BAB I
PENDAHULUAN
Manusia mempunyai naluri untuk hidup bersama dengan orang lain secara
harmonis. Setiap manusia mempunyai kebutuhan fisik maupun mental yang sukar
dipenuhi seorang diri, maka ia berkerja sama untuk mencapai beberapa nilai
(value). Manusia perlu makan, minum, berkeluarga dan bergerak secara aman, dan
dicapai melaui usaha bersama, untuk itu perlu ditentukan rencana-rencana yang
mengikat, yang diwujudkan dalam kebijakan oleh pihak yang berwenang dalam hal
ini pemerintah.
oleh pendiri bangsa. Kesejahteraan yang diinginkan, dan akan kita wujudkan sudah
kebersamaan. Masyarakat sejahtera ini sudah tentu hanya dapat dicapai oleh
manusia yang memiliki jati diri bangsa, sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
Pancasila.
Mengunkapkan bahwa :
hadirnya negara yang kuat, yang mampu menjalankan perannya secara efektif.
2
Begitu pula sebaliknya, negara yang kuat tidak akan bertahan lama jika tidak
2015:194-195)
“Sebagaimana diuraikan dalam Child and Family Servis Review Process, ada
tiga variabel kesejahteraan. Tiga variable kesejahteraan dikonseptualisasikan
dalam kerangka berikut yaitu: pertama, kesejahteraan dalam arti keluarga
memiliki peningkatan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan anak-anak,
orang tua dan orang tua asuh serta keterlibatan anak-anak, remaja, dan
keluarga dalam perencanaan pemecahan masalah. Kedua, anak-anak dan
remaja menerima layanan yanag sesuai untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan mereka. Ketiga, anak-anak dan remaja menerima pelayanan yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatan mental mereka.
Dalam kenyataannya, yang paling pertama adalah yang paling umum dan
paling luas cakupannya.” (Hajar, 2016:2)
Usia mereka berkisar dari 6 tahun sampai 18 tahun.” (Kementrian Sosial RI, 2001-
20) Selain itu Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia:
“Anak Jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
mencari nafkah atau berkeliaran dijalanan atau tempat-tempat umum lainnya
usia mereka berkisae dari 6 tahun sampai 18 tahun, Adapun waktu yang
dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Pada dasaenya anak
jalann menghabiskan waktunya di jalanan demi mencari nafkah, baik dengan
kerelaan hati maupun dengan kerelaan hati maupun dengan paksaan orang
tuanya.” (Departemen Sosial, 2001:30)
3
Anak jalanan atau biasa disingkat anjal adalah potret kehidupan anak-anak
yang kesehariannya berada di jalan dan dapat dengan mudah kita jumpai
Tasikmalaya. Usia mereka yang relatif masih muda dan seharusnya masih dalam
tahap belajar serta merasakan sebuah pendidikan selayaknya tidak hidup sebagai
anak jalanan. Anak yang berkerja dan turun ke jalan terjadi karena faktor-faktor
dorongan dari orang tua atau anak itu sendiri memilih untuk hidup di jalanan. Hal
Anak yang diimaksud dengan anak adalah “Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delalan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”
Anak juga merupakan amanah dan karunia Tuhan yang harus di jaga, karena anak
mempunyai masa depan yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia
ataupun kebutuhan yang diinginkan serta tidak semua anak merasakan masa-masa
indah, Sebab masih ada yang berperan ganda dan pada usis 14-16 tahun sudah
terbebani oleh pekerjaan mencari nafkah yang seharusnya mereka hanya menimba
ilmu pengetahuan maupun pendidikan. Anak yang berkerja dan turun ke jalan
terjadi karena faktor-faktor dorongan dari orang tua atau anak itu sendiri memilih
4
untuk hidup di jalanan. Hal ini menimbulkan masalah anak jalanan tidak henti-
dengan membersihkan kaca mobil dengan menggunakan kemoceng, saat lampu lalu
lintas berwarna merah. Ada juga yang berfropesi sebagai penjual kue keliling,
belas kasihan dari setiap orang yang ia temui baik di Jalan Raya, Masjid-Masjid,
menjelaskan bahwa: “Jumlah anak jalanan telah mencapai ratusan. Setiap hari
perempatan Mitra Batik dan Citapen, anak jalanan masih di bawah lima tahun.”
Jumlah anak jalanan di Kota Tasikmalaya pada tahun 2020 adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Anak Jalanan di Kota Tasikmalaya
No Wilayah Jumlah
1. Bungursari 12
2. Cibereum 22
3. Cihideung 36
4. Cipedes 39
5
5. Indihiang 15
6. Kawalu 8
7. Mangkubumi 12
8. Purbaratu 2
9. Tamansari 15
10. Tawang 7
Total 168
Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui jumlah anak jalanan di Kota
Tasikmalaya yaitu 168 orang. Peyebabnya berbagai macam, salah satunya adalah
Beberapa indikasi masalah yang ditemukan oleh penulis mengenai peran Dinas
bahwa:
“Di tempat terpisah, Kasi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kota Tasikmalaya, Awan S, mengakui
jumlah anak jalanan Kota Tasik saat ini terus bertambah. Berdasarkan survei
yang dilakukan, pada satu titik mangkal anak jalanan ada sekitar 25-30 anak.
“Jumlah anak jalanan telah mencapai ratusan. Setiap hari mereka meminta-
minta. Biasanya mereka mangkal dan meminta-minta di perempatan Citapen,
Mitra Batik, Taman Kota, Pancasila – Sutisnasenjaya, Padayungan,
Rancabango, dan Alun-alun. Di setiap kantong tersebut, rata-rata ada 15
hingga 20 orang anak jalanan dari berbagai kelompok umur. Malah di
perempatan Mitra Batik dan Citapen, anak jalanan masih di bawah lima
tahun.” Kata Awan S. (Kepala Bidang Penanganan dan Rehabilitasi Sosial
Dinsosnakertrans Kota Tasikamalaya).” (tubasmedia, 2011)
kedewasaan; dan
Dari informasi yang penulis dapatkan dari Tribun Jabar menyebutkan bahwa:
“Puluhan manusia silver diamankan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Kota Tasikmalaya bersama Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tasikmalaya Kamis
(10/09/2020). Selain itu, diamankan pula anak jalanan (anjal), anak punk,
doger monyet, serta gelandangan dan pengemis (gepeng). Mereka digaruk
Satpol PP lantaran dianggap mengganggu kelancaran, ketertiban umum dan
kenyamanan para pengguna jalan raya. Pasalnya, mereka sering mangkal dan
beroperasi di sejumlah lampu merah atau perempatan jalan raya di wilayah
Kota Tasikmalaya. “Puluhan penyandang masalah sosial ini kita garuk di
sejumlah tempat dan ruas jalan di sekitaran Kota Tasikmalaya seperti di Jalan
Sutsen, Alun-alun, perempatan jalan Mitra Batik serta perempatan
Padayungan,” ujar Yogi Subarkah, (fokusjabar.id, 2020)
Sosial dalam melakukan pembinaan terhdap anak jalanan dinilai masih kurang,
Kurang kesadaran dari orang tua atau keluarga juga menjadi faktor
adanya faktor kebutuhan yang mendorong anak-anak jalanan turun ke jalan dan
keluarganya. Jadi disini peran dari Dinas Sosial Kota Tasikmalaya sangat
diperlukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hak-hak dasar anak jalanan sebagai
anak.
Yaitu tidak semua anak jalanan telah terdata secara total. Hal ini disebabkan
karena kurangnya kerjasama anak jalanan dengan Dinas Sosial. Banyak sekali anak
jalanan yang ada di Kota Tasikmalaya yang bukan berasal dari daerah Kota
Tasikmalaya (dari luar daerah). Selain itu, berdasarkan informasi yang penulis
peroleh, anak jalanan yang terjaring razia adalah orang yang sama, jadi memang
sangat disayangkan bahwa ketergantungan anak jalan menjadi anak jalanan sudah
menjadi hal yang wajar bagi anak jalanan tersebut, dan merasa dirinya telah nyaman
menjadi anak jalanan yang bebas tanpa pengawasan dari orang tua. Hal tersebut
disebabkan salah satunya karena rusaknya hubungan rumah tangga ke kedua orang
Yaitu sosialisasi terhadap orang tua dari anak jalanan yang masih beroperasi
agar dapat menubuhkan kesadaran dari orang tua untuk tidak mendukung dan
mendorong anaknya berada dijalan untuk mencari nafkah, hal ini terbukti dari
6. Kurangnya kerja sama dari anak jalanan terhadap Dinas Sosial Kota
Tasikmalaya;
8
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari salah satu pegawai Dinas
menyebutkan bahwa:
“Salah satu kesulitan dalam pembinaan dan penanganan anak jalanan adalah
karena kurangnya kerja sama dari anak jalanan tersebut, contohnya: ketika
Dinas melakukan pendataan sering kali anak tersebut berbelit-belit dan tidak
mau untuk mengakui dimana alamat tempat tinggalnya, dan ketika di tanya
orang yang dapat dihubungi juga berbelit-belit dan banyak sekali alasan yang
dipaparkan oleh anak jalanan tersebut”. (Badrawati, Beti, 2020)
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak jalanan yang telah terjaring razia kurang
memiliki sikap kerja sama dan tidak mau untuk dilakukan pembinaan maupun
pengarahan oleh Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, karena merasa dirinya telah
tentang Peran Dinas Sosial yang dituangkan ke dalam judul “Peran Dinas Sosial
1. Manfaat teoritis
pendidikan.
2. Manfaat praktis
gagasan serta masukan dalam Upaya Meningkatkan Peran Dinas Sosial Dalam
pengetahuan serta wawasan baik dari segi teoritik maupun empirik berhubungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kemudian di bawah ini penulis menyajikan tabel peneliti terdahulu, yaitu sebagai
berikut:
melakukan kajian ini adalah teori peran dari Jim Ife dan Frank Tesoriero
yaitu peran fasilitatif, peran edukatif, dan representasional dan peran teknik.
dalam hal penyaluran Dan pemberian bantuan sosial yang dilaksanakan dinas
sarana kan prasarana berupa alat bantu kesehatan. Dan juga hanya
berpacu pada data yang lama, sehingga untuk penerima bantuan tiap tahun
penelitian peran pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Sosial dan metode
2. Penelitian yang dilakukan oleh Marzatilah, dkk (2020) tentang Peran Dinas
dokumentasi. Teori yang digunakan untuk melakukan kajian ini adalah teori
peran dari Jim Ife dan Frank Tesoriero yaitu peran fasilitatif, peran edukatif,
pemanfaatan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua maupun pihak
terhadap Anak dan apa saja tantangan yang dihadapi oleh Dinas Sosial dalam
tidak adanya efek jera bagi pelaku eksploitasi, sehingga Dinas Sosial Kota
Banda Aceh harus mengamankan orang yang sama Berulang kali. Kedua,
korban bukan penduduk asli Kota Banda Aceh (bukan KTP Banda Aceh).
Ketiga, keterbatasan sarana dan prasarana, Dinas Sosial Kota Banda Aceh
hanya memiliki satu mobil dinas, Sedangkan di dinas terdiri dari beberapa
pengelolaan rumah singgah dan sebagainya masih belum tepat sasaran. Hal
ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada variable penelitian peran
pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Sosial dan metode penelitian yang
maupun disiplin ilmu. Teori peran berbicara tentang istilah “Peran” yang biasa
14
digunakan dalam dunia teater, dimana seorang aktor dalam teater harus bermain
sebagai tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu adalah diharapkan
(Soekarno, 1984:237)
Teori peran menurut Sarwono adalah “Teori peran (Role Theory) adalah teori
yang merupakan perpaduan teori, orientasi, maupun disiplin ilmu, selain dari
psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan
Dalam ketiga ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam
teater, seorang actor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dalam posisinya
Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran. Menurut Biddle dan
sebagai berikut:
dilaksanakan.
(public support).
5. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai upaya
Santosa, 2003)
Sebagai mana telah dipaparkan oleh Sarwono di atas dimana Dinas Sosial
diharapkan agar Pegawai Dinas Sosial Kota Tasikmalaya berperilaku sesuai dengan
peran tersebut, lebih lanjut penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa peran
pelayanan publik dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
hak-hak sipil setiap warga demi kesejahteraannya, seperti Dinas Sosial Kota
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Pemerintah Daerah. Peran atau upaya-
kesejahteraan sosial.
sosial.
18
kegiatan:
Bersama (KUBE).
Terlantar.
sebagai berikut:
Sedangkan pendapat lain tujuan dalam penaganan anak jalanan terdiri dari dua
yaitu:
“Secara umum terdapat dua tujuan dalam penanganan anak jalanan yaitu yang
menyebutkan bahwa: “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh dan
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
20
Pada Pasal 11 dijelaskan pula bahwa: “Setiap anak berhak untuk beristirahat
dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
perkembangan diri. “Hal ini pula seharusnya didapatkan juga oleh anak jalanan.
dijelaskan pula pada Pasal 21 bahwa: “Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah
membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya, dan bahasa
status hukum, urutan kelahiran dan kondisi fisik dan/atau mental.” Undang-
disebutkan bahwa:
program, yaitu:
21
Hal ini menunjukan bahwa anak jalanan merupakan salah satu sasaran
pemerintah dalan Program Kesejahteraan Anak (PKSA) ini. Disebutkan pula dalam
Perempuan dan Perlindungan Anak. Adapun yang melatar belakangi penulis untuk
6) Kurangnya kerja sama dari anak jalanan terhadap Dinas Sosial Kota
Tasikmalaya.
setiap indikasi masalah tersebut dapat dianalisis menggunakan teori peran menurut
Teori Peran menurut Biddle and Thomas (1996), dengan dimensinya terdiri dari:
1. “Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial;
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;
3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku; dan
4. Kaitan antara orang dan perilaku”.
2.3 Proposisi
Kedudukan dan Perilaku Orang Dalam Peran, dan Kaitan Orang dan Perilaku
26
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
adalah (0265) 7523848. Alamat e-mail Dinas Sosial Kota Tasikmalaya adalah
Dan Nomor Telpon Dinas Sosial Kota Tasikmalaya Adalah 0265 7523848.
Gambar 3.1
KEPALA DINAS
Bidang
Perlindungan dan
Bidang Bidang Jaminan Sosial
Pemberdayaan Rehabilitasi Sosial
Sosial
Seksi Perlindungan
Seksi Rehabilitasi
Sosial
Seksi Sosial Penyandang
Pemberdayaan Disabilitas, Anak,
Masyarakat dan Lanjut Usia Seksi Jaminan
Lembagaan Gelangdang Penegemis
Sosial
Sebagai pedoman dalam melaksanan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial
Tentang Tugas Pokok dan Rincian Tugas Unit Dinas Sosial Kota Tasikmalaya yaitu
sebagai berikut :
dan program kerja dinas untuk mendukung visi dan misi daerah.
Unit Kerja lain yang terkait untuk kelancaran pelaksanaan tugas dinas.
di bidang sosial.
30
fungsi :
pemberdayaan sosial;
pemberdayaan sosial;
sosial
sosial;
pemerintah;
bagi PMKS;
fungsi :
(LK3);
11) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan tugas dan fungsinya.
menyelenggarakan fungsi :
Rehabilitasi Sosial;
bagi penyandang cacat, tuna sosial, korban Napza dan zat adiktif lainnya,
tuna eks napi, anak nakal, anak terlantar, anak jalanan, remaja putus
rehabilitasi sosial;
f. Seksi Rehabilitasi Anak, Remaja, Lanjut Usia dan ODK dipimpin oleh
Anak, Remaja, Lanjut Usia dan ODK Sosial dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi :
kedisabilitasan;
rehabilitasi sosial bagi PMKS anak, remaja, lanjut usia dan orang
dengan kedisabilitasan;
fungsinya.
g. Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Nafza dipimpin oleh Kepala Bidang
Rehabilitasi Sosial. Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Nafza mempunyai tugas
pelaksanaan kebijakan serta pembinaan bagi rehabilitasi sosial bagi tuna sosial
dan nafza. Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Nafza dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi :
Nafza;
antar WNI.
penanggulangan bencana;
jaminan sosial;
11) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sosial;
WNI;
perlindungan sosial;
j. Seksi Jaminan Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan
Kota;
Tasikmalaya degan informan penelitian terdiri dari 1) Kepala Dinas Sosial Kota
Korban HIV/AIDS dan NAPZA; 4) Anak Jalanan (ANJAL); 5) Orang Tua Anak
Jalanan/Masyarakat.
39
Ditinjau dari jenis datanya metode penelitian yang digunakan oleh penulis
kualitatif.
adalah:
studi masyarakat pada umumnya, dan sektor pemerintah, selain sektor bisnis pada
kualitatif adalah:
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuj kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan menfaatkan berbagai metode ilmiah.” (Moelong,
2007:6)
yaitu penelitian yabg berusaha untuk menunturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data yang penulis peroleh dari dinas Sosial Kota
“Konsep adalah sebuah ide hasil dari abstaksi berpikir suatu keadaan atau
fakta yang menjadi kajian sebuah ilmu. Ide memiliki makna, bahwa konsep
adalah bauh pikir yang dihasilkan dari proses keilmuan yang kemudian
menjadi keyakinan. Sedang abstraksi mengandung arti, bahwa konsep
merupakan kumpulan fakta atau keadaan dalam karakteristik yang sejenis.”
(Indrawan 2016:11)
penganggulangan anak jalanan beserta parameternya dapat dilihat dalam tabel 3.2
berikut ini:
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara). Data Primer dapat berupa opini subjek (orang)
secara individual atau kelompok , hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian atau kegiatan, dan hasil Obserrvasi, Interview atau wawancara secara
Data primer menurut Arikunto, Suharsimi adalah: “Data primer adalah data
yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapar melalui wawacara, jejak
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Dalam hal ini data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh
penulis dari dokumen-dokumen yang ada di Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, Jurnal
Data sekunder menurut Arikunto adalah: “Data sekunder adalah data yang
bergerak dibidang pengumpulan data seperti Bapan Pusat Statistik dan lain-lain.”
(Arikunto, 2013:172)
3) Kepala Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Sosial, Korban Napza dan
“Dengan cara apa dan. Bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan
sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan
permasalahan yang ada diperlukan sejumlah data baik data primer mauoun data
sekunder. Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi
1. Pengamatan (Observation)
(Sugiyono, 2016:226)
lebih dekat atau secara langsung terhdap objek penelitian, sehingga penelitian dapat
pengibservasi hadir secara fisik dan memonitor secara personal yang terjadi.
melaporkan aspek yang muncul dari kejadian dan pelaku saat berlangsungnya
45
2. Wawancara
orang untuk bertukan informasi dan ide memlaui tanya, jawab, sehingga dapat
digunakan sebagai teknik pengumlulan data, bila peneliti atau pengumpulan data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.”
(Sugiyono, 2046:233)
yang diharapkan dapat garis tegas antara peneliti dengan subjek peneltian dalam
3. Dokumentasi
Dinas Sosial Kora Tasikmalaya, Jurnal dan Skripsi penelitian terdahuku, Rujukan
4. Studi Pustaka
5. Triangulasi
menghubungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada.” (Sugiyono, 2016:241). Dalan penelitian ini oenukis menggunakan satu
“Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.” (Sugiyono, 2016:244)
mengatakan bahwa:
47
Data reduction antara lain sebagai berikut . “Reduksi data merupakan proses
Bagian awal dalam kegiatan analisis data yabg berupa proses seleksi
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
digunakan oleh penulis untuk menyajikan data dalam penelitian ini adalah dengan
aktifitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
simpulan/verifikasi. Hal inu dilakukan agar analisis data bersifat interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas , sehungga data yang di dapatkan
lebih banyak dan ketika data diras telah cukup dan jenuh atau tidak bertambah maka
mereduksi data dengan cara penyeleksian, pemfokusan, dan abstraksi data dari
fieldnote (catatan lapangan), di mana proses ini akan berlangsung secara terus-
menerus sampai akhir penulisan penelitian ini. Setelah data direduksi , penelitian
menyajikan data yang disusun secara logis dan sistematis agar mudah dipahami.
berdasarkan pada reduksi dan sajian data yang telah dilakukan. Dalam melakukan
penarikan kesimpulan, peneliti harus bersikap terbuka namun tetap skeptis. Apabila
simpulan dirasa kurang mantap, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatab
pengumpulan data untuk mendukung simpulan yang ada, dan bagi pendalaman
data.
maka dalam penelitian ini penulis menentukan untuk menggunakan uji kreabilitas.
kasus negatif, dan membsrcheck.” (Sugiyono, 2016:270). Uji kredibilitas data yang
Gambar 3.6
Triangulasi Sumber
A
Wawancara
B
Mendalam f
g
C
d
B
g
Trigulasi “sumber” pengumpulan data. (satu
f teknik pengumpulan data pada
a
bermacam-macam data pada bermacam-macam sumber
s data A, B, C).
d
(Sugiyono,2016:242)
Dinas Sosial Kota Tasikmalaya di Jalan Ir.H. Djuanda (Komplek Perkantoran) Kota
Tasikmalaya.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 (enam bulan) dengan jadwal kegiatan
Tabel 3.7
Jadwal Kegiatan Penelitian
Minggu/Bulan/Tahun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Kepustakaan
2. Observasi
3. Pengajuan Judul Usulan
Penelitian
4. Penyusunan Usulan
Penelitian
5. Bimbingan Usulan
Penelitian
6. Seminar Usulan
Penelitian
7. Penelitian Lapangan
8. Penyusunan Skripsi
9. Bimbingan Skripsi
10. Sidang Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Biddle, B,J dan Thomas E,J. 1996. Role Theory: Concept and Research New York:
Wiley.
Bungin, Burhan, 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Fukuyama, Francis, 2005. State Building : Government and World Order in the
21st Century (Memperkuat Negara: Tata Pemerintahan dan Tata Dunia
Abad 21). Jakarta: Gramedia.
Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial: Individual dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka
Skipsi:
Jurnal:
Theresia Baturangka, dkk. 2019. Peran Dinas Sosial Kota Manado Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Penyandang Disabilitas. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol. 3 No. 3.
Dokumentasi:
Rujukan Elektronik:
https://www.tubasmedia.com/menjamur-anak-jalanan-di-kota-tasikmalaya/amp/
https://fokusjabar.id/2020/09/10/satpol-pp-kota-tasikmalaya-manusia-silver/amp/
53
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA