Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ILMU BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN KEADILAN

KELOMPOK:
ARIEF NOOR ALFARIZI (19020032)
HIDAYATUL FI’LI AL-KHOIRI RAMBE (19020004)
NATASA HANIA (19020053)
VEDRI RAHMADHANA (19020020)
RIZKI SAPUTRA (20020097)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. JUPRIANI, M.Sn
ASRA ILAL KHAIRI, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


DEPARTEMEN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Tidak lupa juga kami ucapkan ribuan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan bantuan dalam penyusunan
makalah ini.
Makalah yang berisi tentang Manusia dan Tanggung Jawab disusun guna
mmenuhi pembelajaran dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Sebagai penulis,
kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan , baik dalam segi
penyampaian, maupundalam segi penulisan. Oleh karena itu kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Padang, 25 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
A. Pengertian Manusia...................................................................3
B. Kolerasi Antara Manusia dan Keadilan.....................................3
C. Pengertian Keadilan…………………………………………...5
D. Keadilan Sosial..........................................................................7
E. Kejujuran ..................................................................................9
F. Kecurangan..............................................................................10
G. Pemulihan Nama Baik..............................................................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................13
B. Saran.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasa keadilan itu setiap saat ditunggu-tunggu oleh semua orang. Adil
dianggap indah. Semua membutuhkannya. Semua orang juga mau diajak
untuk memperjuangkannya. Orang juga mau mengorban apa saja yang
dimiliki untuk memperjuangkan keadilan. Keadilan sepertinya menjadi
sesuatu yang mahal, jarang terjadi, dan juga sulit diwujudkan.
Orang menjadi senang kalau diperlakukan secara adil. Sekelompok
masyarakat menjadi rukun dan damai manakala rasa keadilan berhasil
terpelihara. Berapapun orang mendapatkan bagian, tidak ada yang
mempersoalkan, asalkan rasa keadilan terpenuhi. Keadilan biasanya dirasakan
dan bukan saja dirasionalkan. Orang bilang bahwa rasanya sesuatu itu sudah
adil, dan bukan mengatakan bahwa hitungannya sudah adil. Sebaliknya, orang
sangat tidak suka jika diperlakukan tidak adil. Biasanya jika seseorang
diperlakukan tidak adil, maka akan marah dan menuntut. Jika tidak berani
atau tidak kuasa menuntut ketidak adilan itu, maka seseorang akan dendam.
Dia akan pura-pura menerima, padahal hanya sebatas menahan rasa sakit hati.
Oleh karena itu maka benar, jika pemerintah atau pemimpin pada level
apapun harus selalu berusaha menjaga rasa keadilan itu di tengah-tengah
masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin harus mampu menjaga rasa
keadilan. Syarat utama sebagai pemimpin harus adil. Masyarakat menjadi
bangga jika memiliki pemimpin yang adil dan menyukai keadilan.
Akan tetapi ternyata, mencari pemimpin yang adil tidak mudah. Karena
memang berbuat adil ternyata juga tidak gampang. Dalam hidup ini banyak
tuntutan dan juga banyak pilihan. Tuntutan yang beraneka ragam, semuanya
minta dipenuhi. Sedangkan kekuatan yang tersedia terbatas. Maka, terpaksa
harus memilih yang sekiranya dianggap mendesak. Tatkala harus memilih,
maka siapapun tidak akan bisa memilihnya secara tepat, dalam arti memenuhi

1
kehendak semua pihak. Ada sebagian yang merasa diuntungkan, dan
sebagiannya lagi dirugikan. Maka, mulailah muncul rasa ketidak-adilan itu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah Pengertian Dari Manusia Itu ?
2. Apakah Pengertian Dari Keadilan?
3. Apakah Pengertian Dari Keadilan Sosial?
4. Apa Pengertian Dari Kejujuran?
5. Apa Pengertian Dari Kecurangan?
6. Apa Itu Pemulihan Nama Baik?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditarik tujuan pembahasan
sebagai berikut:
1. Memaparkan Pengertian Manusia
2. Menjelaskann Pengertian Keadilan
3. Mengidentifikasi Macam-Macam Tanggung Jawab
4. Memaparkan Tentang Kejujuran
5. Menjelaskann Kecurangan
6. Menjelaskan Pemulihan Nama Baik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Menurut Kmaus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manusia adalah
makhluk yang berkal budi/insanulkamil artinya makhluk yang paling
sempruna. Sedangkan menurut Nata (2009:29) manusia merupakan makhluk
yang berpolitik (zon politicon), makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang
berbudaya, makhluk yang berbahasa, serta makhluk yang berbicara.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Manusia diciptakan dari saripati tanah, allu menjadi nuftah,
alaqah, dan mudqah dan pada akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna memiliki berbagai kemampuan (Syahidin, 2009:23).
Manusia adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia
memiliki keunikan yang meyebabkannya berbeda dengan mkhluk lain.
Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat diatngkap dengan
panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia
terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “Manu” (Sanskerta), “Mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi, atau makhluk yang mampu
menguasai makhluk lain. Secara istilah, manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau
seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk yang bermoral, juga seorang
pribadi yang mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri berbuat dan
bertindak sendiri. Oleh karena itu manusia harus bertanggungjawab atas diri
pribadi

B. Korelasi Antara Manusia Dan Keadilan


Setiap manusia berhak diperlakukan adil dan berlaku adil dengan
menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Orang yang menuntut hak, tapi

3
lupa kewajiban, tindakannya pasti akan mengarah pada pemerasan,
sebaliknya orang yang menjalankan kewajiban, tetapi lupa menuntut hak akan
mudah diperbudak oleh orang lain.
Keadilan merupakan budaya bangsa Indonesia. Sejak dahulu, manusia
meminta keadilan kepada Allah dengan cara berdoa. Pada jaman kerajaan
jawa tempo dulu ada budaya “pepe” yang dilakukan oleh rakyat yang
meminta keadilan. Keadilan diekspresikan dengan berbagai cara, misalnya
membuat pepatah yang menunjukan adanya tuntutan terhadap perlakuan adil,
misalnya pepatah “Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah” Ada
yang membuat karya seni yang menyuarakan keadilan, seperti seni musik,
prosa dan puisi. Ada yang pula yang menuntut keadilan dengan cara berpuasa
sampai mati atau sampai tuntutan keadilannya terpenuhi, menjahit mulut,
membakar diri dan sebagainya.
Keadilan di dalam masyarakat sama dengan asas yang di atasnya
didirikan sebuah bangunan sedangkan ihsan sama dengan hiasan sebuah
bangunan tersebut dengan cat dan warna-warnanya. Maka kita harus,
pertama, membangun asas dulu kemudian baru mengecatnya dan juga
memperindahkannya. Apabila bangunan ini telah siap tetapi lemah asasnya
maka apakah faedahnya warna dan hiasan itu? Sedangkan apabila asas
bangunan itu kukuh, maka tentunya bangunan itu dapat dihuni walaupun
belum diperindahkan dan tanpa hiasan. Ada ketikanya satu bangunan itu
berlebihan dalam hiasan dan kemewahan lahiriahnya namun asasnya tidak
kukuh. Dalam keadaan seperti itu bangunan ini boleh runtuh apabila ditimpa
bencana alam seperti hujan lebat.
Selanjutnya, kebaikan, ihsan dan itsar yang pada suatu ketika baik dan
bermanfaat serta memiliki keutamaan yang besar di dalam pandangan pelaku
kebaikan dan ihsan itu, tetapi pada suatu ketika yang lain tidak baik bagi
mereka yang menerima kebaikan dan ihsan tersebut. Ini termasuk yang harus
kita perhitungkan sebagaimana kita harus memperhitungkan perhitungan
masyarakat. Apabila kita tidak menjaga keseimbangan sosial, dan
membiarkan masalah-masalah berjalan tanpa pertimbangan, maka keutamaan

4
moral ini juga kadang-kadang mengakibatkan kemalangan umum dan
kehancuran masyarakat. Oleh kerana itu sedekah yang banyak, wakaf-wakaf
yang melimpah dan nazar-nazar yang berlebihan akan menjadi seperti banjir
yang memporakperandakan masyarakat, ketika ia terbukti mengakibatkan
kemalasan orang dan menciptakan masyarakat penganggur yang rusak
fikirannya akibat tindakan kebaikan yang berlebih-lebihan itu. Kerugian
seperti ini tidak lebih sedikit dari kerugian akibat serangan pasukan tentera
musuh yang biadab.

C. Pengertian Keadilan
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak
dan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan
kewajiban maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan
memperbudak orang lain. Menurut Socrates keadilan bentuknya macam-
macam, salah satunya di bidang pemerintahan keadilan dalam hal ini
berarti ada saling pengertian adalah pemerintah dan rakyat. Menurut
Socrates keadilan tercipta bilamana warna negara sudah merasakan
bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Menurut Kong Hu Cu keadilan terbentuk apabila anak berfungsi
sebagai anak. Ayah sebagai ayah ataupun raja sebagai raja Menurut
Aristoteles keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
berarti titik tengah di antara dua ujung ekstrem yang selalu banyak atau
terlalu sedikit. Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia
sehingga dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan
perasaannya dikendalikan oleh akal.
Menurut W.J.S. Poerwodarminto, kata adil berarti tidak berat sebelah
dan tidak semena-mena serta tidak memihak. Secara umum, Keadilan
adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keseimbangan atau keharmonisan
antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Berdasarkan kesadaran

5
etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjalankan
kewajiban, dan sebaliknya.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia.
Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang
terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua
orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam
ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang akan menerima
bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proposi tersebut
berarti ketidakadilan.
Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut
hak dan lupa menjalankan kewajiban, dan sebaliknya. Macam-macam
keadilan ialah:
a. Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Sebuah keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk
memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang
membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakat
bila setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya dengan baik.

b. Keadilan Distributif
Yaitu perlakuan kepada seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang sudah
dilakukan. Misalnya, seorang pekerja yang dibayar sesuai dengan
pekerjaan yang sudah dilakukan. Aristoteles berpendapat bahwa
keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlakukan secara
sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.
c. Keadilan Komutatif
Yaitu perlakuan kepada seseorang tanpa melihat jasa-jasa yang sudah
dilakukan. Misalnya, seseorang yang menerima sanksi tanpa peduli
status dan jasanya. Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum. Hal ini merupakan asas
pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.
d. Keadilan kodrat alam,

6
yaitu perlakuan kepada seseorang yang dengan hukum alam.
Misalnya saja seseorang yang berlaku baik akan menerima perlakuan
yang baik juga.
e. Keadilan konvensional
yaitu keadilan yang ditetapkan lewat sebuah kekuasaan khusus.
Misalnya warga negara yang harus mematuhi aturan.
f. Keadilan perbaikan
yaitu keadilan yang dilakukan kepada orang yang mencemarkan
nama baik orang lain. Misalnya artis yang melakukan konferensi
pers untuk meminta maaf.
D. Keadilan Sosial
Berbicara tentang keadilan, anda tentu ingat akan dasar negara kita ialah
Pancasila. Sila kelima Pancasila, berbunyi: “Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Dalam dokumen lahirnya Pancasila diusulkan oleh Bung
Karno adanya prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara.
Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip ” tidak ada kemiskinan di
dalam Indonesia merdeka”. Dari usul dan penjelasan itu nampak adanya
pembauran pengertian kesejahteraan dan keadilan. Bung Hatta dalam
uraiannya mengenai sila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”,
menulis sebagai berikut “keadilan sosial adalah langkah yang menentukan
untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur” , Selanjutnya
diuraikan bahwa para pemimpin Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya
bahwa cita-cita keadilan sosial dalam ekonomi ialah dapat mencapai
kemakmuran yang merata. Langkah-langkah menuju kemakmuran yang
merata diuraikan secara terperinci. Panitia ad-hoc majelis permusyawaratan
rakyat sementara 1966 memberikan perumusan sebagai berikut : “Sila
keadilan sosial mengandung prinsip bahwa setiap orang di Indonesia akan
mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi dan
kebudayaan”. Dalam ketetapan MPR RI No.II/MPR/ 1978 tentang pedoman
penghayatan dan pengalaman Pancasila (ekaprasetia pancakarsa)
dicantumkan ketentuan sebagai berikut: “Dengan sila keadilan sosial bagi

7
seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban
yang sama untuk untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat Indonesia”. Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu,
diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan 4. Sikap
suka bekerja keras
4. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan
dalam bergai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur
pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya
pangan, sandang dan perumahan
2. Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya
bagi generasi mudadan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi keadilan / ketidak
adilan setiap hari. Oleh sebab itu keadilan dan ketidak adilan, menimbulkan
daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan,
seperti drama, puisi, novel, musik dan lain-lain.

8
E. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan
hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur
juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan
yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya.
Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui
kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa
kehendak, harapan dan niat. Seseorang yang tidak menepati niatnya berarti
mendustai diri sendiri. Apabila niat telah terlahirdalam kata-kata, padahal
tidak ditepati, maka kebohongan disaksikan orang lain. Sikap jujur perlu
dipelajari oleh setiap orang, sebab kejujuran mewujudkan keadilan, sedang
keadilan menuntut kemulian abadi, jujur memberikan keberanian dan
ketentraman hati, agama dengan sempurna, apabila lidahnya tidak suci.
Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat merugikan, serta jangan
pula pendusta, walaupun dustamu dapat menguntungkan. Barang siapa
berkata jujur serta bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang itu
berbuat benar.
Orang bodoh yang jujur adalah lebih baik daripada oarang pandai yang
lacung. Barang siapa tidak dapat dipercaya tutur katanya, atau tidak menepati
janji dan kesanggupannya, maka termasuk golongan orang munafik sehingga
tidak menerima belas kasihan Tuhan. Pada hakekatnya jujur atau kejujuran
dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan
adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau
dosa. Adapun kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri kita sendiri
karena kita melihat diri kita sendiri berhadapan dengan hal baik buruk. Disitu
manusia dihadapkan kepada pilihan antara halal dan yang haram, yang boleh
dan yang tidak boleh dilakukan, meskipun dapat dilakukan. Dalam hal ini kita
melihat sesuatu yang spesifik atau khusus manusiawi. Dalam dunia hewan

9
tidak ada soal tentang jujur dan tidak jujur, patut dan tidak patut, adil dan
tidak adil.
Kejujuran bersangkut erat dengan masalah nurani. Menurut M. Alamsyah
dalam bukunya Budi nurani, filsafat berfikir, yang disebut nurani adalah
sebuah wadah yang ada dalam perasaan manusia. Wadah ini menyimpan
suatu getaran kejujuran, ketulusan dalam meneropong kebenaran Moral
maupun kebenaran Illahi. Nurani yang diperkembangkan dapat menjadi budi
nurani yang merupakan wadah yang menyimpan keyakinan. Jadi getaran
kejujuran ataupun ketulusan dapat ditingkatkan menjadi suatu keyakinan, dan
atas diri keyakinan maka seseorang diketahui pribadinya. Orang yang
memiliki ketulusan tinggi akan memiliki kepribadian yang burukdan rendah
dan sering yakin pada dirinya . karena apa yang ada dalam nuraninya banyak
dipengaruhi oleh pikirannya yang kadang-kadang justru bertentangan.
Perasaan etis atau susila ini antara lain wujudnya sebagai kesadaran akan
kewajiban, rasa keadilan ataupun ketidak adilan. Nilai-nilai etis ini dikaitkan
dengan hubunhan manusia dengan manusia lainnya.
Selain nilai etis yang ditujukan kepada sesama manusia, hati nurani
berkaitan erat juga dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Manusia yang
memiliki budi nurani yang amat peka dalam hubungannya dengan Tuhan
adalah manusia agama yang selalu ingat kepadaNya, sebagai sang Pencipta,
selalu mematuhi apa yang diperintahnya, berusaha untuk tidak melanggar
laranganNYa, selalu mensyukuri apa yang diberikanNYa, selalu merasa
dirinya berdosa bila tidak menurut apa yang digariskanNYa, akan selalu
gelisah tidur bila belum menjalankan ibadah untukNya. Berbagai hal yang
menyebabkan orang berbuat tidak jujur, mungkin karena tidak rela, mungkin
karena pengaruh lingkungan, karena sosial ekonomi, terpaksa ingin populer,
karena sopan santun dan untuk mendidik. Dalam kehidupan sehari-hari jujur
atau tidak jujur merupakan bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia itu sendiri.
F. Kecurangan

10
Kecurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur,
dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu
kecurangan sebagai lawan jujur. Curang atau kecurangan artinya apa yang
diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari
hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa
bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah,
tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar
dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila
masyarakat sekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang
melakukan kecurangan, ditinjau dari hubungan manusia dengan alam
sekitarnya ada empat aspek yaitu:
1. Aspek Ekonomi
2. Aspek Kebudayaan
3. Aspek peradaban
4. Aspek teknik.
Apabila ke empat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka
segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma
hukum, akan tetapi apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa
tamak, iri, dengki,maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar
norma tersebut dan jadilah kecurangan. Tentang baik dan buruk Pujowiyatno
dalam bukunya “filsafat sana-sini” menjelaskan bahwa perbuatan yang
sejenis dengan perbuatan curang, misalnya berbohong, menipu, merampas,
memalsu dan lain-lain adalah sifat buruk. Lawan buruk sudah tentu baik. Baik
buruk itu berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada diri manusia seakan –
akan ada perlawanan antara baik dan buruk. Baik merupakan tingkah laku,
karena itu diperlukan ukuran untuk menilainya, namun sukarlah untuk
mengajukan ukuran penilaian mengenai hal yang penting ini. Dalam hidup
kita mempunyai semacam kesadaran dan tahulah kita bahwa ada baik dan
lawannya pada tingkah laku tertentu juga agak mudah menunjuk mana yang
baik, kalau tidak baik tentu buruk.
G. Pemulihan Nama Baik

11
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama
yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap
baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga adalah suatu
kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat
hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan
nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang
dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu antara lain cara berbahasa,
cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang,
perbuatan=perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Tingkah laku
atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai
dengan kodrat manusia yaitu ;
1. Manusia menurut sifatnya adalah mahluk bermoral
2. Ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk
mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut
Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan
segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan
ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak.
Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq bentuk jamak dari khuluq dan
dari akar kata ahlaq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu tingkah laku dan
perbuatan manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia.
Untuk itu orang harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan ahlak yang
baik. Ada tiga macam godaan yaitu:
1. Derajad/pangkat
2. Harta
3. Wanita
Bila orang tidak dapat menguasai hawa nafsunya, maka ia akan
terjerumus kejurang kenistaan karena untuk memiliki derajat/pangkat, harta
dan wanita itu dengan mempergunakan jalan yang tidak wajar. Jalan itu
antara lain, fitnah, membohongi, suap, mencuri, merampok, dan menempuh
semua jalan yang diharamkan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia
memiliki keunikan yang meyebabkannya berbeda dengan mkhluk lain.
Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat diatngkap dengan
panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia
terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Keadilan adalah keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak
dan menjalankan kewajiban. -Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan
antara hak dan kewajiban yang seimbang atau harmonis.
Materi ini mengajarkan kepada kita bahwa kita harus selalu bersikap adil.
Adil tidak hanya berlaku pada tindakan kita terhadap orang lain namun adil
terhadap diri kita sendiri, adil terhadap sang kholik pun perlu kita terapkan.
Adil terhadap diri sendir ada dua kategori yaitu adil terhadap jasmani seperti
member makanan yang sehat untuk tubuh dan adil terhadap ruhani kita
dengan memberikan ruh kita makanan batin seperti sholat &puasa. Adil
terhadap sang kholik adalah dengan melaksanakan apa yang membuat-Nya
ridho terhadap apa yang kita lakukan. Dari paparan diatas sudah sangat jelas
sekali bahwasannya keadilan akan membawa pada kemaslahatan umat, jika
setiap orang di muka bumi ini memiliki sifat adil maka akan tercipta
kehidupan yang harmonis, aman damai sehingga tidak akan ada tindakan-
tindakan yang merugikan.
B. Saran

13
Dalam makalah ini, masih terdapat kekurangan yang harus diperhatikan.
Oleh sebab itu, penulis berharap masukan dari pembaca yang telah membaca
makalh ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, D, dkk. 2018. Manusia dan Keadilan Sosial Budaya. Makalah. Jember:
universitas Moch. Sroedji
Andrian, dkk. Ilmu Dan Sosial Budaya Manusia Keadilan. Makalah. Makassar.

15

Anda mungkin juga menyukai