Oleh :
teritorial. Sejauh perbatasan itu secara tegas diakui dengan traktat atau diakui secara
umum tanpa pernyataan yang tegas, maka perbatasan merupakan bagian dari suatu hak
negara terhadap wilayahnya. Suatu perbatsan bukan semata-mata sebuah garis pada
suatu tanah, perbatasan mungkin merupakan suatu rintangan, mungkin pula bukan.
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu boundaries dan frontier. Kedua definisi ini mempunyai
arti dan makna yang berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai
nilai yang strategis bagi kedaulatan wilayah Negara. Perbatasan disebut frontier
karena posisinya yang terletak di depan (front) atau di belakang (hinterland)dari suatu
Negara. Oleh karena itu, frontier dapat juga disebut dengan istilah foreland,
yang mengikat atau membatasi (bound or limit) suatu unit politik, dalam hal ini
adalah Negara. Semua yang terdapat di dalamnya terikat menjadi satu kesatuan yang
bulat dan utuh serta saling terintegrasi satu dengan yang lain. Boundary paling tepat
dipakai apabila suatu Negara dipandang sebagai unit spasial yang berdaulat.
Secara umum, 10 negara ASEAN yang saling berbatasan secara darat dan laut
Laos). Ini semua adalah tantangan yang tak mudah untuk diselesaikan maupun dikelola
agar sekecil apapun masalahnya harus disikapi dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi,
perhatian yang cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke-20. Upaya
ini ditujukan untuk mencipakan hubungan antar negara yang lebih baik berdasarkan
Konflik antara Thailand dan Kamboja berpusat pada Candi Preah Vihear yang
terletak sekitar 400 Kilometer utara Phanom Penh. Pada tahun 1954, pasukan Thailand
menempati dan mengklaim Preah Vihear, lalu 5 tahun kemudian Kamboja membawa
Thailand ke Mahkamah Internasional dengan dasar kesepakatan dari masa kolonial dan
dokumen lainnya sebagai usaha untuk memperoleh kembali apa yang menjadi warisan
budaya, dengan berpendapat bahwa kuil merupakan bagian dari kompleks Angkor Wat,
sengketa Kuil Preah Vihear sejak 1962 telah memicu konflik berdarah antara Thailand
dan Kamboja. Konflik mengenai kuil PreahVihear kembali pecah pada 22 April
yang dimiliki oleh Kambojapada tanggal 7 Juli 2008. Sejak saat itu terjadi konflikantara
seluas4,6 kilometer persegi di sekitar lokasi Kuil Preah Vihear. Kamboja dan Thailand
wilayah di sekitar Kuil PreahVihear yang seluas 4,6 kilometer persegi tersebuttidak
Thailand.
B. ANALISIS
Dalam sengketa perebutan Kuil Preah Vihear antara Negara Kamboja dan
Thailand kami menganalisa mengenai beberapa asas atau prinsip Hukum Internasional
yang terkandung dalam sengketa ini. Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip tersebut
Kepentingan Umum.
sudah mendapat putusan dari International Court of Justice (ICJ) atau Mahkamah
Internasional pada tahun 1962 silam. Setelah keluarnya putusan dari Mahkamah
Internasional tersebut kedua belah pihak tidak melakukan protes keberatan atau penolak
keputusan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua pihak telah sepakat
menjadi warisan dunia kepada The United Nations Educational, Scientific and Cultural
UNESCO tentang kawasan Kuil Preah Vihear yang menjadi salah satu World Herritage
atau warisan dunia pada tahun 2008. Dari hasil penetapan UNESCO negara Thailand
menentang hal tersebut dan mengeklaim bahwa kawasan kuil tersebut adalah milik
negara Thailand, sedangkan Kamboja dengan tegas mengeklaim bahwa kawasan kuil
militernya untuk menyerang kawasan kuil dan terjadilah baku tembak selama beberapa
jam. Dari baku tembak tersebut menewaskan beberapa anggota militer dari kedua belah
negara. Tindakan negara Thailand ini merupakan hal yang tidak tepat. Secara hasil
Vihear berada dalam teritorial Negara Kamboja yang masuk dalam kompleks Kuil
Angkor Watt.
dimana prinsip kepatuhan merupakan hal yang esensial sebagai anggota PBB. Hingga
hasil keputusan yang sama seperti keputusan terdahulu yaitu bahwa kawasan kuil
tersebut merupakan teritorial dari negara Kamboja pada tanggal 13 November 2013.
berdiri pada tahun 1945 dengan dasar piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa, Mahkamah
hukum antara negara - negara dan memberikan nasehat atau opini hukum menurut
hukum internasional yang sah sebagai organ PBB atau badan khusus sehingga
keputusan yang dikeluarkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak akan mengikat
bagi masing-masing negara. Tentunya putusan dari PBB atau badan khusus tersebut
harus dipatuhi sebagai konsekuensi setiap negara yang telah setuju untuk menjadi
anggota dari perserikatan dunia tersebut. Sesuai dengan Pasal 94 Piagam PBB yang
berbunyi :
pelaksanaan keputusan”
Mahkamah Internasional juga sebenarnya bisa mengajukan keputusan ex aequo
et bono, yaitu didasarkan pada keadilan dan kebaikan, dan bukan berdasarkan hukum,
namun hal ini bisa dilakukan jika ada kesepakatan antar negara-negara yang
bersengketa. Keputusan Mahkamah Internasional sifatnya final, tidak dapat banding dan
hanya mengikat para pihak. Keputusan juga diambil atas dasar suara mayoritas. Yang
dapat menjadi pihak hanyalah negara, namun semua jenis sengketa dapat diajukan ke
Mahkamah Internasional.
asas Courtesy, asas ini merupakan asas pokok yaitu setiap negara yang bersangkutan
haruslah saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negaranya satu sama lain.
Dalam sengketa ini tentunya prinsip ini sudah harus dilaksanakan mengingat dalam
keadaan nyata Kamboja dengan Thailand terlibat pada berbagai hubungan, baik sebagai
saling menghormati satu sama lain, ditambah dengan wilayah negara yang berbatasan
secara langsung. Tidak etis rasanya apabila sampai terjadi konflik, walaupun perbatasan
juga merupakan hal yang sensitif bagi semua negara di dunia. Karena bagaimanapun
apabila telah terjadi sebuah sengketan tentu akan mempengaruhi hubungan kedua
Munculnya sengketa antar negara diatas cukup menyita perhatian dari berbagai
walaupun telah diberikan putusan dan berlalu cukup lama namun masih meninggalkan
bekas bagi masyarakat maupun pemerintah. Terutama apabila sengketa telah masuk
ketahap pengadilan. Tidak akan ada lagi win-win solution seperti apabila kedua negara
menggunakan Alternative Dispute Resolution atau yang lebih dikenal dengan
Penyelesaian Sengketa Alternatif, dimana kedua belah pihak masih dapat merundingkan
aspek-aspek kelebihan dan kekurangan dari berbagai penyelesaian yang ada. Dalam
putusan pengadilan pasti terdapat pihak yang dikalahkan atau dirugikan. Berpikir secara
realistis apabila suatu pihak mengalami kekalahan atau kerugian maka secara natural
akan menimbulkan rasa sakit hati, walaupun pada dasarnya keputusan pengadilan
diambil dengan berbagai pertimbangan demi mencapai sebuah keputusan yang adil.
Seperti itulah yang terjadi dikemudian hari terhadap masyarakat Indonesia atas
kekalahannya dari Malaysia tentang sengketa Pulau Sipadan beberapa tahun yang lalu.
Apabila sudah terjadi seperti itu maka rasa tidak respect-pun akan muncul
sebagai dampak dari sakit hati tersebut. Setelah putusan Mahkamah Internasional atas
sengketa antara Kamboja dan Thailand hubungan bernegara antar keduanya menjadi
kurang baik dan hal tersebut menjadikan prinsip Courtesy tidak berjalan dengan
sebagaimana mestinya.
Thailand, kedua negara memperjuangkan apa yang mereka yakini. Baik Kamboja
mengatur suatu wilayah negara. Sampai manakah mereka dapat mengatur dan berkuasa.
umum, kedua negara tentu memiliki tujuan dan cara masing-masing dalam melindungi
rakyat dan negara itu sendiri. Tidak ada alasan lain dari suatu negara dalam
memperjuangkan haknya dari negara lain selain untuk memiliki kedaulatan yang pasti.
Seberapa luas negara itu berdaulat, seberapa besar pengaruh negara itu dalam kehidupan
bernegara.
Memiliki sebuah situs peninggalan dunia tentu merupakan suatu kehormatan
bagi mereka yang memilikinya, seperti halnya Thailand yang beranggapan memiliki
Kuil Preah Vihear. Namun lemahnya bukti kepemilikan menjadikan Thailand tidak bisa
Kemudian bila dilihat dari prinsip teritorial baik Kamboja maupun Thailand
yang pada saat itu masih mengeklaim bahwa kawasan kuil merupakan bagian dari
kawasan tersebut. Negara Kamboja yang selama ini mengelola kawasan tersebut tentu
lebih memiliki sense of belonging atau rasa kepemilikan yang lebih terhadap kuil
tersebut, mengingat kuil tersebut merupakan bagian dari sejarah negara Kamboja. Tentu
banyak hal yang membuat Kamboja berjuang dengan gigih untuk mempertahankan serta
Baik dari pemerintah maupun masyarakat kawasan kuil pun pasti memiliki
kesamaan dalam memandang kebaikan untuk Kuil Preah Vihear. Seperti yang kita
ketahui budaya merupakan hal yang sangat sensitif bagi masyarakat sebuah negara.
Keberadaan sebuah budaya bagi masyarakat dunia bagaikan sebuah jati diri, latar
belakang, sekaligus kebanggan bagi mereka. Begitu juga Kuil Preah Vihear bagi
masyarakat Kamboja, bahkan banyak pula masyarakat Kamboja yang telah menetap
dikawasan kuil.
apa yang telah mereka lakukan untuk kebudayaan tersebut. Setelah terjadi penyerangan
terhadap kuil oleh militer Thailand dilaporkan bahwa sebagian kuil mengalami
kerusakkan dan ribuan masyarakat Kamboja yang tinggal disekitar kuil juga terpaksa
harus mengungsi. Sebuah tindakan yang gegabah dan tidak dapat dibenarkan oleh
Thailand menyebabkan kerugian bagi Kamboja bahkan bagi negara Thailand sendiri.
“Cultural rights in the ICESCR are the rights of everyone to take part in
cultural life, to enjoy the benefits of scientific progress, to benefit from the protection of
the moral and material interests resulting from any scientific, literary or artistic
Masyarakat setempat tentu memiliki hak terhadap apa yang ada di kuil tersebut,
baik dalam bentuk moral maupun material. Seperti disebutkan pada penjelasan diatas,
baik masyarakat maupun pemerintah Kamboja tentu merasa sepenuhnya berhak atas
pengembangan dan pengelolaan dari Kuil Preah Vihear. Sedangkan setelah adanya
penetapan dari UNESCO negara Thailand melakukan klaim, atas dasar kepercayaan
pribadi negara Thailand sendiri, bahwa mereka memiliki hak dan kekuasaan atas kuil
Internasional terdahulu. Tentu hal tersebut secara moral telah melukai perasaan dari
masyarakat Kamboja serta secara tidak langsung juga mencoreng moral negara Thailand
sendir karena dianggap hanya menginginkan ketenaran dari kuil setelah adanya
ketetapan UNESCO.
Kemudian perlu diketahui bahwa munculnya sengketa kedua negara ini juga
dipicu dari bidang politik kedua negara di daerah perbatasan. Thailand secara politik
mengalami instabilitas dan konflik horizontal dalam negeri, yaitu ketika PM Samak
diturunkan secara paksa oleh kekuatan rakyat (walaupun kemudian penurunan ini
1
dituduh sebagai antek PM Taksin. PM Somchai pun tak dapat bertahan lama karena
Untuk menghadapi instabilitas dan konflik horizontal tersebut, cara yang paling
ampuh adalah mengalihkan perhatian rakyat, antara lain dengan cara memiliki musuh
bersama. Hal itu dilakukan pada waktu Kamboja mengusulkan ke UNESCO agar kuil
Preah Vihear dijadikan sebagai Tapak Warisan Dunia, kemudian permohonan tersebut
Thailand mengenai maksud tersebut. Oleh Menteri Luar Negeri Thailand menyatakan
mendukung usulan tersebut. Tetapi pada saat permohonan Kamboja tersebut dikabulkan
oleh UNESCO, Thailand berubah pendapat dan justru menuntut kepada Kamboja untuk
ini, karena jelas Kamboja tidak akan pernah bisa diuntungkan dengan adanya konflik
ini. Secara hukum internasional, posisi kedua negara atas kuil ini sudah jelas. Secara
politik, Kamboja relatif stabil. Secara ekonomi, Kamboja sedang giat-giatnya bangkit
dari keterpurukan akibat perang saudara berkepanjangan pada dekade-dekade yang lalu.
Secara militer, Kamboja jauh tertinggal dibanding Thailand sehingga tidak mungkin
Kamboja sengaja menantang Thailand untuk sebuah konflik terbuka. Jadi serangan
militer di awal menjadi awal perseteruan puluhan tahun silam yang terjadi kembali.
C. Kesimpulan
Dalam sengketa perebutan Kuil Preah Vihear antara Kamboja dan Thailand
terjadi karena Kamboja yang mengajukan usulan kepada UNESCO untuk menjadikan
Kuil Preah Vihear menjadi salah satu World Herritage atau warisan dunia yang
kemudian disetujui oleh UNESCO pada tahun 2008. Thailand kemudian meprotes dan
klaim bahwa Kuil Preah Vihear merupakan wilayah yang berada dalam teritorial
Thailand. Kamboja yang tidak dapat menerima klaim tersebut kembali meminta bantuan
Preah Vihear karena pada kenyataanya dimasa lalu, tepatnya pada tahun 1962,
Mahkamah Internasional pernah mengeluarkan putusan atas kasus yang sama yaitu
memutuskan bahwa Kuil Preah Vihear sebagai bagian dari teritorial Negara Kamboja
dimana wilayah tersebut merupakan satu komplek dari Kuil Angkor Watt. Setelah
dapat dilakukan secara damai dan kekerasan. Secara damai dapat melalui jalur politik
(negosiasi, mediasi, jasabaik/good offices, inquiry dan konsiliasi) dan melalui jalur
kekerasan dengan melalui perang dan non perang (pemutusan hubungan diplomatik,
waktu melalui dialog, konsultasi dan negosiasi. Dengan demikian ASEAN harus
mediasi dalam rangka menyelesaikan sengketa dengan batas waktu yang disepakati.
Para pihak tersebut juga bisa meminta Ketua ASEAN atau Sekretaris Jenderal
konsiliasi atau mediasi. Hal tersebut menandakan bahwa kasus antara Thailand dan
Kamboja ini tidak harus sampai ke Pengadilan Internasional, kedua Negara dapat saling
bernegosiasi.
DaftarPustaka
Buku