Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

APA ITU PENATALAYANAN?

Di susun Oleh

Kezia E. Kandow

STT NEO PARAKLETOS TOMOHON 2022


APA ITU PENATALAYAN?

Dasar Alkitab bagi Penatalayanan Gereja

Istilah “penatalayanan” adalah padanan dari kata stewardship (Bahasa Inggris).


Penggunaan istilah ini dalam Perjanjian Lama artinya “kepala rumah (tangga)” (Bahasa Ibrani –
ha is hasher al) (Kej 43:19) atau “kepala rumah” (Kej 44:4) (Bahasa Ibrani – asher al baith)
artinya orang yang kepadanya dipercayakan tanggung jawab dan tugas untuk mengeplai serta
mengurus harta serta kegiatan dalam rumah tangga. Istilah lain yang ada hubungan arti dengan
ini ialah “hamba yang lahir di dalam rumah tuannya, yang diterima dan memperoleh hak sebagai
pewaris”. (Kej 15:3-4 – bah Ibrani – ben mesheq). Disamping itu, terdapat juga istilah sar (bah
Ibrani) yang artinya “orang yang melayani. (1 Taw 28:1) dalam kedudukan sebagai pangeran,
kepala, atau kapten (kepala pasukan). Rangkuman arti kata-kata di atas menjelaskan bahwa
steward/penatalayanan adalah “ orang yang dipercayai dan diberi hak serta tanggung jawab
untuk mengepalai, mengatur, dan mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya”.
Steward/penatalayanan ini berstatus “kepala”, ditunjang oleh “hak” serta “kewajiban penuh” dan
tanggung jawab tugas yang diberikan dan kepadanya untuk menjalankan oengabdiannya kepada
“pemimpinnya”, entah dia adalah pemimpin rumah tangga atau raja, dsb.

Perjanjian Baru menggunakan istilah Bahasa Yunani epitropos (Mat 20:8 Luk 8:3) untuk
menjalankan tentang “seorang yang mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk melaksanakan
sutu tugas tertentu.” Istilah Bahasa Yunani yang lain ialah oikonomos, yang berasal dari kata
oikos (rumah) dan nemi (mengurus) (band Luk 16:2,3,4; 12:42; 1 KOr 4:1,2; Tit 1:7; 1 Pet 4:10),
istilah nama menerangkan tentang :seorang yang kepadanya telah dipercayakan/didelegasikan
tanggung jawab penuh. Penggunaan istilah oikonomia dalam hubungan dengan pelayanan
Kristen menjelaskan “tentang semua orang Kristen yang telah dipercayakan melaksanakan
pekerjaaan Allah” (band 1 Kor 9:17; Ef 3:2; Kol 1:25).

Istilah Bahasa Indonesia untuk stewardship ialah penatalayanan artinya: “aturan untuk
mengatur pelayanan” (tata pelayanan). Bila kata ini di integrasikan dengan penjelasan Alkitab di
atas, maka yang dimaksudkan dengan “penatalayanan Kristen” ialah “semua orang Kristen yang
dipercayakan/mendapat kehormatan untuk mengepalai dan mengatur serta mengerjakan tugas
pelayanan Kristus yang telah dimandatkan secara penuh” (band 1 Kor 4:1,2; Tit 1:7; 1 Pet 4:10
dan Mat 28:19-20, dsb). Sedangkan penatalayanan lebih berhubungan dengan tugas dan aturan-
aturan yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

 Penatalayanan adalah orang yang mendaoat kepercayaan/penghargaan untuk melakukan


tuga tertentu.
 Penatalayanan memperoleh hak dan tanggung jawab penuh untuk menjalakankan tugas
yang telah dilimpahkan kepadanya.
 Penatalayanan bertanggung jawab atas tugas yang dimandatkan kepadanya, dan ia
bertanggung jawab kepada pemimpinnya atas pelaksanaan pekerjaan tersebut.
 Penatalayanan dengan “hak penug” bekerja atas nama dan untuk kepentingan tuannya.
 Setiap orang Kristen adalag penatalayanan Kristus, yaitu orang yang dipercaya dan
dihargakan untuk melaksanakan pekerjaan Allah dengan hak penug yang telah
dimandatkan kepadanya, dan ia sepenuhnya melayani atas nama Allah serta bertanggung
jawab kepada Allah atas pelaksanaan semua pekerjaan yang ditanggungkan atasnya.

Dasar Alkitab bagi Penatalayanan Kristen

A. Penatalayanan dalam Penciptaan


Dalam konteks penciptaan, Allah memberikan kepada Adam sebagai “kepala umat
manusia” mandat penatalayanan yang tertuang dalam pernyataan berikut :
“Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan dilaut fan burung-burung di udara dan atas segala binatang
yang merayap di bumi” (Kej 1:28). Jelas, sejak awal mula Allah telah memberikan
kepercayaan/penghormatan serta wewenang kepada Adam untuk menatalayani segala
ciptaan-Nya.
Mandat penatalayan ini diberikan tatkala Adam sedang dalam hubungan yang
harmonis dengan Allah (belum berdosa). Dengan demikian, Adam bukan saja mewakili
umat manusia sebagai penerima mandat (universal) tetapi juga mewakili “umat Allah”
(particular).
Setelah kejatuhan Adam ke dalam dosa (Kejadian 3), wewenang Adam sebagai
penerima mandat mewakili umat Allah menjadi rusak, sehingga peranan Adam sebagai
wakil umay manusia menjalankan mandate penatalayanan umat Allah tidak berfungsi
lagi. Di sini, mandate penatalayanan universal berfungsi dalam batas-batas dosa, dan
mandat penatalayanan particular (umat Allah) berfungsi dalam batas-batas kebenaran
Allah. Di dalam Adam yang pertama, mandate penatalayanan umat Allah rusak karena
dosa, tetapi di dalam Yesus Kristus sebagai Adam yang kedua (Roma 5:12.) mandate
penatalayanan umat Allah dijadikan/diciptakan baru (II Kor 5:17; I Pet 2:24).
Berdasarkan pemahaman ini, dapat dibuat beberapa kesimpulan sederhana antara lain:
1. Allah sebagai Pencipta alam semesta adalah Pemberi mandat Penatalayan kepada
umat Allah (Ul 4:39). Sebagai Pemberi mandate, kuasa penuh, pemilikan penuh ada
pada Allah (Maz 24:1; Yes 66:2; 1 Taw 29:11) dan di pihak lain sebagai penerima
mandate , umat AllaH memiliki kepercayaan dan wewenang penuh untuk
menatalayani segala milik Allah yang dipercayakan oleh Allah kepadanya (Kej 1:28;
band Mat 28:19,20).
2. Umat Allah sebagai penerima mandat penatalayanan harus mengabdi dengan
bertanggung jawab. Karena mandat ini diberikan kepada umat Allah mala seluruh
umat Allah wajib melaksanakannya.
3. Mandat penatalayanan Allah didasarkan dan ditunjung oleh perjanjian berkat Allah
(Kej 1:25 sehingga di mana umat Allah menatalayani milik Allah dengan penug
tanggung jawab, di sana akan nada berkat Allah (Mat 28:20b).
4. Lingkup penatalayanan umat Allah meliputi “semua ciptaan Allah”, termasuk alam
dan isinya, waktu, harta, diri, rumah tangga, Gereja dan masyarakat (Kej 1:28; 2:15;
Yes 45:12; band Yoh 13:15-17; Kol 1:17).
5. Kapasitas kemampuat umat Allah untuk mengerjakan pentalayanan milik Allah telah
diberikan oleh Allah (Kej 1:28; 2:15; Mat 28:19-20; Luk 17:10; 1 Kor 3:5) sehingga
tidak ada umat Allah yang dapat berdalih untuk tidak melaksanakan tugas
penatalayanan Allah. (band 1 Pet 4:10; 1 Kor 4:1; 1Raja-Raja 19:9)
B. Pentalayanan Israel
“Jika kamu sungguh-sungguh mendengar firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala
bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku
kerajaan imam dan bangsa yang Kudus” 9Kej 19:5, 6a).
Panggilan penatalayanan Israel sebagai umat Allah adalah perwujudan
pelaksanaan penatalayanan pekerjaan Allah oleh umat Allah sebagi satu kelompok.
Kenyataan pelibatan Israel dalam penatalayanan Allah oleh Allah sendiri, merupakan
anugerah kedaulatan Allah untuk menggenapkan janji penyelamatan kepada Abraham
(Kej 12:1-3; 15:13-21).
Berkaitan dengan tanggung jawab penatalayanan Allah oleh Israel dapatlah
dipaparkan beberapa dasar penting untuk itu dalam uraian berikut:
1. Penatalayanan Israel adalah penatalayanan Allah. Penatalayanan Israel dikukuhkan
oleh Allah berhubungan erat dengan keselamatan Allah. Baik Abraham maupun
Israel jelas diselamatkan Allah untuk melaksanakan mandate dan tugas
penatalayanan-Nya (Kej 12:1-3; Kel 6:15; 19:5-6). Perintah tugas penatalayanan yang
sama diberikan kepada Gereja (umat Allah Perjanjian Baru), yang ditegaskan oleh
Allah melalui tulisan Petrus (I Pet 1:9-10) dan Paulus (Ef 2:8-10).s
2. Tugas penatalayanan Israel adalah tugas mediatorial/pengantara berkat Allah. Untuk
melaksanakan tugas pengantar ketaatan kepada Allah, sebagai syarat mutlak untuk
membuktikan bahwa Israel sedang terlibat dalam misi penatalyanan Allah yang
dipercayakan kepada-Nya.
Kuasa untuk melaksanakan penatalayanan Allah ada pada Allah, dan ketaatan
Israel melaksanakan tugas penatalayanan akan membuktikan bahwa tugas
penatalayanan itu berjalan dengan baik dan berhasil. Di sini, ketaatan merupakan
faktor utama dan terpenting (band Ul 29; Mat 28:19,20; Roma 1:16,17), karena
penatalayanan Allah adalah kewajiban Allah yang tidak dapat di tunda ataupun di
tawar-tawar.
Dalam menekankan urgensinya, Paulus melukiskan misi penatalayanan ini
sebagai “tugas urgen” yang menentukan hidup-matinya penatalayanan umat Allah
dan tugas penatalayanan itu sendiri ( I Kor 9:16; 19:27).
Dengan melaksanakan tugas penatalayanan itu, Allah telah berjanji untuk
memberkati Israel (sebagai penatalayanan) dan bangsa-bangsa (obyek penatalayanan)
(band Kej 12:1-3). Tugas itu ditunjang oleh berkat yang pasti dari Allah, sehingga
jelas bahwa setia[ pelaksanaan tugas penatalayanan akan ditandai oleh berkat-berkat
Allah.

C. Penatalayan Yesus Kristus


Tuhan Yesus tegas menggambarkan penatalayanan sebagai bagian utuh dari
tujuan kedatangan-Nya dengan mengatakan “Anak Manusia yang dating bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang” (Mark 10:45).
Ia menyadari bahwa tugas pelayanan yang sedang dilaksanakan-Nya adalh ‘tugas
yang diteriam dari Bapa’ (Yoh 7:16-18, 29; 12:49-50; 6:37-40). Tugas itu merupakan
suatu tanggung jawab dan kepercayaan Bapa kepada-Nya, yang harus dilaksanankan
secara menyeluruh dan penuh tanggung jawab.
Untuk memahami penatalayanan Yesus Kristus, maka “segala sesuatu yang dibuat
dan diajarakn oleh Yesus” (Luk 1:1-4; Kisah 1:1-3) memberikan penekanan yang jelas
tentang pandangan atas tugas penatalayanan Allah yang sedang diemban-Nya.
Berdasarkan penyeledikan tentang hal yang disinggung di atas, maka dapatlah dijelaskan
tentang konsepsi penatalayanan Yesus Kristus sbb:
1. Tujuan Penatalayanan Yesus Kristus
Secara pasti dapat dikatakan bahwa tujuan penatalayanan Yesus Kristus
tersirat dalam tujuan kedatangan-Nya. Berdasarkan penyeledikan tentang hal
yang disinggung di atas, maka dapatlah dijelaskan tentang konsepsi
penatalayanan Yesus Kristus sbb:
a. Tujuan terminal, yaitu untuk melebarkan “Kerajaan Allah” (Mat 4:12-17;
Luk 4:14-15; Mark 1:14-15. Tujuan pelebaran Kerajaan Allah ini artinya
melaksankan misi penguasaan dan pemerintahan Allah secara baru (Luk
6:37; 3:16; 5:24; 1 Yoh 5:13) melalui pertobatan dan iman membuktikan
penguasaan dan pemerintahan Allah di dalam kehidupan-Nya.
Sebanyak mungkin orang bertobat dan percaya akan Injil, akan
menggambarkan bahwa tujuan terminal penatalayanan Yesus sedang
tercapai.
Selain orang Kristen yang terlibat dalam penatalayanan Kristus merupakan
alt Allah untuk melebarkan kerajaan-Nya, dan dengan bertanggung jawab
untuk membawa berita pembebasan kepada dunia 9Yoh 15:26-27; Mat
28:19-20; Kis 1:8). Dengan melakukan tugas ini, maka jelas setiap orang
Kristen adalah teman sepenatalayanan dengan Kristus (I Kor 3:9, 23)
dalam Kerajaan Allah.
b. Tujuan operasional penatalayanan Yesus Kristus ialah melayani (Mrk
10:45, dsb). Untuk mencapai tujuan terminal penatalayanan-Nya, maka
Yesus menunjang-Nya dengan pelayanan. Ia dating untuk melayani dan
melayani, bekerja dan bekerja, dan ini merupakan ciri penatalayanan-Nya
yang jelas membuahkan hasil yang pasti. Kepada murid-murid-Nya , Ia
telah memberikan contoh dan memerintahkan bahwa mereka juga harus
“melayani’ sama seperti Ia datang untuk melayani sebagai penatalayanan
Allah (Yohanes 13:12-17).
c. Motif Penatalayanan Yesus Kristus
Motif penatalayanan Yesus Kristu dapat dijelaskan dengan satu kata yaitu
KASIH. Yesus dating ke dalam dunia karena kasih (Yoh 3:16); Ia
melayani karena Kasih, bahkan Ia mempersembahkan diri kepada Allah
sebagai korban karena dosa dan pelanggaran manusia didasarkan atas
kasih (1 Yoh 4:7-12; I Pet 2:24).
Kasih juga harus menjadi motid penatalyanan, seperti Paulus berkata,
“Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti,
bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua
sudah mati. Dan Kristus telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”
(II Kor 5:14-15). Bila Kasih Kristus telah menjadi motif penatalayanan
orang Kristen, maka pasti Ia akan menatalayani/penatalayanan Allah
secara objektif dengan tidak mementingkan diri sendiri.
d.Dasar dan Pola Penatalayanan Yesus Kristus
Dasar dan pola penatalayanan Yesus Kristus dapat dilukiskan dengan satu kata
pula, yaitu berkorban (band Mrk 10:45 I Pet 2:22-25). Dasar untuk melaksanakan
penatalayanan Allah ialah pengorbanan diri. Hal ini telah dibuktikan oleh Yesus
sendiri, yang pada akhirnya memperoleh kemenangan atas tantangan
penatalayanan yang dilaksanakan-Nya (Fil 2:1-11).
Orang Kristen yang terlibat dalam penatalayanan Allah harus berkorban demi
penatalayanan itu, barulah ia dapat melihat hasilnya. Rasul Paulus adalah contoh
penatalayanan yang berkorban seperti Yesus , dan penatalayanannya telah
membawa dampak positif dan besar bagi Gereja Kristen (band II Kor 4:16-18;
11:7-33; Fil 1:29-30, dsb).

D. Penatalayanan Gereja
Penatalayanan Gereja yang patut dan membawa kemajuan bagi perkembangan
Gereja haruslah seperti yang telah di laksanakan oleh Tuhan Yesus Kristus sebagai
“Penatalayanan Agung”. Untuk melaksanakan penatalayanan Gereja, Kristus telah
melengkapi gereja dengan karunia-karunia rohani untuk pelaksanaan penatalayanan Allah
di dalam dan melalui Gereja.
Rasul Paulus dengan tegas menyinggung peranan karunia Roh (rohani) dalam
penatalayanan Gereja, seperti berikut, “kepada tiap-tiap orang dikaruniai penyataan Roh
untuk kepentingan bersama” dan, “…hendaklah kamu berusaha mempergunakannya
untuk membangun jemaat” (I Kor 12:7; 14:12b).
Dengan singkat dapat dibuat beberapa kesimpulan tentang penatalayan Gereja,
sbb:
1. Penatalayanan gereja adalah penatalayanan Allah yang bertujuan untuk
membangun Tubuh Kristus (Gereja) demi kepentingan bersama.
2. Setiap orang Kristen adalah penatalayanan Allah yang harus terlibat dalam
penatalayanan Gereja.
3. Kepada setiap orang Kristen Allah telah menganugerahkan karunia rohani
untuk melakukan tugas dalam penatalyanan Gereja, dan tidak ada alasan
untuk mendalihkan diri karena potensi untuk penatalayanan Gereja telah
diberikan oelh Roh Kudus kepada semua orang Kristen di dalam Gereja, dan
karena itulah mereka harus menatalayani.
4. Karunia rohani yang diberikab Allah untuk melengkapi otang Kristen untuk
penatalyanan berbeda bagi setiap orang, tetapi mempunyai tujuan yang satu,
yaitu membangun tubuh Kristus. Setiap orang Kristen patut mengorbankan
diri (demi kasih) untuk terlaksananya penatalayanan Allah yang
ditanggungkan atas Gereja.

Semua Penatalayanan Kristen haruslah dilakukan dengan kesadaran bahwa


penatalyanan Kristen adalah kepercayaan dari Allah untuk Gereja menatalayani
pekerjaan-Nya. Penatalayanan yang dipercayakan kapada Israel merupakan contoh bagi
Gereja. Gereja dalam melakuakan penatalayanan Allah haruslah berpedoman pada
penatalayanan Yesus Kristus. Karena kepada Gereja telah dikaruniai “karunia-karunia”
rohani maka ada potensi bagi Gereja untuk menatalayani dengan berhasil untuk
membangun tubuh Kristus.

Penatalayanan Dalam Kepemimpinan Kristen

Dalam Penatalayanan Kepemimpinan Kristen kita harus mengetahui bidang tanggung


jawab dari kepemimpinan yang mencakup dua segi penting:

A. Pekerjaan atau tugas. Setiap usaha bersama yang memiliki tujuan tertentu
menekankan kebutuhan akan pemimpin. Peranan pemimpin daalm pekerjaan adalah
cukup bedar, sehingga pengaruh kepemimpinana akan menonjol dalam memimpin
yang terlihat pada:
1. Orang yang dipimpin. Mereka akan selalu mengikuti arah yang ditetapkan oleh
pemimpin.
2. Kemampuan pemimpin dibayangi oleh batas di mana ia sanggup memabwa orang
yang dipimpinnya.
3. Mutu kepemimpinan akan dibayangi oleh keadaan total orang yang dipimpin
B. Orang yang dipimpin. Pekerjaan atau tugas ajab sekaku menghubungkan orang yang
memimpin dan orangorang yang dipimpin. Untuk keberhasilan kepemimpinan, maka
pemimpin harusmenegnal tugasnya secara terpadu yang mencakup:
1. Mengenal orang dipimpin, sebab:
a. Ada orang yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
b. Ada yang hanya menonton apa yang sedang terjadi
c. Ada pula yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi.
2. Mengenal cara memimpin yang selalu terjadi, antara lain:
a. Pekerjaan dilakukan kepada/atas orang
b. Pekerjaan dilakukan untuk/bagi orang
c. Pekerjaan dilakukan melalui orang.

HUKUM KEPEMIMPINAN

A. Pemimpin adalah orang yang menuntun, mengarahkan, mendorong oranglain dalam


melakukan tugas bersama, sehingga mereka berhasil sesuai dengan rencana.
B. Pemimpin adalah orang yang mampu, rela dan berusaha membagiakn “wewenang”
kepada/diantara orang yang dipimpin untuk melakukan pekerjaan besama, ditunjang
oelh hak dan kewajiban yang sepadan untuk setiap tugas demi keberhasilan bersama
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
C. Keberhasilan pemimpin dinilai dari keberhasilan orang-orang yang dipimpinnya,
termasuk kemajuan, perkembangan, atau pertumbuhan mereka dibawah
kepemimpinannya.
D. Kepemimpinan melibatkan pemimpin dalam “fungsi manajemen” :
 Perencanaan
o Penaksiran tentang hari esok
o Menetapkan tujuan target yang akan dicapai
o Membangun policy kerja yang relevan
o Membuat program pencapaian target
o Menetapkan prosedur/tahapan yang akan dialalui kepada target.
 Organisasi
o Membuat struktur organisasi
o Melaksanakan de;egasi
o Menetapkan dan membina hubungan timbal balin antara pemimpin
dan pekerja.
 Memimpin
o Membuat keputusan
o Membina komunikasi terpadu harmonis
o Memberi motivasi bagi dan dalam tugas
o Memilih orang yang tepat untuk tugas yang tepat pula
o Mengembangkan setiap orang dalam dan untuk tugas yang
dilaksanakan
 Pengawasan
o Menetapkan standar bagi tugas dan petugas
o Mengukur pekerjaan yang sedang/telah dilaksanakan
o Mengevaluasi pekerjaan yang sedang/telah dilaksanakan
o Mengoreksi pekerjaan yang sedang/telah dilakukan

TANGGUNG JAWAB

A. Pengertian Tanggung Jawab


1. Tangung jawab diperoleh/dimiliki seorang pemimpin (seseorang) berdasarkan
pengangkatan/penugasan/penunjukan dari yang berwenang.
2. Tanggung jawab selalu behubungan dengan tugas/pekerjaan
B. Unsur-Unsur Tanggung Jawab
1. Kewajiban untuk/atas tugas yang diberikan sesuai dengan pengangkatan dan
wewenang yang diberikan
2. Hak istimewa mengikuti wewnang dan tanggung jawaba
a. Kepercayaan yang diberikan
b. Dipercayakan untuk menangani tugas
c. Ganjaran dari yang menugaskan dan yang ditugaskan (kepada yang
ditugaskan).
C. Cara memperoleh tanggung jawab
1. Dipaksakan, di mana keputusan ada pada yang memberi
2. Ditawarkan, di mana keputusan ada pada yang menerima
3. Manawarkan diri, sebagai tenaga suakrela
4. Menciptakan bagi diri sendiri dan bagi ornag lain
D. Persiapan utnuk tanggung jawab
Untuk memberikan tanggung jawab kepada seseoang bagi suatu tugas tertentu, maka
persiapan untuk tanggung jawab dalam konsepsi Kristeb dapat dilukiskan sebagai
berikut:
1. Allah menyiapkan bagi suatu tugas tertentu, Musa, Daud, Yususf, Murid Yesus
dsb.
2. Manusia menyiapkan manusia
3. Situasi/kondisi menyiapkan manusia
4. Menyiapkan diri sndiri (II Tim 2:15)
E. Jalur Tanggung Jawab
1. Ke atas, untuk bertanggung jawab kepada (atasan
2. Ke bawah, untuk bertanggung jawab atas siapa (mereka yang dipimpin)

PENGORGANISASIAN
Ialah kegiatan mengatur/menyususn dan menghubungkan tugas kepada setiap orang
dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang telah diteta[kan oleh kelompok tersebut
secara efektif. Pengorganisasian adalah pengaturan/penempatan setiap tugas dalam
struktur kerja yang dinamis yang menghubungkan tugas dengan tugas, orang dengan
orang dalam suatu mekanisme kerja yang harmonis kea rah tujuan.”

1. Prinsip Pengorganisasian
a. Struktur organisasi mengarah kepada tujuan
b. Spesifik dalm tugas-tugas yang akan dikerjakan
c. Menekankan system manajemen
d. Memberi kemungkinan supervisi dalam jumlah orang yang tepat
e. Memberi batas minimum kepada level organisasi untuk kelancaran birokrasi.
f. Memberi kemungkinan besar untuk mampu melaksanakan tugas
g. Memberi kemungkinan delegasi dan kontrol yang berimbang
h. Memberi kewenangan
i. Memberi sistem pertanggungan jawab yang lengkap
j. Menyiapkan jalur tunggal bagi hubungan laporan
2. 10 Hukum Organisasi yang baik
a. Tanggung jawab yang defnitif dan jelas harus diberikan kepada setiap orang
b. Tanggung jawab yang diberikan harus disertai wewenang yang sepadan
c. Tidak ada perubahan tanggung jawab dalam satu posisi yang tidak diketahui
secara definitive oleh setiap orang yang berangkutan dalam organisasi
d. Tidak ada eksekutif atau pekerja yang menduduki satu posisi dalam organisasi
yang ahrus tunduk kepada perintah yang dating lebih dari satu sumber
e. Perintah tidak akan pernah disampaikan kepada bawahan melewari pemimpin
yang bertanggung jawab kepada bawahan tersebut
f. Kritikan dari bawahan harus dilakukan secara pribadi dan sebaliknua seorang
bawahan tidak boleh ditegur didepan eksekutif atau pkerja yang setingkat lebih
rendah dari padanya.
g. Tidak ada pertentangan atau perbedaan pendapat antara eksekutif atau pekerja
tnetnag “wewenang” atau “tanggung jawab” yang harus diperhatikan dengan
saksama
h. Pengangkatan, perubahan gaji atau tindakan disiplin harus selalu atas pesetujuan
eksekutif yang bertanggung jawab langusng kepada pekerja di bawahnya.
i. Tidak seorang eksekutif pun atau seorang pekerja yang diharuskan untuk pada
suatu waktu bersamaan menjadi asisten kepada dan menjadi pesuruh kepada
orang lain.
j. Setiap petugas yang tugasnya selalu diinspeksi harus memperoleh bantuan dan
fasilitas yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan menaikkan tingkat dan
mutu pekerjaannya.

MEMIMPIN

1. Mengambil keputusan adalah proses dimana sorang pemimpin menentukan


sebelumnya kebijaksanaan yang akan diambil dan di jalankan utnuk mencapai tujuan
organisatoris atau fungsional.
Langkah-langkah mengambil putusan yang baik:
a. Kumpulkan alternaitf-alternatif yang baik sebanyak mungkin (carilah paling
kurang 5 alternatif yang baik untuk mengambil keputusan).
b. Pilihlah satu atau beberapa yang sama, yaiut yang paling jitu untuk simpul
keputusan.
c. Laksanakan keputusan itu. Bijaksanan tidaknya satu keputusan akan terbukti
waktu keputusan itu dijalankan.
d. Siap mengubah keputusan tersebut bila ternyata “tidak bijaksana”.
2. Memberi MOTIVASI melalui nasihat, petunjuk, dorongan serta teguran dan
penghargaan kepada yang dikerjakan kea rah sukses
3. Sistem KOMUNIKASI harus terbuka dan timbal balik antara pemimpin dan yang
dipimpin untuk menghindari kevakuman dalam melaksanakan pekerjaan.
4. MEMILIH dan MELATIH orang yang tepat untuk suatu tugas. Cara memilih dan
melatih orang yang tepat :
a. Pilihlah orang “yang kelihatannya tepat” (Kel 18:2-24; KIs 6:3 dst)
b. Perluas dan tambahlah tugas sehingga sesuai dengan karunia, kecakapan dan
keterampilan serta tenaga yang dimiliki orang tersebut.
c. Persempitkan tugas sehingga sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang
ada
d. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan orang tersebut melalui
penataran/Latihan tambahan
e. Memperluas pengalaman para pekerja melalui “tukar tugas” (rotasi) berkala
f. Menentukan titik akhir dari stiap tugas agar setiap pekerja belajar disiplin untuk
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
5. Uraian Tugas (Job Description) adalah suatu dokumen tertulis tentang suatu tugas
yang didelegasikan kepada seseorang dengan perincian isi sebagai berikut :
a. Apa yang dikerjakan
b. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan itu
c. Wewenang yang diberikan untuk melakukan tugas itu
d. Syarat yang diberikan untuk melakukan tugas itu
e. Evaluasi tugas tersebut
f. Pertanggung jawaban bagi tugas tersebut
6. DELEGASI (Penugasan)
Ialah memberi/membagi dan menukar tanggung jawab dan wewenang kepada orang
lain untuk melakukan suatu tugas tertentu dalam bagian utuh suat organisasi yang
ditunjang dengan hak dan tanggung jawab sesuai jalur komandi dalam organisasi
tersebut.
Kepentingan Delegasi
a. Dalam pendelegasian, pemimpin dapat bekerja melalui setia[ orang dalam
kelompok yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan bersama
b. Delegasi yang berhasil menciptakan hal berikut:
1) Beban tugas ditanggung dan dilakukan besama dan ada pelipat gandaan kerja
2) Setiap orang berfungsi dan bekembang
3) Organisasi akan maju
4) Pemimpin akan berhasil (dengan implikasi grup juga berhasil)

Motivasi dalam delegasi:

a. Mendorong dengan pujian, pengarahan, dsb


b. Memberi teguran bagi yang gaga;
c. Memberi snksi yang mendidik
7. Inter-relasi Organisasi
Untuk kelancaran tugas dalam organisasi, maka pemimpin dan yang dipimpin harus
membangun dan mempertahankan relasi “antar pribadi” demi membina hubungan
dalam organisasi untuk kelancaran tugas bersama ke tujuan bersama yang telah
direncanakan bersama.
8. Pengawasan (Supervisi)
Pengawasan adalah tugas mengawasi pekerjaan yang sedang berjalan agar setiap
tugas dapat diselesaikan dengan baik. Pemberiann tugas, wewenang, hak dan
tanggung jawab akan terbukti bekerja bila da pengawasan yang bertujuan untuk
menjamin bahwa:
a. Tugas yang sedang dikerjakan itu sedang maju atau tidak dan berapa jauh hasil
yang dicapai
b. Memberikan jalur tepat bagi penggunaan wewenang dan hak yang diberikan bagi
stiap tugas.
Cara Pengawasan:
a. Pengawasan dapat dilakukan secara:
1) Langung – oleh pemberi tugas
2) Tidak langsung – oleh yang diberti tugas untuk mengawasi atas nama
pemimpin.
b. Mencari umpan balik (feedback) yang bersifat :
1) Terkendali – melalui pemberian tugas membuat laporan berkala dari petugas
kepada atasan
2) Tidak terkendali – melalui informasi dari orang luar yang tidak mempunyai
hubungan dengan pekerja.
Unsur Pengawasan:
a. Menjaga standar yang ditetapkan untuk setiap tugas terpenuhi
b. Mengukur keberhasilan atau kegagalan suatu tugas
c. Mengevaluasi tugas tersebut untuk menentukan pencapaian dan
menyiapkan data untuk:
Koreksi dan rekorejsi bagi pencanganan program baru.
KESIMPULAN

Penatalayanan adalah “ orang yang dipercayai dan diberi hak serta tanggung jawab untuk
mengepalai, mengatur, dan mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya”. Semua
orang Kristen yang telah dipercayakan melaksanakan pekerjaaan Allah” yaitu penatalayanan.
penatalayanan artinya: “aturan untuk mengatur pelayanan” (tata pelayanan). Bila kata ini di
integrasikan dengan penjelasan Alkitab di atas, maka yang dimaksudkan dengan “penatalayanan
Kristen” ialah “semua orang Kristen yang dipercayakan/mendapat kehormatan untuk mengepalai
dan mengatur serta mengerjakan tugas pelayanan Kristus yang telah dimandatkan secara penuh”
Sedangkan penatalayanan lebih berhubungan dengan tugas dan aturan-aturan yang dibuat untuk
mendukung pelaksanaan tugas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abineno J.L.Pelayan dan Pelayanan Jemaat dalam Perjanjian Baru. 1983. Jakarta. BPK
Gunung Mulia

Anwari M.S. Peranan Penatalayanan dalam pengembangan Jemaat. 1984. Malang.


Gandum Mas

Y.Tomatala. Penatalayanan Gereja yang Efektif di Dunia Modern. 1987. Malang.


Gandum Mas

Anda mungkin juga menyukai