Anda di halaman 1dari 7

Nama : Octavia Frisca Rosita Sari ETS SPPK

NRP : 0520040111 29-10-21


Kelas : K3-3D 09.15 – 10.45

1. Teknik pemadaman api jika dilihat dari unsur penyusunya:


1) Cooling (pendinginan)
Teknik pemadaman api dengan cara menurunkan suhu benda yang
terbakar hingga di bawah titik nyalanya menggunakan media air
untuk menurunkan panas.
Contoh : Memadamkan api menggunakan media air dengan cara
menyemprotkan air ke tempat yang terbakar.
2) Smoothering (isolasi)
Teknik pemadaman api dengan cara memutus hubungan bahan
bakar dengan O2 atau udara yang diperlukan untuk terjadinya proses
pembakaran. Teknik ini mengambil, mengurangi, dan memisahkan
udara dengan bahan bakar sehingga tidak ada kontak pada kedua
zat tersebut.
Contoh : Menutup permukaan bahan bakar dengan selimut api (fire
blanket), menutup permukaan bahan bakar dengan karung basah,
dan menutup permukaan bahan bakar dengan lumpur/pasir/tanah.
Hal tersebut berlaku untuk kebakaran kelas B (Bahan bakar cair).
Terdapat juga contoh yang lain yaitu menutup permukaan bahan
bakar dengan foom (busa).
3) Starvation (menguraikan)
Teknik pemadaman api dengan cara mengurangi atau menguraikan
jumlah bahan yang terbakar serta memutuskan suplai bahan bakar
Contoh : Memisahkan benda yang terbakar, menjauhkan benda
yang belum terbakar, dan menutup kran pada instalasi gas atau
minyak dengan langkah pertama yaitu melakukan atau mengurangi
bahan bakar yang terbakar sehingga jika ada tangka yang terbakar
bisa terkurangi keebakaranya.
4) Breaking Chain Reaction (Memutuskan rantai reaksi kimia)
Terjadinya proses pembakaran dari gabungan ketiga unsur
menghasilkan gas lain seperti H2S, NH3, HCN (sesuai dengan benda
yang terbakar). Hasil reaksi yang penting adalah atom bebas O dan
H yang dikenal sebagai atom radikal yang membentuk OH dan pecah
menjadi H2 dan O. dengan memutus rantai rekasi kimia pembakaran
sehingga tidak ada lagi radikal bebas bahan bakar yang bereaksi.
Contoh : Merebas api mekanis atau menambahkan bahan kimia ke
reaksi pembakaran (Dry Chemical)
5) Dilution (Melemahkan)
Cara ini sama halnya dengan smothering, hanya saja pada cara ini
seperti mengurangi konsentrasi dari setiap unsur pembentuk api
(Cheat, fuel, oxygen) dengan memadukan keempat teori di atas
maka mengurangi kadar O2 di udara sampai batas minimum
sehingga pembakaran tidak dapat berlangsung.
Contoh : Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2
menyalakan api dan menggunakan media gas CO2

2. Menghitung kebutuhan APAR dan menentukan penempatan APAR.


Panjang = 35 m

Lebar = 14,5 m

Luas I = 35 x14,5 = 507,5 m2

= 5462,68 ft2

a) Perhitungan berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018

Berdasarkan tabel rating NFPA tipe kebutuhan APAR adalah 3A


jika diasumsikan jenis kebakaran ringan.

➢ Estimasi

Luas jangkauan area yang dapat diproteksi APAR sebesar


9000 ft2.

Luas bangunan
Jumlah APAR = Luas yang di estimasi

5462,68
= 9000

= 0,61

≈ 1 APAR
Jadi jumlah kebutuhan APAR yang dibutuhkan adalah
sebanyak 2 (dua) dan berdasarkan perkiraan rating dan
jenis APAR pada NFPA 10 Tahun 2018 dapat dijangkau
dengan :

1. APAR jenis air dengan ukuran 15 liter, jarak pancaran


10-13 m dengan waktu 120 detik.
2. APAR jenis foam (busa) dengan ukuran 15 liter, jarak
pancaran 10-13 m dengan waktu 120 detik.

Plot gambar terdapat di Lampiran

➢ Peletakan atau pengeplotan APAR berdasarkan NFPA 10


Tahun 2018

Dari hasil perhitungan berdasar NFPA 10 Tahun 2018 tersebut,


kebutuhan jumlah APAR diperoleh sebanyak 1 buah APAR dengan
rating 3A APAR air dan APAR busa yang paling cocok dengan
kondisi bangunan. Di dalam bangunan tersebut terdapat ruangan
dengan klasifikasi tingkat risiko bahaya rendah. Tingkat risiko
bahaya rendah di dalam gedung tersebut adalah Toilet, R.
Peralatan Medis, R. Periksa, R. Operasi, dan R. Tunggu. Seluruh
ruangan tersebut dapat dijangkau dengan APAR rating 3A air dan
busa dengan jarak pancaran sejauh 10-13 m meter dalam waktu
120 detik dengan ukuran APAR 15 Liter sesuai dengan asumsi
secara general tingkat risiko bahaya bangunan tersebut yaitu
rendah. .

b) Menentukan tipe detector pada ruang tunggu .

Panjang = 35 m – 3 m = 32 m ( hasil dari


pengurangan panjang Gedung-panjang tangga) 35 m – 3 m

Lebar =6m
Tinggi = 4,8 m (masuk faktor pengali 71% atau
0,71)

S = Jarak detektor x fs

= 10 x 0,71

= 7,1

10
Jumlah detector memanjang = = 1,41 = 2 buah
7,1

Jumlah jarak antara detector dari dinding pada arah memanjang =


7,1
= 3,55 m
2

8
Jumlah detector melintang = = 1,13 = 2 buah
7,1

Jumlah jarak antara detector dari dinding pada arah memanjang =


7,1
= 3,55 m
2

❖ Jadi, tipe detector adalah detector asap , jarak antar detector


sebesar 3,55 m, dan jumlah detector sebanyak 4 buah.

c) Saran teknis saya sebagai Ahli K3 terhadap perhitungan yang


dibandingkan dengan data existing yaitu 2 buah APAR yang
berjenis CO2 di tangga sebelah kiri atas dan 10 buah detector asap
yang menyebar di seluruh ruang kecuali toilet dan tangga adalah
sangat memenuhi kebutuhan. Berdasarkan perhitungan APAR
saya menurut jumlahnya yaitu satu, sedangkan ketersediaan APAR
2, maka sangat lebih baik tentunya. Untuk Detektor pun begitu,
sesuai perhitungan, saya mendapatkan 4 buah detector asap,
sedangkan ketersediaan ada 10. Maka kedua alat tersebut baik
APAR maupun detector sudah sangat bisa menjangkau kebakaran
dan memenuhi kebutuhan.
3. Prosedur aman yang akan saya rekomendasikan dalam evakuasi
orang-orang yang berada di gedung tersebut adalah jika terdapat
keadaan darurat maka saya memposisikan diri sebagai petugas tanggap
darurat atau regu kebakaran melakukan komunikasi antar tim dengan
menggunakan handy talky (HT) untuk segera bergerak mengevakuasi
korban di dalam Gedung atau dapat disebut komunikasi darurat untuk
umum yaitu dengan mengarahkan agar orang-orang tersebut di dalam
tidak panik dan secara waspada keluar ruangan melewati jalur evakuasi
yang telah disediakan. Evakuasi dilakukan dengan cara ekstra hati-hati,
jika asap dirasa sudah mengepul banyak maka jalan jongkok atau
merunduk diperlukan untuk sampai dalam titik kumpul atau (muster point)
agar tidak banyak menghirup asap dan meminimalisir pandangan yang
tertutup oleh asap. Setelah berhasil keluar maka secepatnya menelepon
petugas terkait seperti pemadam kebakaran dan jika terdapat korban
maka memanggil ambulance untuk segera diberi pertolongan lanjut
setelah diberikan pertolongan pertama pada kecelekaan.
Peletakan Berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018

35 cm

14,5 cm

SKALA
1:1

Anda mungkin juga menyukai