Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM


KLORIDA DAN ASAM NITRAT DENGAN KAPASITAS 13.000
TON/TAHUN

(PRE-DESIGN OF A SODIUM NITRATE FACTORY FROM SODIUM


CHLORIDE AND NITRIC ACID WITH A CAPICITY OF 13000
TONS/YEARS)

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Program Studi S-1 Teknik Kimia

Oleh :
Muhammad Adam A 1910814210017
Syahril Fadil Riyadi 1910814310014

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2023
i

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM


KLORIDA DAN ASAM NITRAT DENGAN KAPASITAS 13.000
TON/TAHUN

(PRE-DESIGN OF A SODIUM NITRATE FACTORY FROM SODIUM


CHLORIDE AND NITRIC ACID WITH A CAPICITY OF 13000
TONS/YEARS)

Disusun Oleh:
MUHAMMAD ADAM A 1910814210017
SYAHRIL FADIL RIYADI 1910814310014

Telah disetujui untuk diseminarkan di Program Studi S-1 Teknik Kimia


Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru, Februari 2023


Dosen Pembimbing

Dr Doni Rahmat Wicakso, ST., M. Eng.


NIP. 19810112 200312 1 001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
INTISARI.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tinjuan Pustaka............................................................................................2
1.2.1 Definisi Natrium Nitrat..........................................................................2
1.2.2 Bahan Baku Natrium Nitrat...................................................................3
1.2.3 Kegunaan Natrium Nitrat.......................................................................3
1.3 Kapasitas Perancangan.................................................................................4
1.3.1 Ketersediaan Bahan Baku......................................................................4
1.3.2 Proyeksi Kebutuhan Natrium Nitrat di Indonesia..................................4
1.3.3 Kapasitas Komersial................................................................................6
1.4 Spesifikasi bahan..........................................................................................8
1.4.1 Sifat-Sifat Bahan Baku...........................................................................8
1.4.2 Sifat-Sifat Produk...................................................................................9
BAB II URAIAN PROSES......................................................................................2
2.1 Jenis-Jenis Proses..........................................................................................2
2.1.1 Proses Sintesis........................................................................................2
2.2 Uraian Proses...............................................................................................4
2.2.1 Tahap Persiapan Bahan Baku................................................................4
2.2.2 Tahap Reaksi..........................................................................................4
2.2.3 Tahap Pemisahan dan Pemurnian..........................................................5
2.3 Tinjauan Termodinamika.............................................................................6
2.3.1 Entalpi Pembentukan............................................................................6
2.3.2 Energi Bebas Gibbs.................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Serbuk Putih Natrium Nitrat........................................................... 2


Gambar 1.2 Rumus Molekul Natrium Nitrat...................................................... 2
Gambar 2.1 Diagram Alir Kualitatif ............................................................... 24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Impor Natrium Nitrat di Indonesia........................................... 4


Tabel 1.2 Data Pertumbuhan Natrium Nitrat di Indonesia................................ 5
Tabel 1.3 Kapasitas Produksi Natrium Nitrat Komersial....................................6
Tabel 1.4 Darta Impor Negara Tetangga..............................................................7
Tabel 2.1 Perbandingan Ketiga Jenis Proses Sintesis Natrium Nitrat .............. 11
Tabel 2.2 Harga Masing Masing Komponen ∆Hf..............................................14
o
Tabel 2.3 Harga Masing Masing Komponen Δg ..............................................15

iv
INTISARI

Natrium nitrat merupakan padatan yang berwarna putih, yang mudah larut dalam air.
Natrium nitrat memiliki banyak kegunaan dalam industri kimia. Senyawa ini digunakan sebagai
komposisi bahan peledak dan dalam bahan bakar pada roket serta juga digunakan pada proses
pembuatan kaca. Bahan baku pembuatan natrium nitrat adalah asam nitrat dan natrium klorida
direaksikan dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) pada kondisi operasi yang optimal
dengan suhu 60oC dan tekanan 1,5 atm. Hasil reaksi pada reaktor kemudian dipompa ke
evaporator kemudian dikristalkan dengan Crystalizer untuk memekatkan larutan natrium nitrat,
Cek jenis fontsehingga diperoleh produk natrium nitrat dengan kemurnian mencapai 98%.
Konversi pada reaktor pada proses ini mencapai 90%. Keluaran dari reaktor adalah campuran
nitrosil klorida dan klorin dalam fase gas yang merupakan produk atas, natrium klorida dan asam
nitrat yang tidak habis bereaksi serta natrium nitrat dan air dalam fase cair merupakan produk
bawah. komponen bawah evaporator berupa natrium klorida, air dan natrium nitrat selanjutnya
akan diumpankan ke dalam crystalizer dengan tipe swensen walker untuk dikristalkan dengan cara
menurunkan suhunya dari 120 ºC menjadi 30 ºC. Kristal yang telah terbentuk dikeringkan dengan
rotary dryer. Kristal natrium nitrat yang telah kering diangkut menuju ball mill untuk
disamaratakan ukurannnya kemudian diangkut ke dalam gudang penyimpanan.

Kata kunci: asam nitrat, natrium klorida, natrium nitrat, netralisasi, reaktor

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan jaman,
pembangunan di segala bidang haruslah diperhatikan. Pembangunan ekonomi
yang baik serta pengembangan industri sebagai salah satu jalan untuk
meningkatkan taraf hidup bangsa, termasuk diantaranya adalah industri kimia,
baik yang menghasilkan produk jadi maupun produk antara yang dapat diolah
lebih lanjut harus senantiasa diusahakan. Pembangunan dan pengembangan
industri kimia yang menghasilkan produk antara ini dinilai penting karena dapat
mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap industri luar negeri yang pada
akhirnya akan mengurangi pengeluaran devisa untuk mengimpor bahan-bahan
tersebut.
Natrium nitrat (NaNO3) merupakan bahan kimia intermediet. Pada
penggunaannya biasanya pada pembuatan pupuk yang mengandung senyawa
nitrogen, dinamit, pembuatan kalium nitrat, pembuatan kaca, sebagai reagen pada
kimia analisa, obat-obatan, refrigerant, korek api dan masih banyak lagi. Selain
itu natrium nitrat juga memiliki sifat antimicrobial sehingga digunakan sebagai
pengawet makanan (Krishna et al, 2020).
Di Indonesia sampai saat ini belum terdapat pabrik yang memproduksi
natrium nitrat dan kebutuhan bahan ini masih didatangkan dari luar negeri
terutama dari Tiongkok dan Thailand. Pesatnya perkembangan impor yang ada di
Indonesia, mendorong kami untuk mendirikan pabrik natrium nitrat. Selain dapat
membantu perkembangan industri di Indonesia, pendirian pabrik ini pun tidak
akan terlalu menghabiskan banyak biaya karena bahan baku yang dibutuhkan
tersedia di Indonesia.
Kebutuhan natrium nitrat (NaNO3) di Indonesia diperkirakan akan terus
meningkat sesuai dengan banyaknya industri yang menggunakannya. Hal ini
ditandai dengan data statistik impor natrium nitrat, impor natrium nitrat ini
umumnya dari Amerika Serikat dan China seperti yang ditunjukkan jumlah import
dari kedua Negara tersebut mencapai 50.561,49 ton pada sejak 2015 (BPS, 2015

1
2

– 2022) Untuk mengikuti tingkat permintaan maka pendirian pabrik ini sangat
diperlukan untuk dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan natrium nitrat
(NaNO3) dalam negeri. Jika kebutuhan natrium nitrat (NaNO 3) terpenuhi maka
dapat mengurangi ketergantungan impor dan diharapkan juga dapat membuka
lapangan kerja baru.

1.2 Tinjuan Pustaka


1.2.1 Definisi Natrium Nitrat
Natrium nitrat (NaNO3) merupakan bahan kimia intermediet. Pada
awalnya natrium nitrat diperoleh dari endapan alamiah yang terdapat di dataran
tinggi Chilli dan merupakan endapan yang cukup lebar, yaitu 8-65 km serta tebal
0,3-1,2 m. Produk dengan kualitas tinggi dapat dihasilkan dengan kristalisasi dan
pengeringan. (Shreve, 1984).
Natrium nitrat memiliki sifat antimicrobial sehingga digunakan sebagai
pengawet makanan. Senyawa ini ditemukan secara alami dalam sayuran hijau
berdaun. Selain itu, senyawa ini berpotensi kesehatan dalam menambah oksigen
pada darah, selain efek sampingya pada kesehatan khususnya bila terdapat dalam
dosis tinggi (Zumdahl, 2009)
Natrium nitrat (NaNO3) berupa tipe garam yang bening tidak berwarna dan
tidak berbau. Bahan kimia ini mempunyai sifat-sifat diantaranya mudah larut
dalam air, gliserol, alkohol, mempunyai mempunyai titik lebur pada temperatur
308 oC dan terdekomposisi pada temperature 380 o
C serta meledak pada
temperatur 1000 oC. Nartrium nitrat merupakan endapan yang cukup lebar, yaitu
8-68 km serta tebal 0,3-1,2 m. senyawa ini juga disebut caliche, saltpeter, dan
soda niter (Kirk Othmer, 1998). Adapun gambaran fisik dan struktur kimia dari
natrium nitrat dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.1.
3

Gambar 1.1 Serbuk Putih Natrium Nitrat

Gambar1.2 Struktur Kimia Natrium Nitrat

1.2.2 Bahan Baku Natrium Nitrat


Bahan baku dalam pembuatan natriun nitrat adalah natrium klorida dan
asam nitrat. Natrium klorida (NaCl), juga dikenal dengan garam dapur, atau halit,
yang diproduksi secara massal oleh penguapan air laut atau air garam dari sumber
lain, seperti air garam sumur dan danau garam, dan garam batu tambang, yang
disebut halit. Asam nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna,
yang dapat dibuat dengan mencampur nitrogen dioksida (NO 2) dengan air
(Haynes, 2011).

1.2.3 Kegunaan Natrium Nitrat


Natrium nitrat digunakan secara luas sebagai pupuk dan bahan baku untuk
pembuatan mesiu diakhir abad 19. Hal ini dapat dikombinasikan dengan
hidroksida besi untuk membuat resin. Natrium nitrat dalam air garam memberikan
warna klasik kemerahan saat kornet dimasak (tanpa itu warna kornet akan menjadi
abu-abu), dan membunuh sporabotulisme. Nitrat sebenarnya diubah menjadi nitrit
oleh aksi bakteri pada warna daging (Fatma et al, 2015).
Natrium nitrat juga dapat digunakan dalam produksi asam nitrat
dengan menggabungkannya dengan asam sulfat dan pemisahan berikutnya
4

melalui destilasi fraksional dari asam nitrat, menghasilkan residu berupa natrium
bisulfat. Penyulingan emas biasanya menggunakan natrium nitrat untuk membuat
regia aqua hibrida yang melarutkan logam emas dari impuritis lainnya (Barnum,
2003).
Natrium nitrat digunakan bersama dengan kalium nitrat untuk meredam
panas dan baru-baru ini digunakan untuk mentrasfer panas dalam pembangkit
listrik tenaga surya. Natrium nitrat juga digunakan dalam industry air libah untuk
respirasi mikroorganisme fakultatif. Nitrosomonas, genus dari mikroorganisme,
mengkonsumsi nitrat dalam preferensi untuk menghasilkan oksigen, sehingga
memungkinkannya untuk tumbuh lebih cepat dalam air limbah.
Aplikasi yang kurang umum dari natrium nitrat adalah penggunaannya
sebagai oksidator pengannnti yang digunakan dalam kembang api sebagai
pengganti kalium nitrat, yang biasa diitemukan dalam bubuk hitam dan sebagai
komponen dalam kemasan dingin instan.

1.3 Kapasitas Perancangan


Penentuan kapasitas perancangan pabrik natrium nitrat yang didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Proyeksi Kebutuhan Natrium Nitrat
2. Ketersediaan Bahan Baku
3. Kapasitas Komersial

1.3.1 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku natrium nitrat adalah dengan mereaksikan asam nitrat dan
natrium klorida (US Patent 2,215,450). Asam nitrat dapat diperoleh dari PT. Multi
Nitrotama Kimia (MNK), Cikampek dengan kapasitas produksi 55,000 per tahun
(Kick, 2023). Sedangkan natrium klorida dapat diperoleh dari PT. Cheetham
Garam Indonesia, Cilegon yang memiliki kapasitas produksi 800.000 per tahun
(Cheetam, 2023) dengan lokasi pabrik yang berada diantara kedua pabrik
bahan baku dapat juga mengurangi biaya transportasi .
5

1.3.2 Proyeksi Kebutuhan Natrium Nitrat di Indonesia


Kebutuhan natrium nitrat di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan di Indonesia masih belum ada pabrik natirum nitrat yang berdiri
sehimgga untuk memenuhi kebutuhan domestik masih harus mengimpor dari luar
negeri. Berdasarkan data yang diperoleh dari badan pengawas statistik mengenai
impor natrium nitrat di Indonesia sejak tahun 2015 sampai 2022 dapat dilihat pada
Tabel 1.1 berikut

Tabel 1.1 Data Impor Natrium Nitrat di Indonesia


No
Tahun Jumlah (ton)
.
1 2015 8.521,01
2 2016 8.425,69
3 2017 11.043,11
4 2018 7.750,90
5 2019 4.892,35
6 2020 3.808,38
7 2021 3.142,94
8 2022 2.977,11

Dari data tersebut maka dapat diperkirakan jumlah kebutuhan natrium


nitrat pada tahun 2023 yang didapatkan dari perhitungan discounted method
dengan rumus

F = P (1+i)n ...(1.1)

Keterangan : F = Nilai pada tahun ke-n

P = Besarnya data pada tahun sekarang (ton/tahun)

i = Kenaikan data rata-rata


6

n = Selisih tahun (tahun ke-n)

Dari persamaan diatas dapat dihitung pertumbuhan impor natrium nitrat setiap
tahunnya dari tahun 2016 sampai 2022 yang dimuat pada Tabel 1.2 berikut

Tabel 1.2 Pertumbuhan Impor Natrium Nitrat Indonesia


No. Tahun Jumlah (ton) Pertumbuhan (%)
1 2015 8.521,01 -
2 2016 8.425,68 1,47
3 2017 11.043,00 31,06
4 2018 7.750,90 -29,81
5 2019 4.892,34 -36,88
6 2020 3.808,38 -22,15
7 2021 3.142,94 -17,47
8 2022 2.977,11 -5,27
Rata-rata -13,42
(https://comtrade.un.org/data/)
Pabrik natrium nitrat direncanakan akan didirikan pada tahun 2027. Perkiraan
konsumsi dalam negeri pada tahun 2027 (m5) :
m5 = P(1+i)n ...(1.2)
Keterangan : P = besarnya impor tahun 2022 (ton/tahun)
i = Kenaikan impor rata-rata
n = Selisih tahun (tahun ke-)
Sehingga : m5 = F= 2,977(1+(-0.01342))6
= 2.745.256,7 kg/tahun
= 2.745,26 ton/tahun
7

Peluang kapasitas produksi pada tahun 2023 (m3) dapat ditentukan dengan
persamaan (Peters dan Timmerhaus, 1991) :
m 1 + m2 + m3 = m4 + m5 ...(1.3)
m3 = (m4 + m5) – (m1 + m2) ...(1.4)
Keterangan :
m1 = nilai impor 2022 (ton/tahun) pabrik berdiri sehingga impor dihentikan, maka
m1= 0
m2= produksi pabrik dalam negeri (ton/tahun), pabrik di Indonesia berhenti
beroperasi, maka m2= 0
m3 = kapasitas pabrik yang akan didirikan pada tahun 2027 (ton/tahun)
m4 = nilai ekspor tahun 2022 (ton/tahun)
m5 = nilai konsumsi tahun 2022 (ton/tahun)
jadi m3 = (m4 + m5) – (m1 + m2)
= (0 + 2745.2567) – (0 + 0)
= 2745.2567 ton/tahun
Berdasarkan hasil perhitungan di atas kebutuhan natrium nitrat pada tahun 2027
sebesar 2745.2567 ton/tahun.

1.3.3 Kapasitas Komersial


Untuk memproduksi natrium nitrat harus diperhitungkan juga kapasitas
produksi yang menguntungkan. Kapasitas produksi secara komersil yang telah ada
terlihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Kapasitas Produksi Natrium Nitrat Komersial


Pabrik Proses Kapasitas (Ton/Tahun)
Deepak Nitrite ,Bombay Sintesis 12.000
Qena Distriq Egypt Shank 113.000
Amerika Sintesis 210.000
Maria Elina,Chilli Gugenheim 520.000
Pedro de Valdivia Gugenheim 750.000
(Kirk Othmer, 1997)

Walaupun kebutuhan sodium nitrat di Indonesia mengalami kenaikan yang


tidak signifikan setiap tahun, akan tetapi kebutuhan sodium nitrat di negara
8

tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Laos dan Australia masih begitu besar, dapat
dilihat dari data impornya. Sehingga sodium nitrat yang akan diproduksi tiap
tahun selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga mampu untuk di
eksor ke negara-negara tersebut. Pada Tabel 1.4 disajikan data impor natrium
nitrat di negara Malaysia, Viet Nam, Laos dan Australia pada tahun 2022

Tabel 1.4 Data Impor Natrium Nitrat di Negara Tetangga Tahun 2022
No Negara Impor (ton/tahun)
.
1 Malaysia 11.294,05
3 Australia 2.923,74
Total 14.217,79
(data.un.org,2023)

Dari data impor keempat negara tetangga diatas, dapat diprediksikan total
jumlah kebutuhan sodium nitrat di negara-negara tersebut sebesar 14.217,79
Ton/tahun. Sedangkan Kebutuhuhan sodium nitrat di dalam negeri sebesar 2.745
ton/tahun. Sehingga untuk mengurangi impor perlu dibangun pabrik NaNO3,
dengan pertimbangan perkiraan kebutuhan sodium nitrat di Indonesia pada tahun
2027 dan mempertimbangkan kapasitas produksi sodium nitrat komersial dari
pabrik yang telah ada di dunia serta memenuhi kebutuhan sodium nitrat sebanyak
8% dari negara-negara tetangga maka disimpulkan kapasitas pabrik Sodium Nitrat
sebesar 4000 ton/tahun dengan anggapan 330 hari kerja, diharapkan:
1. Dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sebanyak 100% yang
diperkirakan pada tahun 2027 mencapai sekitar 2.745 ton/tahun.
2. Dapat memberikan keuntungan karena dapat membantu memenuhi 8 %
kebutuhan sodium nitrat dari negara yang memiliki impor tinggi terhadap
sodium nitrat (Malaysia dan Australia) sehingga memberikan keuntungan
9

dan membuka peluang ekspor untuk produk yang berlebih dan


meningkatkan cadangan devisa negara.
3. Dapat merangsang berdirinya industri kimia lain yang menggunakan
bahan baku maupun bahan pembantu sodium nitrat.
4. Dapat memperluas lapangan kerja.

1.4 Spesifikasi bahan


1.4.1 Sifat-Sifat Bahan Baku
A. Asam Nitrat
Rumus Molekul : HNO3
Berat Molekul : 63,02 g/mol
Wujud : cair
Warna : tidak berwarna
Aroma : spesifik
Titik Didih : 86oC pada 1 atm
Titik Beku : -42 pada 1 atm
Densitas : 1,502 g/mL
Kelarutan : larut dalam air
Kemurnian : 60%
(Kirk Othmer, 1998)

B. Natrium Klorida
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,45 g/mol
Wujud : kristal kubik padat
Warna : putih
Aroma : spesifik
Titik Didih : 1413 oC pada 1 atm
Titik Beku : 800,4 pada 1 atm
10

Densitas : 2,163 g/mL


Kelarutan : larut dalam air
Kemurnian : 99%
(Kirk Othmer, 1998)

1.4.2 Sifat-Sifat Produk


A. Natrium Nitrat (Kirk Othmer, 1998)
Rumus Molekul : NaNO3
Berat Molekul : 85,01 g/mol
Densitas : 2,257 g/mL
Wujud : serbuk berukuran 0,05mm
Warna : putih
Aroma : tidak berbau
Titik Didih : 380oC pada 1 atm
Titik Beku : 308 oC pada 1 atm
Kelarutan : 12,39 gpada 40oC
Kemurnian : 98,43%
(Kirk Othmer, 1983)

B. Nitrogen oksiklorida (Nitrosil Klorida)


Rumus Molekul : NOCl
Berat Molekul : 65,47 g/mol
Densitas : 1,273 pada -12 oC, 1 atm
Wujud : cair
Warna : merah kekuningngan
Titik Didih : -5,5oC pada 1 atm
Titik Beku : -64,5oC pada 1 atm
(Perry’s, 1997)

C. Klorin
Rumus Molekul : Cl2
11

Berat Molekul : 70,91 g/mol


Densitas : 1,56 g/mL pada 0 oC, 1 atm
Wujud : gas
Warna : kuning kehijauan
Titik Didih : -34,6oC pada 1 atm
Titik Beku :-101,6oC pada 1 atm
(Perry’s, 1997)
12

BAB II
URAIAN PROSES

Natrium nitrat merupakan bahan kimia intermediet yang dapat diolah


secara sintesis dengan mereaksikan natrium klorida dengan asam nitrat. Akan
tetapi ada beberapa macam teknologi produksi natrium nitrat yang diterapkan.
Untuk memperoleh perancangan pabrik natrium nitrat yang optimal, maka
dilakukan studi literatur untuk memilih dari proses yang telah ada.

2.1 Jenis-Jenis Proses


2.1.1 Proses Shank
Meliputi tahap operasi size reduction, leaching, washing, crystalizing dan
drying. Bahan baku yang berasal dari garam hasil pertambangan (garam Chili)
yang mengandung sodium nitrat (NaNO3). Bahan baku garam hasil penambangan
(Garam Chili) hanya mengandung 7 - 40 % sodium nitrat sedangkan sisanya
merupakan mineral lain. pada proses Shank, untuk mendapatkan yield yang
diinginkan memerlukan proses bertahap. Proses Shank dimulai dengan
memasukkan potongan- potongan garam Chile yang berukuran sekitar 10 inch
yang dimasukkan ke dalam crusher untuk dihancurkan menjadi potongan
berukuran sekitar 1,5 sampai 2 inch. Potongan kemudian dimasukkan ke dalam
tabung-tabung baja yang dilengkapi dengan koil pemanas uap air. Selanjutnya
dilakukan operasi leaching, dimana operasi tersebut membutuhkan waktu sekitar 8
hari. Cairan hasil leaching kemudian dibawa ke crystalizing pan. Hasil dari
kristalisasi dibawa ke pengering untuk dikeringkan. Yield yang dihasilkan 65-
80%(Othmer,1978).

2.1.2 Proses Guggenhim


13

Proses Guggenheim adalah penyempurnaan dari proses Shanks, karena


proses Shanks tidak efektif baik dalam proses ekstraksinya maupun konsumsi
bahan bakarnya. Pada awal tahun 1920 Guggenheim Brothers mengembangkan
proses leaching dengan temperatur rendah berdasarkan dua prinsip penting yaitu:
a. Jika proses leaching dilakukan pada temperatur rendah 40 oC hanya sodium
nitrat (NaNO3) yang terekstraksi, impuritis lainnya seperti sodium sulfat
(Na2SO4) dan Sodiun Klorida (NaCl) tidak terekstraksi (Othmer, 1978).
b. Jika proses leaching pada saat awal berisi garam proteksi maka yang dihasilkan
adalah kalsium sulfat (CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4) dan kalium sulfat
(K2SO4), garam sodium nitirat (NaNO3) yang terlarut sedikit. Sodium sulfat
NaSO4 di dalam proses akan pecah dan sodiun nitrat (NaNO3) yang dihasilkan
atau terekstraksi akan lebih banyak. Pada prinsipnya proses Guggenheim sama
dengan proses Shank, hanya alatnya lebih disempurnakan sehingga kadar
(NaNO3) lebih besar yaitu sekitar 85-88% (Othmer, 1978).

2.1.3 Proses Sintesis


Natrium nitrat sintesis diproduksi dengan netralisasi asam nitrat dengan
caustic soda. Macam-macam proses sintesis antara lain
1. Mereaksikan asam nitrat (HNO3) dengan natrium klorida (NaCl)

4 HNO3 (l) + 3NaCl(s) 3NaNO3 (l) + NOCl(g) + Cl2+ 2H2O(l)

Dalam proses ini bahan baku NaCl dan HNO 3 direaksikan dalam Reaktor
Alir Tangki Berpengaduk (RATB) pada kondisi operasi yang optimal dengan
suhu 60oC dengan tekanan 1 atm karena kondisi tersebut merupakan kondisi
optimum untuk pembentukan sodium nitrat selain itu juga untuk menjaga asam
nitrat tetap bereaksi dengan sodium klorida membentuk sodium nitrat karena asam
nitrat kurang stabil jika pada suhu tinggi dan akan terdekomposisi menjadi gas
NO2H2O dan O2(othmer, 1997, vol 22) . Hasil reaksi pada reaktor kemudian
dipompa ke evaporator kemudian dikristalkan dengan Crystalizer untuk
memekatkan larutan natrium nitrat, sehingga diperoleh produk natrium nitrat
dengan kemurnian mencapai 98%. Konversi pada reaktor pada proses ini
mencapai 95% (US Patent 2,215,450).
14

Proses sintesis ini merupakan proses penyempurnaan dari Shank dan


Guggenheim yang alatnya lebih disempurnakan dan hasil proses sintesis
menghasilkan kadar NaNO3 yang lebih besar (Kirk-ohtomer,1978).

2. Mereaksikan caustic soda (NaOH) dengan konsentrasi 30% dan asam nitrat
(HNO3) dengan konsentrasi 53%.

NaOH (l) + HNO3 (l) NaNO3 (l) + H20 (l)

Sodium Hidroksida dan asam nitrat direaksikan dalam sebuah reaktor


dengan suhu 200oC, tekanan 2 atm. Reaksi bersifat eksotermis yang
menghasilkan panas. Larutan sodium nitrat yang terbentuk langsung masuk
ke dalam cyclon separator yang menjadi satu dengan reaktor. Produk keluar
unit separator berupa lelehan dengan kemurnian mencapai 96%. Natrium
nitrat dan suhu lelehan sekitar 200 oC. Lelehan tersebut kemudian dibentuk
menjadi bola-bola kecil (prill) dengan cara menjatuhkannya melalui prilling
tower. Konversi pada proses ini mencapai 80% (US Patent 2,643,180).
3. Mereaksikan Na2CO3 dengan HNO3

Na2CO3(l) + 2HNO(l) 2NaNO3(l) + H2O(l) + CO2(l)

Proses ini berlangsung pada suhu 305-350°C pada tekanan vakum di dalam
reaktor fluidized bed. Reaksi ini akan menghasilkan produk natrium nitrat dengan
konversi sebesar 97-98% terhadap asam nitrat dengan kemurnian mencapai 95%
(US Patent 2,535,990). Perbandingan keunggulan dan kelemahan proses dapat
dilihat pada Tabel 2.1
15

Tabel 2.1 Perbandingan Ketiga Jenis Proses Sintesis Natrium Nitrat


Jenis Proses Keunggulan Kelemahan
a. Kadar yang diperoleh
hanya berkisar 60% b.
Hanya bisa dilakukan di
Hanya memerlukan
lokasi dimana natrium
proses treatment pada
Proses Shank nitrat tersedia melimpah
sodium nitrat hasil
proses yang cukup lama
penambangan
sampai 8 hari yang
menyebabkan tidak
efisien
Kurang lebih sama
dengan proses Shank, Kurang lebih sama
hanya saja pada proses dengan Proses
Proses Guggenheim ini proses ekstraksi dan Shank,hanya saja
pemakaian bahan bakar kadarnya lebih besar,
lebih efisien suhu yaitu berkisar 80-85%
operasi 40oC
a. Kadar yang dihasilkan Modal pembuatan pabrik
dapat mencapai 90-99% dengan menggunakan
b. Bahan baku proses proses ini biasanya
Proses Sintesis
relatif lebih murah dan relatif jauh lebih besar
mudah didapat suhu daripada kedua proses
operasi 60oC lainnya

Alasan Pemilihan Proses Proses yang diilih dalam pembuatan Sodium


nitrat pada pabrik ini adalah proses sintesis antara sodium klorida dengan asam
nitrat. Pemilihan proses ini didasarkan pada :
a. Tingkat kemurnian hasil lebih tinggi yaitu ± 90 – 99 %dibandingkan degan
proses Shank (± 60%) maupun Guggenheim (± 85%).
16

b. Sintesis dari Sodium Klorida (NaCl) – Asam Nitrat (HNO3) berlangsung dalam
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) sehigga prosesnya relatif lebih
sederhana dibandingkan dengan sintesis dari SodiumKarbonat (Na2CO3) – Asam
Nitrat (HNO3) yang berlangsung dalam reaktor fluidized bed.
c. Sintesis dari Sodium Klorida (NaCl) – Asam Nitrat (HNO3) berlangsung pada
tekanan atmosferik sehingga proses produksi relatif lebih sederhana dibandingkan
dengan sintesis dari sodium karbonat (Na2CO3) – asamnitrat (HNO3)
2.2 Uraian Proses
Pembuatan natrium nitrat dengan proses sintesis ini dilakukan dalam
beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan bahan baku
2. Tahap reaksi
3. Tahap pemisahan dan pemurnian

2.2.1 Tahap Persiapan Bahan Baku


Umpan berupa asam nitrat (HNO3, 60%) yang disimpan dalam fase cair
pada temperatur kamar dan tekanan atmosferik dipompa dari tangki penyimpanan
menuju heater asam nitrat yang beroperasi pada tekanan 1 atm dengan
menggunakan steam jenuh sebagai pemanas. Dalam alat penukar panas asam
nitrat dipanaskan dari 30ºC menjadi 60ºC. Asam nitrat yang telah dipanaskan
tersebut selanjutnya dialirkan ke reaktor.
Sedangkan NaCl 99% yang berupa serbuk berukuran 0,1 mm diangkut
dari penyimpanan dengan menggunakan bucket elevator menuju bin natrium
klorida selanjutnya dimasukkan ke dalam reaktor

2.2.2 Tahap Reaksi


Umpan dimasukkan ke dalam reaktor dengan rasio perbandingan molar
antara NaCl dengan HNO3, Yaitu 1:1,3. Dalam reaktor ini proses berlangsung
isothermal pada fase cair dengan suhu 60ºC dan tekanan 1 atm. Reaksi
berlangsung eksotermis, sehingga untuk mempertahankan suhu operasi maka
panas yang timbul tersebut diserap oleh air yang mengalir pada koil yang berada
pada reaktor.
Reaksi yang terjadi dalam reaktor adalah:
17

4HNO3(l) + 3NaCl(s) 3NaNO3(l) + NOCl(g) + Cl2(g) + 2H2O(I)

2.2.3 Tahap Pemisahan dan Pemurnian


Keluaran dari reaktor adalah campuran nitrosil klorida dan klorin dalam
fase gas yang merupakan produk atas, natrium klorida dan asam nitrat yang tidak
habis bereaksi serta natrium nitrat dan air dalam fase cair merupakan produk
bawah. Campuran nitrosil klorida dan klorin dalam fase gas masuk ke compressor
untuk menaikkan tekanan kemudian menuju kondensor 1 yang bertujuan untuk
mendinginkan campuran tersebut hingga suhu turun. Campuran tersebut
kemudian masuk ke dalam flash drum untuk memisahkan klorin dengan nitrosil
klorida. Pada kondisi operasi tersebut, klorin akan tetap berupa gas, sedangkan
nitrosil klorida akan berubah fase menjadi cair. Produk atas yang berupa gas
klorin selanjutnya disimpan di dalam tangki penyimpanan, sedangkan produk
bawah yang berupa nitrosil klorida disimpan di dalam tangki penyimpanan.

Produk bawah reaktor berupa natrium nitrat, air, asam nitrat, dan natrium
klorida akan diumpankan ke evaporator untuk mengurangi kadar air dan asam
nitrat yang masih tersisa. Komponen air dan asam nitrat hasil dari proses
evaporasi akan dialirkan menuju waste water treatment yang sebelumnya
didinginkan terlebih dahulu pada kondensor 2. Sedangkan komponen bawah
evaporator berupa natrium klorida, air dan natrium nitrat selanjutnya akan
diumpankan ke dalam crystalizer dengan tipe swensen walker untuk dikristalkan
dengan cara menurunkan suhunya.
Kristal natrium nitrat dari crystalizer diumpankan menuju centrifuge untuk
memisahkan sebagian air dan natrium klorida yang kemudian dialirkan menuju
waste water treatment. Kristal natrium nitrat hasil pemisaha pada centrifuge
dibawa menggunakan screw conveyor untuk diumpankan ke dalam rotary dryer ,
bersamaan dengan pemasukan kristal natrium nitrat dialirkan udara yang berasal
dari blower udara untuk membantu proses proses pengeringan. Sebelum masuk ke
dalam rotary dryer, udara dipanaskan dalam heater udara . Aliran masuk udara
panas ke dalam rotary dryer berlawanan (counter current) dengan aliran masuk
kristal natrium nitrat. Oleh karena itu perlu dipisahkan lagi dengan menggunakan
cyclone yang mana partikel berat akan jatuh ke bawah.
18

Kristal natrium nitrat yang keluar dari rotary dryer diumpankan ke dalam
ball mill bersamaan dengan partikel debu yang keluar dari cyclone untuk
dikecilkan ukurannya hingga 0,05 mm. serbuk natrium nitrat kemudian
diumpankan ke dalam screen , yang mana natrium nitrat yang masih berukuran >
0,05 mm akan di kembalikan ke dalam ball mill. Serbuk natrium nirat hasil
penyaringan diangkut ke dalam bin natrium nitrat menggunakan bucket elevator.
Produk natrium nitrat dari bin akan dikemas pada unit pengemasan. Selanjutnya
disimpan dalam gudang produk dan siap dipasarkan.

2.3 Tinjauan Termodinamika


2.3.1 Entalpi Pembentukan
Entalpi (ΔH) menunjukkan panas reaksi yang dihasilkan selama proses
berlangsungnya reaksi kimia. Besar atau kecil nilai ΔH tersebut menunjukan
jumlah energi yang dibutuhkan maupun dihasilkan. ΔH bernilai positif (+)
menunjukan bahwa reaksi tersebut membutuhkan panas untuk berlangsungnya
reaksi sehingga semakin besar ΔH maka semakin besar juga energi yang
dibutuhkan. Sedangkan ΔH bernilai negatif (-) menunjukan bahwa reaksi
tersebut menghasilkan panas selama proses berlangsungnya reaksi. Data energi

o
pembentukan (ΔHf°) pada 25 C untuk masing–masing komponen dapat
dilihat pada
Tabel 2.2 Tabel Daftar Harga ∆Hf Masing-Masing Komponen
Komponen ∆Hf (kJ/mol) Referensi
4HNO3 -135,1
3NaCl -411,2
3NaNO3 -467
Yaws,1999
NOCl 51,7
Cl2 0
2H2O -241,8

Perhitungan H pada suhu 298,15 K


19

ΔHf°298,15 = ΔHf°298,15 produk - ΔHf°298,15 reaktan

= ΔHf°

298,15 (3NaNO3 + NOCl+ Cl2+ 2H2O) - Hf 298,15 (4HNO3+10H2SO4 +


3NaCl)

= ΔHf°298,15 (-467 + 51,7 + 0 + (-241,8)) - Hf 298,15(-135,1 +(-411,2))

= (-1832,9) – (-1774)

= -58,9 kJ/mol

Data entalpi pembentukan (ΔHf°) pada suhu (343 K) operasi untuk masing-
masing komponen dapat dilihat pada Tabel 2.3:

Tabel 2.3 Data Kapasitas Panas

Senyawa A B C D E
HNO3 214,478 -0,767 0,00149 -3E-07 0
NaCl 41,293 0,0336 -1,4E-05 0 0
NaNO3 65,554 1,01 -0,00246 0 0
NoCl 28,591 0,0758 -9,4E-05 6,04E-08 -1,5E-11
Cl2 27,213 0,0304 -3,3E-05 1,59E-08 -2,7E-12
H2O 92,053 -0,04 -0,00021 5,35E-07 0
(Yaws, 1999)

∆H HNO3 = AT + (B/2)T2 + (C/3)T3+ (D/4)T4


= 46,3 kj/mol
∆H NaCl = AT + (B/2)T2 + (C/3)T3
= 15,4 kj/mol
∆H NaNO3 = AT + (B/2)T2 + (C/3)T3
= 47,5 kj/mol
∆H NoCl = AT + (B/2)T2 + (C/3)T3+ (D/4)T4 + (E/5)T5
= 12,9 kj/mol
∆H Cl2 = AT + (B/2)T2 + (C/3)T3+ (D/4)T4 + (E/5)T5

= 10,4 kj/mol
∆H Air = AT + (B/2)T2 + (C/3)T3 + (D/4)T4
20

= 27,5 kj/mol
∆Hoperasi = ∆H°f298 + ∆H°f333
= -58,9 +((47,5 + 12,9 + 10,4 +27,5) – (46,3 + 15,4))
= -22,3 kj/mol
(298,15)
Karena harga ΔHf° bernilai negatif, maka reaksi bersifat
eksotermis. (Yaws, 1998).

2.3.2 Energi Bebas Gibbs


o
Energi gibbs (ΔG ) menunjukkan spontan atau tidak spontannya suatu
o
reaksi kimia. Energi gibbs (ΔG ) bernilai positif (+) menunjukkan bahwa reaksi
tersebut tidak dapat berlangsung secara spontan, sehingga dibutuhkan energi
o
tambahan dari luar. Sedangkan Energi gibbs (ΔG ) bernilai negatif (-)
menunjukkan bahwa reaksi tersebut dapat berlangsung secara spontan dan
hanya sedikit membutuhkan energi. Oleh karena itu, semakin kecil
o
atau negatif Energi gibbs (ΔG ) maka reaksi tersebut akan semakin baik
karena untuk berlangsung spontan energi yang dibutuhkan semakin kecil. Data
o o
energi Gibbs (ΔG ) pada 25 C untuk masing–masing komponen dapat
dilihat pada Tabel 2.3:
o
Tabel 2.3 Harga Energi gibbs (ΔG ) Masing-masing Komponen

Komponen ΔGo (kJ/mol) Referensi


HNO3 -74,7
NaCl -384,1
NaNO3 -365,9
Yaws, 1999
NOCl 66,1
Cl2 0
H2O -228,60

Perhitungan Energi Bebas Gibbs pada Suhu 298 K


21

o o o
ΔG 298,15 = ΔG 298 produk – ΔG 298 reaktan
o o
= ΔG 298 (3NaNO3 + NOCl+ Cl2+ 2H2O) – ΔG 298,15 (4HNO3+10H2SO4 +
3NaCl)
o o
= ΔG 298 (-365,9 + 66,1 + 0 + (-22,8)) - G 298 (-74,7 + (-384,1))
= (-1488,8) – (-1451,4)
= -37,4 kJ/mol
Berdasarkan hasil perhitungan energi bebas Gibbs menunjukkan bahwa
o
ΔG 298,15 bernilai negatif sehingga terbukti reaksi terjadi secara spontan.
Penentuan arah reaksi berjalan secara reversible atau irreversible dapat
diketahui dari harga kesetimbangan kimia.

2.3.3 Nilai Kesetimbangan


Penentuan arah reaksi berjalan secara reversible atau irreversible dapat
diketahui dari harga kesetimbangan kimia. Untuk mencari nilai kesetimbangan
kimia (K) dapat ditinjau dengan persamaan (Dogra, 1990) :
Harga kesetimbangan kimia (K) pada suhu (T) standar 298 K

o
ΔG 298,15 = -R T ln K .......(Dogra, 1990)

ln K = - ΔGo 298,15 / R T

37 , 4 kJ
ln K ¿ =320,9593
0,008314 kJ mol . K . 298 , 15 K
K = 2,7144

Perhitungan pada suhu reaksi 333 K (60oC)


K 333 −∆ H 1 1
¿ = x( − )
K 298 R T 2 T1

K 333 −(−955 , 8) 1 1
¿ 139
= x( − )
2,459 x 10 0,008314 333 298
22

¿( ( K 333 )−( 2,459 x 10139 ) )=−955 , 8

( K 333 )=2,193 x 10115


Karena K > 1, maka reaksi berjalan searah (irreversible) (Dogra,1990)
Keterangan :
∆H 333 = Energi panas pembentukan pada suhu standar 333 k
K1 = Konstanta kesetimbangan pada suhu standar 333 K
K2 = Konstanta kesetimbangan pada suhu operasi 333 K
R = Tetapan gas ideal (0,008314 kJ/mol.K)
T1 = Suhu standar 333 K
T2 = Suhu standar 333 K

2.3.3 Tinjauan Kinetika Reaksi

Pembentukan NaNO3 dari NaCl dan HNO3 pada temperatur 60oC pada
tekanan 1 atm reaksi ini merupakan reaksi orde 2 merupakan reaksi orde
2(Nist,2011) dengan persamaan reaksi sebagai berikut (Levenspiel, 1999):

(-ra) = k.(CA)(CB)

k.[CAo(1-XA)][CBo-(CAo.XA)]
24

Gambar 2. 1 Diagram Kualitatif

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Aries, R. S. and Newton, R. D. 1955. Chemical Engineering Cost Estimation. Mc Graw


Hill Book Company Inc. New York.

Badan Pusat Statistik. 2023. Data Impor Natrium Nitrat di Indonesia.


://www.bps.go.id/
Diakses pada Maret 2023

Barnum, Dennis (2003). "Some History of Nitrates". Journal of Chemical


Education. 80: 1393

Brownell, Lloyd E., Edwin H. Young. 1959. Process Equipment Design. John
Wiley & Sons. USA.

Cheetam.co.id
https://cheetham.co.id/id/home/about/sub/
Diakses pada Maret 2023

Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI-Press.

Fatma Gassara, Anne Patricia Kouassi, Satinder Kaur Brar, Khaled Belkacemi. 2015.
Green Alternatives to Nitrates and Nitrites in Meat-based Products. Journal of
Food Science and Nutrition, 10.1080/10408398.2013.812610, 56, 13 (2133-
2148)

Haynes, William M. (2011). CRC Handbook of Chemistry and Physics (edisi ke-92)

https://comtrade.un.org/data/
Diakses pada Maret 2023.

Kikc.co.id/PT Multi Nitrotama Kimia


https://www.kikc.co.id/Profil/Klien/pt-multi-nitrotama-kimia.html
Diakses pada Maret 2023

Kirk, Raymond E. dan Donald F. Othmer. 1996. Encyclopedia of Chemical


Technology, Pigments to Powders, Handling. John Wiley & Sons, Inc.
Universitas Michigan.

Krishna K. Yadav, Manu Sharma, Menaka Jha. 2020. Extraction of nanostructured


sodium nitrate from industrial effluent and their thermal properties. Water
Environment Research, 10.1002/1307, 92, 8, (1123-1130)

25
26

Levenspiel, O. (1999) Chemical Reaction Engineering. 3rd Edition. John Wiley &
Sons, New York

Perry, Robert H. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7th Edition.


McGraw-Hill Company. USA.

Peters, M. S. dan Timmerhaus, K. D. (1991): Plant Design and Economics for


Chemical Engineers. McGraw-Hill

Shreve, 1984. “Shreve’s Chemical Process Industries”. Fifth Edition.


McGraw-Hill Book Company. New York.

US Patent 2,215,450. H. A. Beekhuis, JR. (1933): Processes for the Production of


Sodium Nitrate

US Patent 2.539.990. Stengel, A.L. dan Haute, T. (1950): Production of Sodium Nitrate

US Patent 2,643,180. W. S. Miller. (1933): Method of Producing Sodium Nitrate

Yaws. 1999. Chemical Properties Handbook: Physical, Thermodynamics,


Environmetal, Transport, Safety, and Health Related Properties for
Organic and Inorganic Chemicals. Mc-Graw-Hill. USA.

Zumdahl, Steven S. 2009. Chemical Principles 6th Ed. Houghton Mifflin Company.
USA

Anda mungkin juga menyukai