Alam raya, yaitu Allah Swt.
c. Hubungan manusia dengan alam dan segala isinya.
d. Subjek yang menugasi yakni Allah swt.

4
Arifin Zain, “Khilafah Dalam Islam” Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, Vol. 03, No. 01,
2019, hal 44-45.
5
AH. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis ( Surabaya: CV. Indo
Pramaha, 2012), hal 27-28.
 Abul A’la al-Maudidi, mengatakan bahwa khilafah merupakan bentuk
pemerintahan yang benar dan di dalamnya pengakuan negara akan
kepemimpinan dan kekuasaan Allah dan RasulNya di bidang perundang-
undangan, menyerahkan segala kekuasaan legislatif dan kedaulatan hukum
kepada keduanya.
 Hakikat khalifah yaitu memiliki arti dan makna bahwasanya seorang khalifah
itu bukan pemilik manusia atau penguasa segalanya. Tetapi seorang khalifah
hanyalah menjadi wakil dari penguasa yang sebenarnya, yaitu Allah Swt. Oleh
karena itu, sebagai khilafah seharusnya untuk patuh, tunduk kepada Nya, serta
selalu taat dalam aturan-aturan baik itu sosial, politik, ekonomi, pendidikan,
kenegaraan, dan lainnya.
Dari berbagai pemaparan mengenai pengertian khalifah, maka dapat diketahui
bahwa seorang khalifah harusnya memiliki prinsip-prinsip kepemimpinan. Prinsip-
prinsip kepemimpinan ini antara lain yaitu amanah, adil, syura (musyawarah), dan
amr bi al-ma’ruf wa nahy ‘an al-munkar, seperti berikut:
 Pertama, amanah berarti kejujuran/ kepercayaan, maka dari itu seorang
pemimpin harus memiliki sikap ini sebagaimana sikap ini juga dimiliki oleh
Rasulullah.
 Kedua ialah adil, seorang pemimpin harus benar-benar ikhlas dalam
menjalankan tugasnya dan juga orientasinya semata-mata karena Allah.
Sehingga ketika dua hal tersebut sudah tertanam, maka akan melahirkan
perilaku yang baik.
 Ketiga yaitu musyawarah yang merupakan prinsip bermasyarakat dan
bernegara.
 Keempat yakni amr bi al-ma’ruf wa nahy ‘an al-munkar . Dengan perbuatan
ma’ruf ini, diharapkan akan mendatangkan keinsafan dan kesalehan di
kalangan masyarakat, sehingga hal-hal yang munkar dapat diminimalisir atau
bahkan ditiadakan.6
Di dalam agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat,
yaitu sebagai hamba Allah Swt dan sebagai wakil Allah ( khalifatullah ). Sebagai
hamba Allah, manusia ini hanyalah kecil dan selalu bergantung kepada sang pencipta.
Sehingga manusia sebagai hamba Allah di muka bumi ini diciptakan untuk
6
Muhammad Harfin Zuhdi, “ Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam” Akademia, Vol. 19, No. 01,
2014, hal 44-51.
menyembah, berpasrah diri, dan beribadah kepada Allah Swt. Tetapi sebagai khalifah,
manusia diberi fungsi dan diberi tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.
Tanggung jawab tersebut seperti khalifah diberi tugas untuk mengelola alam semesta
untuk kesejahteraan manusia, karena alam semesta ini memang untuk manusia. Dalam
mengemban tanggung jawab, manusia telah diberi akal, kelengkapan psikologis yang
sempurna, hati, syahwat dan hawa nafsu yang memadai manusia untuk menjadi
makhluk yang terhormat dan mulia.
Menurut Abu Hayan, tugas seorang khalifah secara umum ialah menegakkan
hukum secara adil dan benar. Maka dari itu, seorang khalifah berkewajiban untuk
menciptakan masyarakat yang religius, sehingga memiliki hubungan yang erat dengan
Allah Swt, agama, masyarakat, dan lainnya. 7
Jadi, secara umum tugas seorang khalifah adalah:
 Tamkin dinillah ( menegakkan agama Allah ), yaitu menjadikan ajaran islam
sebagai sistem hidup dan perundang-undangan dalam semua aspek kehidupan.

Sebagaimana dalam surat ash-Shaff ayat 14.

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْٓو ا َاْنَص اَر ِهّٰللا َك َم ا َقاَل ِع ْيَس ى اْبُن َم ْر َيَم ِلْلَح َو اِر ّٖي َن َم ْن َاْنَص اِرْٓي ِاَلى‬
‫ِهّٰللاۗ َقاَل اْلَح َو اِر ُّيْو َن َنْح ُن َاْنَص اُر ِهّٰللا َفٰا َم َنْت َّطۤا ِٕىَفٌة ِّم ْۢن َبِنْٓي ِاْس َر ۤا ِء ْيَل َو َكَفَر ْت َّطۤا ِٕىَفٌةۚ َفَاَّيْد َنا‬
‫ࣖ اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َع ٰل ى َع ُد ِّو ِهْم َفَاْص َبُحْو ا ٰظ ِهِر ْيَن‬
Artinya:
“ Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama)
Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-
pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku
(untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia itu
berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu segolongan dari
Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan
kekuatan ke-pada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka,
sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang”.
 Seorang khalifah harus mampu menciptakan keamanan bagi umat islam dalam
menjalan kan kehidupan beragama dari berbagai ancama orang kafir. Surat an-
Nisa ayat 83.8
7
AH. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis ( Surabaya: CV. Indo
Pramaha, 2012), 28.
8
Rahmat Ilyas, “Manusia Sebagai Khalifah Dalam Perspektif Islam” Mawa’izh, Vol. 1, No. 7, Juni 2016, hal
181.
‫ُأ‬ ‫۟ا‬
‫َو ِإَذ ا َج ٓاَء ُهْم َأْم ٌر ِّم َن ٱَأْلْم ِن َأِو ٱْلَخ ْو ِف َأَذ اُعو ِبِهۦۖ َو َلْو َر ُّد وُه ِإَلى ٱلَّرُسوِل َو ِإَلٰٓى ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر‬
‫ِم ْنُهْم َلَعِلَم ُه ٱَّلِذ يَن َيْس َتۢن ِبُطوَن ۥُه ِم ْنُهْم ۗ َو َلْو اَل َفْض ُل ٱِهَّلل َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُت ۥُه ٱَلَّتَبْع ُتُم ٱلَّش ْيَٰط َن ِإاَّل َقِلياًل‬
Artinya: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
 Seorang khalifah mampu menegakkan sistem ibadah yang baik dan mampu
menjauhi sistem dari pengaruh yang buruk, seperti perbuatan syririk. Hal ini
sesuai dengan surat an-Nur ayat 55.
‫َو َعَد ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ِم نُك ْم َو َع ِم ُلو۟ا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َلَيْسَتْخ ِلَفَّنُهْم ِفى ٱَأْلْر ِض َك َم ا ٱْسَتْخ َلَف ٱَّلِذ يَن‬
‫ِم ن َقْبِلِهْم َو َلُيَم ِّك َنَّن َلُهْم ِد يَنُهُم ٱَّلِذ ى ٱْر َتَض ٰى َلُهْم َو َلُيَبِّد َلَّنُهم ِّم ۢن َبْع ِد َخ ْو ِفِهْم َأْم ًناۚ َيْعُبُدوَنِنى اَل‬
‫َٰٓل‬
‫ُيْش ِر ُك وَن ِبى َش ْئًـاۚ َو َم ن َكَفَر َبْع َد َٰذ ِلَك َفُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلَٰف ِس ُقوَن‬
Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
 Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Qur‟an, termasuk
Sunnah Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri,
keluarga dan orang-orang terdekat sekalipun. Sebagaimana dalam surat an-
Nisa ayat 135.
ۚ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْو ا َقَّو اِم ْيَن ِباْلِقْس ِط ُش َهَد ۤا َء ِهّٰلِل َو َلْو َع ٰٓلى َاْنُفِس ُك ْم َاِو اْلَو اِلَد ْيِن َو اَاْلْقَر ِبْيَن‬
‫ِاْن َّيُك ْن َغ ِنًّيا َاْو َفِقْيًرا َفاُهّٰلل َاْو ٰل ى ِبِهَم ۗا َفاَل َتَّتِبُعوا اْلَهٰٓو ى َاْن َتْع ِد ُلْو اۚ َو ِاْن َتْلٓٗو ا َاْو ُتْع ِرُضْو ا‬
‫َفِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيًر ا‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap
ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
Selain itu juga terdapat dalam surah al-Maidah ayat 8:
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْو ا َقَّو اِم ْيَن ِهّٰلِل ُش َهَد ۤا َء ِباْلِقْس ِۖط َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َشَنٰا ُن َقْو ٍم َع ٰٓلى َااَّل َتْع ِد ُلْو ا‬
‫ِۗاْع ِد ُلْو ۗا ُهَو َاْقَر ُب ِللَّتْقٰو ۖى َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌۢر ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak
keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
 Berjihad di jalan Allah Swt. Sebagaimana dalam firman Allah surat at-Taubah
ayat 38.
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُن و۟ا َم ا َلُك ْم ِإَذ ا ِقيَل َلُك ُم ٱنِف ُرو۟ا ِفى َس ِبيِل ٱِهَّلل ٱَّث اَقْلُتْم ِإَلى ٱَأْلْر ِضۚ َأَر ِض يُتم‬
‫ِبٱْلَحَيٰو ِة ٱلُّد ْنَيا ِم َن ٱْل َء اِخَر ِةۚ َفَم ا َم َٰت ُع ٱْلَح َيٰو ِة ٱلُّد ْنَيا ِفى ٱْل َء اِخ َر ِة ِإاَّل َقِليٌل‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan
kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa
berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di
dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia
ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.
Lahirnya istilah khalifah terjadi pada saat terpilihnya Abu Bakar as-Siddiq
sebagai khalifah. Sebelumnya, Islam pada saat itu berada di bawah kekuasaan
Rasulullah, namun setelah Rasulullah Saw wafat , kaum Anshar dan kaum Muhajirin
segera mencari pengganti Rasulullah Saw sebagai pemimpin. Pada waktu itu, ketika
pemilihan khalifah , terjadi perdebatan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin yang
saling mengemukakan kelebihan masing-masing untuk membuktikan bahwa dari
keduanya pantas untuk menjadi seorang khalifah. Mendengar berita tersebut, Umar
bin Khattab , Abu Bakar as-Siddiq, dan Abu Ubaidillah menyampaikan bahwa
sebaiknya khalifah pengganti Rasulullah Saw baiknya dari kalangan Quraisy. Namun
pernyataan tersebut ditolak keras oleh kaum Anshar, sehingga perdebatan yang terjadi
kembali menjadi ricuh. Abu Bakar pun mengusul Umar bin Khattab dan Ubaidillah
sebagai calon kandidat yang akan memimpin. Akan tetapi keduanya sama-sama
menolak usulan dari Abu Bakar. Dan pada akhirnya, setelah tidak tahan dengan
kericuhan yang terjadi Umar bin Khattab langsung membai’at Abu Bakar untuk
menjadi klhalifah penerus Nabi Muhammad Saw. 9
Abu Bakar as-Siddiq ialah sahabat Rasulullah Saw yang pertama terpilih
sebagai khalifah. Sebagai pengganti Rasulullah Saw, kedudukan Abu Bakar pada saat
itu ialah sebagai khalifah yaitu pemimpin masyarakat bukan sebagai Rasul. Karena
setelah Nabi Muhammad Saw wafat, tidak ada lagi utusan Allah, dan Nabi
Muhammad menjadi Rasul utusan Allah yang terakhir.
Jadi, konsep khalifah secara umum ialah seorang wakil yang mengemban
tugas yang sebelumnya dimiliki oleh penguasa. Dalam islam ini, khalifah ialah
seorang pemimpin dalam artian pengganti Rasulullah Saw setelah wafat yang mampu
menyelesaikan permasalahan agama dan negara sesuai dengan ajaran Islam. Pada saat
itu, pengganti Rasulullah ialah Abu Bakar as-siddiq. Beliau terpilih menjadi khalifah
atas pembai’atan yang diucapkan oleh Umar bin Khattab.
Dari peristiwa proses pengangkatan khalifah penerus Nabi Muhammad yang
pada akhirnya di jabat oleh Abu Bakar, maka dapat dilihat bahwasanya masyarakat
islam pada saat itu memiliki keseriusan dalam masalah suksesi kepemimpinan, hal itu
terjadi karena kepemimpinan pada suku Arab didasarkan pada sistem senioritas dan
prestasi dan bukan diwariskan secara turun temurun.
Menurut pendapat saya, Abu Bakar memang pantas dijadikan sebagai khalifah
pengganti Rasulullah karena beliau merupakan sosok sahabat yang amanah, adil,
berperilaku baik. Selain itu, beliau juga merupakan orang pertama yang sangat
mempercayai Nabi Muhammad, terbukti dengan kejadian dimana beliau mempercayai
adanya peristiwa isra’ mi’raj dan beliau orang pertama yang memeluk agama Islam.
Juga merupakan orang yang setia mendampingi Rasulullah, seperti menemani
Rasulullah ketika hijrah ke Madinah. Dan juga merupakan sosok yang gigih dalam
melindungi orang yang memeluk islam.
C. Proses Pembentukan Suksesi Abu Bakar
Abu Bakar merupakan laki-laki dari kalangan dewasa yang pertama masuk
islam. Masuk islamnya Abu Bakar dikarenakan beliau telah sangat mengenal
9
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar as-Siddiq ( Jakarta, Penerbit Zaman: 2007), hal 23-25.
Rasulullah Saw. oleh karena itu, ketika Rasulullah mengajaknya memeluk islam ia
langsung menerimanya. Abu Bakar sangat mempercayai perkataan Rasulullah Saw.
sikap ini juga ditunjukkan Abu Bakar ketika peristiwa Isra’ Mi’raj.
Abu Bakar sangat berkorban terhadap islam. Berkatnya, banyak teman-
temannya yang turut memeluk islam. Kemudian merekalah yang menjadi sosok
penting dalam penyebaran islam selanjutnya. Berkat pengorbanannya, tidak heran jika
Abu Bakar menjadi tangan kanan Rasulullah Saw.
Permasalahan pertama yang timbul setelah Rasulullah saw. wafat adalah
permasalahan dalam bidang politik, yaitu berkaitan dengan pengganti dan penerus
kepemimpinan Rasulullah saw. Semasa hidup, Rasulullah saw tidak pernah menunjuk
atau meninggalkan wasiat mengenai siapa yang akan menggantikan beliau sebagai
kepala negara. Karena itulah terjadi beberapa perselisihan antara kaum Muhajirin dan
kaum Anshar ketika proses pengangkatan khalifah.
Tidak lama setelah Rasulullah wafat dan dalam kondisi jenazah belum
dikuburkan, sejumlah tokoh dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar berkumpul di
balai Tsaqifah Bani Sai’dah Madinah untuk memusyawarahkan siapa yang akan
ditunjuk untuk menjadi kepala negara. Dalam musyawarah tersebut terjadi perdebatan
sengit karena masing masing golongan menganggap bahwa golongannya lah yang
paling pantas menggantikan Rasulullah sebagai khalifah. Golongan Anshar
mengatakan mereka lah yang paling berhak, karena mereka telah membantu dan
melindungi Rasulullah dari serangan kaum Quraisy ketika hijrah ke Madinah.
Sedangkan golongan Muhajirin menganggap mereka yang paling berhak karena
Rasulullah berasal dari kalangan mereka dan mereka lah yang mula-mula memeluk
agama Islam dan mengakui Muhammad sebagai nabi.10
Abu Bakar yang saat itu sedang mengurus jenazah Rasulullah, kemudian
mendapat laporan tentang adanya pertemuan dan perselisihan yang terjadi di balai
Tsaqifah. Abu Bakar bergegas pergi ke tempat pertemuan tersebut dan menemui
pemuka Anshar dan Muhajirin yang sedang memperdebatkan keunggulannya masing-
masing.
Abu Bakar menawarkan agar kepala negara dijabat oleh golongan Muhajirin
dan golongan Anshar sebagai wakilnya. Akan tetapi golongan Anshar menolak usul
tersebut, kemudian mengusulkan yang diangkat sebagai kepala negara dan wakilnya
berasal dari golongan mereka. Abu Bakar menolak usulan tersebut dengan alasan
10
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013) Hal. 64
akan membawa perpecahan. Abu Bakar juga mengingatkan golongan Anshar salah
satu hadits nabi yang mengatakan “Para imam (pemimpin) itu berasal dari Quraisy.”
Alasan suku Quraisy mendapat keunggulan adalah karena pada era jahiliyah,
suku Quraisy merupakan pembesar masyarakat Arab. Selain itu, mereka juga
merupakan penduduk asli Makkah. Begitu mereka memeluk agama Islam dan
Makkah ditaklukkan kaum muslim, orang-orang berbondong-bondong masuk Islam.
Dari golongan Anshar mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai khalifah,
sedangkan Abu Bakar mengusulkan Umar bin Khattab dan Abu ubaidah. Akan tetapi,
tidak ada yang menanggapinya. Orang-orang justru terkesan dengan apa yang
disampaikan Abu Bakar. Dan saat itulah Umar bin Khattab menolak usulan Abu
Bakar dan mengatakan bahwa yang pantas menjadi khalifah dari golongan Muhajirin
adalah Abu Bakar. Atas usul Umar bin Khattab dan musyawarah yang dilakukan,
terpilihlah Abu Bakar sebagai pemimpin pada usia 61 tahun. Abu Bakar adalah orang
yang tepat untuk menggantikan kepemimpinan Rasulullah. Setelah sepakat, Umar bin
Khattab menjabat tangan Abu Bakar dan membaiatnya yang kemudian diikuti Sa’ad
bin Ubadah dan umat islam lainnya. Adapun kesepakatan yang menjadikan
terpilihnya Abu Bakar yaitu:
1. Abu Bakar merupakan orang pertama yang memeluk agama Islam dari
kalangan dewasa.
2. Abu Bakar merupakan orang yang gigih dan bersungguh-sungguh melindungi
orang yang memeluk agama Islam.
3. Abu Bakar adalah orang pertama yang mengakui peristiwa isra’ mi’raj.
4. Abu Bakar menemani Rasulullah hijrah ke Yastrib atau Madinah.
5. Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang ditunjuk oleh Rasulullah untuk
menggantikan beliau menjadi imam shalat ketika beliau sakit.11
Setelah berlangsungnya pembaiatan, Abu Bakar dan orang-orang yang ada di
balai Tsaqifah menuju mimbar Rasulullah kemudian duduk. Rakyat memenuhi
masjid. Sebelum itu, Umar bin khattab menyampaikan beberapa kata yang sangat
penting “Wahai kalian, kemarin aku berbicara beberapa hal dengan kalian. Demi
Allah dalam hal ini aku tidak pernah mendengar perkataan Rasulullah dan akupun
tidak menemukannya dalam al-quran. ada orang yang merasa penasaran alasan aku
berbicara seperti itu. aku berbicara seperti itu dengan alasan karena aku mengira
Rasulullah akan bersama kita sesudahnya dan akan tetap mengatur urusan kita seperti
11
Akhmad Saufi Dan Hasmi Fadiilah, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Deepublish) Hal. 59
biasa (aku khilaf). Allah telah mengamanatkan al-qur'an kepada kalian sebagai
petunjuk jalan kebenaran. semoga tidak ada keraguan yang ada pada diri kalian
terhadap pentunjuk kebenaran seperti yang telah Allah tunjukkan kepada Rasulullah
jika kalian memegangnya dengan erat. Allah telah menakdirkan ia sebagai khalifah
kedua dari orang yang ada di dalam gua dan orang yang paling dekat dengan
Rasulullah. Maka berdirilah dan baiatlah dia!" ucap Umar dengan semangat.
Ucapan Umar bin Khattab membawa ketentraman hati kaum muslim. Mereka
telah menemukan pengganti yang tepat, berdedikasi tinggi, serta pantas diantara kaum
Muslim. Dengan perasaan yang gembira, orang-orang di dalam masjid kemudian
berdiri dan membaiat Abu Bakar.
Abu Bakar masih merasa sedih dan hatinya terasa panas karena ia memikul
beban berat dipundaknya meskipun ia tidak menginginkannya. Abu Bakar menerima
beban berat ini agar umat islam tetap tentram dan tetap terjaganya persatuan dan
kesatuan umat islam. Namun kenyataannya, ia bertanggung jawab terhadap tugasnya
hanya karena tujuan tersebut.12
Abu bakar telah resmi menjadi seorang kepala negara setelah di baiat. Para
musuh-musuh islam (orang munafik) mengambil kesempatan ini untuk membuat
pertikaian dan perdebatan di kalangan kaum muslim. Mereka bahkan menciptakan
fitnah untuk meruntuhkan persatuan kaum muslim. Mereka juga mengatakan bahwa
Abu Bakar masih belum layak untuk menjadi seorang pemimpin karena Abu Bakar
berasal dari suku yang kecil.
Abu Bakar berasal dari Bani Taim. Dimana kedudukan Bani Taim memang
tidak sebesar Bani Hasyim. Bani Hasyim adalah suku besar yang didalamnya
terdapat banyak bangsawan. Rasulullah Saw. berasal dari Bani Hasyim. Sedangkan
Bani Taim adalah suku kecil yang masih berada dalam golongan kaum Quraisy.
Abu Sufyan merupakan seorang pemimpin Quraisy yang sangat berpengaruh.
Ia menerima islam setelah Fathul Makkah dan ia mulai tidak mampu mengontrol
dirinya terhadap isu yang berkaitan dengan terpilihnya Abu Bakar yang berasal dari
suku kecil. Akan tetapi Abu Sufyan tidak secara sembunyi-sembunyi. Ia secara
terang-terangan menyampaikan pendapatnya yaitu yang pantas sebagai khlaifah
adalah golongan dari Bani Hasyim dan itu adalah Ali bin Abi thalib. Ali bin Abi
Thalib memang layak untuk menyandang jabatan sebagai khalifah. Akan tetapi jika

12
Salih Suruc, Best Stories of Abu Bakar Shiddiq, Terj. Abdul Aziz dan Andi Setiawan, (Depok: Redaksi Kaysa
Media) Hal. 300
Ali disandingkan dengan Abu Bakar, maka pasti akan muncul pendapat yang berbeda-
beda. Mungkin saja ada yang mendukungnya dan ada yang akan menentangnya.
Pada saat itu, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, dan Abbas masih belum
membaiat Abu Bakar. Penawaran Abu Sufyan kepada Ali untuk menjadi khalifah
tidak banyak menyita perhatian orang. Bahkan Ali mengeluhkan situasi tersebut
kepada Abu Bakar karena ia tidak nyaman dengan sikap Abu Sufyan. Ali berkata
pada Abu Bakar bahwa ia akan mendukungnya sampai akhir. Dengan ini, Ali berhasil
menutup pintu fitnah. Akan tetapi, Ali belum juga membaiat Abu Bakar.
Ketika muncul kandidat calon khalifah, Ali sedang sibuk mengurus proses
pemakaman Rasulullah. Ia tidak habis pikir bagaimana dia bisa tidak dilibatkan dalam
masalah itu. Kemudian Abu Bakar dan sahabat lain menyadari ketidaknyamanan Ali
dan ingin segera mengakhirinya. Setelah itu Ali bin Abi Thalib pulang ke rumah, dan
beberapa saat setelah itu ia mendatangi Abu Bakar kemudian membaiatnya. Selama
kepemimpinan Abu Bakar, Ali berperan menjadi kepala konsultan.13
Setelah di baiat, Abu Bakar tidak merayakan jabatan barunya sebagai
pemimpin. Abu Bakar sama sekali tidak berubah menjadi sombong atau
membanggakan dirinya. Beliau tetap menjadi sosok yang bersahaja dan teladan yang
baik bagi umat islam.
Abu Bakar merupakan kepala negara kedua Madinah setelah Rasulullah. Fakta
historis menunjukkan bahwa Abu Bakar terpilih melalui kesepakatan peserta yang ada
di Tsaqifah. Para tokoh terkemuka yang telah hadir bergantian mempresentasikan
golongannya masing-masing. Keputusan yang ditetapkan dalam musyawarah tersebut
yaitu mengangkat Abu Bakar untuk pengganti Rasulullah dalam memimpin kota
Madinah. Dasar yang digunakan adalah menyamakan dengan bahwasannya Abu
Bakar sering diminta oleh Rasulullah untuk mengganti posisi beliau dalam hal
tertentu seperti menjadi imam shalat.
D. Kondisi Sosial Politik Pasca Nabi Muhammad Wafat
Nabi Muhammad wafat pada hari Senin, 11 Rabiul Awal tahun 11 H pada usia
63 tahun atau bertepatan dengan 8 Juli tahun 632 M. Nabi Muhammad merupakan
pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan. Perannya sebagai pemimpin agama
merupakan bagian dari tugasnya sebagai utusan Allah. Melalui beliau, Allah mengatur
aspek kehidupan manusia, kebenaran, dan keadilan melalui firman-Nya berupa kitab

13
Salih Suruc, Best Stories of Abu Bakar Shiddiq, Terj. Abdul Aziz dan Andi Setiawan, (Depok: Redaksi Kaysa
Media) Hal. 313
suci al-Qur’an. Sedangkan perannya sebagai pemimpin pemerintahan merupakan
tugas politik yang beliau emban sejak beliau membangun negara Madinah yang sesuai
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Negara Madinah dipimpin oleh nabi berdasarkan perjanjian al-Aqabah I dan II
serta Konstitusi Madinah. Perjanjian Aqabah yaitu perjanjian antara nabi dengan
delegasi penduduk Madinah yang memilih nabi sebagai pemimpin agama maupun
pemimpin politik. Perjanjian Aqabah I dan II terjadi pada tahun 620 M dan 621 M.
Sedangkan Konstitusi Madinah adalah undang-undang dasar negara Madinah yang
mengatur kewajiban dan hak warganya. Konstitusi Madinah ini merupakan konstitusi
tertulis pertama di dunia.14
Sepeninggalan Rasulullah hanya sepertiga wilayah arab yang benar-benar
menjalankan ajaran islam. Tidak cukupnya alat perhubungan dan tidak teraturnya cara
pengembangan agama menjadi salah satu faktor masih sempitnya wilayah Islam.
Kondisi inilah yang melatar belakangi pembentukan khilafah dalam Islam. Hal ini
menjadi perhatian pemuka umat karena nabi tidak menunjuk dan memberi wasiat
tentang pemimpin baru.
Telah disepakati bahwa harus adanya pemimpin negara dan masyarakat
sebagai pengganti Rasulullah untuk memelihara dan membina masyarakat. Karena ini
para sahabat lebih mendahulukan soal pemerintahan daripada pemakaman. Hal ini
bukan berarti para sahabat sangat bersemangat dalam mengganti kedudukan
Rasulullah, melainkan karena rasa tanggung jawab untuk kelangsungan umat, agama,
dan persoalan berdasarkan islam.15
Sepeninggal Nabi Muhammad, terjadi kerancuan di kalangan umat Islam saat
itu. Ada juga yang tidak percaya bahwa utusan Allah juga bisa wafat. Wafatnya Nabi
meninggalkan lubang trauma yang sangat besar di tubuh umat Islam. Hal ini
menyebabkan terpecahnya umat Islam menjadi banyak kelompok, salah satunya
disebabkan oleh perselisihan politik dan perselisihan antar umat Islam. Satu hal yang
menonjol adalah siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai kepala negara atau yang
disebut khalifah. Pertanyaan ini menjadi isu utama pasca wafatnya Nabi, salah
satunya adalah adanya argumentasi perdebatan teologis. Dari segi teologi, yang paling
mengejutkan adalah penggunaan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai pembenaran siapa yang
paling berhak menjadi pengganti setelah Nabi.
14
Hidayatulloh, Politik Hukum Pemerintahan Islam Pasca Nabi Muhammad Saw, Mizan: Jurnal Ilmu Syariah,
Vol. 3 No. 1, (Juni, 2015) Hal. 48
15
Zakki Fu’ad, Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis, Hal. 31
E. MASA PEMERINTAHAN ABU BAKAR
Mirip di masa Rasulullah kekuasaan Legislatif, Eksekutif, serta Yudikatif masih
terpusat pada tangan Abu Bakar sebagai khalifah struktur pemerintahan belum jelas.
Khalifah selain menjadi ketua pemerintahan juga melaksanakan hukum. Bahkan
warga mengadukan perkaranya kepada khalifah buat mendapat penyelesaian. sebagai
negara belia dengan khalifahnya pertama semenjak awal pemerintahannya sudah
berhadapan dengan persoalan-dilema:
 Timbulnya kabilah-kabilah yang merasa tidak terikat lagi menggunakan
 Kekuasaan politik Madinah sehubungan dengan sudah meninggalnya
Rasulullah.
 Keluarnya Nabi-nabi palsu
 Munculnya orang-orang murtad.
 Banyaknya orang yang tidak mau membayar zakat.
Meskipun demikian Abu Bakar mampu mengatasi masalah tersebut dengan
bijaksana sinkron dengan kebutuhan penyelesaian saat itu. beliau mampu merogoh
ijtihad politik buat menegakkan negara. Selain itu dia mampu mengukuhkan
kedudukan politik dalam negeri secara gemilang.
Selain kemampuan pemecahan dalam negeri dia bisa menyiapkan jalan bagi
perkembangannya Islam ke bagian luar jazirah Arab. Beliau mulai memperlebar
daerah bagian Utara yakni ke Syiria. Bahkan usaha tersebut sampai ke daerah
Bizantium, meskipun belum sempat diketahui sang beliau karena lebih dulu wafat.
Menggunakan demikian, meskipun khalifah Abu Bakar hanya memiliki masa
bakti dua tahun namun beliau memiliki prestasi yang sangat gemilang baik prestasi
yang berkaitan menggunakan problem-duduk perkara pada negeri juga penyebaran
keluar jazirah Arab.
Bila pemerintahan Abu Bakar ditinjau dari konsep pemerintahan terkini, maka
buat ukuran zamannya bisa dikatakan apa yang dilakukan Abu Bakar sudah
memenuhi unsur modern dan bisa dikatakan cukup berhasil. di kekhalifahannya
pimpinan wilayah diperbolehkan memiliki peraturan serta kedaulatan wilayah
tersendiri. Kekuasaan eksekutif, meskipun tidak sepenuhnya persoalan tadi
diselesaikan secara individu Khalifah, tetapi banyak dilema-masalah yang
dimusyawarahkan dengan sahabat lainnya, termasuk pelimpahan wewenang pada
Khalid bin Walid. Hanya belum begitu kentara pemisahan ketiga kekuasaan tersebut.
Meskipun demikian kekhalifahan bukan berdasarkan kekuasaan otokrasi. Abu
Bakar jua sudah memakai prinsip-prinsip demokrasi pada pemerintahannya.
Demokrasi tersebut adalah manifestasi asal ajaran Islam yakni demokrasi yg
berasaskan ketundukan kepada tuhan, demokrasi yang berpijak di amar ma’ruf nahi
Mungkar.
Dalam masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq relatif terbilang banyak
menghadapi dilema-dilema di pada negeri yang asal darikelompokmurtad, nabi palsu,
dan pembangkang zakat. sesuai yang akan terjadi musyawarah menggunakan para
teman yang lain, beliau menetapkan buat memerangi gerombolan tersebut melalui apa
yang diklaim sebagai perang Riddah (perang melawan kemurtadan). 16
Sesudah berhasil menuntaskan urusan pada negeri, Abu Bakar mulai
melakukan ekspansi ke wilayah utara buat menghadapi pasukan Romawi serta Persia
yang selalu mengancam kedudukan umat Islam. namun, beliau mangkat dunia
sebelum misi ini selesai dilakukan. 17
Selain itu, berikut ini mengenai peradaban yang berkembang di masa
pemerintahan Abu Bakar yang berlangsung selama 2 tahun 3 bulan: 18
a. Membudayakan musyawarah yang lebih demokratis pada pemerintahan serta
masyarakat
b. Menumbuhkan loyalitas umat islam dan tentara kepada pemerintah yang memberi
dukungan atas semua kebijakan khalifah
c. Membudayakan musyawarah dalam menyikapi setiap persoalan yang ada
d. Membangun pemerintah yangg tertib di sentra dan pada wilayah
e. Membangun milter yang disiplin serta tangguh pada medan tempur
f. Menyusun mushaf al-Qur’an seperti yang dimiliki umat Islam sekarang
g. Menyejahterakan rakyat secara adil menggunakan membangun Baitul mall serta
memperbadayakan zakat, infaq, dan ghanimah dan jizyah.
Menggunakan demikian, selama pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, harta
Bait Al-Māl tak pernah menumpuk pada jangka ketika yg usang sebab pribadi
didistribusikan kepada semua kaum Muslimin, bahkan waktu Abu Bakar Ash-Shiddiq
wafat, hanya ditemukan 1dirham dalam perbendaharaan negara semua kaum

16
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm. 123.
17
7HAMKA, Sejarah Umat Islam (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 160.
18
Abd. Wahab, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dengan Era
Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019), Vol. 5 (Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019), Hal, 77.
Muslimin diberikan bagian yang sama dari yang akan terjadi pendapatan
negara. Dalam pemerintahan Abu Bakar, ekonominya (Karim, 2017), merupakan: 19
a. Menerapkan praktek akad–akad perdagangan yang sinkron menggunakan
prinsip syariah.
b. Menegakan hukum menggunakan memerangi mereka yang tidak mau
membayar zakat.
c. Tidak berakibat pakar badar sebagai pejabat Negara, tak mengistimewakan
pakar badar pada pembagian kekayaan Negara.
d. Mengelolah barang tambang (rikaz) yang terdiri berasal emas, perak, perunggu,
besi, serta baja sebagai akibatnya menjadi asal pendapatan Negara.
e. Tidak merubah kebijakan Rasullah SAW pada duduk perkara jizyah.
Sebagaimana Rasullah Saw Abu Bakar tak membentuk ketentuan khusus
wacana jenis serta kadar jizyah, maka di masanya, jizyah dapat berupa emas,
perhiasan, pakaian, kambing, onta, atau benda benda lainya.
f. Penerapan prinsif persamaan pada distribusi kekayaan Negara.
g. Memperhatikan akurasi penghitunga Zakat. akibat penghitungan zakat dijadikan
menjadi pendapatan negara yang disimpan dalam Baitul Maal dan pribadi di
distribusikan seluruhnya pada kaum Muslimin.
Kebijakan politik yang dihadirkan oleh Abu Bakar pada masa
Pemerintahannya merupakan sebuah era baru, babak perluasan dakwah Islam setelah
sepeninggal Rasulullah SAW dan dinilai sebagai sebuah Kemajuan yang signifikan.
Maka penulis membagi kepada tiga hal penting Yang terjadi pembahasan masa
tersebut, diantaranya:
1. Memerangi Kemunafikan dan Kemurtadan
Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu pertama, mereka Yang
mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang Meninggalkan
shalat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah. Hal Ini disebabkan
adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW Wafat, maka segala
perjanjian dengan Nabi menjadi terputus. Dan mereka Merasa tidak terikat lagi
dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran Agama sebelumnya. Tentang
orang-orang yang mengaku dirinya nabi Sebenarnya fenomena ini sudah muncul
pada masa Nabi, tetapi wafatnya Nabi Muhammad mereka anggap sebagai
kesempatan untuk tampil terang-Terangan. Diantara nabi palsu seperti
19
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 126-127.
Musailamah Al Kadzab dari Bani Hanifah, Tulaihah bin Khuwailid dari Bani
As'ad Saj'ah Tamimiyah dari Bani Yarbu, dan Aswad al-Insi dari Yaman.
2. Kedua, yaitu mereka yang ingkar zakat, mereka membedakan antara shalat dan
zakat, tidak mau mengakui kewajiban zakat dan mengeluarkannya. Mereka
berpandangan bahwa zakat itu diberikan kepada Nabi Muhammad. Oleh sebab itu
setelah Nabi meninggal, hukum tentang zakat tidak berlaku lagi.20
Dengan realita bahwa terdapat banyak pro-kontra dalam kekhalifahan Abu Bakar
pasca sepeninggal Nabi, maka tidaklah aneh jika dalam pemerintahannya Abu Bakar
lebih banyak terpakai untuk menstabilkan politik dalam negeri, dengan adanya
kemunculan nabi palsu ataupun kelompok-kelompok yang murtad sepeninggal Nabi.
Untuk menstabilkan politik dalam negeri di Madinah Abu Bakar mengirim 11
panglima untuk melakukan tugas tersebut, adapun panglima yang dimaksud adalah
Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasanah,
Thuraifah bin Hajir, Amr bin Al-Ash, Khalid bin Said bin Al-,Ash, Al-Ala’ bin Al-
Hadhar, Hudzaifah bin Muhshin Al-Ghalfa‟i, Urfajah bin Hartsimah dan Muhajir bin
Abu Umayyah.
Pembagian pasukan ini sesuai dengan perencanaan yang strategis dan
memiliki makna penting, Meskipun kaum murtad berjumlah besar, tapi pemurtadan
mereka dapat diatasi tidak lebih dari masa tiga bulan saja hal ini disebabkan karena:
pertama, kaum murtad masih terpisah-pisah, semua berada di negeri masing-masing,
mereka tidak mampu untuk menggalangkan persatuan karena tempat mereka yang
berjauhan dan waktu yang tidak memungkinkan untuk mereka menggalang persatuan.
Kedua kaum murtad tidak mengetahui bahaya kaum muslimin bagi mereka, dimana
kekuatan kaum muslimin mampu untuk memusnahkan seluruh kaum murtad dalam
beberapa bulan saja.21
Langkah berani khalifah Abu Bakar dalam memerangi kaum murtad Salah
satunya yaitu melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk mengirim Pasukan
Usamah yaitu pasukan umat Islam yang dipimpin Usamah bin Zaid Yang
diperintahkan Rasulullah sebelum wafat untuk memerangi tentara Romawi. Pada
mulanya keinginan Abu Bakar ditentang oleh para sahabat Dengan alasan suasana
dalam negeri sangat memprihatinkan akibat berbagai Kerusuhan yang timbul. Akan

20
Wahyu Ilaihi, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. I, h.84
21
Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 369.
tetapi setelah ia meyakinkan mereka bahwa itu Adalah rencana Rasulullah SAW,
akhirnya pengiriman pasukan itu pun disetujui.
Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu ternyata sangat Strategis dan
membawa dampak yang positif. Pengiriman pasukan pada saat Negara dalam keadaan
kacau menimbulkan interpretasi di pihak lawan Bahwa kekuasaan Islam cukup
tangguh sehingga para pemberontak menjadi Gentar. Di samping itu, bahwa langkah
yang ditempuh Abu Bakar tersebut Juga merupakan taktik untuk mengalihkan
perhatian umat Islam dalam Perselisihan yang bersifat intern. Dan atas pertolongan
Allah SWT Pasukan Usamah berhasil menunaikan tugasnya dengan gemilang.
Pasukan Usamah Mampu memukul mundur pasukan Romawi. Dengan keberhasilan
pasukan Usamah ini memberikan efek yang sangat bagus bagi kondisi politik dalam
Negeri dan luar Negeri daulah khilafah, diantaranya yaitu:
1. Menebar kehebatan Daulah Islamiyah di mata umat-umat lain. Sampainya berita-
berita kemenangan yang dicapai umat Islam dalam Memerangi kelompok orang-
orang murtad kepada Persia dan Romawi Saat itu, maka kedua Negara ini melihat
bahwa bangunan umat baru ini (Islam) menentang fenomena yang muncul dan
umat Islam telah berhasil Mengatasi ujian-ujian dan meredam gejolak yang
terjadi di dalam Wilayahnya. Bagi Khalifah Abu Bakar, ini merupakan langkah
untuk Menyebar kehebatan Daulah Islamiyah. Dan ini merupakan sebuah Potret
gemilang jihad Islam.
2. Menyiapkan Jazirah Arab sebagai landasan ekspansi Islam. Kepemimpinan pusat
di Madinah dan medan perang adalah diatur oleh pemimpin-pemimpin yang
saling memahami, bekerja sama, saling mencintai meskipun dipisahkan oleh jarak
yang jauh. Akan tetapi, keseimbangan yang indah antara peranan masing-masing
pimpinan pusat dan pemimpin medan perang adalah sangat jelas dan terang.22
3. Perjalanan dakwah tidak terikat dengan siapapun dan kewajibanemengikuti
perintah Nabi Muhammad. Dalam kisah pengiriman pasukan Usamah oleh
khalifah Abu Bakar, kita bisa menemukan bahwa Khalifah Abu Bakar
menjelaskan dengan ucapan dan tindakan bahwa perjalanan dakwah tidak akan
terhenti meski dengan kematian pemimpin makhluk dan imam para nabi dan
Rasul Muhammad SAW. Khalifah Abu Bakar membuktikan keberlanjutan
perjalanan misi dakwah tersebut dengan segera merealisasikan pemberangkatan
misi militer pasukan Usamah.
22
Ibid., h. 494.
4. Terjadinya perbedaan pendapat dan sudut pandang seputar perealisasian misi
militer pasukan Usamah namun tidak sampai mendorong mereka kepada sikap
saling benci, pertengkaran, saling menjauhi dan saling memusuhi atau sampai
mengakibatkan terjadinya konflik kekerasan di antara mereka. Tidak ada satu
orangpun yang tetap keras pada pendapatnya ketika pendapatnya itu jelas telah
terbukti keliru dan batil.23
5. Menghilangkan pemaksaan kepada umat-umat di wilayah yang dikuasai Islam.
Diantara simbol politik luar negeri yang dibangun oleh Khalifah Abu Bakar
adalah menghilangkan penindasan dari penduduk yang wilayahnya dikuasai oleh
Islam. Khalifah tidak memaksa seseorang dari umat atau bangsa lain untuk
mengikuti agamanya dengan kekerasan.24
Dari penjelasan yang terurai diatas, dapat disimpulkan bahwasannya Khalifah
Abu Bakar adalah seorang pemimpin yang tegas, adil dan bijaksana. Langkah politik
yang dijalaninya merupakan langkah strategis dan membawa dampak positif bagi
pemerintahan Islam sehingga para pemberontak menjadi gentar, disamping itu juga
dapat mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern.
1. Penghimpunan al-Qur’an
Umar bin Khatab kawatir akan gugurnya para sahabat penghafal al Qur’an
yang masih hidup, maka ia lalu datang kepada Abu Bakar Memusyawarahkan hal
ini. Dalam buku-buku tafsir dan hadist percakapan Yang terjadi antara Abu Bakar,
Umar dan Zaid bin Tsabit mengenai Pengumpulan al-Qur’an di terangkan sebagai
berikut:25
Umar berkata kepada Abu Bakar: “Dalam peperangan Yamamah para Sahabat
yang hafal al-Qur’an telah banyak yang gugur. Saya kawatir akan Gugurnya para
sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya, sehingga Banyak ayat-ayat al-
Qur’an itu perlu di kumpulkan”. Abu Bakar menjawab: “Mengapa aku harus
melakukan sesuatu yang tidak di lakukan oleh Rasulullah?”
Umar menegaskan: “Demi Allah! Ini adalah perbuatan yang baik”. Dan ia
berulang kali memberikan alasan-alasan kebaikan mengumpulkan al-Qur’an ini,
sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima Pendapat Umar itu.

23
Ibid., h. 319.
24
Ibid., h. 626.
25
Ibid., h. 472.
Saat itulah khalifah mengutus Zaid bin Tsabit agar segera Mengumpulkan
semua ayat-ayat suci al-Qur’an. Kemudian Abu Bakar Memanggil Zaid bin Tsabit
dan berkata kepadanya: “Engkau adalah seorang yang cerdas yang ku percayai
sepenuhnya. Dan engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu di suruh oleh
Rasulullah. Oleh karena itu, maka kumpulkanlah ayat-ayat al Qur’an itu”. Zaid
menjawab: “Demi Allah! Ini adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku
di perintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, maka hal Itu tidaklah lebih berat
bagiku dari pada mengumpulkan al-Qur’an yang Engkau perintahkan itu”. Dalam
usaha mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit Bekerja amat teliti.
Ia mengumpulkan al-Qur’an dari daun, pelepah kurma, Tulang dan juga dari
hafalan-hafalan para sahabat. Sekalipun beliau hafal al-Qur’an seluruhnya, tetapi
untuk kepentingan pengumpulan al-Qur’an yang sangat penting bagi umat Islam
itu masih memandang perlu mencocokkan hafalan atau catatan sahabat-sahabat
yang lain dengan di saksikan oleh dua orang saksi.
Dengan demikian al-Qur’an seluruhnya telah di tulis oleh Zaid bin Tsabit dalam
lembaran-lembaran, dan di ikatnya dengan benar. Tersusun menurut urutan ayat-
ayatnya sebagaimana yang telah di tetapkan oleh Rasulullah. Kemudian di serahkan
kepada Abu Bakar. Setelah sepeninggal Abu Bakar mushaf disimpan oleh Umar bin
Khatab hingga dia wafat, dan kemudian berada ditangan Hafshah binti Umar.27
1. Penaklukan Damaskus
Penaklukan Suriah oleh Muslim yang terjadi pada paruh pertama abad ke-7, 26
di mana wilayah ini telah dikenal sebelumnya dengan nama lain mirip Bilad al-Sham,
Levant, atau Suriah Raya. Sebenarnya pasukan Islam telah berada pada perbatasan
selatan beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad meninggal dunia tahun 632 M,
seperti terjadinya Pertempuran Mu'tah pada tahun 629 M, akan tetapi penaklukan
sesungguhnya baru dimulai pada tahun 634 M pada, bawah perintah Kalifah Abu
Bakar dan Umar bin Khattab, menggunakan Khalid bin Walid menjadi panglima
utamanya.
a. Suriah Bizantium
Suriah pada bawah pemerintahan Romawi timur selama 7 abad sebelum Islam
tiba, juga pernah di invasi beberapa kali oleh Kekaisaran Sassania Persia yaitu di abad
ke-tiga, 6 serta 7 Suriah jua menjadi sasaran agresi sekutu Sassania, Lakhmid.
Wilayah ini dianggap Provinsi Iudaea oleh Bizantium. Selama perang Romawi-Persia
26
"Syria." Encyclopædia Britannica. 2006. Encyclopædia Britannica Online. 20 Oct. 2006
terakhir, yang dimulai pada tahun 603, pasukan Persia di bawah pimpinan Khisra II
berhasil menduduki Suriah, Palestina dan Mesir selama lebih asal satu dekade
sebelum akhirnya berhasil dipukul mundur oleh Heraclius dan dipaksa berdamai serta
mundur dari daerah yang mereka kuasai itu pada tahun 628 M. Jadi, pada waktu Islam
berperang melawan Romawi ini sebenarnya mereka sedang menata balik daerahnya
yang sempat hilang selama kurang lebih 20 tahun tersebut.
b. Penaklukan Suriah Dibawah Kekhalifahan Abu Bakar
Khalid segera dikirim menuju barisan Suriah. beliau berangkat ke Suriah
berasal Al-Hirah, pada Irak di awal Juni 634, ia membawa separuh tentaranya yaitu
8000 orang.27 ada 2 rute menuju Suriah dari Irak: galat satunya melalui Daumatul
Jandal, serta yang lainnya melalui Mesopotamia, melewati Ar-Raqqah. Tentara
muslim di Suriah yang membutuhkan donasi darurat, jadi Khalid menghindari rute
konvensional menuju Suriah melalui Daumatul Jandal, karena rute itu ialah rute yang
jauh, dan butuh beberapa minggu buat mencapai Suriah. Khalid menghindari pula rute
Mesopotamia, sebab adanya garnisun Romawi di Suriah Utara dan Mesopotamia.
Buat melibatkan mereka waktu tentara Muslim terkepung di Suriah ialah bukan
wangsit yang bijaksana. Khalid memilih rute yang lebih dekat menuju Suriah, yaitu
rute yang tak konvensional melewati Gurun Suriah. menggunakan berani, beliau
memimpin tentaranya melewati gurun. Tercatat bahwa tentaranya berjalan selama dua
hari tanpa setetes air, sebelum mencapai asal air pada oasis. Khalid kemudian
memasuki Suriah Utara serta menjebak sayap kanan tentara Bizantium. berdasarkan
sejarawan modern, inilah manuver strategis cerdik Khalid, barisannya yang berbahaya
melalui gurun serta muncul di front timur bahari Bizantium, sementara itu mereka
(Bizantium) diduduki pada menanggulangi tentara Muslim di Suriah Selatan,
berakibat mereka lepas kendali akan pertahanan Bizantium pada Suriah.28
c. Penaklukan Suriah Selatan
Sawa, Suriah, serta kota bersejarah Tadmur sudah jatuh pertama kali ke tangan
Khalid. Sukhnah, Qaryatain, dan Hawarin ditaklukan sehabis Pertempuran Qarteen
serta Pertempuran Hawarin. selesainya berurusan menggunakan seluruh kota ini,
Khalid beranjak menuju Damaskus, melewati gunung yang sekarang diketahui
menjadi Sanital Uqab (celah Uqab) selesainya nama standar tentara Khalid. Dari sini,
dia pindah menuju Bosra, ibu kota kerajaan Ghassaniyah Arab, Negara bawahan
27
The Sword of Allah: Khalid bin al-Waleed, His Life and Campaigns: page no:576 by Lieutenant-General
Agha Ibrahim Akram, Nat. Publishing. House, Rawalpindi (1970) ISBN 978-0-7101-0104-4.
28
Tabari: Vol. 2, p. 609
Kekaisaran Bizantium. beliau memerintahkan komandan Muslim lainnya buat
berkonsentrasi terhadap tentara-tentara mereka yang dekat dengan perbatasan Suriah-
Arab pada Bosra. Di Marj-al-Rahit, Khalid mengalahkan tentara Kristen-Arab
Ghassaniyah pada sebuah pertempuran cepat, yang disebut Pertempuran Marj-al-
Rahit. Sementara itu, Abu Ubaidah bin Jarrah, komandan tertinggi tentara Muslim
pada Suriah, sudah memerintahkan Syurahbil bin Hasanah untuk menyerang Bosra.
Pengepungan terakhir di Busra membawa tentara yang mungil yang terdiri dari 4000
orang.
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seorang pemimpin sekaligus pendidik umat.
Sebagai seorang pemimpin Abu Bakar memiliki karakter kepemimpinan yang di
butuhkan untuk seorang pemimpin, antara lain ketegasan, keberanian, kedermawanan,
keadilan, kejujuran dan kewibawaan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Khalifah ialah wakil pemimpin yang memiliki tanggung jawab untuk menggantikan
pemimpin. Lahirnya khalifah dimulai pada saat Abu Bakar menggantikan Rasulullah Saw
yang telah wafat sebagai pemimpin masyarakat. Abu bakar merupakan seorang sahabat yang
sangat dekat dengan Nabi, dan juga merupakan orang pertama yang masuk islam dikalangan
lelaki. Beliau mempunyai seorang ayah yang bernama Abu Quhafah dan seorang ibu yang
bernama Salma binti Sakhr ibn Amr. Selain terkenal dengan julukan Ash-Siddiq, Abu Bakar
juga memiliki banyak gelar seperti al-Atiq, al-Atqa, ash-Shahib, dan al-Awwah. Tidak hanya
terkenal dengan kesempurnaan fisik, beliau juga terkenal dengan sosok yang memiliki hati
baik, lemah lembut, dan dermawan.
Terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah terjadi saat ada perdebatan antara kaum
anshar dan kaum muhajirin yang memperdebatkan siapa yang akan menjadi pengganti
Rasulullah. Kemudian terpilhlah Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Sebagai khalifah Abu
Bakar tentunya memiliki kriteria sebagai seorang wakil pemimpin seperti, ia merupakan
sosok yang sangat dekat dengan nabi, amanah, memiliki kepribadian yang baik, dan juga
bertaqwa. Tentunya Abu Bakar terpilih menjadi khalifah untuk dapat mengayomi dan
mengelola masyarakat dengan baik dalam segala hal termasuk ibadah kepada Allah, dan
menjalankan sebagaimestinya tugas seorang khalifah.
Abu Bakar merupakan kepala negara kedua Madinah setelah Rasulullah. Fakta
historis menunjukkan bahwa Abu Bakar terpilih melalui kesepakatan peserta yang ada di
Tsaqifah. Para tokoh terkemuka yang telah hadir bergantian mempresentasikan golongannya
masing-masing. Keputusan yang ditetapkan dalam musyawarah tersebut yaitu mengangkat
Abu Bakar untuk pengganti Rasulullah dalam memimpin kota Madinah. Dasar yang
digunakan adalah menyamakan dengan bahwasannya Abu Bakar sering diminta oleh
Rasulullah untuk mengganti posisi beliau dalam hal tertentu seperti menjadi imam shalat.
Masalah pokok setelah nabi Muhammad Saw wafat adalah masalah kepemimpinan.
nabi Muhammad Saw sebagai nabi tidak bisa digantikan, tetapi posisinya sebagai pemimpin
politik ummat harus dicari penggantinya untuk kelangsungan eksistensi ummat dan entitas
politik Muslim. Nabi Muhammad Saw tidak meninggalkan ketentuan-ketentuan mengenai
persoalan suksesi kepemimpinan politik. Masalah suksesi ini segera dapat diselesaikan
dengan pengangkatan Abu Bakar alShiddiq sebagai Khalifah, yang berfungsi sebagai
pemimpin puncak ummat dan entitas politik muslim. Kaum muslimin segera menyatakan
kesetiaan atau bay'ah kepada Abu Bakar, meskipun diwarnai beberapa ketegangan dalam
pemilihannya. Dengan pengangkatan Abu Bakar, maka lahirlah Khilafah; sebuah institusi
politik Islam yang mempunyai sejarah yang kaya dan panjang. Pada tingkat Historis, selama
masa alKhulafa' al-Rasyidin (Khalifah-khalifah yang Terpuji) diperoleh melalui pemilihan
yang dilakukan ummat.
DAFTAR PUSTAKA

"Syria." Encyclopædia Britannica. 2006. Encyclopædia Britannica Online. 20 Oct. 2006


Abd. Wahab. 2019. Alokasi Belanja Negara Studi Komperasi Era Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. Vol. 5.Wahana Islamika: Jurnal
Studi Keislaman, 2019.
Akhmad Saufi Dan Hasmi Fadiilah, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Deepublish.
Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 369.
Arifin Zain, “Khilafah Dalam Islam” Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam,
Vol. 03, No. 01, 2019..
Fuad, AH. Zakki. 2012. Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis
Surabaya: CV. Indo Pramaha.
Hamka, 2016. Sejarah Umat Islam Jakarta: Gema Insani.
Hidayatulloh. Politik Hukum Pemerintahan Islam Pasca Nabi Muhammad Saw. Mizan:
Jurnal Ilmu Syariah. Vol. 3, No. 1, 2015.
Irham, Maturi, Muhammad Aniq. 2013. Abu Bakar Ash-Shiddiq: Syakhshiyatuhu Wa
‘Ashruhu Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Muhammad Harfin Zuhdi, “ Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam” Akademia,
Vol. 19, No. 01, 2014.
Musthafa Murad, 2007. Kisah Hidup Abu Bakar as-Siddiq ( Jakarta, Penerbit Zaman: 2007).
Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013.
Saufi, Akhmad, dan Hasmi Fadiilah. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Deepublish.
Suruc, Salih. Best Stories of Abu Bakar Shiddiq. Terj. Abdul Aziz dan Andi Setiawan.Depok:
Redaksi Kaysa Media.
Suyuti Pulungan, 2018. Sejarah Peradaban Islam , Jakarta, Bumi Aksara
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, hlm.
Syamruddin Nasution,2013. Sejarah Peradaban Islam, Riau: Yayasan Pusaka Riau.
Tabari: Vol. 2, p. 609
The Sword of Allah: Khalid bin al-Waleed, His Life and Campaigns: page no:576 by
Lieutenant-General Agha Ibrahim Akram, Nat. Publishing. House, Rawalpindi (1970)
ISBN 978-0-7101-0104-4.
Wahyu Ilaihi, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),
Cet. I, h.84

Anda mungkin juga menyukai