VIHEAR
1. Pendahuluan
Sengketa yang terjadi antara Thailand dan Kamboja disebabkan karena perebutan
wilayah di sekitar Candi Preah Vihear yang terletak diantara Provinsi Preah
Vihear Kamboja dan dekat distrik Kantharalak Thailand. Sengketa ini terjadi
(UNESCO) menjadikan Candi Preah Vihear sebagai warisan sejarah dunia yang
dimiliki oleh Kamboja pada tanggal 7 Juli 2008. Sejak saat itu terjadi konflik
ketinggian 525 meter atau 657 meter diatas permukaan air laut. Tepatnya, kuil ini
Sa Ket, timur laut Thailand dan Kabupaten Choam Khasant, Provinsi Preah
Vihear, Utara Kamboja. Wilayah Preah Vihear merupakan wilayah yang memiliki
banyak peninggalan sejarah berupa situs candi kuno hingga 228 candi1.
1
Cipto, B. (2007). Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Teropong Terhadap Dinamika,
Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 69
1
Setelah Kamboja meraih kemerdekaan pada tahun 1953, hailand
pos polisi di Pegunungan Dangrek. Hal ini diprotes oleh pemerintah Kamboja di
bawah Perdana Menteri Sihanouk. Beberapa negosiasi yang dilakukan dari tahun
1953 sampai 1958 tidak mencapai hasil yang positif. Karena itu, Kamboja
negara. Berdasarkan penjelasan dari Thailand dan Kamboja pada sidang ICJ,
keduanya berasumsi bahwa Kuil Preah Vihear adalah bagian dari negaranya.
pada sejarah dan fakta yang dibuat antara kerajaan Siamdan Perancis pada tahun
Dangkrek Timur wilayah kuil Preah Vihear terletak. Beberapa pasal yang termuat
antara lain2:
Article 1:
The frontier between Siam and Cambodia starts, on the left shore of the
Great Lake, from the mouth of the river Stung Roluos, it follows the
parallel from that point in an easterly direction until it meets the river Prek
from that meetingpoint as far as the Pnom Dang Rek mountain chain.
From there it follows the watershed between the basins of the Nam Sen
2
Tun, K. M. (2011). Towards a Peaceful Settlement of the Preah Vihear Temple Dispute. Asia
Paper Institute for Security and Development Policy . Pp. 14-15
2
and the Mekong, on the one hand, and the Nam Moun, on the other hand,
and joins the Pnom Padang chain the crest of which it follows eastwards as
far as the Mekong. Upstream from that point, the Mekong remains the
Article 3:
andthe sea
untuk memetakan garis batas negara di berbagai daerah termasuk bagian timur
jangkauan Dangrek. Komisi terdiri dari perwakilan Siam dan Petugas Perancis,
prosesnya dilakukan oleh petugas Perancis dan melaporkan survei kepada komisi
akhir 1907. Salah satu peta menutupi bagian timur bagian dari Range Gunung
Dangrek dan menunjukkan garis batas antara Siam dan Kamboja. Garis batas
melewati dari garis Daerah Aliran Sungai (DAS) yang diatur dalam Pasal 1 dari
Pegunungan Dangrek termasuk daerah kuil Preah Vihear masuk kedalam wilayah
3
kedaulatan Kamboja3. Akhirnya, Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan
putusan pada tahun 1962 yang menyatakan bahwa Kuil Preah Vihear adalah
Sejak saat itu sudah tidak terdengar konflik dari kedua negara ini, hingga
akhirnya pada tahun 2008 Kuil Preah Vihear terdaftar sebagai warisan dunia.
menteri saat itu, Samak Sundarajev5. Wilayah yang disengketakan adalah wilayah
disekitar kuil Preah Vihear yakni tanah 4.6 kilometer persegi. Thailand
sedangkan yang lain tidak memiliki status hukum atas keputusan yang
dikeluarkan6
Kedua negara mengalami perang dingin, pada bulan April 2009 tentara
dimana setidaknya delapan orang tewas pada pertempuran. Disusul pada bulan
April, karena bentrokan yang terjadi semakin besar yang membuat masyarakat
3
Alvarez, J. E. (2011). Concerning the Temple of Preah Vihear (Cambodia vs. Thailand). The
American Journal of International Law Vol. 56, No.4 , hl. 1035.
4
Dewi, R. (2013). Dispute Settlementofthe Thailand– Cambodia Border (Case:Disputeover
Preah Vihear Temple). 7th Berlin conference On Asian Security (BCAS) Territorial Issues in Asia
Drivers, Instruments, Ways Forward, SriftungWissenschaft und Politik German Instittute For
International and Acurity Affairs (hal. 3-4). Berlin: Sriftung Wissenschaft and Politik.
5
Ibid
6
Tun, K.M. Op.Cit. pp 22-24
4
yang tinggal diarea perbatasan terpaksa meninggalkan wilayah tempat
tinggalnya7.
oleh kedua negara. Beberapa negosiasi telah dilakukan pada tahun 2008, dimana
perdana menteri Kambjoja Hun Sen. Pertemuan ini menghasilkan putusan bahwa
dilakukan penarikan militer dari wilayah sengketa, namun belum jelas kapan
penarikan itu dilakukan8. Selain pertemuan yang dilakukan kedua negara tersebut,
juga dilakukan upaya dengan keterlibatan pihak ketiga yakni perserikatan bangsa-
Pada tanggal 22 Februari 2011, Kedua negara ini telah berupaya untuk
oleh ASEAN di Jakarta. Kedua pihak telah setuju untuk menerima tim pemantau
dari Indonesia yang akan dikirim ke area Kuil Preah Vihear. Kedua negara ini
juga telah sepakat untuk mengadakan Joint Border Comission (JBC) dengan
Bogor, April 2011. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelesaikan
sengketa wilayah tersebut, dan juga ASEAN sebagai organisasi ingin memperkuat
sistem institusinya agar bisa lebih dipercaya oleh negara-negara lain sebagai
7
Irewati, A. (2015). Sengketa wilayah Perbatasan Thailand-Kamboja. Yogyakarta: CV. Andi
Offset. Hlm 168
8
Raharjo, S. N. (2013). Tantangan konflik perbatasan Thailand-Kamboja bagi stabilitas
ASEAN. Jurnal Kajian Wilayah Vol. 4, No. 1 ,. Hlm 116
5
Rumusan masalah: Apa yang menyebabkan Thailand mengungkit kembali konflik
perbatasan Kuil Preah Vihear yang telah diselesaikan oleh pihak International
Court Of Justice?
2. PEMBAHASAN
ditujukan untuk menciptakan hubungan antar negara yang lebih baik berdasarkan
penyelesaian sengketa secara damai secara formal pertama kali lahir sejak
diselenggarakannya The Hague Peace Conference pada tahun 1899 dan 1907.
9
Huala Adolf, op. cit., hlm. 1, dikutip dari Ion Diaconu, Peaceful Settlement of Disputes Between
States: History and Prospects, dalam Macdonald R. St. J. et. al., 1986, The Structure and Process
of International Law: Essayss in Legal Philosophy Doctrine and Theory, Martinus Nijhoff, hlm.
1095.
6
Settlement of International Disputes tahun 1907. Konferensi Perdamaian Den
Haag tahun 1899 dan 1907 ini memiliki dua arti penting, yaitu:10
tahun 1919.
10
Ibid., hlm. 9, dikutip dari David J. Bederman, The Hague Peace Conference of 1899 and 1907,
dalam Mark W. Janis et. al., 1992, International Court for Twenty First Century, Dordrecht,
Martinus Nijhoff, hlm. 9.
11
Ibid
7
Penyelesaian sengketa Internasional dijabarkan sebagai berikut:
pengadilan.
Adjudication atau ajudikasi adalah suatu cara yang digunakan untuk dapat
menyelesaikan konflik atau sebuah sengketa yang terjadi antara dua pihak dengan
cara melibatkan orang lain sebagai pihak ketiga. Ajudikasi juga dapat
damai adalah Prinsip iktikad baik (good faith) (prinsip iktikad baik disyaratkan
antarnegara dan prinsip ini harus ada ketika para pihak menyelesaikan
cara lain yang dipilih oleh para pihak); Prinsip larangan penggunaan kekerasan
penyelesaian yang tersedia atau diberikan oleh hukum nasional Negara harus
8
terlebih dahulu ditempuh) dan Prinsip-prinsip hukum internasional tentang
dilakukan secara damai dan kekerasan. Secara damai dapat melalui jalur politik
(negosiasi, mediasi, jasa baik/good offices, inquiry dan konsiliasi) dan melalui
dengan cara kekerasan dengan melalui perang dan non perang (pemutusan
Sengketa atas Candi Preah Vihear yang berusia 900 tahun menjadi ilustrasi
yang tepat. Intinya ketidakcocokan hasil survey tentang lokasi kuil dengan narasi
sebagai bagian dari wilayahnya. Akses termudah mencapai Candi memang berada
di Thailand. Namun, pada tahun 1959 ICJ menetapkan bahwa pihak Siam telah
12
Huala Adolf, 2004, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung, Sinar Grafika, hlm.
15-18
13
Sefriani, 2010, Hukum Internasional Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 325
14
Arif Havas Oegroseno, 2009, Sengketa Perbatasan Antar ASEAN,“Opinio Juris”, Volume 01,
Oktober, hlm. 7-8
9
Kasus konflik Thailand dan Kamboja adalah salah satu contoh tantangan
bagi Indonesia yang pada saat itu (tahun 2011) sebagai ketua ASEAN untuk
mendorong kedua negara agar penyelesaian konflik dilakukan melalui jalan damai
dan tidak perlu dibawa ke tingkat internasional seperti DK-PBB. Indonesia pun
negara tidak saja mendapatkan sorotan dari sesama negara-negara ASEAN saja,
Berbeda dengan sikap ASEAN yang selama ini terkesan senyap atau
yang menyangkut anggotanya. Berselang satu hari setelah terjadinya baku tembak,
“shuttle diplomacy” menemui Menlu Kamboja Hor Nam Hong di Phnom Penh
dan Menlu Thailand Kasit Piromya di Bangkok untuk mendapatkan informasi dari
Marty pun ke New York untuk memberikan pertimbangan dan masukan mengenai
dan Kamboja. Meski kawasan konflik seluas 4,6 km2 yang diperebutkan masih
tegang, namun para tentara yang bertugas masih bisa menahan diri untuk tidak
10
kembali angkat senjata. Hal ini dilakukan Marty untuk menghindari adanya
oleh DK PBB.15
7 Juli 2008, UNESCO mengakui bahwa kawasan Candi Preah Vihear sebagai
warisan peradaban dunia yang dimiliki oleh Kamboja. Itulah yang mengundang
amarah publik Thailand. Konflik di sekitar candi peninggalan abad ke-11 kembali
Negara. Kemudian, kedua Negara setuju untuk melakukan gencatan senjata pada
Agustus 2010, tetapi pada tanggal 4 hingga 6 Februari 2011 terjadi baku tembak
lagi antara kedua Negara. Pada tanggal 22 Februari 2011 di Jakarta digelar
Meeting)
Kamboja. Kedua Negara yang bertikai telah sepakat dalam tiga koridor yaitu
lanjut dari hasil sidang DK-PBB yang meminta Thailand dan Kamboja bekerja
15
ASEAN dan Penyelesaian Konflik Thailand-Kamboja, 22 Februari 2011, “Menteri Luar Negeri
RI, R.M. Marty M Natalegawa, melakukan pembicaraan dengan Menteri LuarNegeri Thailand
Kasit Piromya di Jakarta, (Kemlu.go.id)
11
Pertemuan informal Menlu ASEAN di Jakarta tersebut, bisa digunakan
perlu dibawa ke pertemuan High Council seperti yang disebutkan dalam ASEAN
High Council, sekaranglah saat yang tepat. Jika dipandang perlu, ASEAN dapat
membuat “Peace Keeping Operation” yang berasal dari pasukan militer maupun
bukan lagi saatnya bagi ASEAN untuk meletakkan setiap konflik yang terjadi
dibawah karpet dan setiap negara anggota ASEAN dibiarkan mencari jalannya
Pada pertemuan antar Menlu ASEAN pada bulan Februari 2011 disepakati
sebagai pihak yang memfasilitasi sangat tergantung pada komitmen kedua Negara
16
Kompas, 25 Maret 2011, “Sengketa Wilayah, Indonesia Belum Dapat Kabar Pembatalan
Perundingan”
12
sangat diutamakan untuk menghindari cara kekerasan dan militer. Indonesia telah
m e n c o b a m e n c a r i t e r o b o s a n d e n g a n menyelenggarakan pertemuan
tiga Negara yaitu Thailand, Kamboja dan Indonesia di Bogor pada bulan Mei
melihat penyelesaian sengketa secara bilateral yang bersifat asimetris tidak akan
menampung kepentingannya.17
sebagaimana yang telah disepakati pada pertemuan antar menteri luar negeri
seASEAN di Jakarta pada bulan Februari 2011. Sejak awal, kehadiran dan
keterlibatan Indonesia dalam upaya penuntasan sengketa itu justru atas undangan
kedua Negara, begitu pula yang berkaitan dengan permintaan agar Indonesia
gencatan senjata walau tim pemantau Tentara Negara Indonesia (TNI) masih
pasukan yang belum selesai. Apabila proses perundingan benar digelar, berarti
misi ASEAN untuk meredakan konflik terbuka yaitu dengan membawa ke meja
17
Makarim Wibisono, 3 Oktober 2011, Dinamika Baru Sengketa Kamboja-Thailand, “Kompas”
13
perundingan tercapai. Langkah ASEAN dalam menangani sengketa perbatasan
antar Negara anggotanya akan menjadi preseden bagi setiap masalah serupa untuk
yang akan datang. Dengan demikian kepedulian ASEAN untuk turun tangan
menarik pasukan mereka dari wilayah perbatasan darat di dekat situs Warisan
Budaya Dunia Candi Preah Vihear yang selama ini disengketakan. Setelah
menarik 500 personel militernya dari kawasan Candi Preah Vihear, yang
kemudian digantikan oleh 250 polisi dan 100 petugas keamanan. Thailand juga
memastikan akan melakukan langkah yang sama yaitu menarik dan mengganti
personel militernya. Thailand dan Kamboja telah mengatur sebuah tim bersama,
yang akan membahas dan sekaligus menyusun kerangka acuan (term of reference)
untuk dijadikan patokan oleh tim pemantau asal Indonesia. Penugasan tim
pasukan memang dilakukan terutama untuk memberi jalan dan kesempatan bagi
3. KESIMPULAN
14
Upaya yang dilakukan oleh ASEAN untuk menyelesaikan sengketa
itu juga telah digelar Informal ASEAN Foreign Minister's Meeting dengan agenda
yang bertikai telah sepakat dalam tiga koridor yaitu dialog perdamaian melalui
menengahi konflik.
sengketa sendiri. Oleh karena itu harus berani menggunakan mekanisme tersebut
DAFTAR PUSTAKA
15
Buku
Jurnal
ARTIKEL
16
17